Anda di halaman 1dari 33

A.

Batu Bata

Batu bata merupakan salah satu bahan untuk pembuatan dinding. Batu
bata terbuat dari tanah liat yang dibakar sampai berwarna kemerah-
merahan. Definisi batu bata menurut SNI-2094-1991 merupakan unsur
bahan bangunan yang digunakan untuk pembuatan konstruksi bangunan,
dibuat dari tanah dengan atau tanpa campuran bahan-bahan lain dibakar
pada suhu yang cukup tinggi hingga tidak dapat hancur lagi bila direndam
dalam air. Proses pembuatan batu bata dilakukan melalui beberapa tahap.
1. Cara pembuatan batu bata.

Cara pembuatan batu bata melalui beberapa tahapan, meliputi


penggalian bahan mentah, pengolahan bahan, pembentukan,
pengeringan, pembakaran, pendinginan, dan pemilihan (seleksi),
adapun tahapan-tahapan pembuatan batu bata, yaitu sebagai berikut.
(Suwardono, 2002).
a. Penggalian bahan mentah.

Penggalian bahan mentah batu bata merah sebaiknya dicarikan


tanah yang tidak terlalu plastis, melainkan tanah yang
mengandung sedikit pasir untuk menghindari penyusutan.
Penggalian dilakukan pada tanah lapisan paling atas kira-kira
setebal 40-50 cm, sebelumnya tanah dibersihkan dari akar
pohon, plastik, daun, dan sebagainya agar tidak ikut terbawa.
Kemudian menggali sampai ke bawah sedalam 1,5-2,5 meter
atau tergantung kondisi tanah. Tanah yang sudah digali
dikumpulkan dan disimpan pada tempat yang terlindungi.
Semakin lama tanah liat disimpan, maka akan semakin baik
karena menjadi lapuk. Tahap tersebut dimaksudkan untuk
membusukkan organisme yang ada dalam tanah liat.
21

b. Pengolahan bahan mentah.

Tanah liat sebelum dibuat batu bata merah harus dicampur


secara merata yang disebut dengan pekerjaan pelumatan dengan
menambahkan sedikit air. Air yang digunakan dalam proses
pembuatan batu bata harus air bersih, air harus tidak sadah tidak
mengandung garam yang larut di dalam air, seperti garam dapur, air
yang digunakan kira-kira 20% dari bahan-bahan yang lainnya,
pelumatan bisa dilakukan dengan kaki atau diaduk dengan
tangan. Bahan campuran yang ditambahkan pada saat
pengolahan harus benar-benar menyatu dengan tanah liat secara
merata. Bahan mentah yang sudah jadi ini sebelum di bentuk
dengan cetakan, terlebih dahulu dibiarkan selama 2 sampai 3
hari dengan tujuan memberi kesempatan partikel-partikel tanah
liat untuk menyerap air agar menjadi lebih stabil, sehingga
apabila dibentuk akan terjadi penyusutan yang merata.
c. Pembentukan batu bata.

Bahan mentah yang telah dibiarkan 2-3 hari dan sudah mempunyai
sifat plastisitas sesuai rencana, kemudian dibentuk dengan alat
cetak yang terbuat dari kayu atau kaca sesuai ukuran standar
SNI S-04-1989-F atau SII-0021-78. Agar tanah liat tidak
menempel pada cetakan, maka cetakan kayu atau kaca tersebut
dibasahi air terlebih dahulu. Lantai dasar pencetakan batu bata
merah permukaannya harus rata dan ditaburi abu. Langkah awal
pencetakan batu bata yaitu letakkan cetakan pada lantai dasar
pencetakan, kemudian tanah liat yang telah siap ditaruh pada
bingkai cetakan dengan tangan sambil ditekan-tekan sampai
tanah liat memenuhi segala sudut ruangan pada bingkai
cetakan, selanjutnya cetakan diangkat dan batu bata mentah
hasil dari cetakan dibiarkan begitu saja agar terkena sinar
matahari. Batu bata mentah tersebut kemudian dikumpulkan
pada tempat yang terlindung untuk diangin-anginkan.
d. Pengeringan batu bata merah.

Proses pengeringan batu bata akan lebih baik bila berlangsung


secara bertahap agar panas dari sinar matahari tidak jatuh secara
langsung, maka perlu dipasang penutup plastik. Apabila proses
pengeringan terlalu cepat dalam artinya panas sinar matahari terlalu
menyengat akan mengakibatkan retakan-retakan pada batu bata
nantinya. Batu bata yang sudah berumur satu hari dari masa
pencetakan kemudian dibalik. Setelah cukup kering, batu bata
tersebut ditumpuk menyilang satu sama lain agar terkena
angin. Proses pengeringan batu bata memerlukan waktu dua hari
jika kondisi cuacanya baik. Sedangkan pada kondisi udara lembab,
maka proses pengeringan batu bata sekurang-kurangnya satu
minggu.
e. Pembakaran batu bata.

Pembakaran yang dilakukan tidak hanya bertujuan untuk


mencapai suhu yang diinginkan, melainkan juga memperhatikan
kecepatan pembakaran untuk mencapai suhu tersebut serta
kecepatan untuk mencapai pendinginan. Selama proses pembakaran
terjadi perubahan fisika dan kimia serta mineralogy dari tanah liat
tersebut. Proses pembakaran batu bata berjalan seimbang dengan
kenaikan suhu dan kecepatan suhu, ada beberapa tahapan yang
harus diperhatikan, yaitu: (Suwardono, 2002).
1) Tahap pertama adalah penguapan (pengeringan), yaitu
pengeluaran air pembentuk, terjadi hingga temperatur kira-kira
120°C.

2) Tahap oksidasi, terjadi pembakaran sisa-sisa tumbuhan (karbon)


yang terdapat di dalam tanah liat. Proses ini berlangsung pada
temperatur 650°C-800°C.
3) Tahap pembakaran penuh. Batu bata dibakar hingga matang
dan terjadi proses sintering hingga menjadi bata padat.
Temperatur matang bervariasi antara 920°C-1020°C tergantung
pada sifat tanah liat yang dipakai.
4) Tahap penahanan. Tahap ini terjadi penahanan temperatur
selama 1-2 jam, pada tahap 1, 2 dan 3 kenaikan temperatur
harus perlahan-lahan, agar tidak terjadi kerugian pada
batanya. Antara lain: pecah-pecah, noda hitam pada bata,
pengembangan, dan lain-lain.
2. Bahan penyusun batu bata.

Bahan penyusun batu bata ada beberapa macam meliputi, tanah


lempung, tanah lanau, pasir, dan air. Adapun bahan penyusun batu
bata, yaitu sebagi berikut; (Elianora, 2010).
a. Tanah lempung.

Tanah lempung adalah material dasar dalam pembuatan batu bata


jenis bakar dan jemuran. Tanah lempung yang diolah tersebut
berasal dari pelapukan batu-batuan seperti basal, andasit, granit
dan lainnya yang banyak mengandung felsfar, felsfar
merupakan senyawa dari silika-kalsium-aluminium, silikat-
natrium-aluminium, silikat-kalsiumaluminium.
Pemanfaatan tanah lempung untuk pembuatan batu bata,
dibutuhkan beberapa syarat sebagai berikut ini.
1) Tanah lempung yang digunakan harus memenuhi sifat
plastis dan kohesif sehingga dapat mudah dibentuk.
Lempung yang memiliki nilai plastis yang tinggi dapat
menyebabkan batu bata yang dibentuk akan retak atau pecah
saat dibakar. Lempung untuk bahan baku pembuatan batu
bata harus mempunyai tingkat pelastisan plastis dan agak
plastis, dari indeks keplastisannya, lempung untuk batu bata
mempunyai tingkat keplastisan 25% - 30%.
2) Hasil pembakaran lempung harus menunjukkan sifat-sifat
tahan terhadap rembesan air, tidak lapuk oleh waktu dan merah
warnanya.
3) Lempung yang kurang kadar besinya akan pucat warnanya.

Kadar besi 5% - 9% dalam lempung menghasilkan warna


merah pada bata yang sudah dibakar.
4) Tidak boleh mengandung butiran kapur dan kerikil lebih
besar dari 5 mm.
b. Tanah Lanau (silts).

Tanah lanau (silts) sebagian besar merupakan fraksi


mikroskopis (berukuran sangat kecil) dari tanah yang terdiri dari
butiran-butiran quartz yang sangat halus, dan jumlah partikel
berbentuk lempengan-lempengan pipih yang merupakan pecahan
dari mineral mika. Mempunyai ukuran kurang dari 0,075 dan
dinamakan lanau apabila bagian-bagian yang halus dari tanah
mempunyai indeks plastisitas (plasticity index, PI ) sebesar 10
atau kurang menurut sistem klasifikasi AASHTO.
c. Pasir.

Pasir merupakan suatu partikel-partikel yang lebih kecil dari


kerikil dan lebih besar dari butiran lempung yang berukuran
antara 5 – 0.074 mm (bowles,1986) yang bersifat tidak plastis
dan tidak kohesif.
Pembuatan batu bata bakar dan jemuran, biasanya digunakan
tanah lempung yang mengandung pasir yang disebut juga tanah
lempung berpasir atau didatangkan dari tempat lain.
Keberadaan pasir sangat dibutuhkan sebagai material tambahan
untuk mengurangi keplastisan tanah lempung dan penyusutan
batu bata. Namun biasanya kadar pasir halus dapat
menyebabkan batu bata yang di bakar akan retak atau pecah.
d. Air.
Air merupakan bahan yang sangat penting dalam proses reaksi
pengikatan material-material yang digunakan untuk pembuatan
batu bata. Agar batu bata mudah dicetak, perlu adanya
penambahan kadar air pada kadar tentu sesuai jenis batu bata
yang diproduksi.
Biasanya dalam pembuatan batu bata lempung, penambahan
kadar air ditandai dengan tidak terjadi penempelan tanah
lempung pada telapak tangan. Disamping itu perlunya pemeriksaan
visual lebih dahulu terhadap air yang digunakan seperti syarat
air tawar, berwarna bening, tidak mengandung minyak, garam,
asam, alkali, tidak mengandung banyak sampah, kotoran dan
bahan organik lainya.
B. Sifat Fisik Batu Bata

Sifat fisik batu bata adalah sifat fisik yang dilakukan tanpa merubah
bentuk atau tanpa pemberian beban kepada batu bata itu sendiri. Pengujian
ini dilakukan dengan menggunakan standar yang baku, pengujian ini
dilakukan dengan mengambil sampel 10 tempat penjual batu bata, setiap
tempat mengambil 15 buah batu bata secara acak. Adapun syarat-syarat
batu bata dalam SNI 15-2094-2000 sebagai berikut ini.
1. Sifat tampak.

Batu bata untuk pasangan dinding harus berbntuk prisma segi empat
panjang, warna, mempunyai rusuk-rusuk yang siku, bidang-bidang
datar yang rata dan tidak menunjukkan retak.
2. Dimensi atau ukuran batu bata.

Batu bata mempunyai banyak variasinya. Ukuran batu bata yang telah
diizinkan dalam peraturan SNI 15-2094-2000 dapat dilihat pada Tabel
3.1. Pemeriksaan ini merupakan pengukuran pada batu bata dengan
menggunakan jangka sorong. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
menggunakan 15 sampel bata yang diambil secara acak. Bertujuan
untuk mengetahui ketegori batu bata sesuai peraturan yang berlaku apa
tidak.
Tabel 3.1 Ukuran batu bata

Modul Tebal (mm) Lebar (mm) Panjang(mm)


M-5a 65±2 90±3 190±4

M-6a 52±3 110±4 230±4

M-6c 70±3 110±6 230±5

SumberM-6d 80±3
: SNI-15-2094-2000 110±6 230±5

3. Garam yang dapat membahayakan.

SNI 15-2094-1991 tentang cara pengujian kandungan garam


digunakan tidak kurang dari 5 buah bata utuh. Tiap bata ditempatkan
berdiri pada bidang datar, dalam masing-masing bejana dituangakan
air suling ± 250 ml. Bejana-bejana beserta benda-benda uji dibiarkan
dalam ruang yang mempunyai penggantian udara yang baik. Bila
sudah beberapa hari air telah siap dan bata dibiarkan lagi hingga
kering. Kemudian bata-bata diperiksa tentang pengeluaran bunga-
bunga putih pada permukaanya. Hasil penglihatan dinyatakan sebagai
berikut ini.
a. Tidak membahayakan.

Bila kurang dari 50% permukaan bata tertutupi oleh lapisan tipis
berwarna putih, karena pengkristalan garam-garam yang dapat
larut.
b. Ada kemungkinan membahayakan.
Bila 50% atau lebih dari permukaan bata tertutup oleh lapisan putih
yang agak tebal karena pengkristalan garam-garam yang dapat
larut, tetapi bagian-bagian dari permukaan bata tidak menjadi
bubuk atau terlepas.
c. Membahayakan.

Bila lebih dari 50% permukaan bata tertutup oleh lapisan putih
yang tebal karena pengkristalan gram-garam yang dapat larut dan
bagian-bagian dari permukaan bata menjadi bubuk atau terlepas.
Bata dengan kandungan garam yang tinggi secara langsung akan
berpengaruh pada lekatan antara bata dengan mortar pengisi, dimana
dengan terganggunya lekatan antara bata dan mortar pengisi akan
menurunkan kualitas batu bata.

C. Sifat Mekanik Batu Bata

Sifat mekanis batu bata adalah sifat yang ada pada batu bata jika
dibebani atau dipengaruhi dengan perilaku tertentu Civil Engeneering
Materials, berikut ini sifat mekanis pada batu bata.
1. Kerapatan semu (Apparent density).

Standar yang disyaratkan pada SNI-15-2094-2000 adalah kerapatan


3
semu minimum batu bata untuk pasangan dinding adalah 1,2 gram/cm .
Kerapatan semu (Qsch) dapat dihitung sebagi berikut.

3
Qsch = gram/cm atau …………………..………………….(3.1)

3
Qsch = x dw gram/cm ……………………..………………
(3.2)
dengan:

Md : Berat kering oven (gram).


b : Berat di dalam air (gram).
c : Berat setelah direndam (gram).
3
Vsch : Volume batu bata (m ).

dw : Kerapatan (density) air 1,0.

2. Penyerapan air.

Menurut (Nur, 2008) penyerapan air adalah kemampuan maksimum


batu bata untuk menyimpan atau menyerap air atau lebih dikenal
dengan batu bata yang jenuh air. Standar yang disyaratkan pada SNI-
15-2094-2000 adalah penyerapan air maksimum bata merah pejal untuk
pasangan dinding adalah 20%. Penyerapan air dapat dihitung sebagai
berikut.

Penyerapan = x 100% ……………………………..…..……(3.3)

dengan :

A : Berat jenuh setelah direndam (gr).


B : Berat setelah dioven (gr).
3. Kadar air.

Kadar air adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam
batu bata dengan berat kering batu bata, dinyatakan dalam persentase.
Kadar air (w) didefinisikan sebagai berikut.

W= x 100% ……………..………………….……..………..(3.4)

dengan :

Ww : Berat normal (gr).


Ws : Berat kering (gr).
4. Berat Jenis.

Berat jenis di definisikan sebagai massa per satuan volume.


Didefinisikan sebagi berikut.
3
Berat jenis (ρ) = = (gr/cm )…………………………..(3.5)

dengan :

M : Massa normal (gr).


3
V : Volume benda (cm ).

5. Kuat tekan.

Kuat tekan adalah kekuatan tekan maksimum yang dipikul dari


pasangan batu bata. Pengujian ini dilakukan untuk menunjukkan mutu
dan kelas kuat tekannya. Kuat tekan diperoleh dari hasil bagi beban
tekan tertinggi dan luas bidang. Besarnya kuat tekan rata-rata dan
koefisien variasi yang diizinkan untuk batu bata untuk pasangan
dinding menurut SNI-15-2094-2000 dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Kuat tekan koefisien variasi untuk batu bata merah pejal

untuk pasangan dinding.

Kelas Kuat tekan rata-rata minimum Koefisien variasi dari

(Mpa) yang diuji %

50 50 (5) 22
100 100 (10) 15
150 150 (15) 15
Sumber: SNI-15-2094-2000

dengan demikian kuat tekan dapat dihitung dengan rumus.

Kuat tekan (f) = ……………………………………......…..(3.6)

dengan :

Pmax : Maksimum besaran gaya tekan (kg).


2
A : luas penampang (cm ).

2
f : kuat tekan benda uji (kg/cm ).

6. Modulus Elastisitas (ME).

Modulus elastisitas pasangan batu bata biasanya didekati dari kekuatan


tekanya dengan persamaan.
Em = k.fm’ ……………………………………………………….(3.7)

dengan :
k : Konstanta yang ditentukan dari pengujian laboratorium.
fm’ : Kuat tekan struktur pasangan bata (MPa).
Beberapa persamaan modulus elastisitas ditunjukkan pada Tabel 3.3.

Nilai pada Tabel 3.3 diperoleh dari kuat tekan batu bata yang lebih
besar dari kuat tekan mortarnya.
Tabel 3.3 Beberapa nilai modulus elastisitas dari kuat tekan pasangan
batu bata
No Pustaka Modulus elastisitas dari kuat

tekan pasangan batu bata

1 Paulay and Priestley, 1992 Em = 750 fm’


2 FEMA 273, 1997 Em = 550 fm’
3 Eurocode 6, 2001 Em = 1000 fm’
4 ACI 530, 2005 Em = 700 fm’
5 Kaushik, et al, 2007 Em = 550 fm’
Sumber : Wisnumurti 2013.

7. Initial Rate of Suction (IRS) dari Batu Bata.

Initial Rate of Suction (IRS) adalah kemampuan dari batu bata dalam
menyerap air pertama kali dalam satu menit pertama. Hal ini sangat
berguna pada saat penentuan kadar air untuk mortar (Nur, 2008).
Standar initial rate of suction (IRS) batu bata yang disyaratkan oleh
2
ASTM C 67-03 adalah minimum 30 gr/mnt/193,55 cm . Persamaan

yang digunakan dalam menghitung initial rate of suction (IRS) batu


bata adalah
IRS = (m1 - m2) K ……………………………….…………………
(3.8)

dengan :

m1 : Massa setelah direndam di air


(gr). m2 : Massa kering (gr).
2
Karena IRS memiliki satuan gr/mnt/193,55 cm , maka harus dikalikan

dengan suatu faktor, yaitu :

K ……………………………………………….……(3.9)

D. Mortar

1. Pengertian mortar.

Mortar adalah campuran yang terdiri dari semen, pasir dan air yang
memiliki persentase yang berbeda. Sebagai bahan pengikat, mortar
harus mempunyai kekentalan yang standar, untuk mengetahui
seberapa besar kekuatan suatu mortar. Sampel berupa kubus mortar
dengan dimensi 50 mm x 50 mm x 50 mm, dan diuji setelah berumur
28 hari dengan menggunakan uji tekan . Setiap mortar yang baik harus
memiliki sifat-sifat adalah sebagai berikut (Tjokrodimuljo, 2007).
a. Murah.

b. tahan lama (awet).

c. Mudah dikerjakan (diaduk, diangkut, dipasang, diratakan).

d. Merekat dengan baik dengan bata merah, bata beton, batu, dan
sebagainya.
e. Cepat kering dan mengeras.

f. Tahan terhadap rembesan air.

g. Tidak timbul retak-retak setelah mengeras.

Syarat baik atau tidaknya pasir digunakan dalam pembuatan mortar


antara lain sebagai berikut (Mulyono, 2003).

a. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron

(0,074 mm) maksimum 5 %.

b. Kadar zat organik yang terkandung yang ditentukan dengan


mencampur agregat halus dengan larutan natrium sulfat (NaSO4) 3
%. Jika dibandingkan dengan warna standar/pembanding tidak lebih
tua dari warna standar.
c. Kekerasan butiran jika dibandingkan dengan kekerasan butir
pasir pembanding yang besaral dari pasir kwarsa bangka
memberikan angka tidak lebih dari 2,20.

Syarat-syarat untuk agregat halus yang di adopsi dari british


standar dikelompokkan dalam empat daerah seperti pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Batas gradasi agregat halus

Lubang ayakan Presen berat butir yang lewat ayakan

(mm) I II III IV
10 100 100 100 100
4,8 90 ‒ 100 90 ‒ 100 90 ‒ 100 95 ‒ 100
2,4 60 ‒ 95 75 ‒ 100 85 ‒ 100 95 ‒ 100
1,2 30 ‒ 70 55 ‒ 90 75 ‒ 100 90 ‒ 100
0,6 15 ‒ 34 35 ‒ 59 60 ‒ 79 80 ‒ 100
0,3 5 ‒ 20 8 ‒ 30 12 ‒ 40 15 ‒ 50
0,15 0 ‒ 10 0 ‒ 10 0 ‒ 10 0 ‒ 15
Sumber: Mulyono, 2003

2. Pengujian mortar

a. Uji kelecakan (nilai sebar)

Nilai sebar adalah ukuran kelacakan mortar yang diukur dengan


meja sebar. Pengujian ini menggunakan alat meja sebar (flow-
table) sesuai dengan ASTM 1958 C-230-57 dan BS 890-1972.
Adukan mortar dimasukan kedalam bejana (kerucut dengan
diameter bawah 100 mm, diameter atas 70 mm tinggi 50 mm) yang
ditaruh di atas meja sebar (diameter 300 mm, tebal 20 mm) dapat
dilihat pada Gambar 3.1. kemudian bejana diangkat lurus keatas.

Periksa apakah adukan mortar berbentuk seperti kerucut dapat


dilihat pada Gambar 3.1 dan Gambar 3.2. Bila adukan berguguran
maka perlu diulang, namun bila bentuknya baik maka langkah
berikutnya yaitu penggetaran meja sebar siap dilakukan.
Penggetaran meja sebar dilakukan dengan cara menaikkan meja
sebar setinggi 12,5 mm (1/2 inci) lalu menjatuhkan berulang-ulang
sebanyak 25 kali dalam waktu 15 detik, selanjutnya diukur lagi
diameter dasar kerucut. nilai sebar ini diijinkan agar mortar
tersebut dapat dikatakan memiliki kelecakan yang baik untuk
digunakan berkisar 70% - 115 %, semakin besar nilai sebar maka
akan semakin encer adukan mortarnya.

Nilai sebar = × 100%................................................(3.10)

dengan :

do : lebar bejana bawah (mm)


d1 : lebar sebaran terjauh (mm)

Do

Gambar 3.1 Mortar sebelum diuji Gambar 3.2 Mortar sesudah diuji

b. Kuat tekan mortar

Bahan campuran untuk mortar mempengaruhi kekuatan mortar.


Indonesia belum ada persyaratan mengenai kekuatan adukan, hanya
untuk konstruksi tertentu dianjurkan untuk menggunakan campuran
tertentu pula yang tercantum dalam Peraturan Bangunan
Indonesia 1977. Adapun tujuan kuat tekan mortar adalah untuk
mengetahui besarnya kekuatan (compressive strength) secara aksial.
Benda uji mortar dibuat dalam cetakan khusus dengan dimensi 5 cm x
5 cm x 5 cm dimana permukaannya harus datar, setelah keras ditekan
dengan mesin uji tekan. Nilai kuat tekan diperoleh dengan
membagi besar beban tekan maksimum dengan luas penampang
benda uji.

Kuat tekan (Cs) = ………………………………….(3.11)

dengan:

Pmax : Beban maksimum (kg)

2
A : Luas permukaan tekan (cm )

JENIS/VARIAN BATA
BATA TANAH LIAT
Batu bata tanah liat berbahan dasar dari tanah yang dicetak berbentuk sebuah balok
persegi Panjang, dengan dua cara pembuatan yang berbeda yaitu, dengan proses pembakaran
dengan menggunakan suhu tinggi agar menjadi benar – benar kering. Pembuatan dengan
proses cetak lalu di press menggunakan mesin tanpa melalui proses pembakaran. [ CITATION
Dek21 \l 1033 ]
Batas Biasa/Bata Merah Memiliki warna merah kecoklatan, sedikit bertekstur kasar, dan
terlihat kurang rapi. Digunakan untuk pembentuk dinding dengan menggunakan campuran
semen (mortar) sebagai perekat dan diberi pelapis lagi.
Bata Muka/Bata Ekspose Memiliki corak dan warna yang seragam dan memiliki tekstur
lebih rapi yang membuat harganya lebih mahal daripada bata merah. Selain itu, pada
penggunaanya juga berfungsi sebagai dekorasi dan penutup dinding.

Gambar 1 Bata Biasa/Bata Merah Gambar 2 Bata Muka/Bata Ekspos


BATAKO
Secara umum batako terbuat dari campuran semen dan pasir kasar yang melalui
proses cetak, jenis bata ini memiliki ukuran yang relatif besar, menjadikan keuntungan
proses pemasangan lebih muda dan cepat selesai. [ CITATION Dek21 \l 1033 ]
Batako Putih Jenis atau varian ini berbahan dasar dari campuran trass, batu kapur, dan
air.
Batako Semen Jenis atau varian ini berbahan dasar dari campuran semen dan pasir.

Gambar 3 Batako Putih Gambar 4 Batako Semen


BATA RINGAN (HEBEL/CELCON)
Bata Ringan (Hebel) popular karena adanya pertumbuhan teknologi dan tren
industri yang berkembang pesat. Jenis bata ini dibuat melalui proses kimiawi, terbuat dari
campuran pasir kursa, semen, kapur, gypsum, air, dan alumunium pasta sebagai bahan
pengembangnya. [ CITATION Dek21 \l 1033 ]

Gambar 5 Bata Ringan (Hebel/Celcon)

BATA BETON/BATATON
Bentuk Bataton memiliki sebuah rongga yang berfungsi sebagai isolator panas,
sehingga suhu panas pada dinding tidak seluruhnya masuk ke dalam ruangan. Selain itu,
rongga tersebut dapat diisi baja untuk tiang kolom, dan juga dapat digunakan sebagai
jalur pipa air dan kabel listrik.
Bata Beton Interlock Pada kedua sisi bata terdapat cekungan dan tonjolan dimana pada
saat disatukan akan saling mengunci.
Bata Beton Aerasi Jenis atau varian bata ini tahan terhadap air, api, dan kedap suara
karena dibuat dengan mesin berteknologi tinggi.
Bata Beton Berongga Jenis ini terdapat banyak bentuk, seperti profil H untuk bagian
badan dinding, profil U untuk bagian balok pengikat pondasi, balok pengaku dan babaton
bentuk kolom. Rongga pada bagian tengahnya dapat digunakan untuk isntalasi pipa dan
kabel.

Gambar 6 Bata Beton Interlock Gambar 7 Bata Beton Aerasi Gambar 8 Bata Beton Berongga
BATU BATA BERLUBANG/BATA ROSTER
Memiliki bentuk dengan lubang – lubang sehingga memungkinkan cahaya dan
udara dapat keluar dan masuk secara bebas. Penggunaan nya banyak diaplikasikan
sebagai dinding partisi, pagar, atau secondary skin untuk fasad sebuah bangunan.

Gambar 9 Bata Berlubang / Bata Roster

BATU BATA CUSTOM/PURPOSE – MADE


Bata Jenis ini berbahan baku dari campuran pasir dan tanah liat. Mempunyai
bentuk beragam yang dapat disesuaikan dengan permintaan kontruksi. Harga yang relatif
mahal karena tidak diproduksi dalam jumlah besar, namun dibuat khusus dengan
kebutuhan atau permintaan. Biasa digunakan dalam kontruksi kusen pintu dan jendela.

Gambar 10 Batu Bata Custom/Purpose Made


Kelebihan dan Kekurangan Bata
Kelebihan bata merah:
Mudah untuk di susun dan di pasang sehingga tidak memerlukan keahlian terntentu
Mudah diangkut karena ukurannya yang kecil
Harganya cukup murah
Tidak memerlukan perekat khusus (cukup semen dan pasir)
Tahan panas sehingga melindungi bangunan lebih lama dari api

Kekurangan bata merah:


Sulit membuat pasangan bata yang rapi
Bahannya adalah bahan yang menyerap panas saat musim panas dan menyerap dingin
saat musim dingin, sehingga suhu ruangan di dalamnya tidak stabil
Cenderung boros dalam menggunakan material perekat
Bata merah adalah material yang cukup berat sehingga menimbulkan beban lebih pada
struktur bangunan

Karakteristik Bata
1. Batu bata adalah material yang cukup baik dalam menahan panas dan
lambat menghantarkannya, atau bisa disebut sebagai isolator yang baik,
sehingga pada siang hari yang panas terik, rumah yang menggunakan batu
bata, biasanya ruangan di dalam rumah tersebut akan terasa lebih dingin.
2. Jika sudah menerima panas dari sinar matahari selama siang hari, maka
biasanya dinding batu bata akan mengalirkan panas tersebut ke dalam
ruangan rumah secara perlahan pada malam harinya, sehingga rumah yang
menggunakan batu bata akan terasa lebih hangat pada malam hari.
3. Hal ini akan terus-menerus berlanjut, sehingga efeknya rumah yang
menggunakan material batu bata akan terasa lebih dingin di siang hari, dan
akan terasa lebih hangat di malam hari. Efeknya akan membuat penghuni
rumah merasa lebih nyaman untuk berada di dalamnya.
4. Selain itu batu bata juga lebih kuat dalam menghadapi serangan cuaca, jika
dibandingkan dengan menggunakan material seperti kayu misalnya,
sehingga waktu penggunaannya bisa lebih panjang. Lagi pula harga dari
batu bata tidak semahal material yang lebih kuat seperti beton misalnya.
Sehingga pekerjaan yang menggunakan batu bata bisa lebih ekonomis dan
terjangkau.
5. Mungkin batu bata bukanlah material yang sangat kuat, tetapi jika
pengerjaan dan pemasangannya benar, maka batu bata sanggup untuk
menahan bebannya sendiri dan juga menahan beban dari material lain
yang dibebankan kepadanya, meskipun beban tersebut terbilang cukup
berat.
6. Mungkin tingkat keawetan dari bangunan batu bata tidak sekuat bangunan
dari batu alam, tetapi jika hanya bertahan selama beberapa ratus tahun
saja, maka bangunan batu bata masih sanggup untuk menahannya. Sebagai
contohnya, mungkin anda dapat melihat bangunan yang dibuat oleh
bangsa Belanda yang ada di Indonesia, yang masih kokoh berdiri sampai
sekarang

Variant Detail dan Sistem Pemasangan


1. Bata merah
a) Sebelum bata merah dipasang terlebih dahulu dibasahi dengan air, hal ini
bertujuan agar pada saat pemasangan bata tidak banyak meresap air pada
mortar atau pengerasan mortar terlalu dini
b) Pasang jidaran pada sisi kanan dan kiri dan pastikan ketegaklurusannya
menggunakan waterpass
c) Sebelum proses pemasangan terlebih dahulu ukur ketinggian setiap
pemasangan bata menggunakan waterpass dari selang, lalu beri tanda pada
setiap ketinggiannya, hal ini nantinya dapat mempermudah pada saat
pemasangan setiap layer bata agar tetap level.
d) Pasang bata dengan mortar dan spesi 1 cm, adapun ketinggian maksimal
pemasangan bata adalah 1-2 meter dalam sehari, hal ini dikarenakan agar bata
tidak roboh jika terlalu tinggi.
2. Bata Ringan
a) Ukur bidang sloof dan pondasi yang akan dibangun dinding bata ringan di
atasnya. Selanjutnya pasang tali di antara sudut-sudut dinding sembari
gunakan waterpass untuk memastikan kerataannya.
b) Buatlah adukan memakai semen instan yang dicampur air dengan
perbandingan sesuai pada kemasan semen. Kemudian aduk hingga kedua
bahan tersebut tercampur rata.
c) Rendam bata ringan di dalam bak berisi air selama beberapa saat untuk
mencegah pengerasan semen terlalu dini. Hal ini dilakukan mengingat daya
serap bata ringan terhadap air tergolong cukup tinggi.
d) Aplikasikan adukan semen setebal 10 mm pada bidang yang akan dipasangi
bata ringan sebagai lapisan terbawah. Tebarkan adukan tersebut secara merata
dengan ukuran satu blok per waktu dan mengikuti pola-pola yang sudah
terbentuk dari bentangan benang.
e) Pasang sebuah bata ringan di atas adukan tadi. Setelah itu, tekan dan ketuk-
ketuk sedikit memakai palu sampai blok rata dengan batas benang. Jangan
lupa untuk memastikan kerataannya memakai waterpass.
f) Pasang sebuah blok bata ringan lagi di sudut yang berhimpitan dengan posisi
blok sebelumnya. Jangan lupa untuk memeriksa permukaannya benar-benar
rata menggunakan waterpass.
g) Ulangi langkah kelima dan keenam di atas sampai keempat sudut ruangan
telah terpasangi dua buah bata ringan yang saling berhimpitan. Tahap
berikutnya Anda tinggal memasang bata ringan membentuk pasangan sebaris
yang mengitari ruangan.
h) Sebelum memasang bata ringan pada barisan kedua di atas barisan paling
dasar, bersihkan dulu permukaan blok pada barisan pertama tersebut. Proses
selanjutnya adalah sama yaitu memasang bata ringan di keempat sudut
ruangan, lalu memasang sebaris bata ringan yang memutari ruangan.
i) Lakukan proses pemasangan bata ringan ini sampai didapatkan dinding
dengan ketinggian yang sesuai keinginan. Diamkan dinding tersebut selama
24 jam sebelum dapat diplester agar kondisinya sudah mengering sempurna.

3. Batako
a) Sebelum batako dipasang terlebih dahulu dibasahi dengan air seperti halnya
bata-bata yang lain, hal ini bertujuan agar pada saat pemasangan bata tidak
banyak meresap air pada mortar atau pengerasan mortar terlalu dini
b) Pasang jidaran pada sisi kanan dan kiri dan pastikan ketegaklurusannya
menggunakan waterpass
c) Sebelum proses pemasangan terlebih dahulu ukur ketinggian setiap
pemasangan bata menggunakan waterpass dari selang, lalu beri tanda pada
setiap ketinggiannya, hal ini nantinya dapat mempermudah pada saat
pemasangan setiap layer bata agar tetap level.
d) Pasang bata dengan mortar dan spesi 1 cm, adapun ketinggian maksimal
pemasangan bata adalah 1-2 meter dalam sehari, hal ini dikarenakan agar bata
tidak roboh jika terlalu tinggi.
4. Bataton
a) Pemasangan bataton tidak jauh berbeda dengan pemasangan batako maupun
bata merah.
b) Sebelum bataton dipasang terlebih dahulu dibasahi dengan air seperti halnya
bata-bata yang lain, hal ini bertujuan agar pada saat pemasangan bata tidak
banyak meresap air pada mortar atau pengerasan mortar terlalu dini
c) Pasang jidaran pada sisi kanan dan kiri dan pastikan ketegaklurusannya
menggunakan waterpass
d) Sebelum proses pemasangan terlebih dahulu ukur ketinggian setiap
pemasangan bata menggunakan waterpass dari selang, lalu beri tanda pada
setiap ketinggiannya, hal ini nantinya dapat mempermudah pada saat
pemasangan setiap layer bata agar tetap level.
e) Pasang bata dengan mortar dan spesi 1 cm, adapun ketinggian maksimal
pemasangan bata adalah 1-2 meter dalam sehari, hal ini dikarenakan agar bata
tidak roboh jika terlalu tinggi.

Anda mungkin juga menyukai