Batu Bata
1. Riwayat Perkembangan
Bukti evolusi panjang dari salah satu bahan material konstruksi tertua, batu bata,
tersebar diseluruh dunia sejak sebelum masehi, di Mesopotamia, Mesir dan India.
Batu bata pada masa awal ini masih menggunakan bahan baku tanah liat. Terdapat
berbagai penemuan antara lain sisa-sisa batu bata lempung yang dibuat oleh tangan
dalam bentuk deposit pada tahun 14.000 SM sungai Nil di Mesir, tempat pembakaran
batu bata besar sekitar tahun 2000 SM di Lothal, Gujarat, India. Menurut sejumlah
penelitian Arkeolog, di masa awal kependudukan daerah sekitar cekungan sungai
Nil, Eufrat Tigris dan Indus, masyarakat menggunakan dua proses pembakaran batu
bata yaitu menggunakan api di tahun 5000 SM dan sinar matahari seperti material di
makam Menis sekitar tahun 3000 SM. Budaya awal di Mesopotamia menggunakan
dinding batu bata bakar di bagian luar. Pembuatan batu bata bakar dan mengkilap
serta penggunaan batu bata warna sebagai permukaan ornamen pertama pada tahun
3500 SM berhasil dilakukan oleh penduduk Sumeria dan Babilon. Struktur paling
signifikan milik kedua penduduk tersebut di tahun 2300 SM adalah bangunan suci,
Ziggurat di Ur, Candi Uruk, Tower Babel yang awalnya dibuat dari batu bata tidak
dibakar lalu di diperbarui dengan batu bata bakar pada periode selanjutnya dan Pagar
Ishtar yang dibangun dibawah kepemimpinan Nebuchadnezzar II sekitar 600 SM
dimana batu bata digunakan sebagai pembentukan 500 relief dinding berwujud
binatang di area depan dan samping dinding.
Pengetahuan tentang pembuatan batu bata dari Mesopotamia, Mesir dan India
menyebar ke Yunani, Roma hingga Eropa yang ditandai dengan banyaknya
bangunan besar dibangun menggunakan batu bata seperti istana, interior candi,
gereja, bangunan pencakar langit dan didirikannya industry pembuatan batu bata.
Revolusi penting dalam pembuatan batu bata dimulai abad ke-18 dan 19 dengan
adanya dua penemuan. Tahun 1854, Carl Schlikeysen, produsen batu bata asal
Berlin, menemukan metode “The Extrussion Press” yaitu proses pembentukan dapat
ditransformasikan menjadi satu kesatuan proses yang dapat dikontrol dan otomatis.
Kemudian, produsen dari negara yang sama, Friedrich Hoffmann, menemukan
metode “The Continuos Ring Kiln”, dimana batu bata dapat di bakar lebih cepat,
lebih ekonomis, dan ramah lingkungan. Di tahun 1902, standardisasi model batu
bata ditetapkan.
Inovasi pembuatan batu bata terus berlanjut hingga awal abad ke-20 melahirkan
formulasi baru komposisi batu bata yakni batu bata kalsium silikat, batu bata batako,
dan hebel yang berasal dari campuran pasir kuarsa, semen, kapur, gypsum, air dan
alumunium pasta. Perkembangan sejak tahun sebelum masehi hingga sekarang
membuktikan bahwa batu bata adalah material konstruksi dinding tertua dan terbesar
penggunaannya.
2. Deskripsi
Batu bata dapat dibuat dari berbagai bahan baku, namun yang paling banyak
ditemukan adalah tipe batu bata yang terbuat dari lempung. Batu bata dibuat dengan
menekan sampel tanah liat yang sudah disiapkan dalam cetakan, mengekstrasi unit
yang terbentuk dan dibakar dalam tungku pada temperatur 2000° F dengan
menghasilkan tekstur datar dan halus.
Sifat batu-bata antara lain, sangat tahan lama, tahan api karena konduktor buruk
dan perawatannya sangat mudah, Batu bata memiliki sifat isolasi moderat sehingga
membuat keadaan didalam rumah dingin saat musim panas dan lebih hangat saat
musim dingin.
Karakteristik batu bata jika ditinjau dari segi sifat mekanik antara lain, memiliki
massa jenis rata-rata sebesar 2 Mg/m3 (125 pcf), kekuatan tekan sebesar 10 Mpa -
200 Mpa (1.500-29.007,5 psi), 4-10 % daya serap, kekuatan lentur antara 500-3.800
psi, modulus pecah sebesar 30 % - 49 %, modulus elastisitas sebesar 10,3 x 103 dan
3,45 Mpa (1,5 x 106 dan 5 x 106 psi), koefisien konduktivitas termal antara 2,8 x10-6
– 3,9 x 10-6 per °F, dan ekpansi termal sebesar 0,30-0,40 inch per 100 ft untuk 100
°F kenaikan suhu.
kimia dan fisik. Lalu tanah lempung yang berukuran besar akan masuk proses
penghancuran awal.
b. Penggilingan, persiapan dan penyimpanan bahan baku
Proses penghancuran tanah menjadi potongan-potongan kecil dilakukan
dengan alat penggiling dan tanah yang lolos melewati pemindaian berupa
bahan yang telah ditumbuk cukup halus. Partikel kasar akan dikembalikan ke
mesin penggiling untuk proses lebih lanjut sedangkan material halus diangkut
ke tempat penyimpanan bahan baku.
c. Pembentukan (pengadukan dan pencetakan),
Langkah pertama dalam proses pembentukan adalah tempering yaitu
pencampuran tanah liat dengan air di pug mill yang menghasilkan bahan yang
siap untuk dicetak. Jumlah air disesuaikan dengan metode pembuatan yang
ingin digunakan. Terdapat tiga prinsip metode pembuatan yaitu,
f. Pendistribusian produk
Setelah batu bata diturunkan dari tungku, penyortiran, penggolongan
kelas, penegmasan dan diangut pada truk atau kereta api untuk pengiriman
produk.
Gambar 5. Tipe Batu Bata FBS Gambar 6. Tipe Batu Bata FBX Gambar 7. Tipe Batu Bata FBA
Sumber: Beall C (2004) Sumber: Beall C (2004) Sumber: Beall C (2004)
6. Kelebihan
Berikut kelebihan dari batu bata dengan material perdindingan lainnya,
Memiliki rentang kekuatan tekan yang lebar yakni 10-200 Mpa
Nama : Husnik Maulidya Tungga Dewi
NIM : 180523630056
Offering :B
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI (NTSI6203)
Batu Bata
7. Kekurangan
Berikut kekurangan dari batu bata dengan material perdindingan lainnya,
Ukuran kecil tetapi cukup berat dan sulit diangkut dibandingkan dengan unit
bata beton.
Konduktivitas densitas batu bata lebih rendah dibandingkan unit bata beton.
Memiliki daya tahan api yang lebih kecil dari pada unit bata beton
Biaya pemasangan batu bata lebih besar dari pada batako.
Proses produksi batu bata tidak ramah lingkungan karena mengandung emisi
gas rumah kaca dibanding dengan batu beton.
Mengandung garam terlarut yang lebih tinggi sehingga dapat terjadi peristiwa
“Efflorescence”(zat tepung) menyebabkan permukaan dinding tidak enak
dipandang.
8. Daftar Pustaka
R.C Smith, 1966. Materials of Construction. McGraw-Hill, Inc.
Michael S. Mamlouk & John P. Zaniewski, 2006. Materials for Civil and
Construction Engineers. New Jersey: Pearson Education, Inc.
Theodore W. Marotta, 2002. Basic Construction Materials. New Jersey: Pearson
Education, Inc.
J.M. Illston & P.L.J. Domone, 2001. Construction Materials. New York: Spon Press.