4116110003
1-JT
TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
2016-2017
SOAL:
1. Jelaskan syarat-syarat agar gips dapat digunakan sebagai bahan perekat
hidrolis !
2. Jelaskan sifat-sifat batu kapur yang dapat mempengaruhi proses
pembakaran batu kapur !
3. Apa yang harus Anda perhatikan pada pemilihan jenis batu kapur yang
berhubungan dengan proses pembakarannya !
4. Bagaimanakah sifat beton yang dihasilkan apabila adukan beton diberi
bahan tambah puzolan ?
5. Jelaskan oksida-oksida yang dibutuhkan dan bahan baku untuk
memperoleh oksida tersebut !
6. Jelaskan jenis-jenis senyawa yang tidak diinginkan pada semen dan
pengaruhnya terhadap sifat-sifat semen !
7. Jelaskan pengaruh air terhadap sifat dan kekuatan semen !
8. Jelaskan sifat mekanik semen dan faktor apa yang mempengaruhinya ?
9. Jelaskan mengapa semen membutuhkan waktu perawatan/curing selama 28
hari ?
10. Bagaimana pengaruh senyawa-senyawa tersebut terhadap sifat-sifat semen !
JAWAB :
Batuan gips dari alam dipanasi terlebih dahulu pada suhu 60C 65C supaya
mudah digiling menjadi tepung gips.
Tepung hasil gilingan kemudian dipanggang pada teromol berputar dengan suhu
tidak boleh lebih dai 170C.
Pemanggangan dilakukan selama 1 jam pada suhu tetap, kemudian diangkat dan
disimpan pada tempat kering.
Tepung gips hasil pemanggangan digiling halus dan diayak sehingga
kehalusannya lolos pada saringan 170 mesh.
Tepung gips yang sudah diayak disimpan pada tempat yang tertutup rapat.
Gips hemihidrat yang digunakan sebagai adukan akan mengalami pengerasan
dalam waktu 5 10 menit.
Syarat-syaratnya adalah harus mengandung minimum 66% berat bahan
senyawa kalsium hemihidrat (CaSO4. H2O). http://trik-
iqbal.blogspot.co.id/2016/01/jawaban-bab-iii-teknologi-bahan.html
syarat gips agar dapat digunakan yaitu gips yang merupakan gips
hemihidrat yaitu gips alam yang apabila dipanasi sampai suhu 130C -
170C, tidak semua air hablurnya menguap sehingga gips mempunyai
sifat cepat dapat menarik air kembali.
http://operator-it.blogspot.co.id/2014/03/bahan-perekat-hidrolis.html,
Bila pemanasan mencapai suhu terlalu tinggi, oksida yang terbentuk akan
memadat dan sukar bereaksi dengan air pada saat proses pemadaman. Kondisi ini
disebut dengan terbakar lewat.
Suhu pembakaran batu kapur yang ideal 1000C-1350C. Pada suhu ini,
penguraian mula-mula terjadi pada permukaan batu kapur, kemudian perlahan-
lahan pada bagian butirnya. Waktu yang diperlukan tergantung dari besarnya
ukuran butiran batu kapur yang dibakar.
Pada pembakaran batu kapur terjadi 2 hal :
1) Pembakaran tidak sempurna dimana bagian dalam butiran batu kapur tidak
mengalami penguraian dan batu kapur akan merupakan butiran-butirab kecil
yang tidak terbakar. Biasanya suhu pembakaran di bawah suhu desosiasi.
2) Suhu yang terlalu tinggi dan pembakaran yang terlalu lama , menyebabkan
batu kapur terbakar lewat/mencapai titik lelehnya. Oksida kapur yang
terbentuk volumenya menyusut 25 50 % sehingga menjadi keras dan pori-
porinya menjepit. Kondisi ini membuat kapur sukar bereaksi dengan air/sukar
dipadamkan.
Sifat-sifat batu kapur yang mempengaruhi proses pembakaran batu kapur
adalah oleh pengotoran atau tercampurnya unsur-unsur lain. http://trik-
iqbal.blogspot.co.id/2016/01/jawaban-bab-iii-teknologi-bahan.html
sifat-sifat batu kapur yang mempengatuhi proses pembakaran antara lain :
http://operator-it.blogspot.co.id/2014/03/bahan-perekat-hidrolis.html
Yang harus diperhatikan adalah mutu batu kapur, prosentase bagian yang
aktif dalam kapur, kehalusan butiran, kekekalan bentuk adukan yang
terbuat dari kapur tersebut, kekuatan adukan yaitu berupa kuat tekan
adukan yang terbuat dari campuran kapur, pasir dan air.
http://trik-iqbal.blogspot.co.id/2016/01/jawaban-bab-iii-teknologi-bahan.html
Sifat-sifat batu kapur sangat dipengaruhi oleh pengotoran atau tercampurnya unsur-
unsur lain. Oleh karena itu jenis batu kapur dibedakan menurut kemurniaannya,
yaitu :
a) Batu kapur kalsium (CaCO3) dengan kemurnian tinggi, bila unsure lain < 5 %
b) Batu kapur Magnesia (CaCO3MgCO3) bila mengandung 5 20 % magnesia
magnesium karbonat.
c) Batu kapur dolomite, bila mengandung magnesium karbonat > 30 % tetapi <
44 %.
d) Batu kapur hidrolis, bila mengandung > 5 % senyawa lain yang terdiri dari
alumina, silica dan besi.
e) Margel, batu kapur yang tercampur tanah liat didapat dalam bentuk gumpalan
lunak dan mudah terlepas. Batu kapur jenis ini biasanya digunakan sebagai
bahan dasar semen.
f) Marmer dan batu kapur padat. Batu kapur ini mengandung bermacam-macam
senyawa lain yang mengalami metamorphose sehingga mempunyai warna
bermacam-macam, bentuk kristal berbeda-beda dan keadaannya padat dan
keras.
Untuk membedakan batu kapur dengan batuan lainnya dapat dilakukan dengan cara
meneteskan asam chloride (HCL) pada permukaan batuan tersebut. Asam chlorida
akan bereaksi dengan batu kapur, reaksi yang terjadi adalah :
CaCO3 + 2 HCL CaCl2 + H2O + CO2 (gas)
4. Sifat beton yang dihasilkan apabila adukan beton diberi bahan tambah
puzolan adalah :
c. Kadar Gips
Gips dalam semen ditambahkan untuk memperlambat pengerasan
klinker semen. Jika klinker semen digilinga tanpa penambag gips,
bubuk halus klinker akan segara bersenyawa dengan air dan adonan
itu akan mengeras dalam waktu kurang lebih 10 menit. Hal ini akan
menyulitkan dalam pemakaian semen. Dengan demikian untuk
memperlambat pengerasan bubuk klinker dicampur gips. Penambahan
bahan ini dalam semen adalah maksimum 4% dari berat klinker. Dalam
analisis kimi, gips akan terlihat sebagai senyawa SO3 da dibatasi
jumlahnya sampai kuarang lebih 2,5%-3%.
http://yoppyinfo.blogspot.co.id/2009/10/teknologi-beton-semen.html
4. Kekekalan Bentuk
Yang dimaksud dengan kekekalan bentuk adalah sifat dari bubuk semen yang telah
mengeras, di mana bila adukan semen dibuat suatu bentuk tertentu bentuk itu tidak
berubah. Buka benda dari adukan semen yang telah mengeras. Apabila benda
menunjukkan danya cacat (retak, melengkung, membesar, dan menyusut), berarti
semen itu tidak baik atau tidak memiliki sifat tetap bentuk.
5. Kekuatan Semen
Kekuatan mekanis dari semen yag mengeras merupakan sifat yang perlu di ketahui di
dalam pemakaian. Kekuatan semen ini merupakan gambaranmengenai daya rekatnya
sebagai bahan perekat (pengikat). Pada umumnya, pengukuran kekuatan daya rekat
ini dilakukan dengan menentukan kuat lentur, kuat tarik, atau kuat tekan (desak) dari
campuran semen dengan pasir.
Senyawa C3A tidak mempunyai sifat semen. Senyawa ini bila terkena
air segera bereaksi dan mengeluarkan panas kemudian hancur. Kadar
C3A dalam semen maksimum 18 %. Bila lebih, maka semen
mempunyai sifat tidak kekal bentuknya (mengembang) akibat panas
yang terlalu tinggi pada waktu pengerasannya. Selain itu senyawa ini
juga dapat dipengaruhi oleh senyawa sulfat (SO3), sehingga semen
menjadi tidak tahan sulfat. Untuk semen tahan sulfat, ASTM
mensyaratkan kadar senyawa ini mak 3 %.
http://operator-it.blogspot.co.id/2014/03/semen-portland-sebagai-bahan-
perekat.html