Anda di halaman 1dari 7

BAB 5

BATU BATA

A. Pengertian
Bata merah pejal untuk pasangan dinding adalah bahan bangunan yang
berbentuk prisma segi empat panjang, pejal atau berlubang dengan volume
lubang maksimum 15 %, dan digunakan untuk konstruksi dinding bangunan,
yang dibuat dari tanah liat dengan atau tanpa dicampur bahan aditif dan
dibakar pada suhu tertentu. SNI 15-2094-2000.
Thamrin (2008: 54) mengemukakan bahwa Batu bata yang banyak
ditemui di lapangan pada umumnya merupakan prisma tegak (balok) dengan
penampang empat persegi panjang, ada juga batu bata yang berlubang-lubang,
batu bata semacam ini kebanyakan digunakan untuk pasangan dinding
peredam suara. Ukuran batu bata di berbagai tempat dan daerah tidak sama
besarnya disebabkan oleh karena belum ada keseragaman ukuran dan teknik
pengolahan. Ukuran batu bata umumnya berkisar 22 x 10,5 x 4,8 cm sampai
24 x 11,5 x 5,5 cm.
B. Proses Pembuatan Batu bata
Menurut Nuraisyah Siregar, 2010:15, Pada dasarnya batu bata merupakan
tanah lempung yang dicetak sedemikian rupa kemudian dijemur hingga
kering selanjutnya dibakar hingga mengeras dan tidak mudah hancur terkena
air. Lempung yang dibakar pada temperatur tinggi akan mengalami
perubahan seperti berikut:
1. Pada temperatur ± 150ºC, terjadi penguapan air pembentuk yang
ditambahkan dalam tanah liat pada pembentukan setelah menjadi batu bata
mentah.
2. Pada temperatur antara 400ºC - 600ºC, air yang terikat secara kimia dan
zat-zat lain yang terdapat dalam tanah liat akan menguap.

36
3. Pada temperatur diatas 800ºC, terjadi perubahan-perubahan Kristal dari
tanah liat dan mulai terbentuk bahan gelas yang akan mengisi pori-pori
sehingga batu bata merah menjadi padat dan keras.
4. Senyawa-senyawa besi akan berubah menjadi senyawa yang lebih stabil
dan umumnya mempengaruhi warna batu bata merah.
Susut bakar merupakan suatu kondisi tanah liat yang mengalami
perubahan bentuk seperti susut kembali setelah melalui proses pembakaran.
Susut bakar yang terjadi pada tanah liat pada pembuatan batu bata diharapkan
tidak menimbulkan cacat seperti perubahan bentuk (melengkung), pecah-
pecah dan retak. Tanah liat yang sudah dibakar tidak dapat kembali lagi
menjadi tanah liat atau lempung oleh pengaruh udara maupun air.
Proses pembuatan batu bata melalui beberapa tahapan, meliputi
penggalian bahan mentah, pengolahan bahan, pembentukan, pengeringan,
pembakaran, pendinginan, dan pemilihan (seleksi). Adapun tahap-tahap
pembuatan batu bata sebagaimana dijelaskan oleh Suwardono, 2002 dalam
Masthura, 2010:19, yaitu sebagai berikut:
1. Penggalian Bahan Mentah
Untuk memperoleh bahan mentah yang baik untuk membuat batu
bata maka perlu dilakukan penggalian sehingga diperoleh tanah yang tidak
terlalu plastis, melainkan tanah yang mengandung sedikit pasir untuk
menghindari terjadinya penyusutan. Penggalian dilakukan pada tanah
lapisan paling atas kira-kira setebal 40 – 50 cm. Akar pohon, plastik, daun,
dan sebagainya tidak boleh ikut tercampur. Kemudian menggali sampai ke
bawah sedalam 1,5 – 2,5 meter atau tergantung kondisi tanah. Tanah yang
sudah digali dikumpulkan dan disimpan pada tempat yang terlindungi.
Semakin lama tanah liat disimpan, maka akan semakin baik karena
menjadi lapuk. Tahap tersebut dimaksudkan untuk membusukkan
organisme yang ada dalam tanah liat.
2. Pengolahan Bahan Mentah
Tanah liat yang sudah diambil kemudian dicampur dengan bahan
lainnya secara merata yang dilakukan dalam keadaan basah untuk
37
memudahkan proses pencampurannya. Setelah itu bahan-bahan tersebut
dibiarkan selama 2 sampai 3 hari dengan tujuan memberi kesempatan
partikel-partikel tanah liat untuk menyerap air agar menjadi lebih stabil,
sehingga apabila dibentuk akan terjadi penyusutan yang merata.
3. Pembentukan Batu Bata
Bahan mentah yang telah diolah kemudian dibentuk dengan alat
cetak yang terbuat dari kayu atau kaca sesuai ukuran standar SNI 15-2094-
2000. Cetakan yang dipakai harus dibasahi terlebih dahulu supaya tanah
liat tidak menempel pada cetakan. Pencetakan batu bata merah dilakukan
pada permukaan yang rata dan ditaburi abu sekam padi agar tidak menyatu
dengan lantai dasarnya sehingga mudah diangkat. Bahan mentah
dimasukan pada bingkai cetakan dengan tangan sambil ditekan-tekan
hingga memenuhi bingkai cetakan secara maksimal. Selanjutnya cetakan
diangkat dan batu bata mentah hasil dari cetakan siap untuk dikeringkan.
4. Pengeringan Batu Bata Merah
Proses pengeringan batu bata yang baik dilakukan secara bertahap
agar tidak terkena panas dari sinar matahari secara langsung. Panas dari
sinar matahari yang terlalu menyengat akan mengakibatkan retakan pada
batu bata.
Batu merah yang belum dibakar juga disebut batu hijau. Setelah
mengeras bata dapat dibalik pada sisi yang lain. Kemudian ditumpuk
dalam susunan setinggi 10 atau 15 batu. Susunan ini terlindung dari sinar
matahari dan hujan. Pengeringan ini membutuhkan waktu selama 2 hari
sampai dengan 7 hari (Thamrin, 2008:67).
5. Pembakaran Batu Bata
Proses pembakaran batu bata harus berjalan seimbang dengan
kenaikan suhu dan kecepatan suhu, ada beberapa tahapan yang harus
diperhatikan, yaitu: (Suwardono, 2002 dalam Magdalena, 2008:33)
a. Tahap pertama adalah penguapan (pengeringan), yaitu pengeluaran air
pembentuk, terjadi hingga temperatur kira – kira 120°C.

38
b. Tahap oksidasi, terjadi pembakaran sisa – sisa tumbuhan (karbon) yang
terdapat di dalam tanah liat. Proses ini berlangsung pada temperatur 650
– 800°C.
c. Tahap pembakaran penuh. Bata dibakar hingga matang dan terjadi
vitrifikasi hingga menjadi bata padat. Temperatur matang bervariasi
antara 920 – 1020°C tergantung pada sifat tanah liat yang dipakai.
d. Tahap penahanan. Pada tahap ini terjadi penahanan temperatur selama 1
– 2 jam. Pada tahap 1, 2 dan 3 kenaikan temperatur harus perlahan –
lahan, agar tidak terjadi kerugian pada batanya. Antara lain: pecah –
pecah, noda hitam pada bata, pengembangan, dan lain – lain.
Hasil pembakaran batu merah yang baik tergantung dari
banyaknya batu merah yang dibakar. Pada umumnya kerusakan batu
merah dalam proses pembakaran sekitar 20% sampai 30%. Bahan
bakarnya menggunakan kayu atau sekam padi. Setelah selesai proses
pembuatan, batu merah harus disimpan dalam keadaan cukup kering.
Bila tidak ada gudang, maka dilindungi dengan plastik terhadap air
hujan (Thamrin, 2008:67)
Letak batu bata pada proses pembakaran juga mempengaruhi
kualitasnya, kondisi tersebut dikarenakan perbedaan suhu bakar
akibat perbedaan jarak dari sumber panas atau bisa dikatakan terjadi
perbedaan suhu. Oleh karena itu pada proses pembakaran batu bata
diharapkan agar perletakan batu bata disusun dengan baik supaya
panas pembakaran dapat tersebar secara merata.
Thamrin (2008: 69) mengemukakan hasil dari pembakaran
batu bata berdasarkan letaknya terhadap api sebagai berikut:
Batu bata yang berdekatan dengan api (bata klingker) sering
mengalami kelebihan bakar dan terdistorsi, yang membuatnya
menjadi tidak menarik, dan oleh sebab itu tidak sesuai digunakan
pada pekerjaan bata ekspos. Bata-bata dalam zona tungku bata-
Iapangan di dekat api akan terbakar sempuma tetapi tidak terdistorsi,

39
ini sesuai untuk bata lapis-muka di bagian luar dengan derajat daya-
tahan terhadap cuaca yang tinggi.
Bata yang paling jauh dari api akan menjadi lebih lunak dan
akan dipinggirkan untuk digunakan sebagai bata belakang,
sementara sejumlah bata dari sekitar keliling tungku bata-
Iapangannya tidak cukup terbakar dan hasilnya tidak baik, bahkan
tidak dapat digunakan untuk keperluan apapun, bata yang seperti ini
akan dibuang.

6. Pemilihan (seleksi) Batu Bata


Setelah proses pembakaran selesai dilakukan, bata kemudian
didinginkan dan dibongkar dari dalam tungku. Pembongkaran ini dapat
dilakukan bila temperatur sudah cukup rendah. Kemudian bata tersebut
dipilih sesuai kriteria tertentu. Kriteria dalam pemilihan batu bata menurut
Suwardono, 2002 dalam Magdalena Silitonga, 2008:22 adalah sebagai
berikut:
a. Kematangan bata mudah dibedakan dengan warnanya:
1) Hitam, terlalu matang.
2) Merah, matang.
3) Abu – abu/cream, masih mentah.
b. Bunyi dan warnanya.
c. Ukuran bata terlalu kecil atau terlalu besar. Kriteria yang baik dengan
sendirinya harus disesuaikan dengan standar yang berlaku.
d. Tidak mudah hancur atau patah.
C. Klasifikasi
Bata Merah pejal untuk pasangan dinding menurut kekuatan tekan
rata-rata terendah dibagi dalam 3 kelas yaitu :
1. Kelas 50
2. Kelas 100
3. Kelas 150
D. Syarat mutu :
40
Bata merah pejal untuk dinding harus memenuhi syarat mutu sebagai
berikut :
1. Sifat tampak
Bata merah pejal untuk dinding harus berbentuk prisma segi
empat panjang, mempunyai rusuk-rusuk yang siku, bidang-bidang datar
yang rata dan tidak menunjukkan retak-retak.
2. Ukuran dan toleransi
Ukuran dan toleransi bata merah pejal unuk pasangan dinding
sesuai tabel 5.1.

Tabel 5.1. Ukuran dan toleransi bata merah pejal untuk pasangan dinding

Modul Tinggi Lebar Panjang


M-5a 65 ± 2 90 ± 2 190 ± 4
M-5b 65 ± 2 100 ± 2 190 ± 4
M-6a 52 ± 3 110 ± 2 190 ± 5
M-6b 55 ± 3 110 ± 2 190 ± 5
M-6c 70 ± 3 110 ± 2 190 ± 5
M-6d 80 ± 3 110 ± 2 190 ± 5

3. Kuat tekan
Besarnya kuat tekan rata-rata dan koefisien variasi yang diizinkan
untuk bata merah pejal untuk pasangan dinding sesuai tabel 5.2.
Tabel 5.2. Kuat tekan dan koefisien variasi untuk bata merah pejal untuk
pasangan dinding.
Kelas Kuat tekan rata-rata minimum Koefisien variasi dari kuat
dari 30 bata yang diuji kg/cm2 tekaan rata-rata yang diuji
(Mpa) %
50 50 (5) 22
100 100 (10) 15
150 150 (15) 15

41
4. Kadar Garam
Garam yang mudah larut dan membahayakan serta yang dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan struktural “Efflorescene” pada
permukaan bata adalah magnesium sulfat (MgSO4), natrium sulfat
(K2SO4), dengan total kadar garam maksimum 1, 0 %.
5. Kerapatan
Kerapatan semu minimum bata merah pejal untuk pasangan dinding
adalah 1,2 gr/cm2.
6. Penyerapan Air
Penyerapan air maksimum bata merah pejal untuk pasangan dinding
adalah 20 %.
7. Pengambilan Contoh
Pengambilan contoh bata merah dilakukan secara acak pada berbagai
tempat dan usahakan agar contoh yang diambil mewakili keseluruhan
partai.
Jumlah contoh yang harus diambil
Di dalam semua keadaan, jumlah contoh untuk pengujian tidak boleh
kurang dari 50 buah bata merah, Dari partai yang berjumlah hingga
500.000 buah bata merah untuk pengujian diambil paling sedikit 10 buah
bata merah dari tiap kelompok yang berjumlah 50.000 buah bata merah,
Bila jumlah bata merah melebihi 500.000 buah, maka dari tiap kelebihan
100.000 buah, diambil paling sedikit 5 buah bata merah.
8. Cara uji
Sifat Tampak
Bentuk dinyatakan dengan bidang-bidang datarnya rata atau tidak,
menunjukkan retak-retak atau tidak, rusuk-rusuknya siku-siku atau tidak
dan sebagainya. Untuk mengetahui bidang-bidang datarnya, serta
kesikuan rusuk-rusuknya dari 10 buah bata yang diperiksa bidang-bidang
datar.

42

Anda mungkin juga menyukai