Anda di halaman 1dari 5

STANDAR PENGUJIAN KUALITAS BATA PENGGANTI

Oleh
Ari Swastikawati, S.Si, M.A
Balai Konservasi Peninggalan Borobudur

A. Pengantar sudah sangat rapuh dan tidak dapat dipasang lagi.


Indonesia merupakan negara yang kaya akan Akan tetapi berbagai teknik konservasi dan
tinggalan cagar budaya. Tinggalan cagar budaya tersebut p emugaran te rsebut tidak se pe nuh nya dapat
tersebar di seluruh wilayah Nusantara. Material cagar budaya menyelesaikan masalah. Salah satu contoh kasus yang
yang ada di seluruh wilayah nusantara tersebut, terdiri dari terjadi pada Candi Brahu di Trowulan, Mojokerto Jawa
berbagai jenis material seperti cagar budaya berbahan bata, Timur. Setelah dilakukan tindakan konservasi dan
batu, kayu, logam, keramik dan lain-lain. Salah satu material pemugaran ternyata proses kerusakan dan pelapukan bata
cagar budaya yang banyak terdapat di Pulau Jawa dan pengganti terjadi sangat cepat. Hal ini menunjukan bahwa
Sumatera adalah cagar budaya berbahan bata. Cagar budaya bata penganti yang digunakan memiliki kualitas yang
berbahan bata tersebut dapat berupa candi, gapura, sumur, rendah. Oleh karena itu perlu kiranya sebelum digunakan
saluran air dan lain-lain. sebagai bata penganti dalam kegiatan konservasi dan
Cagar budaya berbahan bata merupakan jenis cagar pemugaran maka bata-bata tersebut harus lolos dari proses
budaya yang sangat rentan terhadap proses kerusakan dan pengujian. Sehingga bata pengganti dapat terjamin
pelapukan, baik oleh proses fisik, mekanik, biologis dan kualitasnya dengan baik. Untuk melakukan pengujian
kimia. Dampak yang ditimbulkan oleh adanya proses kualitas bata yang baik maka diperlukan standar pengujian
kerusakan dan pelapukan tersebut antara lain: kualitas bata pada laboratorium di lingkungan Direktorat
- pertumbuhan organisme baik algae, moss, lichen Tinggalan Purbakala. Sehingga setiap laboratorium di
dan rumput lingkungan Direktorat Tinggalan Purbakala dapat
pada bata menentukan, lolos tidaknya material bata yang akan
- a d a n y a dijadikan sebagai bata pengganti.
penggaraman
p a d a B. Bata Merah Secara Umum
per mukaan Bata merah dibuat dari tanah liat atau lempung
bata dengan atau tanpa campuran bahan lain, yang dibakar pada
- a d a n y a suhu yang tinggi sehingga tidak hancur lagi bila direndam
pengelupasan air. Pada awal proses pembuatan bata, tanah liat dibuat
pada dinding plastis, kemudian dicetak dalam cetakan kayu atau baja.
 bangunan Tanah hasil cetakan tersebut kemudian dikeringkan,

selanjutnya dibakar pada suhu yang tinggi.

Material bata yang baik terdiri atas pasir (silika)
- adanya retakan dan kerapuhan tingkat tinggi pada material dan tanah liat (alumina), yang dicampur dalam
bata. perbandingan tertentu sehingga bila ditambahkan dengan
Berbagai upaya tindakan konservasi dan pemugaran sedikit air menjadi bersifat plastis. Sifat plastis tersebut
dilaksanakan untuk meminimalisasi atau menghambat sangat penting agar tanah dapat dicetak dengan mudah,
proses kerusakan dan pelapukan lebih lanjut seperti: dikeringkan tanpa susut, retak-retak maupun melengkung.
1. Pemberian bahan penolak air (water repellent) dan lapisan Jika terlalu banyak tanah liat (kurang pasir) akan
kedap air (water proofing) untuk menghambat masuknya mengakibatkan susutan bata menjadi sangat besar selama
air ke dalam struktur bangunan bata. proses pengeringan dan pembakaran, juga menyebabkan
2. Pemasangan struktur beton untuk memperkuat struktur bata menjadi retak dan melengkung. Penambahan pasir
bangunan baik pada bagian dalam maupun pada bagian dapat menghilangkan pengaruh buruk tersebut, tetapi jika
lantai atau dasar. pasir ditambahkan dalam jumlah terlalu banyak akan
3. Pembenahan sistem drainase di lingkungan bangunan menyebabkan tidak adanya lekatan antar butiran dan
bata. akibatnya bata menjadi getas dan lemas. Di dalam
4. Penggunaan bata penganti untuk mengantikan bata yang campuran tersebut juga terdapat sedikit kapur dalam

4

bentuk bubuk, yang berfungsi untuk membantu proses 
  

pelelehan pasir saat proses pembakaran, dan sebagai    

pengikat butir-butir tanah. Jika ada kapur yang tidak    

   
berbentuk bubuk (lebih besar) maka butir kapur menjadi
   
CaO (kapur tohor) setelah proses pembakaran. Butir kapur    

tohor tersebut akan bereaksi dan mengembang bila terkena    

air, hal ini menyebabkan bata menjadi retak. Begitu pula jika,    

terlalu banyak kapur maka bata akan menjadi mudah retak.


Selain kapur bata juga mengandung sedikit oksida besi, Umumnya bata dianggap baik bila memiliki daya serap air kurang
oksida besi yang berfungsi untuk menyempurnakan proses dari 20%. Untuk itu perlu dilakukan uji daya serap air bata,
pembakaran seperti kapur dan memberi warna merah setelah sebagai berikut:
proses pembakaran. Kekurangan oksida besi menyebabkan Peralatan dan bahan yang digunakan:
bata berwarna kuning (kurang gelap).
- tiga sampel bata
Umumnya bata berbentuk empat persegi panjang,
bersudut siku-siku, tajam, dan permukaannya rata. Panjang - timbangan digital
bata umumnya dua kali lipat lebarnya, sedangkan tebalnya - benjana berisi air
sekitar setengah atau tiga perempat lebarnya. Sedangkan Prosedur uji:
ukuran bata merah standar adalah: panjang 230 mm, lebar
110 mm dan tebal 50 mm. - Sampel bata ditimbang dalam keadaan kering mutlak
(Wk)
C. Standar Pengujian Kualitas Bata - Bata kemudian direndam dalam air sampai semua
Standar pengujian kualitas bata diperlukan untuk
pori terisi air (tidak ada gelembung udara yang
menjamin kualitas bata penganti memiliki kualitas yang baik.
Adapun metode pengujian kualitas bata dapat dilakukan keluar).
dengan mempertimbangkan beberapa parameter - Bata yang telah direndam dalam air ditimbang
diantaranya ukuran bata, daya serap air, temperatur
kembali (Wb)
pembakaran, kuat tekan, serta kadar garam yang larut dan
membahayakan. Kelima parameter tersebut dipilih karena - Besarnya serapan air dihitung sebagai berikut:
parameter-parameter tersebut memiliki standar atau kriteria
yang dapat dijadikan sebagai acuan. Wb - Wk x 100%
P=
a) Ukuran dan Warna Bata Penganti Wk
Ukuran dan warna bata penganti seharusnya
disesuaikan dengan ukuran dan warna bata asli. Sekalipun Keterangan:
akan sangat sulit menyamakan warna bata penganti P : persentase air yang terserap bata (%)
dengan warna bata asli karena bata asli umumnya sudah
mengalami perubahan warna karena proses degradasi, Wk : berat bata kering mutlak sebelum direndam air (gr)
terutama bata outer. Begitu pula ukuran bata pengganti Wb : berat bata setelah direndam dalam air (gr)
karena bata asli pada bangunan candi umumnya sudah
mengalami proses pemacakan saat dipasang. Sehingga
c) Temperatur Pembakaran Bata
permukaan bata pada beberapa atau seluruh sisinya sudah
Kualitas bata, baik bata asli maupun bata
berkurang 0,5 sampai 1 cm. Berikut ini contoh ukuran
p e n g g a nt i s a ng a t di p en g ar u h i o l eh su hu
bata asli pada beberapa candi di Indonesia:
pembakarannya. Temperatur berguna dalam proses
b) Uji Serap Air
pengeringan bata sehingga diperoleh bata yang baik
Bata merupakan material yang bersifat higroskopis
dan sempurna. Dalam campuran tanah liat dan air
artinya mudah menyerap air. Bata yang berkualitas tinggi
sebelum dibakar, di dalam strukturnya masih terdapat
akan memiliki daya serap yang rendah terhadap air dan
berbagai jenis air yaitu:
kelembapan, sebaliknya bata yang berkualitas rendah akan
1. Air suspensi (percampuran air dengan bahan dasar)
memiliki daya serap yang tinggi terhadap air dan
2. Air antar partikel yang terjadi pada waktu
kelembapan.
melumatkan bahan dasar
3. Air pori antar partikel setelah pengkerutan

5
4. Air terabsorpsi secara kimia atau fisik partikel di laboratorium BKPB dengan metode DTA
5. Air kisi dalam struktur kristalnya (Differential Thermal Analysis), ditemukan temperatur
pembakaran bata berkisar antara 250-800 0C.
Berdasarkan keseluruhan uraianya di atas maka
sebaiknya bata pengganti dibakar pada suhu
pembakaran antara 600-8000C. Adapun peralatan dan
prosesdur analisa suhu pembakaran bata sebagai
berikut:

Peralatan dan bahan yang digunakan:


0
- DTA dengan suhu pembakaran 0 - 1200 C
- Cawan porselin
 - Color chart
 - Penjepit besi

- Spidol permanen
0
Air yang terabsopsi fisik hilang pada pemanasan 100 C,
+
sedangkan air terabsorpsi kimia dalam bentuk H3O
0
atau OH hilang pada temperatur 1000 C. Air gugus
0
hidroksida mulai lepas pada suhu 600 C. Oleh karena
itu bata yang temperatur pembakarannya kurang dari 600°C
akan mudah rapuh karena gugus hidroksidanya belum lepas.
Dalam proses pembakaran akan terjadi
pemampatan karena partikel-partikel lempung akan
mengelompok menjadi bahan padat, permukaan bata
akan menyusut, volume berkurang dan struktur bata 

akan bertambah kuat kemudian permukaan butiran 
yang berdekatan akan saling menyatu seperti
terillustrasi pada Gambar 2. Secara umum semakin tinggi Prosedur uji:
dan semakin lama proses pembakaran, maka kualitas bata yang - Sampel bata dipotong menjadi bagian-bagian kecil
dihasilkan akan semakin baik. Temperatur yang ideal - Temperatur pembakaran yang akan dilakukan ditulis
untuk pembakaran bahan-bahan keramik adalah 9000C, pada cawan porselin misalnya 50, 100, 150, 200, 250,
dimana pada temperatur tersebut kristal silika akan 300, 350, 400,
meleleh secara efektif dan mengalami rekristalisasi
450, 500, 550, 600, 650, 700, 7500C dan seterusnya
secara sempurna. Pada pembuatan bata temperatur
- Potongan bata diletakan pada cawan porselin,
tersebut sulit dicapai, karena pembakarannya
kemudian potongan bata diambil dan diletakan pada
meng gunakan bahan bakar langsung tanpa
ruang alat DTA sesuai urutan suhu pembakaran pada
menggunakan ruang tanur.
Bahan bakar yang digunakan saat pembakaran cawan porselin
bata dapat berupa kayu atau sekam padi. Temperatur - Potongan bata tersebut diambil satu persatu setiap
yang dapat dicapai pada pembakaran menggunakan kenaikan suhu 500C.
kayu lebih baik dibanding dengan menggunakan sekam, - Potongan bata tersebut diletakan kembali pada cawan
disamping temperaturnya dapat lebih tinggi juga porselin, kemudian perubahan warna pada potongan
adanya unsur karbon, sehingga bata menjadi keras. bata dibandingkan dengan menggunakan color chart.
Informasi bahan bakar yang digunakan pada bata asli - Bata yang mulai mengalami perubahan warna
penting untuk diketahui. Analisis terhadap bata asli menunjukan kisaran temperatur pembakarannya.
perlu memperhatikan adanya sisa-sisa arang bahan
pembakar yang sering kali masih menempel pada
d) Uji Garam Terlarut pada Bata Merah
permukaan bata.
Bahan baku bata merah berasal dari tanah liat
Berdasarkan pengalaman analisis yang dilakukan
(lempung) dengan atau tanpa campuran bahan-bahan

6
lain. Lempung berasal dari pelapukan batuan yang percobaan dibiarkan dalam ruang yang mempunyai
mengandung mineral. Mineral-mineral tersebut terdiri pergantian udara yang baik.
dari silika, alumunium dengan gabungan kalium, - Jika sesudah beberapa hari air telah diisap dan bata-bata
natrium, magnesium dan kalsium. Bata juga kelihatan kering, air yang sama banyaknya dituangkan
mengandung senyawa-senyawa lain baik dalam bentuk lagi ke dalam bejana-bejana dan bata-bata dibiarkan lagi
mineral maupun garam-garam terlarut. hingga kering. Kegiatan ini dilakukan kurang lebih
selama tiga (3) bulan.
- Kemudian bata-bata diamati pengeluaran garam-garam
putih pada permukaannya. Hasil pengamatan
dinyatakan sebagai berikut :
a. Tidak membahayakan bila kurang dari 50%
permukaan bata tertutup lapisan garam.
b.Ada kemungkinan membahayakan
Bila 50% atau lebih permukaan bata tertutup lapisan
garam yang agak tebal.
c. Membahayakan
Bila lebih dari 50% permukaan bata tertutup lapisan
garam yang tebal dan bagian-bagian bata menjadi

bubuk atau terlepas.




Senyawa-senyawa tersebut ada di dalam bata karena


terkandung dalam bahan baku. Senyawa yang dapat
berdampak negatif dalam jangka panjang adalah bata
garam-garam terlarut yang dapat keluar ke permukaan
bata oleh aktifitas air dalam material. Setelah keluar
dapat menimbulkan pengaraman, dan lebih lanjut dapat
menyebabkan pelapukan dan pengelupasan. air
Meskipun demikian, penggaraman tidak akan
terjadi jika bata yang digunakan tidak mengandung   
garam terlarut. Bata pengganti yang digunakan saat  
pemugaran, harus mengandung kadar garam terlarut 

seminimal mungkin. Berikut ini diuraikan cara metode e) Uji Kuat Tekan Bata
uji garam terlarut menurut uji kualitas bata berdasar Kuat tekan merupakan salah satu parameter yang
SNI (YDNI No. 10 tahun 1964) : digunakan untuk mengetahui kekuatan atau kemampuan
Peralatan dan bahan yang digunakan: suatu material atau benda untuk menahan tekanan atau
- Bejana dangkal dengan dasar yang datar berukuran: luas beban. Nilai kuat tekan bata diperlukan untuk
alas dengan diameter 15 centimeter (bentuk silinder), mengetahui kekuatan maksimum dari suatu benda untuk
atau 15 x 10 centimeter (bentuk persegi panjang) dan menahan tekanan atau beban hingga retak dan pecah.
tinggi dinding kurang lebih 5 centimeter. Kualitas bata biasanya ditunjukkan oleh besar kecilnya
- Sampel bata (5 buah) kuat tekan. Namun besar kecilnya kuat tekan sangat
- Air suling (air murni) dipengaruhi oleh suhu atau tingkat pembakaran,
Prosedur uji: porositas dan bahan dasar.
Rumus Kuat tekan:
- Disiapkan minimal 5 sampel bata utuh, kemudian tiap-
tiap sampel ditempatkan pada bidang datar dalam posisi 
 kg/cm2
berdiri seperti terilustrasi pada Gambar 3. 
- Ke dalam masing-masing bejana dituangkan air suling
sebanyak 250 cc. Bejana-bejana beserta benda-benda

7
Keterangan: Adapun metode pengujian kualitas bata dapat
P : beban yang diterima/tekanan (kg) dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa
A : luas penampang (cm2) parameter sebagai berikut, diantaranya: ukuran, daya
Berdasarkan kuat tekannya (Anonim, 1964; 6), mutu serap air, temperatur pembakaran, kuat tekan, serta
bata merah dapat diklasifikasikan menjadi 3 tingkat, kadar garam yang larut dan membahayakan. Dengan
yaitu: adanya standar pengujian kualitas bata tersebut
1. Tingkat I mempunyai kuat tekan rata-rata > 100 diharapkan bata pengganti yang digunakan dalam
kg/cm .
2
kegiatan konservasi dan pemugaran dapat terjamin
2. Tingkat II mempunyai kuat tekan antara 80 – 100 kualitasnya dengan baik.
kg/cm2.
3. Tingkat III mempunyai kuat tekan antara 60 – 80 DAFTAR PUSTAKA
kg/cm2. Croci, Giorgio. 1998. The Conservation and Structural
Adapun metode uji kuat tekan bata sebagai berikut: Restoration of Architectural Heritage. Computational
Peralatan dan bahan yang diperlukan: Mechanics Publications Southampton, UK and
Boston, USA
- Sampel bata sebanyak tiga (3) ulangan dengan ukuran
5x5x5 cm atau sampel bata berbentuk silinder dengan
Hartono, A.J. 1994. Mengenal Keramik Modern. Andi
panjang bata dua kali panjang diameternya, misal
Offset, Yogyakarta
diameter bata 5 cm maka panjang sampel bata 10 cm.
Sebelum dilakukan pengujian bata disimpan dengan Mulyono. 1999. Studi Teknis Pengerjaan Bahan
temperatur 200C ± 20C selama 5 sampai 6 hari. Pemugaran Bata. Balai Konservasi Peninggalan
Permukaan sampel bata bagian atas dan bawah harus Borobudur.
benar-benar rata.
- Jangka sorong Munandar, Aris. 2002. Perawatan dan Pengawetan
- Plat baja Bangunan Bata. Balai Studi dan Konservasi
- UTM (universal testing mechine) Peninggalan Borobudur, Magelang.
Prosedur uji:
- Sampel bata diletakan pada plat baja bawah, sampel Munandar, Aris; Sudibyo dan Muhsidi. 2004. Laporan
bata diatur pada posisi memanjang sehingga berada Studi Teknik Pengerjaan Bahan Pemugaran Candi
pada titik pusat sendi peluru pada plat baja atas. Bata Tahap IV. Balai Konservasi Peninggalan
- Plat baja diatur secara perlahan hingga menyentuh Borobudur, Magelang
permukaan ujung bata uji secara merata.
Ramli dan Jusmaini. 2007. Pengaruh Pemberian
- Jarum penunjuk pada manometer pengukur tekanan
Material Limbah Serat Alami Terhadap Sifat Fisika
diatur dan dilakukan pembacaan awal
Bata Merah. Jurusan Fisika, Fakultas MIPA,
- Tekanan ditingkatkan sampai kondisi benda retak
Universitas Negeri Padang
sampai pecah
- Hasil pembacaan manometer pada saat terjadi retakan Badan Standardisasi Nasional. 2008. Standar Nasional
bata uji dicatat Indonesia (SNI 2825:2008): Cara Uji Kuat Tekan
- Dibuat skesa bidang retak bata uji setelah mengalami Batu Uniaksial. Badan Penelitian dan
retakan sampai pecah. Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum.

D. Penutup YDNI No. 10 (11 Januari 1964). Bata Merah sebagai


Salah satu upaya untuk mencegah proses kerusakan Bahan Bangunan. Departemen Pekerjaan Umum
dan pelapukan cagar budaya berbahan bata sebelum (Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan),
tindakan konservasi dan pemugaran dilaksanakan Bandung.
adalah dengan melakukan pemilihan bata penganti
yang berkualitas baik. Untuk menentukan apakah bata http:// www. elearning.gunadarma. bab 7.bata
penganti tersebut berkualitas baik atau tidak, maka merah. Dikutip tanggal 6 April 2011.
diperlukan standar pengujian kualitas bata pengganti.

Anda mungkin juga menyukai