Anda di halaman 1dari 41

Latar Belakang

Sampah merupakan suatu pokok permasalahan yang


banyak diperbincangkan oleh orang-orang, seperti yang kita
ketahui jumlah sampah di Indonesia setiap tahunnya mengalami
peningkatan, ini disebabkan karena jumlah populasi penduduk di
Indonesia setiap tahunnya bertambah dan kebutuhan akan
pendudukpun semakin banyak yang mengakibatkan populasi
sampah berkembang. Hal ini menyebabkan keadaan yang tidak
seimbang dan harus adanya suatu pergerakan untuk
memanfaatkan sampah menjadi sesuatu yang bernilai, dengan
pemanfaatan tersebut dapat mengurangi tingkat sampah di
sekitar kita.
Sampah juga merupakan suatu barang yang sudah tidak
terpakai lagi dan tidak digunakan lagi. Sampah dihasilkan dari sisa
produk yang diciptakan manusia. Apabila tidak ditangani dengan
benar akan menimbulkan bau yang tidak sedap, sumber berbagai
penyakit, penyumbatan saluran air dan juga dapat menyebabkan
banjir.
Di samping itu, pertumbuhan penduduk yang semakin
meningkat dari tahun ke tahun sangat berpengaruh terhadap
kebutuhan akan tempat untuk tinggal. Semakin meningkat
kebutuhan akan tempat tinggal, semakin besar juga kebutuhan
akan bahan baku untuk pembuatan bangunan. Bata merah
merupakan bahan baku bangunan yang sering digunakan oleh
masyarakat karena harganya yang murah dan mudah diperoleh.
Bahan baku untuk membuat batu bata merah tergolong sangat
mudah, yaitu tanah lempung dan air. Proses pembuatannyapun
cukup sederhana dimulai dari mengaduk tanah, mencetak,
menjemur hingga membakar batu bata.
Semakin meningkatnya kebutuhan akan bahan bangunan
terutama batu bata merah akan menyebabkan kebutuhan tanah
galian juga semakin banyak terutama tanah lempung. Tanah untuk
membuat batu bata lebih cocok pada tanah yang subur dan masih
produktif. Penggalian tanah sawah, kebun atau bukit untuk bahan
baku bata merah, disamping akan merusak tata air pengairan/
irigrasi (irigrasi dan drainase) juga akan terjadi kehilangan lapisan
tanah bagian atas (top soil) yang relatif lebih subur, dan
meninggalkan lapisan bawah tanah (sub soil) yang kurang subur
sehingga sawah atau kebun akan menjadi kurang produktif.
Dengan banyaknya produksi bata merah semakin banyak
juga tanah yang harus dikeruk dan banyak juga di antaranya lahan
seperti kebun, sawah yang beralih fungsi menjadi lahan untuk
bahan baku batu bata. Selain itu, kerusakan lain dari adanya
industri bata merah ini adalah lubang-lubang bekas galian yang
dalamnya sekitar 2-4 meter, yang apabila musim penghujan akan
menjadi genangan air.
Untuk itu dalam menanggulangi kedua permasalahan
tersebut, kami ingin memanfaatkan sampah plastik yang semakin
menumpuk sebagai bahan dalam pembuatan batu bata merah
sehingga dapat mengurangi penggunaan tanah lempung sebagai
salah satu bahannya.
Batu Bata

1. Pengertian Batu Bata


Batu bata merupakan salah satu bahan material sebagai
bahan pembuat dinding. Batu bata terbuat dari tanah lempung
yang dibakar sampai berwarna kemerah-merahan. (Wikipedia,
2013)
Batu bata merah adalah salah satu unsur bangunan dalam
pembuatan konstruksi bangunan yang terbuat dari tanah
lempung ditambah air dengan atau tanpa bahan campuran lain
melalui beberapa tahap pengerjaan, seperti menggali,
mengolah, mencetak, mengeringkan, membakar pada
temperatur tinggi hingga matang dan berubah warna, serta
akan mengeras seperti batu setelah didinginkan hingga tidak
dapat hancur lagi bila direndam dalam air. (Ramli, 2007)
Gambar 1. sumber : https://infobahanbangunan.com/harga-bata/

Definisi batu bata merupakan suatu unsur bangunan yang


diperuntukkan pembuatan konstruksi bangunan dan yang
dibuat dari tanah dengan atau tanpa campuran bahan-bahan
lain, dibakar cukup tinggi, hingga tidak dapat hancur lagi bila
direndam dalam air. (SNI 15-2094-2000)
Batu bata merah adalah batu buatan yang terbuat dari
suatu bahan yang dibuat oleh manusia supaya mempunyai
sifat-sifat seperti batu. Hal tersebut hanya dapat dicapai
dengan memanasi (membakar) atau dengan pengerjaan-
pengerjaan kimia. (Nuraisyah Siregar, 2010).
Gambar 2. sumber : https://www.arsitag.com/article/kenali-jenis-
dan-fungsi-batu-bata (bata)
Gambar 3. Sumber :
https://www.dekoruma.com/artikel/61326/jenis-batu-bata-paling-
umum

Gambar 4. Sumber : https://www.archdaily.com/893830/mexican-


houses-that-show-the-many-ways-to-use-bricks
2. Syarat Mutu Batu Bata
Standardisasi merupakan syarat mutlak dan menjadi suatu
acuan penting dari sebuah industri di suatu negara. Salah satu
contoh penting standardisasi dari sebuah industri adalah
standardisasi dalam pembuatan batu bata.
Standardisasi menurut Organisasi Internasional (ISO)
merupakan proses penyusunan dan pemakaian aturan-aturan
untuk melaksanakan suatu kegiatan secara teratur demi
keuntungan dan kerjasama semua pihak yang berkepentingan,
khususnya untuk meningkatkan ekonomi keseluruhan secara
optimum dengan memperhatikan kondisi-kondisi fungsional
dan persyaratan keamanan. (Suwardono, 2002)
Adapun syarat-syarat batu bata dalam SNI 15-2094-2000
meliputi beberapa aspek seperti :
a. Pandangan Luar
Batu bata merah harus mempunyai rusuk-rusuk yang
tajam dan siku, bidang sisi harus datar, tidak menunjukkan
retak-retak dan perubahan bentuk yang berlebihan, tidak
mudah hancur atau patah, warna seragam, dan berbunyi
nyaring bila dipukul.
b. Ukuran
Standar Bata Merah di Indonesia oleh Y.D.N.I (Yayasan
Dana Normalisasi Indonesia) nomor 15-2094-2000
menetapkan suatu ukuran standar untuk bata merah
sebagai berikut :
(1) Panjang 240 mm, lebar 115 mm dan tebal 52 mm
(2) Panjang 230 mm, lebar 110 mm dan tebal 50 mm
c. Kuat Tekan
Tabel 1. Klasifikasi Kekuatan Bata (SNI 15-2094-2000)
Mutu Bata Kuat Tekan Rata-Rata
Merah Kgf/cm2 N/mm2
Lebih besar dari
Tingkat I (satu) >10
100
Tingkat II (dua) 100-80 10-8
Tingkat III (tiga) 80-60 8-6
Tanah

1. Pengertian Tanah
Tanah dapat didefinisikan sebagai akumulasi partikel
mineral yang tidak mempunyai atau lemah ikatan partikelnya,
yang terbentuk karena pelapukan dari batuan. Di antara
partikel-partikel tanah terdapat ruang kosong yang disebut
pori-pori yang berisi air dan udara. Ikatan yang lemah antara
partikel – partikel tanah disebabkan oleh karbonat dan oksida
yang tersenyawa diantara partikel – partikel tersebut, atau
dapat juga disebabkan oleh adanya material organik. Bila hasil
dari pelapukan tersebut berada pada tempat semula maka
bagian ini disebut sebagai tanah sisa (residu soil). Hasil
pelapukan terangkut ke tempat lain dan mengendap di
beberapa tempat yang berlainan disebut tanah bawaan.

Gambar 5. sumber : https://www.dictio.id/t/apa-yang-


dimaksud-dengan-struktur-tanah/15092

Media pengangkut tanah berupa gravitasi, angin, air, dan


gletsyer. Pada saat akan berpindah tempat, ukuran dan bentuk
partikel – partikel dapat berubah dan terbagi dalam beberapa
rentang ukuran. Proses penghancuran dalam pembentukan
tanah dari batuan terjadi secara fisis atau kimiawi. Proses fisis
antara lain berupa erosi akibat tiupan angin, pengikisan oleh air
dan gletsyer, atau perpecahan akibat pembekuan dan
pencairan es dalam batuan sedangkan proses kimiawi
menghasilkan perubahan pada susunan mineral batuan
asalnya.
2. Klasifikasi Tanah
Pada sistem klasifikasi tanah yaitu pengelompokkan tanah
sesuai dengan perilaku umum dari tanah pada kondisi fisis
tertentu. Tujuan dari klasifikasi tanah adalah untuk
menentukan dan mengidentifikasi tanah, untuk menentukan
kesesuaian terhadap pemakaian tertentu, dan berguna untuk
menyampaikan informasi mengenai keadaan tanah dari suatu
daerah dengan daerah lainnya dalam bentuk suatu data dasar
(Bowles, 1984). Sistem klasifikasi tanah yang umum digunakan
di antaranya yaitu sebagai berikut :
a. Sistem Unifed (Unified Soil Classification / USCS )
Pada sistem ini dapat dibagi menjadi 3 kelompok besar
yaitu :
• Tanah berbutir kasar, < 50% lolos saringan no.200.
Sifat teknis tanah ini ditentukan oleh ukuran butir dan
gradasi butiran. Tanah bergradasi baik/seimbang
memberikan kepadatan yang lebih baik dari pada
tanah yang berbutir seragam.
Gambar 6. sumber : https://pxhere.com/id/photo/721158
• Tanah berbutir halus, > 50% lolos saringan no. 200.
Tanah ini ditentukan oleh sifat plastisitas tanah,
sehingga pengelompokan berdasarkan plastisitas dan
ukuran butiran.

Gambar 7. sumber : https://www.gumtree.com/p/groups-


associations/free-garden-soft-soil/1285936563
• Tanah organik (Gambut/Humus), secara laboratorium
dapat ditentukan jika perbedaan batas cair tanah
contoh yang belum dioven dengan yang telah dioven
sebesar > 25%.

Gambar 8. sumber : https://mediatani.co/tanah-humus-


karakteristik-manfaat-dan-kekurangannya/

Menurut Bowles, (1991) kelompok–kelompok tanah sistem


klasifikasi Unified dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini :
Tabel 2. Sistem Klasifikasi Tanah Unified
Jenis Tanah Prefiks Sub Kelompok Sufiks
Gradasi baik W
Kerikil G
Gradasi buruk P
Berlanau M
Pasir S
Berlempung C
Lanau M
Lempung C WL < 50% L
Organik O WL > 50% H
Gambut Pt
Sumber : Bowles, 1991.
Keterangan :
G = Untuk kerikil atau tanah berkerikil (gravelly soil)
S = Untuk pasir atau tanah berpasir (sandy soil)
M = Untuk lanau inorganik (inorganic silt)
C = Untuk lempung inorganik (inorganic clay)
O = Untuk lanau dan lempung organik
Pt = Untuk gambut (peat) dan tanah dengan kandungan
organik yang sesuai
W = Untuk gradasi baik (well graded)
P = Gradasi buruk (poorly graded)
b. Sistem Klasifikasi AASHTO
Sistem klasifikasi AASHTO (American Association of
State Highway and Transportation Official) ini
dikembangkan pada tahun 1929 sebagai Public Road
Administrasion Classification System. Berdasarkan sifat
tanahnya dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar
yaitu :
Kelompok tanah berbutir kasar (<35% lolos saringan
no.200).
Tabel 3. Karakteristik Tanah
Tanah
Berbutir
Kasar Kode
A–1 Tanah yang terdiri dari kerikil
dan pasir kasar dengan sedikit
atau tanpa butir halus, dengan
atau tanpa sifat plastis.
A–2 Terdiri dari pasir halus dengan
sedikit sekali butir halus lolos
saringan no.200 dan tidak
plastis.
A–3 Kelompok batas tanah berbutir
kasar dan halus dan merupakan
campuran kerikil/pasir dengan
tanah berbutir halus cukup
banyak (<35%),
Kelompok tanah berbutir halus (>35% lolos saringan
no.200)
Tabel 4. Tanah Karakteristik Tanah
Berbutir Halus
Kode
A–4 Tanah lanau dengan sifat
plastisitas rendah
A–5 Tanah lanau yang
mengandung lebih banyak
butir – butir plastis,
sehingga sifat plastisnya
lebih besar dari A – 4.
A–6 Tanah lempung yang
masih mengandung
butiran pasir dan kerikil,
tetapi sifat perubahan
volumenya cukup besar.
A–7 Tanah lempung yang lebih
bersifat plastis dan
mempunyai sifat
perubahan yang cukup
besar.
Adapun sistem klasifikasi AASHTO ini didasarkan pada
kriteria sebagai berikut :
• Plastisitas
Merupakan kemampuan tanah yang dapat
menyesuaikan bentuk pada volume konstan tanpa
retak-retak ataupun remuk. Hal itu bergantung pada
kadar air, tanah dapat berbentuk cair, plastis, semi
padat, atau padat. Lanau dipakai apabila bagian –
bagian halus dari tanah mempunyai indeks plastis
sebesar 10 atau kurang, sedangkan lempung dipakai
jika bagian-bagian yang halus dari tanah mempunyai
indeks plastisnya sebesar 11 atau lebih.
• Ukuran Butir
Tabel 5. Ukuran Butir Sistem Klasifikasi AASHTO
Kerikil Tanah yang lolos ayakan
diameter 75 mm (3 in) dan
yang tertahan pada ayakan
No. 10 (2 mm).
Pasir Tanah yang lolos ayakan No.
10 (2 mm) dan yang
tertahan pada ayakan No.
200 (0.075 mm).
Lanau dan Tanah yang lolos ayakan No.
Lempung 200.
Tanah Lempung

1. Definisi Tanah Lempung


Mineral lempung berasal dari proses pelapukan secara
kimiawi yang menghasilkan pembetukan kelompok –
kelompok partikel yang berukuran koloid (< 0,002 mm).
Tanah lempung terdiri dari butir-butir yang sangat kecil (<
0,002 mm) dan menunjukkan sifat –sifat plastisitas dan
kohesi. Kohesi menunjukkan kenyataan bahwa bagian –
bangian itu melekat satu sama lainnya, sedangkan plastisitas
adalah sifat yang memungkinkan bentuk bahan itu dirubah –
rubah tanpa perubahan isi atau tanpa kembali ke bentuk
aslinya dan tanpa terjadi retakan – retakan atau terpecah –
pecah (Wesley, 1977)

Gambar 9. Sumber :
http://civilkitau.blogspot.com/2014/10/pengujian-terhadap-
lempung-tanah-liat.html
Lempung atau tanah lempung adalah partikel mineral
berkerangka dasar silikat yang berdiameter kurang dari 4
mikrometer. Lempung mengandung leburan silica dan/atau
aluminium yang halus. Unsur – unsur ini, silikon, oksigen,
aluminium adalah unsur yang paling banyak menyusun
kerak bumi. Lempung terbentuk dari proses pelapukan
batuan silika oleh asam karbonat dan sebagian dihasilkan
dari aktifitas panas bumi (Wikipedia, April 2013).
Tanah lempung merupakan bahan dasar yang dipakai
dalam pembuatan batu bata, dimana kegunaannya sangat
menguntungkan bagi manusia karena bahan yang mudah
didapat dan pemakaian hasil yang sangat luas. Kira-kira 70%
atau 80% dari kulit bumi terdiri dari batuan yang merupakan
sumber tanah lempung. Tanah lempung banyak ditemukan
di areal pertanian terutama persawahan.
Tanah lempung memiliki sifat-sifat yang khas yaitu bila
dalam keadaan basah akan mempunyai sifat plastis tetapi
bila dalam keadaan kering akan menjadi keras, sedangkan
bila dibakar akan menjadi padat dan kuat.
2. Jenis Tanah Lempung
Berdasarkan atas tempat pengendapan dan asalnya tanah
lempung (lempung) dapat dibagi dalam beberapa jenis,
sebagai berikut : (Suwardono, 2002)
a. Lempung Residual
Lempung residual adalah lempung yang terdapat pada
tempat di mana lempung tersebut terjadi, atau dengan
kata lain lempung tersebut belum berpindah tempat
sejak terbentuknya.
b. Lempung Illuvial
Lempung illuvial adalah lempung yang telah terangkut
dan mengendap pada suatu tempat tidak jauh dari
tempat asalnya, misalnya di kaki bukit. Lempung illuvial
sifatnya mirip lempung residual, hanya saja pada
lempung illuvial bagian dasarnya tidak diketemukan
batuan asalnya.
c. Lempung Alluvial
Lempung alluvial adalah lempung yang diendapkan oleh
air sungai di sekitar atau sepanjang sungai. Pada waktu
banjir sungai akan meluap, sehingga lempung dan pasir
yang dibawanya akan mengendap di sekitar atau
sepanjang sungai. Pasir akan mengendap di tempat
dekat sungai, sedangkan lempung akan mengendap
jauh dari tempat asalnya. Oleh karena itu endapan
lempung alluvial dicirikan dengan selang – seling antara
pasir dan lempung, baik vertikal maupun horizontal.
Bentuk endapan alluvial umumnya menyerupai lensa.
Pada endapan alluvial muda, lapisan pasirnya terlihat
masih segar, sedangkan pada endapan alluvial tua,
lapisan pasirnya telah melapuk sebagian atau
seluruhnya telah menjadi lempung.
d. Lempung Marin
Lempung marin adalah lempung yang endapannya
berada di laut. Lempung yang dibawa oleh sungai
sebagian besar diendapkan di laut. Hanya sebagian kecil
saja yang diendapkan sebagai lempung alluvial.
Lempung marin sangat halus dan biasanya tercampur
dengan cangkang – cangkang foraminefera (kapur).
Lempung marin dapat menjadi padat karena pengaruh
beban di atasnya, oleh gaya geologi.
e. Lempung Rawa
Lempung rawa adalah lempung yang diendapkan di
rawa – rawa. Jenis lempung ini dicirikan oleh warna
yang hitam. Apabila terdapat dekat laut akan
mengandung garam.
f. Lempung Danau
Lempung danau adalah lempung yang diendapkan di
danau. Sifat lempung ini tidak tebal seperti lempung
marin dan mempunyai sifat seperti lempung rawa air
tawar. Di Indonesia dalam pembuatan bata merah dan
genteng pada umumnya mempergunakan lempung
alluvial.
3. Sifat Tanah Lempung
Tanah lempung (lempung) mempunyai sifat – sifat fisis dan
kimia yang penting, antara lain : ( Daryanto, 1994)
a. Plastisitas
Plastisitas tanah lempung ditentukan oleh kehalusan
partikel – partikel tanah lempung. Kandungan plastisitas
tanah lempung bervariasi., tergantung kehalusan dan
kandungan lapisan air. Plastisitas berfungsi sebagai
pengikat dalam proses pembentukan sehingga batu
bata yang dibentuk tidak mengalami keretakan atau
berubah bentuk. Tanah lempung dengan plastisitas
yang tinggi juga akan sukar dibentuk sehingga perlu
ditambahkan bahan bahan yang lain.
b. Kemampuan Bentuk
Tanah lempung yang digunakan untuk membuat
keramik, batu bata dan genteng harus memiliki
kemampuan bentuk agar dapat berdiri tanpa
mengalami perubahan bentuk baik pada waktu proses
maupun setelah pembentukan. Tanah lempung
dikatakan memiliki daya kerja apabila mempunyai
plastisitas dan kemampuan bentuk yang baik sehingga
mudah dibentuk dan tetap mempertahankan
bentuknya.
c. Daya Suspensi
Daya suspensi adalah sifat yang memungkinkan suatu
bahan tetap dalam cairan. Flokulan merupakan suatu
zat yang akan menyebabkan butiran – butiran tanah
lempung berkumpul menjadi butiran yang lebih besar
dan cepat mengendap, contohnya: magnesium sulfat.
Deflokulan merupakan suatu zat yang akan
mempertinggi daya suspensi (menghablur) sehingga
butiran – butiran tanah lempung tetap melayang,
contohnya: waterglass/sodium silikat, dan sodium
karbonat.
d. Penyusutan
Tanah lempung untuk mengalami dua kali penyusutan,
yakni susut kering (setelah mengalami proses
pengeringan) dan susut bakar (setelah mengalami
proses pembakaran). Penyusutan terjadi karena
menguapnya air selaput pada permukaan dan air
pembentuk atau air mekanis sehingga butiran tanah
lempung menjadi rapat. Susut bakar dapat dianggap
sebagai susut keseluruhan dari tanah lempung sejak
dibentuk, dikeringkan sampai dibakar. Persentase
penyusutan yang dipersyaratkan untuk jenis tanah
lempung sebaiknya antara 10% - 15%. Tanah lempung
yang terlalu plastis memiliki persentase penyusutan
lebih dari 15% sehingga mengalami resiko retak/pecah
yang tinggi. Untuk mengatasinya dapat ditambahkan
pasir halus.
e. Suhu Bakar
Suhu bakar berkaitan langsung dengan suhu
kematangan, yaitu kondisi benda yang telah mencapai
kematangan pada suhu tertentu secara tepat tanpa
mengalami perubahan bentuk, sehingga dapat
dikatakan tanah lempung tersebut memiliki kualitas
kemampuan bakar. Dalam proses pembakaran tanah
lempung akan mengalami proses perubahan (ceramic
change) pada suhu sekitar 600oC, dengan hilangnya air
pembentuk dari bahan benda.
f. Warna Bakar
Warna bakar tanah lempung dipengaruhi oleh
zat/bahan yang terikat secara kimiawi pada kandungan
tanah. Warna pada tanah lempung disebabkan oleh zat
yang mengotorinya, warna abu – abu sampai hitam
mengandung zat arang dan sisa – sisa tumbuhan, warna
merah disebabkan oleh oksida besi (Fe).
g. Porositas
Porositas atau absorbsi adalah persentase penyerapan
air oleh badan keramik atau batu bata. Persentase
porositas ditentukan oleh jenis badan, kehalusan unsur
badan, penambahan pasir, kepadatan dinding bahan,
serta suhu bakarnya. Tanah lempung poros biasanya
fragile, artinya pada bentuk – bentuk tertentu bila
mendapatkan sentakan agak keras akan mudah
patah/pecah. Tanah lempung earthenware umumnya
mempunyai porositas paling tinggi sekitar 5% - 10% bila
dibandingkan dengan stoneware atau porselin.
h. Kekuatan Kering
Kekuatan kering merupakan sifat tanah liat yang setelah
dibentuk dan kondisisnya cukup kering mempunyai
kekuatan yang stabil, tidak berubah bila diangkat untuk
keperluan finishing, pengeringan serta penyusunan
dalam pembakaran. Kekuatan kering dipengaruhi oleh
kehalusan butiran, jumlah air pembentuk,
pencampuran dengan bahan lain dan teknik
pembentukan.
i. Struktur Tanah
Struktur tanah merupakan perbandingan besar butiran
– butiran tanah dengan bentuk butiran – butiran
tersebut. Sifat liat, susut kering dan kekuatan kering
sangat tergantung dari struktur tanah liatnya. Struktur
tanah liat dibedakan dalam dua golongan yaitu tanah
liat sebagai struktur halus dan pasir sebagai struktur
kasar.
j. Slaking
Slaking merupakan sifat tanah liat yaitu dapat hancur
dalam air menjadi butiran – butiran halus dalam waktu
tertentu pada suhu udara biasa. Makin kurang daya ikat
tanah liat semakin cepat hancurnya. Sifat slaking ini
berhubungan dengan pelunakan tanah liat dan
penyimpanannya. Tanah liat yang keras membutuhkan
waktu lama untuk hancur, sedangkan tanah liat yang
lunak membutuhkan waktu lebih cepat.
Sampah

1. Pengertian Sampah
Permasalahan lingkungan saat ini ada di berbagai tempat.
Permasalahan itu menyangkut pencemaran, baik pencemaran
tanah, air, udara dan suara. Pencemaran tersebut diakibatkan
oleh aktivitas manusia. Pencemaran tanah misalnya,
banyaknya sampah yang tertimbun di tempat sampah,
apabila tidak ditangani dengan baik akan menurunkan tingkat
kesehatan masyarakat.
Berdasarkan SK SNI Tahun 1990, sampah adalah limbah
yang bersifat padat terdiri dari zat organik dan zat anorganik
yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak
membahayakan lingkungan dan melindungi investasi
pembangunan.
Sampah adalah istilah umum yang sering digunakan untuk
menyatakan limbah padat. Sampah adalah sisa-sisa bahan
yang mengalami perlakuan-perlakuan, baik karena telah
sudah diambil bagian utamanya, atau karena pengolahan,
atau karena sudah tidak ada manfaatnya yang ditinjau dari
segi social ekonimis tidak ada harganya dan dari segi
lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan
terhadap lingkungan hidup.
Gambar 10. Sumber :
https://nasional.tempo.co/read/749903/sebagian-besar-sampah-
di-daerah-ini-berupa-plastik/full&view=ok

Sampah adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari


hasil aktifitas manusia maupun proses alam yang belum
memiliki nilai ekonomi.3 Menurut kamus istilah lingkungan
hidup, sampah mempunyai definisi sebagai bahan yang tidak
mempunyai nilai, bahan yang tidak berharga untuk maksud
biasa, pemakaian bahan rusak, barang yang cacat dalam
pembikinan manufaktur, materi berkelebihan, atau bahan
yang ditolak.
Sampah adalah limbah yang berbentuk padat dan juga
setengah padat, dari bahan organik atau anorganik, baik
benda logam maupun benda bukan logam, yang dapat
terbakar dan yang tidak dapat terbakar. Bentuk fisik benda-
benda tersebut dapat berubah menurut cara
pengangkutannya atau cara pengolahannya.
Sampah padat adalah semua barang sisa yang ditimbulkan
dari aktivitas manusia dan binatang yang secara normal padat
dan dibuang ketika tidak dikehendaki atau sia-sia.4
Sedangkan yang dimaksud dengan sampah perkotaan adalah
sampah yang timbul di kota (tidak termasuk sampah yang
berbahaya dan beracun).
Definisi mengenai sampah, hal ini perlu diketahui terlebih
dahulu sebelum mengenal sampah lebih dekat.
Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau
tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam
pembikinan atau pemakaian barang rusak atau bercacat
dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau
ditolak atau buangan. Sampah merupakan bahan yang
terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia
maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sampah
sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya dari
pemakai semula, atau sampah adalah sumberdaya yang tidak
siap pakai.
2. Sumber Sampah
Sampah berasal dari kegiatan penghasil sampah seperti
pasar, rumah tangga, perkotaan (kegiatan komersial/
perdagangan), penyapuan jalan, taman, atau tempat umum
lainnya, dan kegiatan lain seperti dari industri dengan limbah
yang sejenis sampah. Sumber dari sampah di masyarakat
pada umumnya, berkaitan erat dengan penggunaan lahan
dan penempatan. Beberapa sumber sampah dapat
diklasifikasikan menjadi antara lain:
1) Perkotaan,

Gambar 11. Sumber : http://villagerspost.com/todays-


feature/mudik-asyik-tanpa-sampah-plastik/
2) Perumahan

Gambar 12. Sumber :


https://batamtoday.com/home/read/5427/Sampah-di-
Perumahan-Pondok-Asri-Sei-Panas-Kian-Mengkhawatirkan
3) Institusi

Gambar 13. Sumber : https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-


3770128/34-rumah-sakit-diduga-buang-limbah-medis-di-cirebon

4) Konstruksi

Gambar 14. Sumber :


https://properti.kompas.com/read/2014/08/04/062357821/Dubai.
Hasilkan.7.35.Juta.Ton.Limbah.Konstruksi
5) Komersil

Gambar 15. Sumber :


http://pekanbaru.tribunnews.com/2016/07/12/sampah-
menumpuk-di-pasar-pedagang-alami-kerugian
Pembuatan Batu Bata Berbahan Plastik

Bata merah dibuat dari tanah liat atau lempung dengan atau
tanpa campuran bahan lain, yang dibakar pada suhu yang tinggi
sehingga tidak hancur lagi bila direndam air. Pada awal proses
pembuatan bata, tanah liat dibuat plastis, kemudian dicetak
dalam cetakan kayu atau baja. Tanah hasil cetakan tersebut
kemudian dikeringkan,selanjutnya dibakar pada suhu yang tinggi.
Tata cara membuat batu bata berbahan dasar sampah plastik
sedikit berbeda dengan batu bata pada umumnya. Sampah plastik
yang dibutuhkan untuk membuat satu batu bata biasanya seberat
3 kg. Batu bata dibuat dari sampah plastik yang dipanaskan
bersama oli bekas hingga melebur. Kemudian sampah plastik yang
sudah melebur dicampur dengan sekam sisa pembakaran padi.
Proses selanjutnya yaitu memasukkan leburan plastik ke dalam
cetakan yang sesuai dengan ukuran bata pada umumnya. Tak
butuh waktu lama untuk membuat batu bata berbahan dasar
sampah plastik ini.
Material bata yang baik terdiri atas pasir (silika) dan tanah liat
(alumina), yang dicampur dalam perbandingan tertentu sehingga
bila ditambahkan dengan sedikit air menjadi bersifat plastis. Sifat
plastis tersebut sangat penting agar tanah dapat dicetak dengan
mudah, dikeringkan tanpa susut, retak-retak maupun
melengkung. Jika terlalu banyak tanah liat (kurang pasir) akan
mengakibatkan susutan bata menjadi sangat besar selama proses
pengeringan dan pembakaran, juga menyebabkan bata menjadi
retak dan melengkung.
Penambahan pasir dapat menghilangkan pengaruh buruk
tersebut, tetapi jika pasir ditambahkan dalam jumlah terlalu
banyak akan menyebabkan tidak adanya lekatan antar butiran dan
akibatnya bata menjadi getas dan lemas. Di dalam campuran
tersebut juga terdapat sedikit kapur.
Pemanfaatan Batu Bata

Batu bata adalah bahan bangunan yang telah lama dikenal


dan dipakai oleh masyarakat baik di pedesaan maupun di
perkotaan yang berfungsi untuk bahan bangunan konstruksi. Hal
ini dapat dilihat dari banyaknya pabrik batu bata yang dibangun
masyarakat untuk memproduksi batu bata. Penggunaan batu bata
banyak digunakan untuk aplikasi teknik sipil seperti dinding pada
bangunan perumahan, bangunan gedung, pagar, saluran dan
pondasi. Batu bata umumnya dalam konstruksi bangunan memiliki
fungsi sebagai bahan non-struktural, di samping berfungsi sebagai
struktural. Sebagai fungsi struktural, batu bata dipakai sebagai
penyangga atau pemikul beban yang ada di atasnya seperti pada
konstruksi rumah sederhana dan pondasi sedangkan pada
bangunan konstruksi tingkat tinggi/gedung, batu bata berfungsi
sebagai non-stuktural yang dimanfaatkan untuk dinding pembatas
dan estetika tanpa memikul beban yang ada diatasnya.

Gambar 16. Sumber : http://rozenbergquarterly.com/building-


homes-from-plastic-bricks-waste-product-homes-are-the-future/
Gambar 17. Sumber : https://www.offgridquest.com/construction-
methods/Plastic-b
Pemanfaatan batu bata dalam konstruksi baik non-struktural
ataupun struktural perlu adanya peningkatan produk yang
dihasilkan, baik dengan cara meningkatkan kualitas bahan
material batu bata sendiri (material dasar lempung atau tanah liat
yang digunakan) maupun penambahan dengan bahan lain. Salah
satu cara yang dilakukan adalah dengan mencampur material
dasar batu bata menggunakan sampah baik organik maupun an-
organik yangmerupakan limbah rumah tangga dan industri.
Aplikasi Batu Bata Berbahan Sampah Plastik

Sebelum melakukan pemasangan tembok bata, perlu


diketahui beberapa faktor yang menentukan kekuatan dan
kualitas dinding:
1. Kualitas Batu Bata.
Pilih batu bata yang kuat dan tidak mudah patah. Gunakan
bata dengan permukaan tidak terlalu halus agar daya rekat
dengan adukan lebih baik. Kecuali bila digunakan untuk
dinding bata ekspos gunakan batu bata dengan permukaan
halus.
2. Cara Pemasangan.
Kekuatan dari dinding bata ditentukan juga oleh cara
pemasangan. Sebaiknya gunakan teknik pemasangan selang
seling untuk setiap lapisan berbeda. Pada saat kondisi adukan
dinding belum kering ketinggian bata maksimal adalah 1
meter, tunggu kering untuk melanjutkan ke lapisan
berikutnya atau kerjakan dinding bata di bagian lain terlebih
dahulu.
3. Kerapian pekerjaan.
Pemasangan yang rapi dan presisi akan menentukan kualitas
dan kekuatan dari dinding. Gunakan benang yang posisinya
sudah ditentukan dengan bantuan selang air, untuk kerataan
bata gunakan waterpas. Disarankan untuk menggunakan jidar
aluminium karena lebih rapi dan lurus dibandingkan jidar
kayu.
Setelah mendapat material bata dengan kualitas terbaik, dinding
bisa mulai dibangun. Ikuti langkah-langkah berikut agar mendapat
hasil dinding yang kokoh dan rapi.

• Persiapan Adukan

Gambar 18. Sumber :


http://www.jagobangunan.com/article/read/begini-cara-
memasang-dinding-bata-yang -rapih-dan-kokoh
Sebelum pekerjaan pemasangan dinding dimulai, terlebih dahulu
dipersiapkan peralatan dan juga bahan material yang akan
digunakan, langkah-langkahnya adalah:

1. Persiapan Peralatan.
Siapkan semua peralatan seperti: ayakan, pengki atau alat
ukur material, alas pengaduk atau box, sendok atau cetok,
roskam, tempat rendaman bata, benang, mistar ukur, slang
air atau waterpass, plastik sebagai penutup adukan dan
bahan yang akan di gunakan (batu bata atau batako, semen,
pasir).
2. Ayak pasir untuk memisahkan pasir dengan kerikil atau koral
yang bisa mengganggu saat pemasangan bata.
3. Perendaman Batu Bata. Rendam batu bata kira-kira 2-8 menit
atau sampai jenuh, yaitu kondisi di mana bata tidak
menyerapnya air lagi.
4. Pembuatan Adukan.
Buat adukan mortar (campuran semen dan pasir) pada box
pengaduk dengan air secukupnya atau sampai didapat
adukan yang pulen dengan perbandingan semen dan pasir
sesuai yang diinginkan, misalnya 1 : 5 (1 semen : 5 pasir) atau
menyesuaikan kualitas pasir yang tersedia.
5. Adukan siap pakai. Tutup adukan yang telah siap pakai
dengan plastik untuk mengurangi penguapan air.
• Pemasangan

Gambar 19. Sumber :


http://www.jagobangunan.com/article/read/begini-cara-
memasang-dinding-bata-yang -rapih-dan-kokoh

Setelah adukan siap, maka langkah selanjutnya adalah memulai


pemasangan dinding bata, langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut:

1. Pasang mistar pengukur lapisan bata secara tegak lurus, ukur


dengan unting-unting.
2. Pasang benang penarik horizontal dan ukurlah dengan alat
(water pas atau slang air).
3. Tentukan ketebalan speci lapisan arah vertikal pada mistar
ukur sesuai ketebalan bata ditambah tebal spesi (6-10 mm).
4. Bersihkan permukaan Bata. Pastikan bahwa permukaan bata
dalam kondisi bersih dan bebas dari debu agar adukan dapat
merekat sempurna.
5. Mulailah pemasangan pada lapis pertama yang didahului
pemasangan adukan atau spesi sebagian dasar.
6. Lanjutkan lapis berikutnya dan kontrol ketegakan pasangan
dengan alat unting-unting.
7. Bersihkan Sisa adukan. Bila terdapat sisa adukan yang
menempel tidak sempurna (melebihi ketebalan bata) maka
bersihkan segera sebelum mengeras.
8. Lindungi dari sinar matahari. Rawat pasangan bata yang
sudah selesai dengan melindungi dari sinar matahari secara
langsung, misalnya dengan menggunakan plastik atau
penyiraman air.

Catatan penting:

• Pasang angkur (pengait) sepanjang 50 cm untuk


pemasangan dinding bata yang menempel pada kolom.
• Gunakan adukan speci dengan perbandingan semen : pasir
adalah 1:5, untuk dinding yang kedap air gunakan adukan
1:2.
• Pemlesteran

Gambar 20. Sumber :


http://www.jagobangunan.com/article/read/begini-cara-
memasang-dinding-bata-yang -rapih-dan-kokoh

Pemlesteran adalah melapisi dinding memakai adukan yang


terbuat dari campuran semen, pasir, dan air. Pemlesteran
dilakukan setelah bata terpasang rapi dan kering. Agar plester
memiliki kualitas baik, permukaannya harus benar-benar rata dan
tegak, ketebalan antara 11-16 mm dan tidak ada keretakan pada
plesteran. Plesteran ini berfungsi untuk:
1. Meratakan permukaan bidang bangunan
2. Meningkatkan kekuatan struktur bidang bangunan
3. Melindungi struktur bangunan dari cuaca yang ekstrim

Anda mungkin juga menyukai