TINJAUAN PUSTAKA
2.2.2 Semen
Semen tersedia dalam dua jenis yang berbeda yaitu semen hidrolik dan
semen non-hidrolik. Bentuk semen yang dapat mengeras tetapi tidak stabil di
dalam air dikenal sebagai semen non-hidrolik. Di sisi lain, semen hidrolik adalah
semen yang mengeras setelah bereaksi dengan air, stabil di dalam air setelah
mengeras, dan tahan terhadap air. Semen portland didefinisikan sebagai semen
hidrolik yang dibuat dengan memproses klinker, yang terutama terdiri dari
kalsium silikat hidrolik bersama dengan komponen yang sering digunakan,
terutama gipsum. (Nugraha & Antoni, 2007)
Menurut Tjokrodimuljo (1996), bahan dasar semen Portland umumnya
terdiri dari bahan-bahan yang mengandung kapur, silika, alumina, dan oksida besi,
sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Susunan Unsur Semen Portland
Unsur Semen Persentase (%)
Kapur, CaO 60 – 65
Silika, Si02 17 – 25
Alumina, Al203 3–8
Besi, Fe203 0,5 – 6
8
terkadang disebut pasir halus, partikel yang lebih kecil dari 0,075 mm disebut
lanau, dan partikel yang lebih kecil dari 0,002 mm disebut lempung. (BSN 03-
6820-2002)
Menurut Mulyono (2004:90), Badan Nasional memberikan syarat-syarat
untuk agregat halus yang diadopsi dari British Standard di Inggris. Agregat halus
dikelompokkan menjadi empat daerah seperti pada tabel berikut:
Tabel 2.2 Batas Gradasi Agregat Halus
Ukuran Persentase Lolos Saringan (%)
Lubang Pasir Kasar Pasir Sedang Pasir Agak Halus Pasir Halus
Ayakan (mm) Gradasi No.1 Gradasi No.2 Gradasi No.3 Gradasi No.4
10 100 - 100 100 - 100 100 - 100 100 - 100
4,8 90 - 100 90 - 100 90 - 100 95 - 100
2,4 60 - 95 75 - 100 85 - 100 95 - 100
1,2 30 - 70 55 - 90 75 - 100 90 - 100
0,6 15 - 34 35 - 59 60 - 79 80 - 100
0,3 5 - 20 8 - 30 12 - 40 15 - 50
0,15 0 - 10 0 - 10 0 - 10 0 - 15
(Sumber: Mulyono, 2004:90)
Dengan keterangan:
̶ Daerah Gradasi 1 = Pasir Kasar
̶ Daerah Gradasi 2 = Pasir Sedang
̶ Daerah Gradasi 3 = Pasir Agak Halus
̶ Daerah Gradasi 4 = Pasir Halus
Pada gambar tersebut diketahui bahwa syarat gradasi yang masuk pada
daerah gradasi 1 dengan kategori pasir kasar yaitu di area antara batas atas dengan
garis putus-putus dan batas bawah dengan garis normal. Syarat batas gradasi
agregat daerah gradasi 2 seperti pada gambar berikut:
Pada gambar di atas diketahui bahwa syarat gradasi yang masuk pada
daerah gradasi 2 dengan kategori pasir sedang yaitu di area antara batas atas
dengan garis putus-putus dan batas bawah dengan garis normal. Syarat batas
gradasi agregat daerah gradasi 3 seperti pada gambar berikut:
Pada gambar tersebut dapat diketahui jika syarat gradasi yang masuk pada
daerah gradasi 3 dengan kategori pasir agak halus yaitu berada di antara batas atas
11
dengan garis putus-putus dan batas bawah dengan garis normal. Syarat batas
gradasi agregat daerah gradasi 4 seperti pada gambar berikut:
Pada gambar tersebut dapat diketahui jika syarat gradasi yang masuk pada
daerah gradasi 4 dengan kategori pasir sangat halus yaitu berada di antara batas
atas dengan garis putus-putus dan batas bawah dengan garis normal. Mulyono
(2004:82) mengatakan bahwa butiran yang masuk ke dalam kategori agregat halus
harus melewati ayakan berlubang dengan ukuran 4,75 mm.
secara kimiawi dengan kalsium hidroksida yang terbentuk selama hidrasi semen
dan kemudian menghasilkan zat dengan kemampuan mengikat seperti semen.
Abu terbang (fly ash) memiliki butiran yang halus, yakni lolos saringan No.
325 (45 mili mikron) 5 – 27%. Fly Ash umumnya berbentuk seperti bola padat
atau berongga dengan densitas 2,23 gr/cm3 dan berwarna abu-abu kehitaman
(Setiawati, 2018). Menurut Sari (2017:10), Fly ash termasuk bahan pozzolan
buatan karena sifatnya yang pozzolanik, partikel halus tersebut dapat bereaksi
dengan kapur pada suhu kamar dengan media air sehingga membentuk senyawa
yang bersifat mengikat. Fly ash dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengganti
pemakaian sebagian semen, baik untuk adukan (mortar) maupun untuk campuran
beton. Keuntungan lain dari pemakaian fly ash adalah dapat meningkatkan
ketahanan/keawetan mortar terhadap ion sulfat.
Menurut Tjokrodimuljo (1996:48), fly ash dapat digunakan sebagai bahan
tambahan atau pengganti sebagian dari penggunaan semen, umumnya rentang
kadar fly ash yang digunakan sebagai pengganti semen berkisar antara 15% – 35%
dari total berat semen. Fly ash sendiri dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Kelas C merupakan jenis abu yang memiliki kadar kapur lebih dari 10%
seperti semen, fly ash jenis ini dihasilkan dari pembakaran jenis batu bata
ligmit atau batu bara dengan kadar karbon lebih dari 60%.
b. Kelas F dengan kadar CaO kurang dari 10% yang berasal dari
pembakaran batu bara jenis antrasit di suhu 1560°C.
c. Kelas N yang mana merupakan pozzolan alam dengan sifat pozzolan
yang baik.
Menuurut Nugraha & Antoni (2007:106), beberapa manfaat yang akan
diperoleh ketika menggunakan fly ash sebagai campuran baik pada beton maupun
mortar menurut adalah sebagai berikut:
Meningkatkan workability
Mengurangi bleeding dan segregasi
Meningkatkan kuat tekan
Meningkatkan durabilitas dari mortar
Mengurangi terjadinya penyusutan beton
15
2.6 Sikament LN
Sikament merupakan bahan tambah kimiawi (chemical admixture) yang
tergolong ke dalam jenis superplasticizer dengan kategori zat tambah kimia tipe F
yakni Water Reducing, High Range Admixtures yang berfungsi mengurangi
kelebihan air pencampur sebanyak 12% atau lebih pada saat proses pembuatan
mortar serta mempercepat pengerasan pada mortar maupun beton sehingga
diharapkan mampu meningkatkan kekuatan tekan mortar (Andika & Dimalouw,
2021:56). Sejalan dengan hal itu, PT. Sika Indonesia (2016) menerangkan
karakteristik sikament yang berwujud cair dengan warna coklat tua serta memiliki
densitas sebesar 1,22 kg/L pada suhu 20°C
Dalam penjelasan yang dikeluarkan oleh PT. Sika Indonesia (2016), dosis
penggunaan Sikament LN ada pada batas 0,3% hingga 2% dari total berat semen
dan disesuaikan dengan kebutuhan dalam mencapai kelecakan dan kuat tekan
yang diinginkan.
Gambar 2.5 Hubungan antara Kuat Tekan dengan FAS (Talbot & Richard dalam
Mulyono)
Gambar 2.6 Hubungan antara Kuat Tekan dengan FAS (Abram 1920 dalam
Mulyono)
(2.1)
Di mana:
σm = kuat tekan mortar (MPa)
Pmaks = gaya tekan maksimum (kg)
A = luas penampang benda uji (mm2)
Untuk benda uji kubus dengan panjang sisi 50 mm, maka A = 2500 mm2
(2.2)
Di mana:
γm = berat isi mortar (kg/ml)
BM = berat benda uji (kg)
V = volume benda uji (ml)
Untuk benda uji kubus dengan panjang sisi 50 mm, maka V-125 ml.
MPa. Kemudian untuk hasil uji kuat tekan mortar pada umur 21 hari dengan
persentase bottom ash 0%, 25% dan 35% masing-masing memperoleh nilai kuat
tekan sebesar 28,766 MPa, 29,237 MPa dan 29,898 MPa. Sedangkan untuk hasil
uji kuat tekan mortar pada umur 28 hari dengan persentase bottom ash 0%, 25%
dan 35% masing-masing memperoleh nilai kuat tekan sebesar 31,784 MPa,
32,538 MPa dan 33,764 MPa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variasi bottom
ash optimum berada pada persentase bottom ash 35% dengan kuat tekan sebesar
33,764 MPa pada umur 28 hari.
Darwis & Soelarso (2015) mengungkapkan dalam penelitiannya jika
penggunaan bottom ash sebagai substitusi agregat halus berpengaruh pada
pembuatan beton. Beton yang menggunakan bottom ash yang telah dicuci terlebih
dahulu mampu mencapai nilai kuat tekan yang direncanakan, sedangkan
pembuatan beton yang menggunakan bottom ash yang tidak melalui proses
pembersihan tidak mencapai nilai kuat tekan yang diinginkan. Pencucian bottom
ash dilakukan guna membersihkan bottom ash dari kotoran yang menempel juga
menurunkan kadar karbon yang dapat mengganggu proses pengikatan antara
semen dengan agregat lainnya.
Adapun hasil uji yang menggunakan bahan tambah berupa Sikament LN
pada beton tertulis sebagai berikut: “Hasil evaluasi nilai kuat tekan antara beton
normal dan beton normal dengan variasi Sikament LN 0,4%, 0,6%, 0,8%, dan 1%
pada umur 28 hari, masing-masing memiliki nilai kuat tekan sebesar 44,416 MPa,
45,378 MPa, 45,828 MPa, 46,110 MPa, dan 46,989 MPa.” (Tedi Ekki et al., 2016)
Menurut Andika & Dimalouw (2021), saat menggunakan Sikament LN
melebihi batas anjuran pemakaian, terjadi penurunan nilai kuat tekan pada beton.
Hal ini terbukti dalam penelitian bahwa kuat tekan maksimum berada pada dosis
Sikament LN sebesar 1% dengan nilai kuat tekan sebesar 33.96 Mpa. Tetapi kuat
tekan mengalami penurunan pada dosis Sikament® LN sebesar 3% yaitu 21.51
Mpa. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan Sikament® LN
berlebih dapat menurunkan kuat tekan beton dan memperlambat kuat tekan beton.