0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
17 tayangan10 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang fly ash, batako, dan paving block. Fly ash dihasilkan dari pembakaran batubara pada pembangkit listrik dan memiliki komposisi utama silika, alumina, dan besi oksida. Batako adalah bata beton berlubang yang memenuhi standar ukuran dan kekuatan tekan. Paving block digunakan untuk perkerasan dan harus memenuhi persyaratan mutu seperti kekuatan tekan dan ketahanan aus.
Dokumen tersebut membahas tentang fly ash, batako, dan paving block. Fly ash dihasilkan dari pembakaran batubara pada pembangkit listrik dan memiliki komposisi utama silika, alumina, dan besi oksida. Batako adalah bata beton berlubang yang memenuhi standar ukuran dan kekuatan tekan. Paving block digunakan untuk perkerasan dan harus memenuhi persyaratan mutu seperti kekuatan tekan dan ketahanan aus.
Dokumen tersebut membahas tentang fly ash, batako, dan paving block. Fly ash dihasilkan dari pembakaran batubara pada pembangkit listrik dan memiliki komposisi utama silika, alumina, dan besi oksida. Batako adalah bata beton berlubang yang memenuhi standar ukuran dan kekuatan tekan. Paving block digunakan untuk perkerasan dan harus memenuhi persyaratan mutu seperti kekuatan tekan dan ketahanan aus.
Indonesia memiliki banyak industri yang menggunakan batubara sebagai
bahan baku pembakaran, salah satunya adalah industri PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap). Produksi limbah PLTU berupa bottom ash (abu dasar) dan fly ash (abu layang). Bottom ash merupakan partikel abu yang tertinggal dan dikeluarkan dari bawah tungku, sedangkan fly ash merupakan partikel abu yang terbawa gas buang (Poernomo, 2009). Fly Ash merupakan material yang dihasilkan dari proses pembakaran batubara pada alat pembangkit listrik, sehingga semua sifat-sifatnya juga ditentukan oleh komposisi dan sifat-sifat mineral pengotor dalam batubara serta proses pembakarannya. Dalam proses pembakaran batubara ini titik leleh abu batubara lebih tinggi dari temperatur pembakarannya. Dari kondisi tersebut menghasilkan abu yang memiliki tekstur butiran yang sangat halus (Haryanti , 2014). Komponen utama fly ash batubara adalah silika (SiO2), alumina (Al2O3), besi oksida (Fe2O3), sisanya adalah karbon, kalsium, magnesium dan belerang. Sifat kimia dari fly ash batubara dipengaruhi oleh jenis batubara yang dibakar dan teknik penyiMPanan serta penanganannya (Nurhayati dkk,2012). Berdasarkan komponen fly ash tersebut terdapat peraturan PP No. 85 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, fly ash dikategorikan sebagai limbah B3 karena terdapat kandungan oksida logam berat yang akan mencemari lingkungan (Widyaningsih dkk, 2011). Dalam SK SNI S-15-1990-F spesifikasi fly ash atau abu terbang sebagai bahan tambah untuk campuran beton disebutkan ada 3 jenis, yaitu : 1. Fly Ash Tipe F - Fly Ash yang mengandung CaO lebih kecil dari 10% yang dihasilkan dari pembakaran anthracite atau bitumen batubara (bituminous) - Kadar (SiO2 + Al2O3 + Fe2O3) > 70%, - Kadar CaO < 10% (ASTM 20%, CSA 8%) - Kadar karbon (C) berkisar antara 5% - 10% 2. Fly Ash Tipe C - Fly Ash yang mengandung CaO diatas 10% yang dihasilkan dari pembakaran lignite atau sub-bitumen (batubara muda/subbtumminous) - Kadar (SiO2 + Al2O3 + Fe2O3) > 50% - Kadar CaO > 10% (ASTM 20%. CSA menetapkan angka 20%), - Kadar karbon (C) sekitar 2%, 3. Fly Ash Tipe N Pozzolan alam atau hasil pembakaran yang dapat digolongkan antara lain tanah diatomic, opaline chertz, shales, tuff dan abu vulkanik, yang mana biasa diproses melalui pembakaran atau tidak melalui proses pembakaran. Selain itu juga mempunyai sifat pozzolan yang baik (Shaikh, 2014). II. PERBANDINGAN FLY ASH DAN SEMEN
II.1 Perbandingan Sifat Fisik
Perbandingan sifat fisik fly ash dan semen dapat dilihat pada tabel 2.1 Tabel 2.1 Perbandingan sifat fisik fly ash dan semen Variabel pembanding Fly ash Semen Kehalusan 5-27% lolos saringan 80% lolos saringan 4 45 mili micron micron Berat jenis 2,15 – 2,8 g/cm3 3,15 g/cm3 Waktu pengkat awal 423 menit 60 – 120 menit Specific gravity 2,15 – 2,6 3,15 Suhu pengikat 24 – 27°C 350°C Sumber : Setiawati, 2018
II.2 Perbandingan Sifat Kimia
Fly ash dan semen mengandung kapur, silica, alumina, dan oksida besi. Empat unsur ini merupakan unsur-unsur pokok dari dua material ini, karena unsur- unsur tersebut mempengaruhi fungsi dari material. Perbandingan sifat kimia antara fly ash dan semen dapat dilihat pada Tabel 2.2 Tabel 2.2 Perbandingan sifat kimia fly ash dan semen komponen pembanding % rata-rata untuk fly % rata-rata untuk ash semen Kapur CaO 1-12 60-65 Silika, SiO2 20-60 17-25 Alumina, Al2O3 5-35 3-8 Besi, Fe2O3 10-40 0,5-4 Magnesia, MgO 0-5 0,5-4 Sulfur, SO3 0-4 1-2 Soda/Potash, Na2O+K2O 0-7 0,5-1 Sumber : Setiawati, 2018 III. BATAKO (BATA BETON)
III.1Batako (Bata Beton)
Bata beton atau yang dikenal di masyarakat umum adalah Batako merupakan bahan yang dibentuk dari campuran pasir bercampur kerikil (agregat) yang dicampur dengan semen Portland dan air untuk memudahkan bahan bahan pembentuknya dapat dengan mudah bercampur dan bereaksi dengan sempurna. Menurut bentuknya, batako dapat dibagi dalam dua jenis yaitu batako berlubang dan batako padat (Modul Pelatihan Pembuatan Ubin, Paving Block dan Batako, 2006). Batako berlubang memiliki sifat penghantar panas yang lebih baik disbanding dengan batako padat.
III.2Syarat Mutu Batako
Menurut SNI 03-0349-89 tentang Persyaratan Mutu Bata beton berlubang, batako dibedakan atas: a. Bata beton berlubang mutu I, yaitu bata beton berlubang yang digunakan untuk konstruksi yang tidak terlindung (di luar atap). b. Bata beton berlubang mutu II, yaitu bata beton berlubang yang digunakan untuk konstruksi yang memikul beban, tetapi penggunaannya hanya untuk konstruksi yang terlindung dari cuaca luar (untuk konstruksi di bawah atap). c. Bata beton berlubang mutu III, yaitu bata beton berlubang yang digunakan untuk konstruksi yang tidak memikul beban, untuk dinding penyekat serta konstruksi lainnya tetapi permukaannya tidak boleh diplester (di bawah atap). d. Bata beton berlubang mutu IV, yaitu bata beton berlubang yang digunakan untuk konstruksi seperti penggunaan dalam mutu III tetapi selalu terlindungi dari hujan dan terik matahari (diplester dan di bawah atap). Persyaratan mutu bata beton berlubang menurut SNI 03-0349-89 disajikan pada Tabel 3.1. Terdapat syarat ukuran standar dan toleransi dimensi batako (ukuran panjang, lebar dan tebal) seperti tabel terlihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.1 Persyaratan Mutu Batako (Bata Beton Berlubang) Persyaratan mutu Satuan Mutu bata beton belubang I II III IV Kuat tekan bruto dan rata-rata Kg/cm2 70 50 35 20 minimum Kuat tekan bruto masing-masing Kg/cm2 65 45 30 17 benda uji minimum Penyerapan air rata-rata % 25 35 - - maksimum Sumber : SNI-03-0349-89 Tabel 3.2 Syarat Ukuran Standar dan Toleransi Ukuran Batako Jenis bata Ukuran dan toleransi (mm) Tebal dinding sekatan beton lubang min. (mm) berlubang Panjang Lebar Tebal Luar Dalam Kecil 400 ± 3 200 ± 3 100 ± 3 20 15 Besar 400 ± 3 200 ± 3 100 ± 3 25 20 Sumber : Munir, M., 2008 IV. PAVING BLOCK IV.1 Pengertian Paving Block Paving block adalah salah satu bahan bangunan yang terbuat dari camupuran semenatau bahan perekat hidrolisis sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya yang tidak mengurangi mutu beton (SNI 03-0691-1996). Paving block banyak digunakan dalam bidang konstruksi dan merupakan salah satu alternatif pilihan untuk perkerasan permukaan tanah. Kemudahan dalam segi pemasangan, perawatan yang relatif murah serta memenuhi aspek keindahan terlebih variasi paving block beragam bentuk mengakibatkan Paving block lebih banyak disukai. Umumnya paving block digunakan ditrotoar, area khusus parker, area terbuka dan area industri. Penggunaan paving block sangatlah mendukung go green yang memang digerakkan secara nasional / internasional. Manfaat lain paving block dalam pemasangannya dapat menjaga keseimbangan air tanah (Adibroto, 2014).
IV.2 Syarat Mutu Paving Block
Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan mutu paving block dimana harus memenuhi persyaratan SNI 03-0691-1996 diantaranya adalah sebagai berikut : a. Sinar Tampak Paving block harus mempunyai permukaan yang rata, tidak terdapat retak- retak dan cacat, bagian sudut dan rusuknya tidak mudah dirapihkan dengan kekuatan jari tangan. b. Bentuk dan ukuran Paving block harus mempunyai ukuran tebal nominal minimum 60 mm dengan toleransi ± 8 %. c. Sifat fisik Tabel 4.1 Kekuatan fisik paving block Kuat tekan Ketahan Aus Penyerapan Mutu kegunaan (MPa) (mm/menit) air rata-rata A Perkerasan jalan 40 35 0,090 0,103 3 B Tempat parkir 20 17,0 0,130 0,149 6 C Pejalan kaki 15 12,5 0,160 0,184 8 D Taman kota 10 8,5 0,219 0,251 10
IV.3 Klasifikasi paving block
Dari klasifikasi paving block ini didasarkan pada bentuk, tebal, kekuatan dan warna yaitu sebagai berikut : a. Klasifikasi berdasarkan ketebalan : Paving block yang diproduksi mempunyai ketebalan 60 mm, 80 mm, 100 mm. Dalam penggunaannya dari masing-masing ketebalan paving block dapat disesuaikan dengan kebutuhan sebagai berikut : 1. Paving block dengan ketebalan 60 mm, diperuntukkan bagi beban lalu lintas ringan yang frekuensinya terbatas pada pejalan kaki dan pengendara roda dua. 2. Paving block degan ketebalan 80 mm, diperuntukkan bagi beban lalu lintas sedang yang frekuensinya terbatas pada pick up, truck, dan bus. 3. Paving block dengan ketebalan 100 mm, diperuntukkan bagi beban lalu lintas berat seperti : crane, loader dan alat berat lainnya. Paving block dengan ketebalan 100 mm ini sering dipergunakan di Kawasan industri dan pelabuhan. b. Klasifikasi berdasarkan bentuk Ada beberapa macam bentuk paving block yang diproduksi, namun diambil secara garis besar bentuk paving block dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. Paving block bentuk segi empat (rectangular) 2. Paving block bentuk segi banyak. Gambar 4.1 Bentuk paving block (SNI 03-0691-1996)
IV.4 Kegunaan dan keuntungan paping block
Keberadaan Paving block dapat menggantikan aspal dan plat beton, dengan banyak keuntungan yang dimilikinya. Paving block mempunyai banyak kegunaan, diantaranya untuk perkerasan tempat, jalan setapak, trotoar, perkerasan jalan lingkungan pada komplek-kompleks perumahanm, taman kota dan tempat bermain. Beberapa keuntungan penggunaan paving block, antara lain: a. Pemasangannnya cukup mudah b. Pemeliharaannya mudah. c. Bila ada kerusakan, perbaikannya tidak memerlukan bahan tambahan yang banyak. d. Tahan terhadap beban statis, dinamik dan kejut yang tinggi (Sebayang, 2011).
IV.5 Metode pembuatan paving block
Adapun metode yang digunakan pada umumnya dikalsifikasikan menjadi 2 metode yaitu : a. Metode Konvensional Metode konvensional adalah metode yang paling banyak digunakan oleh msayarakat dan lebih dikenal dengan metoe gablokan. Pembuatan paving block dengan cara konvensional dilakukan dengan menggunakan alat gablokan/alat pukul dengan beban pemadatan yang berpengaruh adalah tenaga orang yang mengerjakannya. Mutu beton dari paving block jenis ini tergolong dalam mutu beton kelas D (K 50 – 100).
Gambar 4.2 Alat gablokan metode konvensional
Gambar 4.3 Prinsip kerja metode konvensional
b. Metode Mekanis Metode mekanis didalam masyarakat biasa disebut metode press. Metode ini masih jarang digunakan kerana untuk pembuatan paving block dengan metide ini membutuhkan alat yang harganya relatif mahal. Metode ini biasanya digunakan oleh pabrik dengan skala industri, sedang atau besar. Pembuatan paving block cara mekanis dilakukan dengan menggunakan mesin press.