Anda di halaman 1dari 10

I.

FLY ASH

Indonesia memiliki banyak industri yang menggunakan batubara sebagai


bahan baku pembakaran, salah satunya adalah industri PLTU (Pembangkit Listrik
Tenaga Uap). Produksi limbah PLTU berupa bottom ash (abu dasar) dan fly ash (abu
layang). Bottom ash merupakan partikel abu yang tertinggal dan dikeluarkan dari
bawah tungku, sedangkan fly ash merupakan partikel abu yang terbawa gas buang
(Poernomo, 2009).
Fly Ash merupakan material yang dihasilkan dari proses pembakaran batubara
pada alat pembangkit listrik, sehingga semua sifat-sifatnya juga ditentukan oleh
komposisi dan sifat-sifat mineral pengotor dalam batubara serta proses
pembakarannya. Dalam proses pembakaran batubara ini titik leleh abu batubara lebih
tinggi dari temperatur pembakarannya. Dari kondisi tersebut menghasilkan abu yang
memiliki tekstur butiran yang sangat halus (Haryanti , 2014).
Komponen utama fly ash batubara adalah silika (SiO2), alumina (Al2O3), besi
oksida (Fe2O3), sisanya adalah karbon, kalsium, magnesium dan belerang. Sifat kimia
dari fly ash batubara dipengaruhi oleh jenis batubara yang dibakar dan teknik
penyiMPanan serta penanganannya (Nurhayati dkk,2012). Berdasarkan komponen fly
ash tersebut terdapat peraturan PP No. 85 Tahun 1999 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun, fly ash dikategorikan sebagai limbah B3 karena terdapat
kandungan oksida logam berat yang akan mencemari lingkungan (Widyaningsih dkk,
2011).
Dalam SK SNI S-15-1990-F spesifikasi fly ash atau abu terbang sebagai
bahan tambah untuk campuran beton disebutkan ada 3 jenis, yaitu :
1. Fly Ash Tipe F
- Fly Ash yang mengandung CaO lebih kecil dari 10% yang dihasilkan dari
pembakaran anthracite atau bitumen batubara (bituminous)
- Kadar (SiO2 + Al2O3 + Fe2O3) > 70%,
- Kadar CaO < 10% (ASTM 20%, CSA 8%)
- Kadar karbon (C) berkisar antara 5% - 10%
2. Fly Ash Tipe C
- Fly Ash yang mengandung CaO diatas 10% yang dihasilkan dari pembakaran
lignite atau sub-bitumen (batubara muda/subbtumminous)
- Kadar (SiO2 + Al2O3 + Fe2O3) > 50%
- Kadar CaO > 10% (ASTM 20%. CSA menetapkan angka 20%),
- Kadar karbon (C) sekitar 2%,
3. Fly Ash Tipe N
Pozzolan alam atau hasil pembakaran yang dapat digolongkan antara lain tanah
diatomic, opaline chertz, shales, tuff dan abu vulkanik, yang mana biasa diproses
melalui pembakaran atau tidak melalui proses pembakaran. Selain itu juga
mempunyai sifat pozzolan yang baik (Shaikh, 2014).
II. PERBANDINGAN FLY ASH DAN SEMEN

II.1 Perbandingan Sifat Fisik


Perbandingan sifat fisik fly ash dan semen dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Perbandingan sifat fisik fly ash dan semen
Variabel pembanding Fly ash Semen
Kehalusan 5-27% lolos saringan 80% lolos saringan 4
45 mili micron micron
Berat jenis 2,15 – 2,8 g/cm3 3,15 g/cm3
Waktu pengkat awal 423 menit 60 – 120 menit
Specific gravity 2,15 – 2,6 3,15
Suhu pengikat 24 – 27°C 350°C
Sumber : Setiawati, 2018

II.2 Perbandingan Sifat Kimia


Fly ash dan semen mengandung kapur, silica, alumina, dan oksida besi. Empat
unsur ini merupakan unsur-unsur pokok dari dua material ini, karena unsur-
unsur tersebut mempengaruhi fungsi dari material. Perbandingan sifat kimia
antara fly ash dan semen dapat dilihat pada Tabel 2.2
Tabel 2.2 Perbandingan sifat kimia fly ash dan semen
komponen pembanding % rata-rata untuk fly % rata-rata untuk
ash semen
Kapur CaO 1-12 60-65
Silika, SiO2 20-60 17-25
Alumina, Al2O3 5-35 3-8
Besi, Fe2O3 10-40 0,5-4
Magnesia, MgO 0-5 0,5-4
Sulfur, SO3 0-4 1-2
Soda/Potash, Na2O+K2O 0-7 0,5-1
Sumber : Setiawati, 2018
III. BATAKO (BATA BETON)

III.1Batako (Bata Beton)


Bata beton atau yang dikenal di masyarakat umum adalah Batako
merupakan bahan yang dibentuk dari campuran pasir bercampur kerikil (agregat)
yang dicampur dengan semen Portland dan air untuk memudahkan bahan bahan
pembentuknya dapat dengan mudah bercampur dan bereaksi dengan sempurna.
Menurut bentuknya, batako dapat dibagi dalam dua jenis yaitu batako berlubang
dan batako padat (Modul Pelatihan Pembuatan Ubin, Paving Block dan Batako,
2006). Batako berlubang memiliki sifat penghantar panas yang lebih baik
disbanding dengan batako padat.

III.2Syarat Mutu Batako


Menurut SNI 03-0349-89 tentang Persyaratan Mutu Bata beton
berlubang, batako dibedakan atas:
a. Bata beton berlubang mutu I, yaitu bata beton berlubang yang digunakan
untuk konstruksi yang tidak terlindung (di luar atap).
b. Bata beton berlubang mutu II, yaitu bata beton berlubang yang digunakan
untuk konstruksi yang memikul beban, tetapi penggunaannya hanya untuk
konstruksi yang terlindung dari cuaca luar (untuk konstruksi di bawah atap).
c. Bata beton berlubang mutu III, yaitu bata beton berlubang yang digunakan
untuk konstruksi yang tidak memikul beban, untuk dinding penyekat serta
konstruksi lainnya tetapi permukaannya tidak boleh diplester (di bawah atap).
d. Bata beton berlubang mutu IV, yaitu bata beton berlubang yang digunakan
untuk konstruksi seperti penggunaan dalam mutu III tetapi selalu terlindungi
dari hujan dan terik matahari (diplester dan di bawah atap).
Persyaratan mutu bata beton berlubang menurut SNI 03-0349-89 disajikan
pada Tabel 3.1. Terdapat syarat ukuran standar dan toleransi dimensi batako
(ukuran panjang, lebar dan tebal) seperti tabel terlihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.1 Persyaratan Mutu Batako (Bata Beton Berlubang)
Persyaratan mutu Satuan Mutu bata beton belubang
I II III IV
Kuat tekan bruto dan rata-rata Kg/cm2 70 50 35 20
minimum
Kuat tekan bruto masing-masing Kg/cm2 65 45 30 17
benda uji minimum
Penyerapan air rata-rata % 25 35 - -
maksimum
Sumber : SNI-03-0349-89
Tabel 3.2 Syarat Ukuran Standar dan Toleransi Ukuran Batako
Jenis bata Ukuran dan toleransi (mm) Tebal dinding sekatan
beton lubang min. (mm)
berlubang Panjang Lebar Tebal Luar Dalam
Kecil 400 ± 3 200 ± 3 100 ± 3 20 15
Besar 400 ± 3 200 ± 3 100 ± 3 25 20
Sumber : Munir, M., 2008
IV. PAVING BLOCK
IV.1 Pengertian Paving Block
Paving block adalah salah satu bahan bangunan yang terbuat dari
camupuran semenatau bahan perekat hidrolisis sejenisnya, air dan agregat
dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya yang tidak mengurangi mutu beton
(SNI 03-0691-1996). Paving block banyak digunakan dalam bidang konstruksi
dan merupakan salah satu alternatif pilihan untuk perkerasan permukaan tanah.
Kemudahan dalam segi pemasangan, perawatan yang relatif murah serta
memenuhi aspek keindahan terlebih variasi paving block beragam bentuk
mengakibatkan Paving block lebih banyak disukai. Umumnya paving block
digunakan ditrotoar, area khusus parker, area terbuka dan area industri.
Penggunaan paving block sangatlah mendukung go green yang memang
digerakkan secara nasional / internasional. Manfaat lain paving block dalam
pemasangannya dapat menjaga keseimbangan air tanah (Adibroto, 2014).

IV.2 Syarat Mutu Paving Block


Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan mutu paving
block dimana harus memenuhi persyaratan SNI 03-0691-1996 diantaranya adalah
sebagai berikut :
a. Sinar Tampak
Paving block harus mempunyai permukaan yang rata, tidak terdapat retak-
retak dan cacat, bagian sudut dan rusuknya tidak mudah dirapihkan dengan
kekuatan jari tangan.
b. Bentuk dan ukuran
Paving block harus mempunyai ukuran tebal nominal minimum 60 mm
dengan toleransi ± 8 %.
c. Sifat fisik
Tabel 4.1 Kekuatan fisik paving block
Kuat tekan Ketahan Aus Penyerapan
Mutu kegunaan (MPa) (mm/menit) air rata-rata
A Perkerasan jalan 40 35 0,090 0,103 3
B Tempat parkir 20 17,0 0,130 0,149 6
C Pejalan kaki 15 12,5 0,160 0,184 8
D Taman kota 10 8,5 0,219 0,251 10

IV.3 Klasifikasi paving block


Dari klasifikasi paving block ini didasarkan pada bentuk, tebal, kekuatan dan
warna yaitu sebagai berikut :
a. Klasifikasi berdasarkan ketebalan :
Paving block yang diproduksi mempunyai ketebalan 60 mm, 80 mm, 100
mm. Dalam penggunaannya dari masing-masing ketebalan paving block
dapat disesuaikan dengan kebutuhan sebagai berikut :
1. Paving block dengan ketebalan 60 mm, diperuntukkan bagi beban lalu
lintas ringan yang frekuensinya terbatas pada pejalan kaki dan
pengendara roda dua.
2. Paving block degan ketebalan 80 mm, diperuntukkan bagi beban lalu
lintas sedang yang frekuensinya terbatas pada pick up, truck, dan bus.
3. Paving block dengan ketebalan 100 mm, diperuntukkan bagi beban lalu
lintas berat seperti : crane, loader dan alat berat lainnya. Paving block
dengan ketebalan 100 mm ini sering dipergunakan di Kawasan industri
dan pelabuhan.
b. Klasifikasi berdasarkan bentuk
Ada beberapa macam bentuk paving block yang diproduksi, namun diambil
secara garis besar bentuk paving block dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Paving block bentuk segi empat (rectangular)
2. Paving block bentuk segi banyak.
Gambar 4.1 Bentuk paving block (SNI 03-0691-1996)

IV.4 Kegunaan dan keuntungan paping block


Keberadaan Paving block dapat menggantikan aspal dan plat beton, dengan
banyak keuntungan yang dimilikinya. Paving block mempunyai banyak
kegunaan, diantaranya untuk perkerasan tempat, jalan setapak, trotoar,
perkerasan jalan lingkungan pada komplek-kompleks perumahanm, taman kota
dan tempat bermain. Beberapa keuntungan penggunaan paving block, antara lain:
a. Pemasangannnya cukup mudah
b. Pemeliharaannya mudah.
c. Bila ada kerusakan, perbaikannya tidak memerlukan bahan tambahan yang
banyak.
d. Tahan terhadap beban statis, dinamik dan kejut yang tinggi (Sebayang, 2011).

IV.5 Metode pembuatan paving block


Adapun metode yang digunakan pada umumnya dikalsifikasikan menjadi 2
metode yaitu :
a. Metode Konvensional
Metode konvensional adalah metode yang paling banyak digunakan oleh
msayarakat dan lebih dikenal dengan metoe gablokan. Pembuatan paving
block dengan cara konvensional dilakukan dengan menggunakan alat
gablokan/alat pukul dengan beban pemadatan yang berpengaruh adalah
tenaga orang yang mengerjakannya. Mutu beton dari paving block jenis ini
tergolong dalam mutu beton kelas D (K 50 – 100).

Gambar 4.2 Alat gablokan metode konvensional

Gambar 4.3 Prinsip kerja metode konvensional


b. Metode Mekanis
Metode mekanis didalam masyarakat biasa disebut metode press. Metode ini
masih jarang digunakan kerana untuk pembuatan paving block dengan metide
ini membutuhkan alat yang harganya relatif mahal. Metode ini biasanya
digunakan oleh pabrik dengan skala industri, sedang atau besar. Pembuatan
paving block cara mekanis dilakukan dengan menggunakan mesin press.

Gambar 4.4 Prinsip Kerja Metode Mekanis


IV.6
V PEMANFAATAN FLY ASH SEBAGAI BATAKO

Anda mungkin juga menyukai