Anda di halaman 1dari 29

2.1.

Pengertian Beton

Beton adalah bagian terpenting dari suatu konstruksi. Beton dapat


digunakan untuk berbagai bangunan, misalnya pada bangunan gedung, bangunan air,
jalan raya, dan lain lain. Untuk bangunan gedung, beton digunakan sebagai struktur
pondasi, balok, kolom, dan plat lantai. Sedangkan untuk bangunan air beton
digunakan untuk saluran drainase, gorong-gorong, bendungan, dan bendung.
Beton mempunyai kuat tekan yang sangat tinggi tetapi mempunyai kuat tarik yang
rendah. (Tjokrodimuljo, 1996).

Beton merupakan bahan dari campuran antara portland cement, agregat


halus (pasir), agregat kasar (kerikil), air dengan tambahan adanya rongga-rongga
udara. Campuran bahan-bahan pembentuk beton harus ditetapkan sedimikian rupa,
sehingga menghasilkan beton basah yang mudah dikerjakan, memenuhi kekuatan
tekan rencana setelah mengeras dan cukup ekonomis. (Sutikno, 2003)

Salah satu dasar anggapan yang digunakan dalam perancangan dan


analisis struktur beton bertulang ialah bahwa ikatan antara baja dan beton yang
mengelilinginya berlangsung sempurna tanpa terjadi penggelinciran atau pergeseran.
Berdasarkan atas anggapan tersebut dan juga sebagai akibat lebih lanjut, pada
waktu komponen struktur beton bertulang bekerja menahan beban akan timbul
tegangan lekat yang berupa pada permukaan singgung antara batang tulangan
dengan beton. (Dipohusodo, 1994)

Agar beton bertulang dapat berfungsi dengan baik sebagai bahan


komposit dimana batang baja tulangan saling bekerja sama sepenuhnya dengan
beton, maka perlu diusahakan supaya terjadi penyaluran gaya yang baik dari suatu
bahan ke bahan yang lain. Untuk menjamin hal ini perlu ada lekatan yang baik
antara beton dengan tulangan, dan penutup beton yang cukup tebal. Baja
tulangan dapat menyalurkan gaya seoenuhnya melalui ikatan baja didalam beton

4
hingga suatu kedalam tertentu yang dinyatakan dengan panjang penyaluran. (Vis,
1993)

Tulangan baja rawan terhadap karat, tetapi beton membungkusnya sehingga


memberikan perlindungan yang bagus terhadap karat. Kekuatan baja yang terkena
suhu tinggi ketika terjadi kebakaran dengan intensitas rata-rata bisa dibilang nol
tetapi beton yang membungkusnya memberikan ketahanan terhadap api.

2.2. Bahan Penyusun Beton

Kualitas beton yang diinginkan dapat ditentukan dengan pemilihan bahan-


bahan pembentuk beton yang baik, perhitungan proporsi yang tepat, cara pengerjaan
dan perawatan beton dengan baik, serta pemilihan bahan tambah yang tepat dengan
dosis optimum yang diperlukan. Bahan pembentuk beton adalah semen, agregat, air,
dan biasanya dengan bahan tambah.

2.2.1. Semen Portland

Semen portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara


menghaluskan klinker yang terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis
dengan gips sebagai bahan tambahan (PUBI-1982, dalam Tjokrodimuljo, 1996).

Arti kata semen adalah bahan yang memiliki suatu sifat adhesif maupun
kohesif, yaitu bahan pengikat. Menurut Standart Industri Indonesia, SII 0013-
1981, definisi semem portland adalah semen hidraulis yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat
hidraulis bersama bahan-bahan yang biasa digunakan, yaitu gipsum.

Ordinary Portland Cement atau yang akan disebut semen portland adalah
semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling terak semen portland
terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan digiling
bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa
kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain. Seperti yang

5
sudah pernah kita ketahui, Semen portland terbagi lagi menjadi 5 jenis yang
didasarkan pada tujuan penggunaannya, yaitu :

a. Jenis I yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak


memerlukan persyaratan-persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada
jenis-jenis lain.
b. Jenis II yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat atau kalor hidrasi sedang.
c. Jenis III semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan
tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi.
d. Jenis IV yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
kalor hidrasi rendah.
e. Jenis V yaitu semen portland yang dalam penggunaanya memerlukan
ketahanan tinggi terhadap sulfat.

2.2.2. Agregat

Agregat adalah bahan pengisi beton. Agregat-agregat yang digunakan dalam


beton memnempati ¾ bagian dari volume beton. Karena harganya lebih murah
disbanding semen maka agregat lebih disukai dan diusahakan agar selalu digunakan
sebanyak mungkin. Baik agregat halus ataupun agregat kasar sama-sama digunakan.

2.2.2.1. Agregat Kasar

Agregat kasar adalah agregat yang ukuran butirannya lebih dari 5 mm


(PBI 1971). Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil atau batu pecah.
Kerikil adalah bahan yang terjadi sebagai hasil desintegrasi alami sedangkan
batu pecah adalah bahan yang diperoleh dari batu yang digiling (dipecah) men
jadi pecahan-pecahan berukuran 5-70 mm.

Tabel 2.1. Batasan Susunan Butiran Agregat Kasar

6
Ukuran Saringan (mm) Persentase Lolos Saringan (%)

40 mm 20 mm
40 95 – 100 100

20 30 – 70 95 – 100

10 10 – 35 25 – 55

4,8 0 – 5 0 – 10
Sumber : Tjokrodimuljo (1996)

2.2.2.2. Agregat Halus

Agregat halus adalah agregat yang berbutir kecil (antara 0,15 mm dan 5
mm). Agregat halus sering disebut dengan pasir, baik berupa pasir alami yang
diperoleh langsung dari sungai atau tanah galian maupun hasil pemecahan batu.
Pada umumnya yang dimaksudkan dengan agregat halus adalah agregat dengan
besar butir kurang dari 4,75 mm. Agregat halus mempunyai peran penting
sebagai pembentuk beton dalam pengendalian (workability), kekuatan (strength),
dan keawetan beton (durability) dari mortar yang dihasilkan. Pasir sebagai agregat
halus harus memenuhi gradasi dan persyaratan yang telah ditentukan.
(Tjokrodimuljo, 1996)

Dalam penelitian agregat halus harus benar-benar memenuhi persyaratan


yang telah ditentukan. Karena sangat berpengaruh pada pengerjaan (workability),
kekuatan (strength), dan tingkat keawetan (durability) dari beton yang dihasilkan.
Pasir sebagai pembentuk mortar bersama semen dan air, berfungsi mengikat agregat
menjadi satu kesatuan yang kuat dan padat.
Agregat halus sering disebut dengan pasir, baik berupa pasir alami yang
diperoleh langsung dari sungai atau tanah galian maupun hasil pemecahan agregat
kasar. Syarat – syarat agregat halus (pasir) sebagai bahan material pembuatan
beton sesuai dengan ASTM C 33 adalah:

7
a. Material dari bahan alami dengan kekasaran permukaan yang optimal
sehingga kuat tekan beton besar.
b. Butiran tajam, keras, kekal (durable) dan tidak bereaksi dengan material
beton lainnya.
c. Berat jenis agregat tinggi yang berarti agregat padat sehingga beton yang
dihasilkan padat dan awet.
d. Gradasi sesuai spesifikasi dan hindari gap graded aggregate karena akan
membutuhkan semen lebih banyak untuk mengisi rongga.
e. Bentuk yang baik adalah bulat, karena akan saling mengisi rongga dan jika
ada bentuk yang pipih dan lonjong dibatasi maksimal 15% berat total
agregat.
f. Bentuk yang baik adalah bulat, karena akan saling mengisi rongga dan jika
ada bentuk yang pipih dan lonjong dibatasi maksimal 15% berat total
agregat.

Untuk memperoleh hasil beton yang seragam, mutu pasir harus dikendalikan.
Oleh karena itu pasir sebagai agregat halus harus memenuhi gradasi dan persyaratan
yang ditentukan.

Tabel 2.2. Batasan Susunan Butiran Agregat Halus

Persentase Lolos Saringan


Ukuran Saringan
Daerah 1 Daerah 2 Daerah 3 Daerah 4

9,50 100 100 100 100


(mm)
4,75 90 -100 90 -100 90 -100 95 -100

2,36 60 - 95 75 -100 85 -100 95 -100

1,18 30 - 70 55 - 90 75 -100 90 -100

0,85 15 - 34 35 - 59 60 - 79 80 -100

0,30 5 - 20 8- 30 12 - 40 15 - 50

0,15 0 - 10 0 - 10 0 - 10 0 - 15
Sumber : Tjokrodimuljo (1996)

8
Keterangan :
Daerah 1 : Pasir kasar
Daerah 2 : Pasir agak kasar
Daerah 3 : Pasir agak halus
Daerah 4 : Pasir halus

2.2.3. Air
Air adalah salah satu bahan material penyusun beton yang penting
walaupun harganya murah. Air berfungsi untuk memicu proses kimiawi,semen tidak
bisa menjadi pasta tanpa air. Air yang diperlukan untuk bereaksi dengan semen
hanya sekitar 25% dari berat semen, tapi dalam kenyataan nya nilai faktor air semen
(fas) yang dipakai sulit kurang dari 0,35.
Dalam pelaksanaan suatu proyek, air adalah bahan yang sangat penting dan vital
yang digunakan untuk:
a. Pembuatan adukan beton.
b. Pembuatan adukan untuk spesi.
c. Perawatan beton dan kegiatan penunjang lainnya.

Air diperlukan pada pembuatan beton agar terjadi reaksi kimiawi dengan
semen yang menyebabkan terjadinya pengikatan dan pengerasan, untuk membasahi
agregat dan untuk melumas butir-butir agregat agar dapat mudah dikerjakan dan
dipadatkan Persyaratan yang harus dipenuhi oleh air yang agar dapat digunakan
antara lain:
a. Tidak mengandung lumpur (benda melayang lainnya) lebih dari 2
gram/liter;
b. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton. (asam, zat
organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter;
c. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter;
d. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.

9
2.3. Kelebihan dan Kelemahan Beton
2.3.1. Kelebihan Beton

Kelebihan dari struktur beton dibandingkan dengan materi struktur yang


lain adalah:
A. Ketersediaan (availability) material dasar
1. Agregat dan air pada umumnya bisa didapat dari daerah setempat. Semen
pada umumnya juga dapat didapatkan dan dibuat di daerh setempat, bila
tersedia. Dengan demikian, biaya pembuatan relatif lebih murah karena
semua bahan bisa didapat di dalam negeri, bahkan bisa di daerah
setempat. Bahan termahal adalah semen, yang bisa diproduksi di dalam
negeri.
2. Tidak demikiannya dengan struktur baja, karena harus dibuat di pabrik,
apalagi kalau masih harus impor. Pengangkutan menjadi masalah tersendiri
bila proyek berada di tempat yang sulit untuk dijangkau, sementara beton
akan lebih mudah karena masing-masing material bisa diangkut sendiri.
3. Kayu problemnya tidak seberat baja, namun penggunaannya secara masal
akan menyebabkan masalah lingkungan, sebagai salah satu penyebab utama
kerusakan hutan.
B. Kemudahan untuk digunakan (versatility)
1. Pengangkutan bahan mudah, karena masing-masing bisa diangkat secara
mudah
2. Beton bisa dipakai untuk berbagai struktur, seperti bendungan, fondasi, jalan,
landasan bandar udara, pipa, perlindungan dari radiasi, insulator panas.
3. Beton bertulang bisa dipakai untuk berbagai struktur yang lebih berat, seperti
jembatan, gedung, tandon air, bangunan maritim, instalasi militer dengan
beban kejut besar, landasan pacu pesawat terbang, kapal dan sebagainya.
C. Kemampuan beradaptasi (adaptability)
1. Beton bersifat monolit sehingga tidak memerlukan sambungan seperti baja.

10
2. Beton dapat dicetak
3. Beton dapat diproduksi
D. Kebutuhan pemeliharaan yang minimal
Secara umum ketahanan (durability) beton cukup tinggi, lebih tahan karat,
sehingga tidak perlu dicat seperti struktur baja, dan lebih tahan terhadap bahaya
kebakaran.

2.3.2. Kelemahan Beton

Disamping segala keunggulan diatas, beton sebagai struktur juga mempunyai


beberapa kelemahan yang perlu dipertimbangkan, antara lain:

a. Berat sendiri beton yang besar, sekitar 2400 kg/m³ untuk beton bertulang dan
2200 kg/m³ untuk beton tak bertulang.
b. Kekuatan tariknya rendah, meskipun kekuatan tekannya besar.
c. Beton cenderung untuk retak, karena semennya hidraulis. Baja tulangan bisa
berkarat, meskipun tidak terekspose separah struktur baja.
d. Kualitas sangat tergantung dari cara pelaksanaan di lapangan. Beton yang baik
maupun yang buruk dapat terbentuk dari rumus dan campuran yang sama.
e. Struktur beton sulit untuk dipindahkan. Pemakaian kembali atau daur ulang sulit
dan tidak ekonomis.

2.4. Tulangan Baja

Semua baja tulangan yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat:


a. Baja tulangan beton (SNI 2052:2014).
b. Bebas dari kotoran, lapisan minyak, karat dan tidak cacat (retak-retak,
mengelupas ) serta mempunyai penampang yang sama rata.
Adapun jenis baja tulangan yang digunakan untuk semua struktur dapat dilihat pada
Tabel 2.3.dan 2.4.

11
Tabel 2.3. Ukuran Baja Tulangan Beton Polos
No Penamaan Diameter Luas penampang Berat nominal
nominal nominal per meter
(d) (A)
mm cm2 kg/m
1 P.6 6 0,2827 0,222
2 P.8 8 0,5027 0,395
3 P.10 10 0,7854 0,617
4 P.12 12 1,131 0,888
5 P.14 14 1,539 1,21
6 P.16 16 2,011 1,58
7 P.19 19 2,835 2,23
8 P.22 22 3,801 2,98
9 P.25 25 4,909 3,85
10 P.28 28 6,158 4,83
11 P.32 32 8,042 6,31
12 P.36 36 10,17 7,99
13 P.40 40 12,56 9,86
14 P.50 50 19,64 15,4
Sumber : SNI 2052:2014

Tabel 2.4. Ukuran Baja Tulangan Beton Ulir


No Pena- Dia- meter Luas Dia- meter Tinggi sirip Jarak sirip Lebar Berat
maan nominal (d) penam- dalam melintang sirip nominal
min maks
pang minimal (maks) membujur per meter
nominal (A) (do) (maks)

mm 2 mm mm mm mm mm kg/m
cm
1 S.6 6 0,2827 5,5 0,3 0,6 4,2 4,7 0,222

2 S.8 8 0,5027 7,3 0,4 0,8 5,6 6,3 0,395


3 S.10 10 0,7854 8,9 0,5 1,0 7,0 7,9 0,617

4 S.13 13 1,327 12,0 0,7 1,3 9,1 10,2 1,04


5 S.16 16 2,011 15,0 0,8 1,6 11,2 12,6 1,58
6 S.19 19 2,835 17,8 1,0 1,9 13,3 14,9 2,23

12
No Pena- Dia- meter Luas Dia- meter Tinggi sirip Jarak sirip Lebar Berat
maan nominal (d) penam- dalam melintang sirip nominal
min maks
pang minimal (maks) membujur per meter
nominal (A) (do) (maks)

mm 2 mm mm mm mm mm kg/m
cm
7 S.22 22 3,801 20,7 1,1 2,2 15,4 17,3 2,98
8 S.25 25 4,909 23,6 1,3 2,5 17,5 19,7 3,85
9 S.29 29 6,625 27,2 1,5 2,9 20,3 22,8 5,18

10 S.32 32 8,042 30,2 1,6 3,2 22,4 25,1 6,31


Sumber : SNI 2052:2014

2.5. Kolom
2.5.1. Definisi Kolom
Kolom merupakan suatu struktur tekan yang memegang peranan penting dari
suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis
yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga
runtuh total (total collapse) seluruh struktur. (Sudarmoko, 1996)
SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur
bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan
bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil.
Kolom merupakan bagian vertikal dari suatu struktur rangka yang menerima
beban tekan dan lentur. Kolom meneruskan beban-beban dari elevasi atas ke elevasi
yang lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah melalui pondasi. (Nawy,1998)
Fungsi kolom adalah sebgai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi.
Bila diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan kita
bisa berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan
beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), srta beban hembusan
angina maupun gempa.

2.5.2. Jenis-jenis Kolom


Kolom beton murni dapat mendukung beban sangat kecil, tetapi kapasitas
daya dukung bebannya akan meningkat cukup besar jika ditambahkan tulangan

13
longitudinal. Peningkatan kekuatan yang lebih besar dapat diperoleh dengan
memberikan kekangan lateral pada tulangan longitudinal ini. Akibat adanya beban
tekan, kolom cenderung tidak hanya memendek dalam arah memanjang tetapi juga
mengembang dalam arah lateral karena adanya pengaruh efek Poisson. Kapasitas
kolom seperti ini dapat meningkat dengan memberikan kekangan lateral dalam
bentuk sengkang persegi dengan jarak yang berdekatan atau spiral yang
membungkus di sekeliling tulangan longitudinal.
Kolom beton bertulang dikatakan kolom bersengkang persegi atau spiral
tergantung dari metode atau cara yang digunakan untuk mengikat atau menguatkan
tulangan secara lateral pada tempatnya. Jika kolom mempunyai serangkaian
sengkang persegi yang tertutup seperti pada Gambar 2.1, kolom dinamakan kolom
sengkang persegi. Sengkang ini sangat efektif dalam meningkatkan kekuatan kolom.
Sengkang mencegah tulangan longitudinal bergerak selama konstruksi dan sengkang
menahan kecenderungan tulangan longitudinal untuk menekuk ke arah luar akibat
beban, yang dapat menyebabkan selimut beton bagian luar pecah. Kolom sengkang
persegi biasanya berbentuk bujur sangkar atau persegi, tetapi dapat juga berupa
oktagonal, bulat, bentuk L, dan lain sebagainya. Bentuk bujur sangkar dan persegi
lebih sering digunakan karena kesederhanaan dalam membuat cetakan.

Gambar 2.1. Kolom Persegi

14
Kemudian, kolom beton bertulang dinamakan kolom spiral apabila spiral
menerus yang terbuat dari tulangan atau kawat tebal membungkus sekeliling tulangan
longitudinal seperti pada Gambar 2.2. Spiral dengan jarak yang berdekatan dapat
mengekang lebih baik tulangan longitudinal pada posisinya, dan menyelimuti beton
bagian dalam serta meningkatkan kekuatan aksial dengan sangat besar. Saat beton
pada bagian dalam spiral cenderung menyebar keluar secara lateral akibat beban
tekan, spiral akan menahannya dan kolom tidak akan runtuh sampai spiral mengalami
leleh atau putus. Kolom spiral biasanya berbentuk lingkaran, tetapi juga dapat dibuat
menjadi bentuk persegi, oktagonal atau lainnya. Spiral sangat efektif dalam
meningkatkan daktilitas dan kekokohan dari kolom, tetapi spiral jauh lebih mahal
dibandingkan sengkang persegi. Oleh karena itu, kolom spiral biasanya lebih sering
digunakan untuk kolom dengan beban yang sangat besar dan untuk kolom di daerah
rawan gempa karena ketahannya terhadap gempa.

Gambar 2.2. Kolom Spiral

15
Kolom komposit, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 2.3, adalah kolom
beton yang diberi tulangan longitudinal dan profil baja. Kolom ini dapat digunakan
dengan atau tanpa tulangan longitudinal. Kolom ini juga dapat berbentuk persegi
ataupun lingkaran. Pada kolom yang berbentuk lingkaran, umumnya terdapat struktur
pipa beton di dalamnya. Kolom dengan bentuk lingkaran yang di dalamnya terdapat
struktur pipa beton dikenal sebagai kolom pipa yang terisi beton (Concrete Filled
Tube Columns). Kolom komposit yang berbentuk persegi dikenal sebagai kolom baja
yang diselimuti beton (concrete encased steel columns atau steel reinforced
concrete).

Gambar 2.3. Kolom Komposit

2.6. Balok

Balok adalah bagian dari strukturan sebuah bangunan yang kakau dan
dirancang untuk menanggung dan mentransfer beban menuju elemen-elemen kolom
penompang. Selain itu balok juga berfungsi sebagai pengikat kolom-kolom agar
apabila terjadi pergerakan kolom-kolom tersebut tetap bersatu padu mempertahankan
bentuk dan posisinya semula. Balok dibuat dari bahan yang sama dengan kolom
sehingga hubungan balok dan kolom yang bersifat kaku tidak mudah berubah bentuk.
Pola gaya yang tidak seragam dapat mengakibatkan balok melengkung atau defleksi
yang harus ditahan oleh kekuatan internal material.

Pada system structural yang ada di gedung, elemen balok adalah elemen yang
paling banyak digunakan dengan pola berulang. Umumnya pola ini menggunakan
susunan hirarki balok, dimana beban pada pemukaan mula-mula dipikul oleh elemen

16
permukaan diteruskan ke elemen struktur sekunder, dan selanjutnya diteruskan ke
tumpuan. Semakin besar beban yang disertai dengan bertambahnya panjang, pada
umumnya akan memperbesar ukuran dan tinggi balok.

Tegangan actual yang ditimbulkan pada balok tergantung pada besar dan
distribusi material pada penampang melintang elemen struktur. Semakin besar balok
semakin kecil tegangannya. Luas penampang dan distribusi beban merupakan hal
yang penting. Semakin tinggi suatu elemen, makin kuat kemampuannya untuk
memikul lentur. Variable dasar yang terpenting dalam desain adalah besar beban
yang ada, jarak antara beban-beban dan perilaku kondisi tumpuan balok. Kondisi
tumpuan jepit lebih kaku daripada ujung-ujungnya dapat berputar bebas. Balok
dengan tumpuan jepit dapat memikul beban terpusat di tengah bentang dua kali lebih
besar dari pada balok yang sama tidak terjepit pada ujungnya.

Gambar 2.4. Balok

2.7. Pelat Lantai

Pelat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung,
merupakan lantai tingkat pembatas antara tingkat yang satu dengan tingkat yang lain.

17
Pelat lantai didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom
bangunan. Ketebalan pelat lantai ditentukan oleh :
a. Besar lendutan yang diinginkan.
b. Lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung.
c. Bahan material konstruksi dan pelat lantai.

Pelat lantai harus direncanakan kaku, rata, lurus dan waterpass (mempunyai
ketinggian yang sama dan tidak miring), pelat lantai dapat diberi sedikit kemiringan
untuk kepentingan aliran air. Ketebalan pelat lantai ditentukan oleh : beban yang
harus didukung, besar lendutan yang diijinkan, lebar bentangan atau jarak antara
balok-balok pendukung, bahan konstruksi dari pelat lantai.

Pelat lantai harus direncanakan kaku, rata, lurus dan waterpass (mempunyai
ketinggian yang sama dan tidak miring), pelat lantai dapat diberi sedikit kemiringan
untuk kepentingan aliran air. Ketebalan pelat lantai ditentukan oleh : beban yang
harus didukung, besar lendutan yang diijinkan, lebar bentangan atau jarak antara
balok-balok pendukung, bahan konstruksi dari pelat lantai.

Pelat lantai merupakan suatu struktur solid tiga dimensi dengan bidang
permukaan yang lurus, datar dan tebalnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan
dimensinya yang lain. Struktur pelat bisa saja dimodelkan dengan elemen 3 dimensi
yang mempunyai tebal h, panjang b, dan lebar a. Adapun fungsi dari pelat lantai adalah
untuk menerima beban yang akan disalurkan ke struktur lainnya.

Pada pelat lantai merupakan beton bertulang yang diberi tulangan baja
dengan posisi melintang dan memanjang yang diikat menggunakan kawat
bendrat, serta tidak menempel pada permukaan pelat baik bagian bawah maupun
atas. Adapun ukuran diameter, jarak antar tulangan, posisi tulangan tambahan
bergantung pada bentuk pelat, kemampuan yang diinginkan untuk pelat
menerima lendutan yang diijinkan.

18
2.7.1. Fungsi Pelat Lantai
Adapun fungsi pelat lantai adalah sebagai berikut :
a. Sebagai pemisah ruang bawah dan ruang atas.
b. Sebagai tempat berpijak penghuni di lantai atas.
c. Untuk menempatkan kabel listrik dan lampu pada ruang bawah.
d. Meredam suara dari ruang atas maupun dari ruang bawah
e. Menambah kekakuan bangunan pada arah horizontal.

2.7.2. Konstruksi Pelat Lantai berdasarkan Materialnya

Konstruksi untuk pelat lantai dapat dibuat dari berbagai material, contohnya
kayu, beton, baja dan yumen (kayu semen). Dalam penelitian ini material yang
digunakan untuk pelat lantai adalah beton.

Beton didefinisikan sebagai “sebagai campuran antara semen portland atau


semen hidraulik yang lain, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan
membentuk massa padat” (SK SNI T-15-1991-03). Semen yang diaduk dengan air
akan membentuk pasta semen. Jika semen ditambah dengan pasir akan menjadi
mortar semen. Jika ditambah lagi dengan kerikil atau batu pecah disebut beton.

Beton memiliki kuat tekan yang tinggi namun kuat tarik yang lemah. Untuk
kuat tekan, di Indonesia sering digunakan satuan kg/cm2 dengan symbol K.
Contohnya, K225 adalah kuat tekan karakteristik beton 225 kg/cm2 dengan benda uji
kubus sisi 15 cm. Sedangkan fc’ = 22,5 Mpa adalah kuat tekan beton 225
kg/cm2dengan benda uji silinder diameter 15 cm tinggi 30 cm. faktor konversi nilai
ke fc’ ini dilakukan dengan mengalikan nilai K dengan 0,083 sehingga didapat nilai
fc’.
Pelat lantai dari beton mempunyai keuntungan antara lain :
a. Mampu mendukung beban besar.
b. Merupakan isolasi suara yang baik.
c. Tidak dapat terbakar dan dapat lapis kedap air.
d. Dapat dipasang tegel untuk keindahan lantai.

19
e. Merupakan bahan yang kuat dan awet, tidak perlu perawatan dan dapat berumur
panjang.

Pelat lantai beton bertulang umumnya dicor ditempat, bersama-sama balok


penumpu. Dengan demikian akan diperoleh hubungan yang kuat yang menjadi satu
kesatuan. Pada pelat lantai beton dipasang tulangan baja pada kedua arah, tulangan
silang, untuk menahan momen tarik dan lenturan. Perencanaan dan hitungan pelat
lantai dari beton bertulang harus mengikuti persyaratan yang tercantum dalam buku
SNI Beton 1991. Beberapa persyaratan tersebut antara lain :
1. Pelat lantai harus mempunyai tebal sekurang - kurangnya 12 cm, sedang untuk
pelat atap sekurang-kurangnya 7 cm.
2. Harus diberi tulangan silang dengan diameter minimum 8 mm dari baja lunak
atau baja sedang.
3. Pada pelat lantai yang tebalnya lebih dari 25 cm harus dipasang tulangan rangkap
atas bawah.
4. Jarak tulangan pokok yang sejajar tidak kurang dari 2,5 cm dan tidak lebih dari
20 cm atau dua kali tebal pelat, dipilih yang terkecil.
5. Semua tulangan pelat harus terbungkus lapisan beton setebal minimum 1 cm,
untuk melindungi baja dari karat, korosi, atau kebakaran.
Untuk menghindari lenturan yang besar, maka bentangan pelat lantai jangan
dibuat terlalu lebar, untuk ini dapat diberi balok-balok sebagai tumpuan yang juga
berfungsi menambah kekakuan pelat. Bentangan pelat yang besar juga akan
menyebabkan pelat menjadi terlalu tebal dan jumlah tulangan yang dibutuhkan akan
menjadi lebih banyak, berarti berat bangunan akan menjadi besar dan harga persatuan
luas akan menjadi mahal.
2.8. Floor Deck/Bondek
Floor deck atau Bondek adalah sejenis Plat baja berlapis galvanis yang
berfungsi untuk tulangan negatif sebagai Structural Floor Decking (Struktur Plat
Lantai) dan berfungsi sebagai bekisting dan dilengkapi dengan Tulangan Positif
menggunakan pembesian Wire Mesh cukup 1 (satu) lapis.

20
Gambar 2.5 floor deck atau bondek
A. Keuntungan menggunakan floor deck atau bondek pada pelat lantai yaitu :
1. Penghematan bekisting lantai karena plat bondek sekaligus berfungsi sebagai
form work.
2. Tidak menggunakan besi tulangan bagian bawah karena fungsinya sudah
digantikan oleh bondek.
3. Pengerjaan lebih cepat dan murah jika dibanding dengan sistem
konvensional.
4. Bagian bawah plat lantai terjamin rapi, karena jika menggunakan sistem
konvensional dengan bekisting plywood maka ada resiko beton keropos, retak
atau ngeplin sehingga memerlukan pekerjaan perapihan.
5. Plat bondek masih aman jika terkena kebakaran.
6. Plat bondek anti karat sehingga bisa bertahan lama.
B. Kerugian menggunakan floor deck atau bondek pada pelat lantai yaitu :
1. Tidak bisa diterapkan pada sisi tepi gedung ( plat lantai kantilever).
2. Perlu pengaturan yang bagus agar tidak banyak sisa material bondek
terbuang.
3. Harga bondek sangat terpanguruh dengan perkembangan baja, jadi perlu
dihitung segi efisiensinya jika dibandingkan dengan menggunakan bekisting
ply wood.

21
2.9. Pengerjaan Beton
Pencampuran bahan-bahan penyususn beton dilakukan agar diperoleh suatu
komposisi yang solid dari bahan-bahan penususn berdasarkan rancangan campuran
beton. Sebelum diimplementasikan dalam pelaksanaan konstruksi di lapangan,
pencampuran bhan- bahan dapat dilakukan dilabotarium. Agar dapat terjaga
konsistensi rancangannya, tahapan lebih lanjut dalam pengolahan beton perlu
diperhatikan. Komposisi yang baik akan menghasilkan kuat tekan yang tinggi, tetapi
jika pelaksanaannya tidak dikontrol dengan baik, kemungkinan dihasilkannya beton
yang tidak sesuai dengan rencana akan semakin besar. Cara pengolahan ini akan
menentukan kualitas dari beton yang dibuat. Adapaun tahapan dalam pelaksanaan
dilapangan meliputi :
1. Persiapan
2. Penakaran
3. Pengadukan (mixing)
4. Penuangan atau pengecoran
5. Pemadatan
6. Penyelesaian akhir
7. Perawatan

2.9.1. Persiapan

Sebelum penulangan beton dilaksanakan, hal-hal berikut ini harus terlebih


dahulu harus diperhatikan. (PB 1989:27)
1. Semua peralatan untuk pengadukan dan pengangkutan beton harus bersih.
2. Ruang yang akan diisi dengan beton harus bebas dari kotoran-kotoran yang
mengganggu.

22
3. Untuk memudahkan pembukaan acuan, permukaan dalam acuan boleh diisi
dengan bahan khusus, antara lain lapisan minyak mineral, lapisan bahan kimia
(from release agent) atau lembaran polyurethane.
4. Pasangan dinding bata yang berhubungan langsung dengan beton harus
dibasahi air sampai jenuh.
5. Tulangan harus dalam keadaan bersih dan bebas dari segala lapisan penutup
yang dapat merusak beton atau mengurangi lekatan antara beton dan tulangan.
6. Air yang terdapat pada ruang yang akan diisi beton harus dibuang, kecuali
apabila penuangan dilakukan dengan tremi atau telah seijin pengawas ahli.
7. Semua kotoran, serpihan beton dan material lain yang menempel pada
permukaan beton yang telah mengeras harus dibuang sebelum beton baru
dituangkan pada permukaan beton yang telah mengeras tersebut.
Pada kasus-kasus tertentu, persiapan lebih detail harus dilakukan. Untuk
pengerjaan beton prestressing misalnya, persiapan akan bahan-bahan kimia seperti
bonding agent untuk perekat antara lapisan beton yang baru dengan beton yang lama,
ataupun cement grounting untuk memperbaiki bagian-bagian yang keropos akibat
kurangnya pemadatan atau karena terjadinya segerasi.

2.9.2. Penakaran

Penakaran bahan-bahan peyusun beton yang dihasilkan dari hasil rancangan


harus mengikuti ketentuan yang tertuang dalam pasal (3.32.) SK.SNI.T-28-1991.03
tentang cara pengadukan dan pengecoran. Menurut ASTM C.685 standart made by
volumetric and mixing serta ASTM.94 Sebagai berikut :
1. Beton yang mempunyai kekuatan tekan (f’c) lebih besar atau sama dengan 20
Mpa proporsi penakarannya didasarkan atas penakaran berat.
2. Beton yang mempunyai kekuatan tekan (f’c) lebih kecil dari 20 Mpa proporsi
penakarannya boleh menggunakan teknik penakran volume. Teknikya harus

23
didasarkan atas penakaran berat yang dikonversi kedalam penakaran volume
untuk setiap campuran bahan penyusunnya.

2.9.3. Pengadukan ( Pencampuran )

Setelah didapatkan komposisi yang direncanakan untuk kuat tekan tertentu,


maka proses selanjutnya adalah pencampuran dilapangan. Komposisinya disesuaikan
dengan kapasitas alat aduk. Secara umum pengadukan dilakukan sampai didapatkan
suatu sifat plastis dalam campuran beton segar. Indikasinya adalah warna adukan
merata, kelecekanya yang cukup, dan tampak homogen.

Selama proses pengadukan , harus dilakukan pemadatan rinci mengenai 1).


Jumlah Batch aduk yang dihasilkan, 2). Proporsi material, 3). Perkiraan lokasi
penuangan akhir , dan 4). Waktu pengadukan serta penuangan.

Metode pengadukan dapat dibedakan menjadi dua yaitu manual dan dengan
mesin. Pengadukan manual dilakukan dengan tangan, sedangkan dengan mesin
memanfaatkan bantuan alat aduk seperti molen atau batching plant.

Pengadukan dengan tangan biasanya dilakukan jika kebutuhan akan beton


lebih kecil dari 10 m3 dalam satu periode yang pendek. Menurut SNI, jika kebutuhan
adukan lebih kecil dari 10 m3, dapat digunakan campuran dengan perbandingan 1:2:3,
tetapi untuk kebutuhan beton lebih besar dari 10 m3, desain campurannya harus
direncanakan.

2.9.3.1. Pangadukan Manual

Berikut ini tata acara pengadukan manual :


1. Pasir dengan semen dicampur (dalam keadaan kering) dengan komposisi
tertentu, diatas tempat yang dating dan kedap air.
2. Pencampuran dilakukan sampai didapatkan warna yang homogen.
3. Tambahkan kerikil, kemudian lakukan pencampuran lagi.

24
4. Alat bantu yang digunakan dapat berupa sekop, cangkul ataupun alat gali
lainnya.
5. Buat lubang ditengah adukan, tambahkan kira-kira 75% dari kebutuhan air.
6. Aduk hingga rata dan tambahkan sedikit demi sedikit air yang tersisa.

2.9.3.2. Alat Angkut Beton


Alat angkutan pun dibedakan menjadi dua yakni alat angkut manual dan
mesin. Alat angkut manual menggunkan tenaga manusia dengan alat bantu sederhana
(dapat berupa ember, dolak, gerobak dorong,dll) dan biasanya mempunyai kapasitas
kecil. Alat angkut mesin biasanya dibutuhkan untuk pengerjaan yang kapasitasnya
besar dan jarak antara tempat pengolahan beton dan tempat pengerjaan struktur jauh.
Contoh alat angkut ini adalah truk mixer, belt conveyor, pompa dan tower crane.

2.9.4. Penuangan Adukan

Untuk menghindari terjadinya segregasi dan bleeding, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam penuangan beton. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara
lain: (PB, 1989:29)

1. Campuran yang akan dituangkan harus ditempatkan sedekat mungkin dengan


cetakan akhir untuk mencegah segregasi karena penanganan kembali atau
pengaliran adukan.
2. Pembetonan harus dilaksanakan dengan kecepatan penuangan yang di atur
sedemikian rupa sehingga campuran beton selalu dalam keadaan plastis dan
dapat mengalir dengan mudah kedalam rongga diantara tulangan.
3. Campuran beton yang telah mengeras atau yang telah terkotori oeleh material
asing tidak boleh dituang kedalam struktur.
4. Campuran beton yang setengah mengeras atau telah mengalami penambahan air
tidak boleh ditungkan kecuali disetujuan oleh pengawas ahli.

25
5. Setelah penuangan campuran dimulai, pelaksanaan harus dilakukan tanpa henti
hingga diselesaikan penuangan satu panel atau penampang, yang dibentuk oleh
batas-batas elemennya atau batas penghentian penuangan yang ditentukan,
kecuali diijinkan atau di larang dalam pelaksanaan.
6. Permukaan atas dari acuan yang diangkat secara vertical pada umumnya harus
terisi rata dengan campuran beton.
7. Bila diperlukan , siar pelaksanaan harus dibuat dengan ketentuan :
a) Permukaan beton pada sampel pelaksanaan harus bersih.
b) Sebelum pengecoran harus dibasahi.
c) Tidak mengurangi kekuatan konstruksi.
d) Sir pelaksanaan yang terletak pada lantai ditempatkan sepertiga dari
bentang bagian tengah plat, balok anak, dan balok induk. Siar pelaksanaan
pada balok induk harus ditempatkan menjauhi daerah persilangan antara
balok induk tersebut dengan beton lainnya sejajar kurang dari dua kali
lebar balok yang menyilang.
e) Balo anak, balok induk atau pelat yang didukung oleh kolom tidak boleh
dihitung sebelum hilang sifat ke plstisannya.
f) Balok anak, balok induk, penebalan miring balok dan kepala kolom harus
dituang secara monolit dengan pelat sebagai suatu bagian dari system plat
tersebut. Kecuali ditentukan lain dari perencanaannya.
8. Beton yang dituangkan harus dengan alat yang tepat sempurna dan harus
diusahakan secara maksimal dapat mengisi semua rongga beton. Hal yang perlu
diperhatikan adalah :
a) Tinggi jatuh tidakboleh lebih dari 1.5 meter, jia terjadi jarak yang lebih
besar maka perlu ditambahkan alat bantu seperti tremi atau pipa.
b) Tidak dilakukan penuangan selama terjadi hujan agar kadar air tetap
terjaga, kecuali jika pengecoran dilakukan dibawah atap.
c) Setiap kali penuangan, tebal lapisan maksimum 30-45 cm agar
pemadatannya dapat dilaksanakan dengan mudah.

26
2.10. Pemadatan Beton

Pemadatan dilakukan setelah beton dituang. Kebutuhan akan alat pemadat


disesuikan dengan kapasitas pengecoran dan tingkat kesulitan pengerjaan. Pemadatan
dilakuakan sebelum terjadinya setting time pada beton. Dalam praktik dilapangan,
pengindikasikan initial setting dilakukan dengan cara menusuk beton tersebut
dengan tongkat. Jika masih dapat ditusuk sedalam 10 cm , berarti setting time belum
tercapai.

Pemadatan dimaksudkan untuk menghilangkan rongga-rongga udara yang


terdapat dalam beton segar. Dari gambar 2.5 terlihat bahwa bertambahnya kandungan
udara dalam beton akan menyebabkan kekuatan tekan beton berkurang.

Gambar 2.6. Pengaruh Rongga Udara Pada Uji Kuat Tekan beton

Pada pengerjaan beton dengan kapasitas kecil, alat pemadat dapat berupa kayu
atau besi tulangan. Untuk pengecoran dengan kapasitas lebih besar dari 10 m 3, alat
pemadat mesin harus digunakan. Alat pemadat ini lebih dikenal dengan nama
vibrator atau alat getar. Pemadatan ini dilakukan dengan penggetaran. Campuran
beton akan mengalir dan memadat karena rongga-rongga akan terisi dengan butir-
butir yang lebih halus. Alat getar ini dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Alat getar intern (internal vibrator), yaitu alat getar yang berupa tongkat dan
digerakan dengan mesin. Untuk penggunaannya, tongkat dimasukan kedalam
beton pada waktu tertentu, tanpa harus menyebabkan bledding.

27
Gambar 2.7. Vibrator
2. Alat getar cetakan (external vibrator), yaitu alat getar yang menggetarkan from
work sehingga betonnya bergetar dan memadat

Beberapa pedoman umum dalam proses pemadatan :

1. Pada jarak yang berdekatan/pendek, pemadatan dengan alat getar dilaksanakan


dalam waktu pendek.
2. Pemadatan dilaksanakan secara vertical dan jatuh dengan beratnya sendiri.
3. Tidak menyebabkan terjadinya bledding.
4. Pemadatan merata.
5. Tidak terjadinya kontak antara alat getar dengan bekisting.
6. Alat getar tidak berfungsi untuk mengalirkan, mengangkut atau memindahkan
beton.

2.11. Pekerjaan Akhir (finishing)

Pekerjaan finishing dimaksudkan untuk mendapatkan sebuah permukaan


beton yang rata dan mulus. Pekerjaan ini biasanya dilakukan pada saat beton belum
mencapai final setting, karena pada saat ini beton masih dapat dibentuk. Alat yang
digunakan biasanya ruskam, jidar , dan alat-alat perata lainnya.

28
Gambar 2.8. Pekerjaan finishing secara manual dan mengunkan mesin

2.12. Perawatan Beton (curring)

Perawatan ini dilakukan setelah beton mencapai final setting, artinya beton
telah mengeras secara menyeluruh. Perawatan dilakukan agar proses hidrasi
selanjutnya tidak mengalami gangguan. Jika hal ituterjadi, beton akan mengalami
keretakan karena kehilangan air yang begitu cepat. Perwatan dilakukan minimal
selama 7 hari dan beton berkekutan awal tinggi minimal selama 3 hari serta harus
diperthankan dalam kondisi lembab, kecuali dilakukan dengan perawatan yang
dipercepat. (PB,1989:29)

Perawatan ini tidak hanya dimaksudkan untuk mendapatkan kekuatan tekan


beton yang tinggi tetapi juga dimaksudkan mempebaiki dari keawetan beton,
kekedapan terhadap air, ketahanan terhadap aus, serta stabilitas dari dimensi struktur.

2.12.1. Macam-Macam Perawatan Beton

Perawatan beton dapat dilakukan dengan pembasahan, penguapan (steam)


serta dengan menggunkan membrane. Pemilihan cara mana yang digunakan semata-
mata mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan.
A. Perawatan Dengan Pembasahan

Pembasahan dapat dilakukan di laboratorium ataupun di lapangan. Pekerjaan


perawatan dengan pembasahan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

29
1) Menaruh beton segar di dalam ruangan yang lembab.
2) Menaruh beton segar dalam genangan air.
3) Menaruh beton segar didalm air.
4) Menyelimuti permukaan beton dengan air.
5) Menyelimuti permukaan beton dengan karung basah.
6) Menyirami permukaan beton dengan air.
7) Melapisi permukaan beton deangan compound

Cara a, b, dan c digunkan untuk contoh beton uju. Cara d, e, dan f digunkan
untuk beton dilapangan yang permukaannya mendatar, sedangkan cara f dan g untuk
permukaanya vertical. Fungsi utama dari perawatan beton adalah untuk menghidari
beron dari :

1. Kehilangan air semen yang banyak pada saat saat setting time concrete.
2. Kehilangan air akibat penguapan pada hari-hari pertama.
3. Pembedaan suhu beton dengan lingkungan yang terlalu besar.
Untuk menanggulangi kehilangan air dalam beton ini dapat dilakukan
langkah-langkah perbaikan dengan perawatan. Pelaksanaan curing compound sesuai
dengan ASTM C.309 dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Tipe I, curing compound tanpa dye, biasanya terdiri dari paraffin sebagi selaput
lilin yang dicampuri dengan air.
b. Tipe I – D, curing compound dengan fugitive dye (warna akan hilang dalam
beberapa minggu)
c. Tipe II, curing compound dengan zat berwarna putih.

30
Gambar 2.9. Proses Curing Compound

B. Perawatan Dengan Penguapan

Perawatan dengan uap dapat dibagi menjadi dua, yaitu perawatan dengan
tekanan rendah dan perawatan deangan tekanan tinggi. Perawatan tekanan rendah
berlangsung selama 10 – 12 jampada suhu 40º - 55º C, sedangkan penguapan deangan
suhu tinggi dilaksanakan selama 10 – 16 jam pada suhu 65º - 95º C dengan suhu akhir
40º - 55º C. Sebelum perawatan dengan penguapan dilakukan, beton harus
dipertahankan pada suhu 10º - 30º C selama beberapa jam.
Perawatan dengan pengupan berguna pada daerah yang mempunyai musim
dingin. Perawatan ini harus diikuti deangan perawatan dengan pebasahan setelah
lebih dari 24 jam, minimal selama umur 7 hari, agar kekuatan tekan dapat tercapai
sesui eangan rencana umur 28 hari.

Gambar 2.10. Proses Perawatan dengan Penguapan

31
C. Perawatan Dengan Membran

Membrane yang digunakan untuk perwatan merupan penghalang fisik untuk


menghalangi penguapan air. Bahan yang digunakan harus kering dalam waktu 4 jam
(sesuai final setting time), dan membentuk selembar film yang berlanjut, melekat dan
tidak bergabung, tidak beracun, tidak selip, bebas dari lubang-lubang halus , dan
membahayakan beton.

Lembaran plastik atau lembaran lain yang kedap air dapat digunakan dengan
sangat efisien. Perawatan dengan menggunakan membrane sangat berguna untuk
perawatan pada lapisan perkerasan beton (Rijid pavement). Cara ini harus
dilaksanakan sesegera mungkin setelah waktu pengikatan beton. Perawatan ini dapat
juga dilakukan setelah atau sebelum perawatan dengan pembasahan.

Gambar 2.11. Proses Perawatan dengan Membran

32

Anda mungkin juga menyukai