Agregat adalah salah satu dari bahan material beton yang berupa sekumpulan batu pecah, kerikil,
pasir baik berupa hasil alam atau lainnya. Agregat merupakan suatu material yang digunakan dalam adukan
beton yang membentuk suatu semen hidrolis. Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa
agregat alam atau agregat buatan, secara umum agregat dapat dibedakan berdasarkan ukurannya.
Jenis-jenis agregat
Agregat terbagi beberapa macam jenis, diantaranya :
a. Agregat Halus
Agregat Halus merupakan bahan pengisi diantara agregat kasar sehingga menjadikan ikatan lebih kuat
yang mempunyai Bj 1400 kg/m. Agregat halus yang baik tidak mengandung lumpur lebih besar 5 % dari
berat, tidak mengandung bahan organis lebih banyak, terdiri dari butiran yang tajam dan keras, dan
bervariasi.
Berdasarkan SNI 03-6820-2002, agregat halus adalah agregat besar butir maksimum 4,76 mm berasal
dari alam atau hasil alam, sedangkan agregat halus olahan adalah agregat halus yang dihasilkan dari pecahan
dan pemisahan butiran dengan cara penyaringan atau cara lainnya dari batuan atau terak tanur tinggi.
Berdasarkan ASTM C33 agregat halus umumnya berupa pasir dengan partikel butir lebih kecil dari 5
mm atau lolos saringan No.4 dan tertahan pada saringan No.200.
galian baisanya mengandung zat-zat seperti tanah liat, debu, pasir dan zat-zat organik.
Krikil sungai dan krikil pantai biasanya bebas dari zatzat yang tercampur, permukaannya licin dan
bentuknya lebih bulat. Hal ini disebabkan karena pengaruh air. Butir-butir krikil alam yang kasar akan
menjamin pengikatan adukan lebih baik.
Batu pecah (kricak) adalah agregat kasar yang diperoleh dari batu alam yang dipecah, berukuran 5-70 mm.
Panggilingan/pemecahan biasanya dilakukan dengan mesin pemecah batu (Jaw breaker/ crusher).
e. Ukuran butir >70 mm digunakan untuk konstruksi beton siklop (cyclopen concreten).
Pada umumnya yang dimaksud dengan agregat kasar adalah agregat dengan besar butir lebih dari 5 mm.
Sebagai bahan adukan beton, maka agregat kasar harus diperiksa secara lapangan.
Hal-hal yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan agregat halus di lapangan adalah;
a. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir keras dan tidak berpori.
Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai, apabila jumlah butir-butir pipih
tersebut tidak melebihi 20% dari berat agregat seluruhnya. Butir-butir agregat kasar harus bersifat
b. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% (ditentukan terhadap berat kering). Apabila
kadar lumpur melampaui 1%, maka agregat kasar harus dicuci.
c. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton, seperti zat-zat yang relatif
alkali.
d. Besar butir agregat maksimum tidak boleh lebih dari pada 1/5 jarak terkecil antara bidang-bidang
samping cetakan, 1/3 dari tebal pelat atau 3/4 dari jarak bersih minimum batang-batang tulangan.
Agregat adalah sekumpulan butir- butir batu pecah, kerikil, pasir, atau mineral lainnya baik berupa
hasil alam maupun buatan (SNI No: 1737-1989-F). Agregat adalah material granular, misalnya pasir,
kerikil, batu pecah yang dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu
beton semen hidraulik atau adukan.
Menurut Silvia Sukirman, (2003), agregat merupakan butir‐butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral
lain, baik yang berasal dari alam maupun buatan yang berbentuk mineral ppadat beruppa ukuran
besar mauppun kecil atau fragmen‐fragmen.
Agregat merupakan komponen utama dari struktur perkerasan perkerasan jalan, yaitu 90% – 95%
agregat berdasarkan persentase berat, atau 75 –85% agregat berdasarkan persentase volume.
Dengan demikian kualitas perkerasan jalan ditentukan juga dari sifat agregat dan hasil campuran
agregat dengan material lain.
Sifat Agregat
Sifat agregat merupakan salah satu faktor penentu kemampuan perkerasan jalan memikul beban lalu
lintas dan daya tahan terhadap cuaca. Yang menentukan kualitas agregat sebagai material
perkerasan jalan adalah:
gradasi
kebersihan
kekerasan
ketahanan agregat
bentuk butir
tekstur permukaan
porositas
berat jenis, da
Rounded
Irregular
Flaky
Angular
Elonggated
Klasifikasi Agregat
Agregat Ringan adalah agregat yang dalam keadaan kering dan gembur mempunyai berat 1100
kg/m3 atau kurang.
Agregat Halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi _alami_ bantuan atau pasir yang
dihasilkan oleh inustri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir terbesar 5,0 mm.
Agregat Kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari bantuan atau berupabatu pecah
yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir ntara 5-40 mm. Agregat
Kasar, adalah agregat dengan ukuran butiran butiran lebih lebih besar besar dari dari saringan
saringan No.88 (2,36 mm)
Bahan Pengisi (filler), adalah bagian dari agregat halus yang minimum 75% lolos saringan no. 30
(0,06 mm)
Agregat melalui proses pengolahan. Digunung‐gunung atau dibukit‐bukit, dan sungai‐sungai sering
ditemui agregat yang masih berbentuk batu gunung, dan ukuran yang besar‐besar sehingga
diperlukan proses pengolahan terlebih dahulu sebelum dapat digunakan sebagai agregat konstruksi
jalan.
Agregat Buatan. Agregat yang yang merupakan merupakan mineral filler/pengisi (partikel dengan
ukuran < 0,075 mm), diperoleh dari hasil sampingan pabrik‐pabrik semen atau mesin pemecah batu.
Agregat merupakan material granular, misalnya pasir, krikil, batu pecah dan kerak tungku pijar yang
dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton atau adukan
semen hidrolik (SNI 03 – 2847 – 2002, Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan
Gedung).
Agregat halus adalah butiran halus yang memiliki kehalusan 2mm – 5mm.
Menurut SNI 02-6820-2002 , agregat halus adalah agregat dengan besar butir maksimum 4,75 mm.
Menurut nevil (1997), agregat halus merupakan agregat yang besarnya tidak lebih dari 5 mm, sehingga
pasisr dapat berupa pasir alam atau berupa pasir dari pemecahan batu yang dihasilkan oleh pemecah
batu.
Menurut SNI 1737-1989-F , agregat adalah sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir,atau
mineral lainnya baik berupa hasil alam maupun hasil buatan.
Persyaratan agregat halus secara umum menurut SNI 03-6821-2002 adalah sebagai berikut:
Butir-butir halus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca. Sifat kekal
agregat halus dapat di uji dengan larutan jenuh garam. Jika dipakai natrium sulfat maksimum bagian
yang hancur adalah 10% berat. Sedangkan jika dipakai magnesium sulfat
Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (terhadap berat kering), jika kadar
lumpur melampaui 5% maka pasir harus di cuci.
Gradasi Agregat Halus
Gradasi agregat adalah distribusi ukuran butiran dari agregat. Bila butir-butir agregat mempunyai
ukuran yang sama(seragam) volume pori akan besar. Sebaliknya bila ukuran butir-butirnya bervariasi
akan terjadi volume pori yang kecil. Hal ini karena butiran yang kecil mengisi pori diantara butiran
yang besar, sehingga pori-porinya sedikit, dengan kata lain kemampatannya tinggi. Pada agregat
untuk pembuatan beton diinginkan suatu butiran yang berkemampatan tinggi, karena volume pornya
sedikit maka bahan pengiat yang dibutuhkan juga sedikit. Menurut SK SNI T-15-1990-03 , kekasaran
pasir dapat dibedakan menjadi empat kelompok menurut gradasinya, yaitu :
Modulus halus butir ( finnes modulus) atau yang biasa disingkat MHB ialah sesuatu indeks yang dipakai
untuk mengukur kehalusan atau kekasaran bitur – butir agergat. MHB didefinisikan sebagai jumlah
persen kumulatif dari butir agregat yang tertinggal ( retained) diatas satu set ayakan ( 38.9, 9.6, 4.8, 2.4,
1.2, 0.6, 0.3, dan 0.15 MM), kemudian nilai tersebut dibagi 100 ( Abrams, 1918 ). Semakin besar nilai
MHB suatu agregat, semakin besar butiran agregat. Umumnya agregat halus mempunyai MHB sekitar
1.50 – 3.8. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai MHB 1,5 < MHB < 3,0. Umumnya menghasilkan
beton mutu tinggi dengan FAS yang rendah dan mempunyai kekuatan tekan dan kebecekan yang
optimal ( Larrard, 1990 ).