PENDAHULUAN
Batu tabas adalah batu Scoria Basalt yang dihasilkan dari letusan gunung
berapi yang memiliki kontur hitam, ringan dengan permukaan tajam. Batu tabas
yang merupakan hasil letusan Gunung Agung memiliki komposisi berupa magma
intermedier basa. Berdasarkan peta geologi Bali, batu tabas merupakan hasil letusan
Gunung Agung yang berada disebelah timurnya (Darsana, 2005). Batu tabas secara
kimia memiliki Silika (SiO2) 62.83%, Aluminium Oxide (Al2O3) 13.59%, Calcium
Oxide (CaO) 8.13%, Magnesium Oxide (MgO) 3.36%, Natrium Oksida (Na2O)
3.56%, Kalium Oksida (K2O) 2.39%, Ferioksida (Fe2O3) 5.00% (Sunaryo, 2007).
Di Bali, batu tabas digunakan untuk kerjinan berupa hiasan atau ornamen bangunan
tradisional. Dari kegiatan tersebut menyisakan limbah yang cukup banyak berupa
potongan-potongan kecil batu tabas itu sendiri maupun dalam bentuk serbuk. Saat
ini, limbah batu tabas belum dikelola dengan baik dan biasanya dibiarkan
menumpuk di seputar areal kerja dan pemotongan sehingga bepotensi
mengakibatkan gangguan terhadap lingkungan. Selain itu belum dikelolanya limbah
batuan ini dengan baik menyebabkan hilangnya nilai ekonomis dari batuan andesit.
Padahal secara visual limbah batuan ini bersifat keras dan memiliki potensi
digunakannya sebagai agregat dalam beton.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut didapatkan rumsan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana komposisi campuran yang tepat untuk menghasilkan beton yang
ekonomis dengan bahan dasar batu tabas ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan uraian rumusan masalah tersebut didapatkan tujuan sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui komposisi campuran yang tepat untuk menghasilkan
beton yang ekonomis dengan bahan dasar batu tabas.
1.4 Manfaat
Praktek ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Menambah pengetahuan terhadap cara membuat komposisi campuran beton.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Beton
Seiring dengan penambahan umur, beton akan semakin mengeras dan akan
mencapai kekuatan rencana (f’c) pada usia 28 hari. Dalam stuktur sebuah
bangunan, beton memiliki peranan yang penting yaitu sebagai penahan beban.
Beton dengan kualitas yang baik haruslah kedap terhadap air, tahan terhadap cuaca,
tahan lama dan tidak retak. Karena beton merupakan komposit, maka kualitas beton
sangat tergantung dari kualitas masing-masing material penyusunnya.
2.2.1 Aggregat
a. Aggregat Halus
Agregat Halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi secara alami
dari batuan besar menjadi butiran batuan yang berukuran kecil. Agregat halus
didefinisikan sebagai butiran batuan yang mempunyai ukuran terbesar 5,0 mm
atau lolos ayakan no. 4.75 mm. Fungsi agregat halus dalam campuran beton
adalah membentuk mortar yang mengikat agregat kasar.. Agar agregat halus
dalam campuran beton dapat berperan sesuai keutamaannya, agregat halus harus
memenuhi syarat-syarat menurut SK SNI S-04-1989-F. Syarat tersebut adalah:
1. agregat halus harus terdiri dari butiran-butiran tajam, keras, dan bersifat
kekal artinya tidak hancur oleh pengaruh cuaca dan temperatur, seperti
terik matahari, hujan, dan lain-lain;
2. agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% berat
kering, apabila kadar lumpur lebih besar dari 5%, maka agregat halus
harus dicuci bila ingin dipakai untuk campuran beton;
3. agregat halus tidak boleh mengandung banyak bahan organik terlalu
banyak dan harus dibuktikan dengan percobaan warna dari ABRAMS-
HARDER dengan larutan NaOH 3%;
4. angka kehalusan (fineness modulus) untuk agregat halus antara 1,5-3,5;
1. Zone 1 adalah pasir yang gradasi butirannya ada pada daerah ini termasuk
pasir kasar dan kurang baik untuk campuran beton.
2. Zone 2 adalah pasir yang gradasi butirannya ada pada daerah ini termasuk
pasir yang baik untuk campuran beton.
3. Zone 3 adalah pasir yang gradasi butirannya ada pada daerah ini termasuk
pasir yang agak halus dan kurang baik untuk campuran beton.
4. Zone 4 adalah passir yang gradasi butirannya ada pada daerah ini termasuk
pasir sangat halus dan kurang baik untuk campuran beton.
Tabel 2. 1 Zona Gradasi Agregat Halus
ZONA1 ZONA 2 ZONA 3 ZONA 4
Ukuran
ayakan Batas Batas Batas Batas Batas Batas Batas Batas
atas bawah atas bawah atas bawah atas bawah
9.50 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
4.75 100.00 90.00 100.00 90.00 100.00 90.00 100.00 95.00
2.36 95.00 60.00 100.00 75.00 100.00 85.00 100.00 95.00
1.18 70.00 30.00 90.00 55.00 100.00 75.00 100.00 90.00
0.60 34.00 15.00 59.00 35.00 79.00 60.00 100.00 80.00
0.30 20.00 5.00 30.00 8.00 40.00 12.00 50.00 15.00
0.15 10.00 0.00 10.00 0.00 10.00 0.00 15.00 0.00
b. Aggregat Kasar
Agregat kasar merupakan komponen utama dari struktur beton. Agregat
kasar biasa di sebut kerikil mempumyai rentang ukuran yaitu > 4,75 mm dan ≤
40 mm. Agregat kasar berfungsi sebagai tulang punggung dalam beton sehingga
kualitasnya sangat mempengaruhi nilai kuat tekan beton tersebut. Agregat ini
harus memenuhi syarat keausan, bentuk, tekstur, gradasi dan kebersihan
terhadap lumpur. Gradasi agregat adalah distribusi ukuran kekasaran butiran
agregat, agregat kasar yang baik haruslah mempunyai gradasi ukuran material
yang beragam, sesuai dengan standar yang berlaku. Berikut tabel gradasi agregat
kasar berdasarkan SNI dan ASTM :
Semen adalah suatu jenis bahan yang memiliki sifat adhesif dan kohesif
yang memungkinkan melekatnya fragmen-fragmen mineral lain menjadi suatu
massa yang padat. Fungsi semen adalah untuk melekatkan butiran-butiran
agregat agar menjadi suatu massa yang kompak, padat, dan kuat. Selain itu
semen juga berfungsi untuk mengisi rongga-rongga diantara butiran agregat
pada beton.
Semen portland dibuat melalui beberapa langkah, sehingga sangat halus
dan memiliki sifat adhesif maupun kohesif. Semen diperoleh dengan
membakar karbonat atau batu gamping dan argillaceous (yang mengandung
aluminia) dengan perbandingan tertentu. Bahan tersebut dicampur dan dibakar
dengan suhu 1400º C - 1500º C dan menjadi klinker. Setelah itu didinginkan
dan dihaluskan sampai seperti bubuk. Lalu ditambahkan gips atau kalsium
sulfat (CaSO4) kira–kira 2 sampai 4 % persen sebagai bahan pengontrol waktu
pengikatan. Bahan tambah lain kadang ditambahkan pula untuk membentuk
semen khusus misalnya kalsium klorida untuk menjadikan semen yang cepat
mengeras.
Secara garis besar, ada 4 (empat) senyawa kimia utama yang menyusun semen
portland, yaitu:
a. Trikalsium silikat (3CaO.SiO2) yang disingkat menjadi C3S. b. Dikalsium
silikat (2CaO.SiO2) yang disingkat menjadi C3A.
b. Trikalsium silikat (3CaO.Al2O3) yang disingkat menjadi C3A
c. Tetrakalsium aluminoferrit (4CaO. Al2O3. Fe2O3) yang disingkat menjadi
C4AF.
Senyawa tersebut menjadi kristal-kristal yang saling mengikat atau
mengunci ketika menjadi klinker. Komposisi dan adalah 70-80% dari berat
semen dan merupakan bagian yang paling dominan memberikan sifat semen
(Mulyono,2004).
2.2.3 Air
Air merupakan salah satu bahan dasar dalam pembuatan beton yang
penting dan paling murah diantara bahan yang lainnya. Air diperlukan pada
pembuatan beton untuk memicu proses kimiawi semen, membasahi agregat
dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan beton (workability). Air yang
dapat diminum umumnya dapat digunakan sebagai campuran beton. Air
yang mengandung senyawa-senyawa berbahaya yang tercemar garam, gula,
dan bahan kimia lainnya jika dipakai dalam campuran beton akan menurunkan
kualitas beton. Bahkan dapat mengubah sifat-sifat beton yang dihasilkan.
Air melalui proses kimia dengan semen akan membentuk pasta semen.
Air dalam campuran beton menyebabkan terjadinya proses hidrasi dengan
semen. Karena pasta semen merupakan hasil dari reaksi kimia antara semen
dengan air, maka bukan perbandingan jumlah air terhadap total berat campuran
yang penting, tetapi justru perbandingan air dengan semen (faktor air semen).
Menurut standar SK-SNI-03-2847-2002, syarat-syarat air sebagai bahan
pembuat beton adalah:
1. Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari
bahan- bahan merusak yang mengandung oli, asam alkali, garam, bahan
organik, atau bahan-bahan lain yang merugikan terhadap beton atau
tulangan.
2. Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton
yang didalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air bebas yang
terkandung di dalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam
jumlah yang membahayakan. Air yang tidak dapat diminum tidak boleh
digunakan pada beton kecuali ketentuan berikut terpenuhi:
a. Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada
campuran beton yang menggunakan air dari sumber yang sama.
b. Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar
yang dibuat dari adukan dengan air yang tidak dapat diminum
harus mempunyai kekuatan sekurang-kurangnya sama dengan 90%
dari kekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang dapat
diminum.
Batu tabas adalah sebutan lokal (Bali) untuk satu jenis batuan yang
berwarna abu-abu kehitaman, dengan permukaan kasar dan tajam, berpori, dan
agak ringan. Batu tabas diperoleh dengan cara memotong batuan besar
menggunakan semacam kapak. Karena kandungan pori dan gelas yang tinggi,
jenis batuan ini bersifat getas, porous, permukaannya terasa tajam dan ringan
sehingga batu tabas memungkinkan digunakan sebagai agregat ringan dalam
campuran beton.
Secara peta geologi, batuan ini termasuk batuan beku dalam jenis basalt
yang disebut scoria basalt dengan komposisi kimiawi : Al2O3, SiO2, TiO2, K2
O, MnO2, MgO, CaO dengan komposisi kimianya sebagai berikut :
METODE PEMBUATAN
Metode pembuatan beton terdiri dari 3 tahap yaitu tahap persiapan, tahap
pengerjaan, dan finishing. Tahap persiapan dilakukan dengan studi literatur
kemudian melanjutkan dengan penelitian di laboratorium untuk menentukan
material yang tepat digunakan untuk membuat beton ringan struktural. Tahap
pengerjaan dilakukan dengan membuat job mix design, pembuatan beton,
pengecoran, perawatan, dan pengujian beton. Tahap finishing berupa analisa data
penyusun laporan untuk mendapatkan kesimpulan.
C. Pengujian Material