Anda di halaman 1dari 24

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Genteng Beton


Genteng beton merupakan unsur bangunan yang
dipergunakan untuk atap yang dibuat dari beton dan
dibentuk sedemikian rupa serta berukuran tertentu. Genteng
beton dibuat dengan mencampur pasir dan semen
ditambahkan air, kemudian diaduk sampai homogen lalu
dicetak. Selain semen dan pasir, sebagai bahan susun gentang
beton dapat juga ditambahkan kapur. Pembuatan genteng
beton dapat dilakukan dengan 2 cara sederhana yaitu secara
manual (tanpa dipres) dan secara mekanik (dipres) (Supatmi.
1977).
Menurut SNI 0096:2007 dalam supatmi genteng beton
atau genteng semen merupakan unsur bangunan yang
dipergunakan untuk atap terbuat dari campuran merata
antara semen portland atau sejenisnya dengan agregat dan
air dengan atau tanpa menggunakan pigmen.
Menurut PUBI 1982 dalam supatmi genteng beton ialah
unsur bahan bangunan yang dibuat dari campuran bahan
semen portland, agregat halus, air, kapur mill, dan bahan
pembantu lainnya yang dibuat sedemikian rupa sehingga
dapat dipergunakan untuk atap.
Menurut PUBI 1982 dalam supatmi ada 2 macam
genteng beton sesuai bahan pembentuknya yaitu:
1. Genteng beton biasa yaitu genteng beton yang terbuat dari
campuran bahan semen Portland.
2. Genteng beton khusus yaitu genteng beton yang terbuat
dari campuran bahan semen portland, agregat halus, air
dan kapur ditambah bahan lain yang mungkin berupa
bahan kimia, serat ataupun bahan lainnya. Untuk
selanjutnya genteng beton yang terbuat dari campuran
9
10

bahan semen portland, agregat halus, air dan kapur


ditambah serat disebut genteng beton serat.

B. Bahan Penyusun Genteng Beton


Berikut bahan bahan dasar penyusun Genteng Beton:
1. Semen Portland
Semen portland adalah semen hidrolis yag
dihasilkan dari penggilingan klingker yang kandungan
utamanya calcium silicate dan satu atau dua buah bentuk
calcium sulfat sebagai bahan tambahan.
Fungsi semen ialah untuk merekatkan butir-butir
agregat agar terjadi suatu massa yang kompak atau
padat. Perbedaan sifat jenis semen satu dengan yang
lainnya dapat terjadi karena perbedaan susunan kimia
maupun kehalusan butir-butirnya.
Semen Portland adalah bahan ikat yang penting
dan banyak dipakai dalam pembangunan. Sebenarnya
terdapat berbagai macam semen dan tiap macamnya
digunakan untuk kondisi-kondisi tertentu sesuai dengan
sifat-sifatnya yang khusus. Sedangkan semen Portland
berfungsi sebagai bahan perekat hidrolis yang dapat
mengeras apabila bersenyawa dengan air dan akan
membentuk benda padat yang tidak larut dalam air.
Semen Portland yang terdiri dari kalsium silikat yang
bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama dengan
bahan tambah Kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh
ditambah dengan bahan tambah lain, misalnya kalsium
klorida ditambahkan untuk menjadikan semen yang
cepat mengeras (Kardiyono Tjokrodimulyo, 1996 : 6
dalam Supatmi. 2011).
Menurut SNI 15-2049-1994 dalam supatmi Semen
Portland merupakan semen hidrolis yang dihasilkan
dengan cara menggiling terak semen Portland utama
11

yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan


digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa
satu atau lebih bentuk Kristal senyawa kalsium sulfat dan
boleh ditambah dengan bahan tambahan lain. Jenis dan
penggunaannya dibagi 5, hal ini berdasarkan SNI 15-
2049-1994 adalah sebagai berikut:
a. Jenis I, yaitu semen Portland untuk penggunaan
umum yang tidak memerlukan persyaratan-
persyaratan khusus seperti yang disyarakatkan pada
jenis-jenis lain.
b. Jenis II, yaitu semen Portland yang dalam
penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap
sulfat atau kalor hidrasi sedang.
c. Jenis III, yaitu semen Portland yang dalam
penggunaanya memerlukan kekuatan tinggi pada
tahap permulaan setelah pengikatan terjadi.
d. Jenis IV, yaitu semen Portland yang dalam
penggunaannya memerlukan kalor hidrasi rendah.
e. Jenis V, yaitu semen Portland yang dalam
penggunaannya memerlukan ketahan tinggi
terhadap sulfat.

2. Pasir
Pasir atau agregat halus merupakan bahan pengisi
yang dipakai bersama bahan pengikat dan air untuk
membentuk campuran yang padat dan keras.

a. Macam – macam pasir


Menurut asalnya pasir alam digolongkan
menjadi tiga macam yaitu : Wuryati S dan Candra
R, (2001 : 16) dalam Supatmi. (1977 )
12

1) Pasir Galian
Merupakan pasir yang diperoleh langsung dari
permukaan tanah atau dengan menggali dari
dalam tanah. Pasir jenis ini pada umumnya
berbutir tajam, bersudut, berpori dan bebas
kandungan garam yang membahayakan. Namun
karena pasir jenis ini diperoleha dengan cara
menggali maka pasir ini sering bercampur
dengan kotoran atau tanah, sehingga sering
harus dicuci dulu sebelum digunakan.
2) Pasir Sungai
Merupakan pasir sungaia diperoleh langsung
dari dasar sungai. Pasir sungai pada umumnya
berbutir halus dan berbentuk bulat, karena akibat
proses gesekan. Karena butirannya halus, maka
baik untuk plesteran tembok. Namun karena
bentuk yang bulat itu, daya rekat antar butir
menjadi agak kurang baik.
3) Pasir Laut
Meupakan pasir lauta adalah pasira yang
diamibil dari pantai. Bentuk butirannya halus
dan bulat karena gesekan. Pasir jenis ini banyak
mengandung garam, oleh karena itu kurang baik
untuk bahan bangunan. Garama yang ada di
dalam pasir ini menyerap kandungan air dari
udara, sehingga mengakibatkan pasir selalu agak
basah dan juga menyebabkan pengembangan
setelah bangunan selesai di bangun. Oleh karena
itu, sebaiknya pasir jenis ini tidak digunakan
untuk bahan bangunan.
b. Pengujian Pasir
Pasir adalah butiran halus yang terdiri dari
butiran menembus ayakan dengan lubang 4,8 mm.
13

1) Kadar Air Pasir


Kadar air merupakan banyaknya air yang
terkandung dalam pasir. Kadar air dapat
dibedakan menjadi empata jenis : kadar air
kering tungku, yaitu keadaan yang benar-benar
tidak berair; kadar air kering udara, yaitu kondisi
permukaannya kering tetapi sedikit
mengandung air dalam porinya dan masih dapat
menyerap air; jenuh kering muka (saturaded and
surface-dry, SSD), yaitu keadaan dimana tidak
ada air pada kondisi ini, air dalam agregat tidak
akan menambah atau mengurangia air pada
campuran beton; kondisi basah, yaitu kondisi
dimana butir -butir agregat banyak mengandung
air, sehingga akan menyebabkan penambahan
kadar air campuran beton. Dari keempat kondisi
beton hanya dua kondisi yang sering dipakai
yaitu kering tungku dan kondisi SSD Tri
Mulyono (2003 : 89) dalam Supatmi. (1977 )
2) Gradasi Pasir
Gradasi pasir merupakan distribusi ukuran butir
pasir. Bila butir-butir pasir mempunyai ukuran
yang sama (seragam) volume pori akan besar.
Sebaliknya bila ukurana butirannya bervariasi
akan terjadi volume pori yang kecil. Hal ini
karena butiran yang kecil mengisi poria diantara
butiran yang lebih besar, sehingga pori-porinya
menjadi lebih sedikit, dengan kata lain
kemampatannya tinggi. Untuk menyatakan
gradasi pasir, dipakai nilai persentase berat
butiran yang tertinggal atau lewat dalam
susunan ayakan. Susunan ayakan pasir yang
dipakai adalah : 9,60; 4,80; 2,40; 1,20; 0,60; 0,30
14

dan 0,15 mm. Hasil yang diperoleh dari


pemeriksaan gradasi pasira berupa modulus
halus butir (mhb) dan tingkat kekasaran pasir.
Mhb menunjukkan ukuran kehalusan atau
kekasaran butir-butir agregat yang dihitung dari
jumlah per sen kumulatif tertahan dibagi 100.
Makin besar nilai mhb menunjukkan semakin
besar butir-butir agregatnya. Pada umumnya
nilai mhba pasir berkisar antara 1,5-3,8. SNI 03-
2834-1992 mengklasifikasikan distribusi ukuran
butiran pasir dapat dibagi menjadi empat daerah
atau zone, yaitu zone I (kasar), zonea II (agak
kasar), zone III (agak halus) dan zone IV (halus ),
sebagaimana tampak pada Tabel 1 Slamet
Widodo, (2007 : 4) dalam Supatmi, (1977 ).

Table 2.1 batas batas Gradasi Agregat Halus


Ukuran Presentase Berat Butir yang Lolos
saringan Saringan
(mm) Zone I Zone Zone Zone
II III IV
9,60 100 100 100 100
4,80 90 - 90 – 90 - 90 –
15

100 100 100 100


2,40 60 - 95 60 – 95 60 - 95 60 – 95
1,20 30 - 70 30 – 70 30 - 70 30 – 70
0,60 15 - 34 15 – 34 15 - 34 15 – 34
0,30 5 – 20 5 – 20 5 – 20 5 – 20
0,15 0 - 10 0 – 10 0 - 10 0 – 10
Keterangan : Daerah I = Pasir Kasar
Daerah II = Pasir agak kasar
Daerah III = Pasir agak halus
Daerah IV = Pasir halus

3) Berat Jenis Pasir


Berat jenis pasir adalah rasio antara massa padat
pasir dan massa air dengan volume dan suhu
yang sama. Berat jenisa pasir dari agregat normal
adalah 2,0-2,7; berat jenis pasir dari agregat berat
adalah lebih dari 2,8 dan berat jenis pasir dari
agregat ringan adalah kurang dari 2,0)
Tjokrodimulyo, (1996) dalam dalam Supatmi,
(1977 ).
4) Berat Satuan Pasir
Berat satuan pasir merupakan berat pasir dalam
satu satuan volume. Berat satuana dihitung
berdasarkan berat pasir dalam suatu bejana
dibagi volume bejana tersebut, sehingga yang
dihitung adalah volume padat pasir (meliputi
volume tertutup dan volume pori terbukanya).
Berat satuan pasir dari agregat normal adalah
1,20-1,60 gram/cm³ Tjokrodimuljo, (1996) dalam
dalam Supatmi, (1977 ).
Agregat halus atau pasir untuk genteng dapat
berupa pasir alami hasil disintregasi alam dari batuan
atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat
pemecah batu. Menurut SK-SNI-S-04- 1989-F syarat
untuk agregat halus, yaitu agregat halus terdiri dari
16

butir-butir tajam, keras, kekal dengan gradasi yang


beraneka ragam. Agregat halus tidak boleh mengandung
lumpur lebih dari 5% dari berat total agregat, bahan
organik dan reaksi terhadap alkali harus negatif.
Agregat halus digunakan pasir bersih, kering dan
keras serta bergradasi 150 mikro atau 0,015 mm sampai
dengan 1,2 mm (100% dapat melewati ayakan no.4 dan
max 10% yang dapat melewati ayakan  no.40, sesuai
dengan ASTM-E 11 70 mm).
Kandungan dalam pasir diisyaratkan:
a. Silica……………………………………………….. >   96%
b. Larutan garam……………….….………………... <    1%
c. Lumpur organic…………………….……………. <   0,5%
d. Kelembaban……….…………………….………... <    2%

3. Kapur Mill
Kapur Mill adalah bahan bangunan yang diperoleh
dari batu kapur yang dibakar sampai menjadi klinker
dan digiling sehingga menjadi bubuk halus seperti semen
(PUBI, 1982) dalam dalam Supatmi, (1977 ). Kapur juga
dapat disebut dengan semen non hidrolik karena
fungsinya hampir sama dengan semen tetapi kapur tidak
dapat mengikat dan mengeras dalam air. Kapur akan
mengikat dan mengeras apabila berhubungan dengan
udara.
Kapur mill merupakan kapur yang diolah tanpa
melalui proses pembakaran (proses kimiawi), melainkan
batu kapur yang digiling melalui proses mekanik
sehingga menjadi tepung. Dalam pembuatannya selain
dihasilkan kapur tohor dan kapur padam juga dihasilkan
kapur mill yang saat ini banyak di jumpai di pasaran.
Kapura yang telah menjadi tepung dengan cara digiling
atau cara mekanik ini sebenernya tidak merubah struktur
17

kimianya. Jika unsure kimia yang lain seperti MgO, SiO2


dan Fe2, O3 Tidak berarti ini berupa senyawa melainkan
bersifat parsial dalam bekuan, maksudnya adalah kapur
mill tidak berfungsi sebagai bahan pengikat karena tidak
dapat bereaksi dengan unsur campuran yang lain
maupun dengan udara. Kapura ini dikemas dalam
kantong-kantong dengan berat 40 kg atau 50 kg Pangat,
(1991:1) dalam Supatmi, (1977 ).
Fungsi utama kapur dalam pembuatan genteng
beton sebagai bahan pengikat seperti halnya semen yang
bertujuan agar genteng beton yang dihasilkan diperoleh
permukaan yang halus.
Menurut Kardiyono (1995;6) dalam A Manap, D
kapura mempunyai sifat-sifat dan pemakaian sebagai
bahan bangunan. Sifat-sifat kapur sebagai bahan
bangunan adalah sebagai berikut: (1) Mempunyai sifat
plastis yang baik (tidak getas), (2) Sebagaia mortar,
memberi kekuatan pada tembok, (3) Dapat mengeras
dengan mudah, (4) Mudah dikerjakan dan (5)
Mempunyai ikatan yang baik dengan batu atau bata.

Kapur dapat dipakai untuk keperluan sebagai berikut :


a. Sebagai bahan ikat pada mortar
b. Sebagai bahan ikat pada beton. Bila dipakai bersama-
sama semen portland, sifatnya menjadi lebih baik
dan dapat mengurangi kebutuhan semen portland
c. Sebagai batuan jika terbentuk batu kapur
d. Sebagai bahan pemutih.

4. Air
Fungsi aira adalah sebagai media perantara pada
proses pengikatan kimiawi antara semen dan agregat.
18

Proses ini akan berlangsung baik, apabila air yang


dipakai adalah air tawar murni tidak mengandung
kotoran-kotoran dan bahan-bahan lainnya. Setiap air
yang dihasilkan oleh alam, jernih dan tidak berasa, tidak
berbau dapat digunakan dalam pencampuran beton
(Petunjuk Praktek Assisten Teknisi Laboratorium
Pengujian Beton) dalam Putri, H. A. A. K., & Wardhono,
A. (2017).
Persyaratan aira yang digunakan adalah air harus
bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan benda
terapung lainnya yang dapat dilihat secara visual, tidak
mengandung garam-garam (asam-asam, zat organik)
yang dapat larut dan dapat merusak beton (PUBI) dalam
Supatmi, (1977 ).
Untuk bereaksi dengan semen, aira yang diperlukan
hanya sekitar 25% berat semen saja, namun dalam
kenyataanya factor aira semen yang dipakai sulit kurang
dari 0,35.

Menurut Tjokrodimuljo, (1996) dalam Putri, H. A. A.


K., & Wardhono, A. (2017). pemakaian air untuk beton
sebaiknya memenuhi syarat-syarat :
a. Tidaka mengandung lumpur (benda melayang
lainnya) lebih dari 2 gram/liter.
b. Tidak mengandunga garam-garam yang dapat
merusak beton (asam, zat organic) tidak lebih dari 15
gram/liter.
c. Tidak mengandunga klorida (Cl) lebih dari 0,5 gr/lt d)
Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gr/lt.
Air harus terbebas dari zat-zat yang membahayakan
betona, dimana pengaruh zat tersebut antara lain :
19

a. Pengaruha kandungan asam dalam air terhadap


kualitas
Mortara dan beton. mortar atau beton dapat
mengalami kerusakan oleh pengaruh asam. Serangan
asam pada beton atau mortar akan mempengaruhi
ketahan pasta mortar dan beton.
b. Pengaruh pelarut carbonat
Pelarut carbonat akan bereaksi dengan Ca(OH)2
membantuka CaCO3 dan akan berekasi lagi dengan
pelarut carbonat membentuk calcium bicarbonate yang
sifatnya larut dalam air. Akibatnya beton akan terkikis
dan cepat rapuh.
c. Pengaruh bahan padat (Lumpur)
Air yang mengandung lumpur atau bahan padat
apabila dipakai untuk mencampur semen dan agregat
maka proses pencampuran atau pembentukan pasta
kurang sempurna, karena permukaan agregat akan
terlapisi lumpur sehingga ikatan agregat kurang
sempurna antara satua dengan yang lain. Akibatnya
agregat akan lepas dan mortar atau beton akan tidak
kuat.

d. Pengaruh kandungan minyak


Aira yang mengandung minyak akan
menyebabkan emulsi apabila dipakai untuk
mencampur semen. Agregat akan terlapisi minyak
berupa film sehingga ikatan agregat satu dengan yang
lainnya kurang sempurna. Agregat bisa lepas
sedangkan mortar atau beton tidak kuat.
e. Pengaruh air laut
Air lauta tidak boleh dipakai sebagai media
pencampur semen, karena pada permukaan mortar
atau beton akan terlihat putih-putih yang sifatnya
20

larut dalam air sehingga lama-lama akan terkikis dan


mortar atau beton akan menjadi rapuh.
Secara praktis pemeriksaan air dapat dilakukan
dengan cara pengamatan secara visual. Air yang tidak
berbau, tidak berwarna (jernih) dan tidak berasa dapat di
gunakan dalam pencampuran beton.

5. Serat
Serata merupakan bahan tambah yang berupa
asbestos, gelas/kaca, plastic, baja atau serat tumbuh-
tumbuhan (rami, ijuk). Penambahan serat ini
dimaksudkan untuk meningkatkan kuat tarik,
menambah ketahanan terhadap retak, meningkatkan
ketahanan beton terhadap beban kejuta ( impoact load)
sehingga dapat meningkatkan keawetan beton, misalnya
pada perkerasan jalan raya atau lapanghan udara,
spillway serta pada bagian struktur betona yang tipis
untuk mencegah timbulnya keretakan Slamet Widodo,
(2007 : 7) dalam Supatmi, (1977 ).

a. Serat Asbestos
Serat Asbestosa dapat dibagi menjadi dua,yaitu :
1) Crhysotile asbestosa ( serat asbestos putih)
mempunyai rumus kimia 3MgO.2SiO2.H2O dan
merupakan minerala yang tersedia cukup banyak
di alam. Serat ini mempunyai diameter minimum
0,001 m. Ditinjau dari segi kekuatannya cukup
baik, tetapi serat ini jarang tersedia dipasaran
umum sehingga menjadikana kurang banyak
digunakan sebagai bahan tambah beton.
2) Crodidolite asbestosa mempunyai rumus kimia
Na2O.Fe2O3.3FeO.8SiO2.H2O. Serat ini mempunyai
kuat tarik yang cukup tinggi sekitar 3500 MPa dan
21

cukup banyak terdapat di Kanada, Afrika Selatan


dan Rusia. Hambatan jarang dipakainya serat ini
adalah sulit didapatkana disetiap negara sehingga
harganya relatif mahal, disamping itu beberapa
tahun belakangan ini banyak pendapat tentang
bahaya serat ini terhadap kesehatan manusia,
serat ini dianggap sebagai salah satu penye bab
penyakit kanker.
b. Serat Kaca (glass fiber)
Serata ini mempunyai kuat tarik yang cukup
tinggi, sehingga penambahan serat kaca pada beton
akan meningkatkan kuat lentur beton. Tetapi
permukaan serat kaca yang licin mengakibatkan daya
lekat terhadap bahan ikatnya menjadi lemah dan serat
ini kurang tahan terhadap sifat alkali semen sehingga
dalam jangka waktu lama serata akan rusak.
Disamping itu serat kaca ini jarang sekali ditemukan
dipasaran Indonesia sehingga serat ini hampira tidak
pernah dipakai untuk campuran beton di Indonesia.
c. Serat Baja (steel fiber)
Serat baja mempunyai banyak kelebihan,
diantaranya : mempunyai kuat tarik dan modulus
elastisitas yang cukup tinggi, tidak mengalami
perubahan bentuk akibat pengaruh sifat alkali semen.
Penambahan serat ba ja pada beton akan menaikkan
kuat tarik, kuat lentur dan kuat impak beton.
Kelemahan serat baja adalah : apabila serat baja tidak
terlindung dalam beton akan mudah terjadi karat
(korosi), adanya kecenderungan serat baja tidak
menyebar secara merata dalam adukan dan serat baja
hasil produksi pabrik harganya cukup mahal.
d. Serat Karbon
Serat karbona mempunyai beberapa kelebihan
yaitu : stabil pada suhu yang tinggi, relatif kaku dan
22

lebih tahan lama. Tetapi penyebaran serat karbon


dalam adukan beton lebih sulita dibandingkan
dengan serat jenis laina.
e. Serat polypropylene
Serat polypropylenea dalam kehidupan sehari-hari
dikenal sebagai tali rafia. Serat polypropylene
mempunyai sifat tahan terhadap serangan kimia,
permukaannya tidak basah sehingga mencegah
terjadinya penggumpalan serat selama pengadukan.
Serat polypropylene mempunyai titik leleh 165°C
dan mampu digunakan pada suhu lebiha dari 100°C
untuk jangka waktu pendek.
f. Serat Alami
Ada bermacam-macam serat alamia antara lain :
abaca, sisal, ramie, ijuk, serat serabut kelapa dan lain-
lain. Dari bermacam-macam serata alami hanya akan
diuraikan mengenai serat kapas.
Kapas sendiri diperoleh dari pohon kapas. Pohon
ini memiliki bentuk pohon yang sedang dan tidak
terlalu besar dan banyak terdapat di daerah tropis,
salah satunya adalah di Indonesia. Apa yang sering
kita kenal dengan istilah kapas pada dasarnya
mengacu pada serat halus dari pohon kapas yang
menyelubungi dan melindungi bagian biji dari pohon
kapas itu sendiri.
Komposisi kimia dari serat kapas terdiri dari
selulosa 95%, 1,3%protein, 1,2% abu, 1,6% lilin, 3%
gula, dan asam organik, dan senyawa kimia lainnya
yang membentuk 3,1%. Serat kapas non-selulosa
biasanya terletak dalam serat kutikula. Serat kapas
non-selulosa terdiri dari protein, abu, lilin, gula dan
asam organik. Lilin kapas ditemukan pada
permukaan luar serat. Lilin lebih banyak ditemukan
pada kapas jika luas permukaan kapas semakin besar,
23

kapas halus umumnya memiliki kandungan lilin lebih


banyak. Lilin kapas terdiri atas rantai panjang asam
lemak dan alkohol. Lilin kapas berfungsi sebagai
pelindung untuk serat kapas. Gula yang terdiri dari
3% serat kapas, gula berasal dari gula alami tanaman
dan gula dari serangga. Gula tanaman terjadi dari
proses pertumbuhan tanaman kapas. Gula tanaman
terdiri dari monosakarida, glukosa dan fruktosa. Gula
serangga terutama untuk whiteflies,gula serangga
dapat menyebabkan kekakuan, yang dapat
menyebabkan masalahdi pabrik tekstil. Asam organik
yang ditemukan dalam serat kapas sebagai
residumetabolic, yang terdiri dari asam malat dan
asam sitrat. Serat kapas non-selulosa dipisahkan
menggunakan pelarut selektif. Beberapa pelarut
meliputi: heksana, kloroform, larutan natrium
hidroksida, polar pelarut, etanol panas, dan air putih.
Setelah menghapus semua bahan kimia non selulosa,
serat kapas selulosa adalah sekitar Sembilan puluh
sembilan persen. Kapas mengandung karbon,
hidrogen, danoksigen dengan gugus hidroksil reaktif.
Glukosa adalah unit dasar dari molekul selulosa.
Kapas mungkin memiliki monomer glukosa sebanyak
10.000 permolekul. Rantai molekul yang diatur dalam
rantai spiral panjang linear dalam serat. Kekuatan
serat secara langsung berkaitan dengan panjang
rantai. Ikatan hidrogen terjadi antara rantai selulosa
dalam serat kapas. Agung, (2013).Sedangkan pada
parameter mutu serat panjang 29,3 mm, kakuatan 29,5
g/tex, kahalusan 4,6 mic. Nurindah, (2009).
Tanaman kapasa (Gossypium sp.) yang
merupakan tanaman penghasil serat yang memiliki
nilai ekonomis yang tinggi, mudah didapatkan dan
24

tidak toksik. Serat kapas (Gossypium sp.) mempunyai


sifat mekanik yang baik dengan tensile strenght 287-800
Mpa, e-modulus 5,5-12,6 Gpa dan elongasi 7-8 %O
( Shanaz Pradica I.2017).
Dengan karakteristik serat kapas seperti ini
diharapkan dapat memperbaiki sifat kurang baik
beton, baik secara kimia maupun fisika. Salah satunya
yaitu sebagai bahan campuran pembuatan genteng
beton.

C. Uji Karakteristik
1. Syarat Mutu Menurut SNI 0096 : 2007
a. Beban Lentur
Genteng beton yang sudah berumur 28 hari
kemudian diuji beban lenturnya. Alat penguji terdiri
dari sebuah alat uji lentur yang dapat memberikan
beban secara teratur dan merata. Pembebanan lentur
diberikan pada permukaan atas genteng melalui
beban yang diletakkan di tengah antara dua plat
landasan sampai genteng patah. Kekuatan lentur
dinyatakan sebagai beban lentur dengan satuan N.
Genteng beton harus mampu menahan beban lentur
minimal
Table 2.2 Karakteristik Beban Lentur Genteng
Minimal.
25

b. Penyerapan Air
Pengujian penyerapan air bertujuan untuk
mengetahui penyerapan air genteng beton dengan
penambahan serat kapas. Langkah-langkahnya yaitu,
genteng beton di oven pada suhu 110ºC ± 5ºC,
selanjutnya ditimbang dalam keadaan kering oven,
lalu genteng beton tersebut direndam dalam air
selama 24 jam, kemudian genteng ditimbang dalam
keadaan basah dengan menyeka permukaan genteng
lebih dulu dengan lap lembab. Penyerapan air
maksimal 10%.
c. Sifat Tampak dan Ukuran
Genteng harus mempunyai permukaan atas yang
mulus, tidak terdapat retak, atau cacat lain yang
mempengaruhi sifat pemakaian. Langkah-
langkahnya yaitu, mengukur tebal genteng pada 2
tempat yang berbeda, serta mengukur tebal
penumpang genteng pada 2 tempat yang berbeda,
mengukur panjang, lebar, berat, dan tinggi kaitan
genteng. Kemudian catat semua ukuran tersebut dan
hitung rata-ratanya dari masing-masing jenis
pengukuran.
Ukuran bagian genteng beton dapat di lihat pada
table2.3.
Table 2.3 Ukuran Bagian Genteng Beton
26

d. Ketahanan Terhadap Renbesan Air (impermeabilitas)


Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui rembesan
air genteng beton dengan penambahan serat kapaas.
Langkah-langkahnya yaitu, membuat batasan
berbentuk persegi panjang yang terbuat dari seng,
batasan bantuan perekat yaitu lilin, setelah benar-
benar merekat dan tidak ada celah lalu di dalamnya
di beri air, kemudian didiamkan selama 20 jam ± 5
menit dan dilihat apakah genteng beton tersebut
terjadi rembesan.

2. Syarat Mutu Menurut PUBI – 1982


a. Pandangan Luar
Genteng harus mempunyai permukaan atas yang
mulus, tidak terdapat retak atau cacat lainnya yang
mempengaruhi sifat pemakaian dan bentuknya harus
seragam bagi tiap jenis. Tepi-tepinya tidak bol eh
mudah direpihkan dengan tangan. Setiap genteng
harus diberi tanda atau merk pabrik.
b. Daya Serap Air
Daya serap air rata-rata dari setiap benda uji tidak
boleh lebih dari 10 persen berat.
c. Ketahanan Terhadap Rembesan Air
27

Apabila contoh genteng diuji dengan cara standar


maka pada setiap genteng tidak boleh terjadi tetesan
air dari bagian bawahnya. Dalam hal genteng terjadi
basah tetapi tidak terdapat tetesan air, maka
dinyatakan tahan terhadap perembesan air.

3. Bentuk dan Ukuran Menurut PUBI


a. Ukuran panjang, lebar dan tebal genteng beton
untuk seluruh partai yang diserahkan harus sama
dan seragam. Seluruh partai genteng harus dapat
tersusun rapih pada rangka atap sehingga tidak
memungkinkan masuknya air hujan secara langsung.
b. Ukuran panjang efektif genteng beton harus sesuai
dengan jarak reng dari luar, sehingga akan
memberikan beban lentur yang masih dapat
diizinkan.
c. Tebal genteng tidak boleh kurang dari 8 mm, kecuali
pada bagian penumpangan tebalnya tidak kurang
dari 6 mm.

D. Penelitian Sebelumnya
1. Saktianawati Tyas, Harum Cahyani (2011) Tujuan
pengujian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
penambahan serat agel ke dalam adukan genteng beton
terhadap (1) sifat tampak genteng beton, (2) ukuran
genteng beton, (3) beban lentur genteng beton, (4)
penyerapan air (porositas) genteng beton, (5) rembesan
(impermeabilitas) genteng beton, (6) penyerapan panas
genteng beton. Pengujian ini dilakukan di Laboratorium
Bahan Bangunan Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan
Fakutlas Teknin Universitas Negeri Yogyakarta. Metode
pengujian menggunakan variabel bebas adalah
komposisi campuran, variabel terikat adalah kualitas
28

genteng beton, dan variabel pengendali adalah bahan-


bahan yang digunakan. Pengumpulan data dilakukan
dengan uji Laboratorium berdasarkan SNI dan PUBI.
Jenis pengujian meliputi (1) sifat tampak genteng beton,
(2) ukuran genteng beton, (3) beban lentur genteng
beton, (4) penyerapan air (porositas) genteng beton, (5)
rembesan (impermeabilitas) genteng beton, (6)
penyerapan panas genteng beton. Analisis data
dilakukan dengan menghitung rata-rata hasil pengujian
kemudian dibandingkan dengan SNI dan PUBI. Hasil
pengujian genteng beton menggunakan bahan tambah
serat agel untuk campuran 1 semen : 2 kapur : 2,5 pasir
adalah Hasil pengujian sifat tampak luar genteng beton
permukaan atasnya mulus, kerataannya 3 mm, tidak
terdapat retak atau cacat lain yang mempengaruhi sifat
pemakain dan juga siku, tidak berongga dan kuat. Hasil
uji ukuran genteng beton P = 39 mm, L = 29 mm, tebal
bagian yang rata = 9 mm, tebal penumpangan = 8 mm,
panjang kaitan = 45 mm, lebar kaitan = 12 mm, tinggi
kaitan = 10 mm, lebar penumpangan = 80 mm, ke dalam
alur penumpangan= 3 mm, jumlah alur penumpangan
satu. (1) Beban lentur rata-rata pada penambahan serat
0% = 166,66 kg; 2,5% = 130 kg; 5% = 136,67 kg; dan 7,5%
= 153 kg. (2) Hasil pengujian penyerapan air (porositas)
rata-rata genteng beton pada penambahan serat 0% =
7,85%; 2,5% = 6,30%; 5% = 8,98%; dan 7,5% = 8,95%. (3)
Hasil pengujian rembesan (impermeabilitas) pada
penambahan serat 0% tidak rembes, 2,5% tidak rembes,
5% tidak rembes, dan 7,5% juga tidak rembes. (4) Hasil
pengujian penyerapan panas pada penambahan serat
0% = 73,68%; 2,5% = 70,18%; 5% = 70,76%; 7,5% =
71,93%. Dari pengujian di atas maka dapat disimpulkan
bahwa semakin banyak serat yang ditambahkan dalam
29

adukan genteng beton maka semakin besar beban lentur


yang dihasilkan.
2. Ariyani, A. W. (2015). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh penambahan serat sabut kelapa
terhadap besar beban lentur, ketahanan terhadap
rembesan air, penyerapan air, keseragaman ukuran, dan
kualitas genteng beton tanpa bahan tambah dan dengan
bahan tambah serat sabut kelapa. Perbandingan antara
semen ortland, kapur mill, dan pasir pada komposisi
campuran genteng beton yaitu 1 PC : 2 KM : 2,5 PS.
Sedangkan persentase penambahan serat sabutkelapa
0%; 1%; 1,5%; 2%; 2,5% dari berat pasir. Analisis data
dilakukan dengan menghitung rata-rata hasil pengujian
kemudian dibandingkan dengan persyaratan SNI 0096-
2007. (1) Hasil pengujian sifat tampak luar genteng
beton permukaan atasnya mulus, siku, tidak terdapat
retak, atau cacat lainnya. (2) Hasil uji ukuran genteng
beton P = 420 mm,L = 329 mm, tebal bagian yang rata =
9,56 mm, tebal penumpangan = 9,86 mm, panjangkaitan
= 50,8 mm, lebar kaitan = 12 mm, tinggi kaitan = 11,5
mm, lebar penumpangan =80,2 mm, kedalaman alur
penumpangan = 29,6 mm, jumlah alur penumpangan
dua. (3) Hasil pengujian ketahanan terhadap rembesan
(impermeabilitas) genteng beton dengan penambahan
serat sabut kelapa 0%; 1% ; 1,5%; 2%; 2,5% semuanya
tidak terjadirembesan, hasil pengujian penyerapan air
(porositas) rata-rata genteng beton pada penambahan
serat sabut kelapa 0% = 9,046%; 1% = 9,667%; 1,5% =
10,202%; 2% = 9,741%; 2,5% = 11,317%. (4) Hasil
pengujian penyerapan panas rata-rata pada persentase
penambahan serat sabut kelapa 0% = 82,54%; 1% =
80,88%; 1,5% = 77,98%; 2% = 78,60%; 2,5% = 80,18%. (5)
Hasil pengujian beban lentur rata-rata pada persentase
30

penambahan serat sabut kelap 0% = 103,23 kg; 1% =


107,59 kg; 1,5% = 116,32 kg; 2% =119,22 kg; 2,5%= 126,49
kg. Dari hasil pengujian tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa semakin banyak persentase serat
yang ditambahkan dalam genteng beton maka semakin
besar beban lentur yang dihasilkan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa genteng beton dengan
penambahan serat sabut kelapa sudah memenuhi SNI
0096-2007dari segi ketahanan terhadap rembesan
(impermeabilitas), sebagian porositas, sifat tampak, dan
ukuran. Sedangkan dari segi karakteristik beban lentur,
penyerapan panas, dan sebagian porositas belum
memenuhi.
3. Warih Pambudi (2005) melakukan penelitian mengenai
genteng beton dengan tambahan serat serat ijuk yang
diambil dari desa Subah, kecamatan Subah, kabupaten
Batang, menggunakan pasir yang berasal dari sungai
Bebeng, Muntilan, Jawa Tengah. Semen ortland yang
dipakai semen Portland merk Nusantara. Penelitian ini
menunjukkan bahwa penambahan serat ijuk dengan
variasi berat serat ijuk 0%; 0,5%; 1%; 1,5%; 2% dan 2,5%
dengan panjang 1,5-2 cm, kadar air 5,250% dengan
berat jenis 0,823 dan berat satuan serat ijuk 0,210
gram/cm3, pada perbandingan bahan susun 1 semen
ortland : 0,997 kapur : 2,990 pasir menggunakan fas
0,56, nilai rata-rata sebaran mortarnya 17,625 cm;
menghasilkan kuat lentur genteng masing-masing
62,25; 63,75; 67,85; 70,43, 73,97 dan 75,32 kg.
31

( Halaman Ini Sengaja Dikosongkan)


32

Anda mungkin juga menyukai