Anda di halaman 1dari 2

BAB 1 – PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bermula dari Konflik Sosial-Spasial
Ketika terjadi bencana, terlihat bahwa masyarakat Indonesia umumnya memiliki kepekaan,
empati, kepedulian, dan solidaritas social yang tinggi terhadap penderitaan korban. Namun demikian,
pada situasi keseharian yang “normal”, betapa sikap empati dan solidritas sosial atas sesama itu
seolah-olah merupakan sesuatu yang sangat mahal. Konflik sosial, kekerasan, kerusuhan sosial,
vandalisme, alienasi, anomie, apatisme (ketidakpedulian) sosial, dan kriminalitas, merupakan realitas
yang semakin tampak sebagai suatu kecenderungan dan menjadi perilaku keseharian masyarakat kota
di Indonesia. Banyak sebab yang dapat ditunjuk sebagai pemicu terjadinya fenomena itu, misalnya
faktor ekonomi, politik, sosial, dan budaya.
Kenyataannya, dari gejala-gejala awal yang mudah ditemui, tampak bahwa sebagai bagian dri
desain kota secara keseluruhan, tata atur lingkungan perumahan urban pun mengalami problematika
sosial dan spasial yang sama. Keterbatasan ruang publik dalam desain perumahan, segmentasi dan
segregasi tata ruang, eksklusifitas sosial dan spasial, desain yang tercerabut dari akar budaya dan
lokalitas, adalah beberapa gejala yang mengemuka. Idealnya, arsitektur dan lebih khusus lagi rumah,
seharusnya tidak memisahkan diri dari ekosistem, tetapi menjadi bagian dari integral dari alam dan
lingkungan sekitarnya karena rumah bukan suatu entitas otonom.

B. FOKUS KAJIAN:
Arsitektur, Perilaku Spasial, dan Modal Sosial
Konsep-konsep mengenai lingkungan binaan, perilaku spasial, dan modal sosial mencakup konsep
yang sedemikian luas. Buku ini memfokuskan bahasan pada tiga hal. Pertama, aspek lingkungan
binaan yang dalam hal ini menyangkut arsitektur perumahan di perkotaan dapat mencakup
permasalahan yang terkait dengan konsep fisik, sosial, ekonomi, dan budaya. Variabel tata lingkungan,
fungsi arsitektur, dan penampilan arsitektur perumahan secara fisik sebagai variabel bebas. Kedua,
aspek hubungan manusia dan lingkungan yang antara lain mencakup respon timbal balik diantara
keduanya, juga mencakup dimensi psikologi, sosial dan kultural. Variabel identitas tempat dan
teritorialitas sebagai variabel bebas berikutnya. Ketiga, konsep modal sosial dianalisis pada level
keluarga sampai level negara. Modal sosial kognitif dan moal sosial struktural sebagai variabel terikat.
Tata atur lingkungan perumahan (Struktur/Order)
Tata atur lingkungan perumahan adalah konsep pengolahan dan penataan site lingkungan
perumahan yang menjamin pemakai dapat memahami lingkungannya. Variabel ini meliputi konsep-
konsep: tata guna lahan, tata bangunan, pengaturan sirkulasi dan parkir, tata ruang terbuka, penataan
jalur pedestrian, tata aktivitas pendukung, tata informasi, dan preservasi dan konservasi.
Fungsi arsitektur perumahan
Fungsi arsitektur berkaitan dengan bagaimana suatu bangunan dan lingkunngan perumahan
dapat digunakan secara efektif untuk memudahkan aktivitas dan meningkatkan kenyamanan
penghuni. Variabel ini terdiri atas konsep-konsep wadah aktivitas fisik, perlindungan dan keamanan,
identifikasi simbolik, kenikmatan dan kenyamanan, sera pertumbuhan dan perkembangan.
Penampilan arsitektur (architecture appeal)
Penampilan arsitektur adalah karakteristik lingkungan perumahan yang memberikan kesenangan
pada penghuninya, terutama pada waktu senggangnya. Variabel ini mencakup konsep skala, sitalitas,
kesesuaian, harmoni, keunikan, kesatuan, fokus, keseimbangan, dan keragaman.
Identitas tempat
Identitas tempat merupakan karakeristik arsitektur perumahan yang dicerap dan dipersepsi oleh
komunitas penghuni. Variabel ini terdiri atas, indikator karakter tempat, indikator struksur berupa
pengelihatan terhadap pola, serta indikator lama.
Teritorialitas
Teritorialitas adalah seperangkat kognisi dan tindakan yang ditampilkan oleh individu dalam
konsteks sosial, yang diturunkan dari perasaan kepemilikian, yang bertujuan mengkonstruksi,
mengkomunikasikan, memelihara, memantapkan, dan merestorasi hubungan dengan suatu objek
tertentu. Indikator teritorialitas mencakup aspek yang teraga seperti penandaan ruang dan
kepemilikannya serta ruang pertahanan, dan tak teraga seperti ide, peran, dan perasaan
tanggungjawab.
Modal sosial
Modal sosial kognitif meliputi norma dan nilai sosial, sikap proaktif dan partisipasi sosial, serta
relasi mutual dan kepercayaan yang mendukung individu untuk berhubungan dengan orang lain
dalam melakukan tindakan bersama yang saling memberi manfaat. Sedangkan modal sosial struktual
mencakup jaringan sosial dan struktur peran yang memfasilitasi tindakan kolektif anggota komunitas
untuk kemanfaatan bersama, melalui aturan, prosedur, dan preseden tertentu.

C. METODA PENELITAN
Suatu Pendekatan dan Kontribusi & Komparasi
Asumsi dasar yang membatasi dan menjadi landasan fokus penelitian ini, didasarkan kepada
anggapan sebagai berikut. Pertama, berkaitan dengan interaksi manusia dan lingkungan. Kedua,
modal sosial sebagai produk dari interaksi sosial, bukanlah sesuatu yang secara tiba-tiba dapat
terbentuk dengan sendirinya, tetapi tercipta melalui proses yang cukup lama dalam suatu komunitas
tertentu. Ketiga, pengukuran tata atur lingkungan, fungsi arsitektural, penampilan arsitektur,
identitas tempat, teritorialitas ruang, serta modal sosial berdasarkan persepsi penghuni. Keempat,
dimensi luas bangunan merupakan indikator yang absah bagi kategorisasi kelas perumahan
menengah kecil dan menengah besar. Kelima, tidak ada pembedaan pada kategori kepemilikan oleh
penghuni perumahan, baik hak milik, hak guna bangunan, dan hak sewa ataupun kontrak.

D. TUJUAN DAN GARIS BESAR BUKU INI:


Kontribusi bagi Khasanah Sosiologi Arsitektur dan Teori Arsitektur
Buku ini dirancang dengan dua tujuan. Pertama, mendeskripsikan gambaran mengenai aspek-
aspek arsitektur perumahan, identitas tempat, dan modal sosial. Kedua, memberikan gambaran
mengenai tata atur lingkungan, kontribusi, serta perbedaan modal sosialnya.

Anda mungkin juga menyukai