ABSTRAK
Meluasnya aktifitas penambangan batu apung di Pulau Lombok berpengaruh terhadap penurunan
kualitas tanah. Hal ini ditandai oleh rusaknya struktur tanah, sehingga rentan erosi, kehilangan N, P, K
dan hara lain, hilangnya bahan organik dan menurunnya keragaman hayati. Kompos dan biochar
merupakan bahan pembenah yang baik dalam memperbaiki kesuburan tanah yang terdegradasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kompos dan biochar terhadap sifat
fisik dan kimia tanah bekas penambangan batu apung. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan
laboraturium Fakultas Pertanian Universitas Mataram, pada bulan September sampai Desember 2014
menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan pola faktorial. Faktor pertama adalah jenis
bahan pembenah tanah kompos (P1), biochar (P2) dan kompos + biochar (P3). Faktor kedua adalah
konsentrasi bahan pembenah tanah 200 g/10 kg tanah (B1) dan 600 g/10 kg tanah (B2). Perlakuan
tersebut ditata secara faktorial 3x2 dan masing-masing perlakuan diulang 3 kali. Pemberian pembenah
biochar memberikan pengaruh yang nyata terhadap penambahan C-organik dalam tanah lahan bekas
penambangan batu dibandingkan jenis pembenah yang lain. Pemberian dosis pembenah memberikan
pengaruh nyata terhadap peningkatan pH, C-organik, KTK. Tidak ada interaksi antara bahan
pembenah dan konsentrasi pembenah terhadap semua variable tanah dan tanaman yang diamati.
Pemberian bahan pembenah biochar lebih baik dalam mengurangi laju kehilangan air dalam tanah
saat evaporasi dan evapotranspirasi dibandingkan kompos dan poschar. Penggunaan air yang paling
efisien pada penanaman selada di tanah bekas tambang batu apung yaitu pada pada perlakuan biochar.
Kata kunci: kompos, biochar, pembenah tanah, penambangan batu apung
Page 2
Faktor pertama yang diuji adalah jenis B2: 600 g bahan pembenah / 10 kg tanah
bahan pembenah tanah. setara 120 ton/ha
P1 : kompos Kedua faktor di atas dikombinasikan
P2 : biochar sehingga terdapat 6 perlakuan kombinasi.
P3 : kompos + biochar (poschar) Masing-masing perlakuan diulang 3 kali
dengan perbandingan 1:1 sehingga diperoleh 18 unit percobaan. Sebagai
Faktor kedua adalah konsentrasi (%) pembanding terhadap tanah tanpa pemberian
bahan pembenah tanah yang ditambahkan. bahan pembenah maka di ikut sertakan kontrol
B1 : 200 g bahan pembenah / 10 kg tanah (P0) sebanyak 3 ulangan. Percobaan ini
setara 40 ton/ha dilakuan dengan proses inkubasi selama 30
hari.
Page 3
Persiapan campuran (Kompos dan pot/polibag kecil dengan media yang sama
Biochar) agar memudahkan penanaman. Dilakukan
Persiapan campuran kompos dan penyiraman setiap hari.
biochar (poschar) sebagai perlakuan P3 Setelah bibit berumur 3-4 minggu
yaitu dengan mencampurkan kompos (memiliki 4-5 daun) bibit mulai ditanam
dengan biochar dengan perbandingan 1:1. pada media percobaan. Penanaman
sayuran selada dilakukan dengan
Aplikasi kompos dan biochar menanam satu bibit selada ke dalam pot
Bahan pembenah berupa kompos dengan kedalaman kira-kira 5-10 cm.
(P1), biochar (P2), dan poschar (P3) yang
diberikan dengan dosis masing-masing Penyiraman tanaman
pembenah berdasarkan kandungan bahan Pemberian air pada tanaman
organik (BO) 2% (B1) dan 6% (B2) pada dilakukan untuk menjaga kelembaban
10 kg tanah. Untuk memperoleh tanah sekitar kapasitas lapang dengan cara
konsentrasi bahan pembenah mencapai 2% menyiram pot percobaan sesuai kadar
dan 6% maka masing-masing pembenah lengas tanah. Pada penyiraman tanaman
yang diberikan adalah 200 gr (B1) dan 600 pertama masing-masing pot ditimbang
gr (B2) per pot. Selanjutnya perlakuan ini beratnya dan dicatat. Untuk hari
dicampurkan dengan tanah yang kemudian berikutnya pot ditimbang, selanjutnya
dimasukkan ke dalam pot. ditambahkan air penyiraman sebanyak
berkurangnya berat pot pada penyiraman
Inkubasi pertama. Proses ini dilakukan berulang
Inkubasi dilakukan selama 30 hari, selama proses penanaman.
untuk mempersiapkan campuran tanah
dengan pembenah. Selama proses inkubasi Panen
kelembaban tanah dipertahankan sekitar Tanaman selada dipanen pada saat
kapasitas lapang (21.9 %) dengan cara tanaman telah berumur tua yaitu 60 hari
menyiram pot percobaan sesuai kadar setelah tanam yang terhitung dari waktu
lengas tanah. Pada penyiraman pertama penyemaian hingga panen.
masing-masing pot ditimbang beratnya
dan dicatat. Untuk hari berikutnya pot Variabel Percobaan
ditimbang, selanjutnya ditambahkan air Parameter yang diamati mencakup
penyiraman sebanyak berkurangnya berat analisis sifat fisik dan kimia yang terkait
pot pada penyiraman pertama. Proses ini dengan kesuburan tanah. Untuk analisis
dilakukan berulang selama 30 hari. pendahuluan parameter yang diamati pada
penelitian ini tertera pada table 2.
Penanaman selada
Penanaman selada dilakukan setelah
30 hari proses inkubasi berlangsung. Bibit
sayuran selada (Lactuca Sativa) yang
digunakan adalah bibit selada varietas
lokal yang didapatkan dari petani
setempat.. Persemaian dilakukan dengan
menyebar biji secara merata pada bak
persemaian dengan media berupa
campuran tanah + kompos (1:1), kemudian
ditutup dengan daun pisang selama 3 hari.
Bedengan persemaian diberi naungan
plastik transparan. Setelah berumur 7-8
hari bibit dipindahkan ke dalam
Page 4
Tabel 2. Parameter dan Metode Penelitian Analisis Awal
Bahan Jenis Analisis Metode
pH pH meter
C-organik Walkey and Black
Biochar KTK Destilasi (pengekstrak ammonium asetat)
N-total Pengabuan basah dengan H2SO4 dan H2O2 (cara
destilasi)
pH pH meter
C-organik Walkey and Black
Kompos KTK Destilasi (pengekstrak ammonium asetat)
N-total Pengabuan basah dengan H2SO4 dan H2O2 (cara
destilasi)
pH pH meter
C-organik Walkey and Black
KTK Destilasi (pengekstrak NH4 asetat 1mol pH 7)
N-total Kjeldahl
Tanah
Kadar Lengas Gravimetri
Kapasitas Lapang Gravimetri
BV Gravimetri
Tekstur Pipet
Analisis Data
Analisis data hasil pengamatan
menggunakan analisis varians pada taraf
nyata 5%. Beda nyata antar perlakuan diuji
lanjut dengan menggunakan beda nyata
jujur (BNJ) pada taraf nyata 5%.
Karakteristik Tanah
Analisis kesuburan tanah diperlukan
untuk mengetahui kualitas tanah yang
digunakan dalam penelitian. Karakteristik
tanah yang digunakan tersebut, disajikan
pada Tabel 4.
Page 5
Tabel 4.Sifat Fisik dan Kimia Tanah Sebelum Percobaan
Parameter Metode Satuan Nilai Harkat1
pH pH meter - 6.5 Agak Masam
C-organik Walkey and Black % 0.18 Sangat Rendah
N total Kjeldahl % 0.09 Sangat Rendah
KTK NH4 asetat me/100g 8.10 Rendah
Kadar Lengas Gravimetri % 1.23
Kapasitas Lapang Gravimetri % 21.90
BV Gravimetri g cm-3 1,16
Tekstur Pemipetan
-Pasir % 68
-Debu % 25
-Liat % 7
1
Petunjuk Analisis Kimia Tanah dalam Prijatna (2006).
Page 6
Pengaruh Kompos dan Biochar pembenah terhadap beberapa sifat kimia
terhadap Sifat Kimia Tanah tanah disajikan dalam tabel 6.
Data pengaruh pemberian faktor
perlakuan jenis pembenah dan dosis
Dapat dilihat pada tabel 6, bahwa diketahui bahwa secara umum unsur hara
tidak ada interaksi antara faktor perlakuan itu tersedia bagi tanaman pada pH kisaran
jenis bahan pembenah tanah dengan harkat netral (Mulyati dan Lolita, 2006).
konsentrasi bahan pembenah. Namun Dari data analisis keragaman pada
kedua faktor perlakuan masing-masing tabel 6, menunjukkan peningkatan
memberikan pengaruh terhadap beberapa kandungan C-organik pada tanah awal
sifat kimia tanah. (0,18). Faktor perlakuan jenis bahan
Secara keseluruhan pH tanah pembenah memberikan pengaruh yang
percobaan berada pada nilai netral yaitu sangat berbeda nyata terhadap kandunga
6,6 – 7,5 (Prijatna, 2006). Jika dilihat dari C-organik dalam tanah. Hal ini dapat
pH tanah awal (tabel 4), pH pada setiap dilihat pada P1 (0.73) kemudian P3 (0.78)
perlakuan mengalami peningkatan. dan meningkat drastis pada P2 (1.49).
Dimana pH terendah ditunjukkan pada Peningkatan kandungan C-organik pada
perlakuan P1 (7,24) kemudian P3 (7,28) faktor perlakuan konsentrasi bahan
dan nilai tertinggi ditunjukkan pada P2 pembenah menunjukkan pengaruh yang
(7,37). Hal ini membuktikan bahwa berbeda nyata, dilihat dari nilai tertinggi
dengan menambahkan masing-masing pada perlakuan B2 (1.20). Dalam
bahan pembenah dapat memperbaiki pH penelitian yang dilakukan Sukartono
tanah dari agak masam (tabel 4) menjadi (2011) meninjukkan bahwa pemberian
netral. Sedangkan untuk data perlakuan biochar dapat meningkatkan kandungan C-
konsentrasi bahan pembenah tersebut organik dan KTK tanah pada tanah pasiran
diketahui memberikan pengaruh yang lahan kering Kabupaten Lombok Utara.
berbeda nyata terhadap pH tanah Pada kadar N total, dalam tabel 6
percobaan. Dari pH perlakuan B1 (7,22) pemberian perlakuan menunjukkan tidak
meningkat pada perlakuan B2 (7,38). Hal berbeda nyata dilihat dari P1 (032), P2
ini menunjukkan bahwa semakin banyak (0,33) dan P3 (0,37). Begitupun pada dosis
konsentrasi yang diberikan semakin pembenah B1 (0.32) tidak berbeda nyata
meningkat pH tanah. Sebagaimana dengan B2 (0,37) namun tetap terjadi
Page 7
peningkatan. Peningkatan kadar N dalam yang diberikan ke dalam tanah dari
tanah disebabkan oleh peningkatan pembenah dapat bertahan dan bermanfaat
kandungan bahan organik dalam tanah, terhadap perbaikan sifat tanah.
karena salah satu sumber N dalam tanah Tanah yang digunakan sebagai
yaitu berasal dari bahan organik percobaan ini merupakan tanah bekas
(Harjowigeno, 2007). Selain itu diduga penambangan batu apung di daerah
keberadaan tanaman Selada (Lactuca Lombok Utara. Dilihat dari hasil analisis
Sativa) yang ditanam telah menyerap awal tanah tersebut memiliki kualitas
banyak unsur hara N dalam jumlah banyak kesuburan yang rendah (Tabel 4). Dengan
yang sangat mempengaruhi ketersediaan kandungan C-organik awal yang sangat
hara di dalam tanah. Mulyati dan Lolita rendah (0,18) menunjukkan tingkat bahan
(2006) mengatakan bahwa nitrogen (N) organik yang sangat sedikit. Berdasarkan
diperlukan oleh tanaman dalam jumlah data analisis keragaman (Anova) pada
besar. Hilangnya N dari tanah dapat tabel 6 diketahui bahwa faktor perlakuan
disebabkan karena penggunaan oleh jenis bahan pembenah tanah memberikan
tanaman dan mikroorganisme pengaruh sangat berbeda nyata terhadap C-
(Harjowigeno, 1995). organik tanah. Dari data tersebut diketahui
Berdasarkan hasil analisis keragaman bahwa perlakuan P2 (biochar) memberikan
(tabel 6), pemberian kompos (P1), biochar peningkatan C-organik yang signifikan
(P2) dan campuran keduanya (poschar) yaitu 1.49 %. Sedangkan pada perlakuan
(P3) memberikan pengaruh yang tidak P1 (Kompos) dan P3 (Poschar) berturut-
berbeda nyata terhadap KTK tanah. turut yaitu 0.73% dan 0.78%. Hal ini
Namun pada perlakuan dosis pembenah menunjukkan bahwa pembenah biochar
memberikan pengaruh yang berbeda nyata lebih baik dalam meningkatkan dan
dilihat dari perubahan B1 (8,48 me/100g) mempertahankan C-organik tahah lahan
meningkat pada B2 (9,00 me/100g). Faktor bekas penambangan batu apung.
yang mempengaruhi KTK adalah Ma’shum dan Sukartono (2012)
kandungan bahan organik dan kadar liat. mengatakan bahwa penambahan pupuk
Tanah dengan kandungan bahan organik organik seperti kompos, pupuk kandang
dan kadar liat tinggi memiliki KTK lebih dan residu tanaman pada system pertanian
tinggi dibandingkan dengan tanah yang di daerah tropis disatu sisi mampu dengan
mempunyai kadar bahan organik rendah segera menyediakan hara, akan tetapi
dan berpasir (Harjowigeno, 2006). stabilitas C-tanah bertahan relatif singkat
Secara keseluruhan faktor perlakuan hanya beberapa musim saja. Berbeda
jenis bahan pembenah (kompos, biochar dengan kompos biochar relatif stabil di
dan poschar) terhadap sifat kimia tanah alam sehingga dapat digunakan sebagai
hanya berpengaruh pada C-organik. penyimpan karbon. Hal ini sejalan dengan
Sedangkan faktor perlakuan konsentrasi penelitian yang telah dilakukan dimana
bahan pembenah berpengaruh terhadap perlakuan biochar menunjukkan stabilitas
meningkatnya kandungan pH, C-organok, C-organik yang lebih baik dibandingkan
KTK dan kadar lengas. kompos dan poschar (kompos+biochar).
Secara kimia dan biologis, biochar di
Stabilitas Bahan Pembenah dan dalam tanah bersifat rekalsitran sehingga
Dinamika C-organik Tanah relatif tahan terhadap perombakan
Kualitas kesuburan tanah sangat mikroorganisme dibandingkan kompos
dipengaruhi oleh stabilitas bahan organik dan poschar.
dalam tanah. Terkait hal tersebut maka
stabilitas dari bahan pembenah yang
diberikan dalam tanah menjadi penting
karena menentukan seberapa lama karbon
Page 8
Berangkasan Basah dan Berangkasan dan konsentrasi bahan pembenah tidak
Kering berbeda nyata pada berangkasan basah dan
Berdasarkan hasil analisis keragaman berangkasan kering. Hubungan masing-
(Anova) menunjukkan interaksi antara masing perlakuan terhadap brangkasan
faktor perlakuan jenis bahan pembenah tanaman disajikan dalam tabel 7.
Pertumbuhan suatu tumbuhan dapat fotosintesis, serapan unsur hara dan air.
diukur melalui berat kering dan laju Berat berangkasan kering dapat
pertumbuhan relatifnya. Berat kering menunjukkan produktivitas tanaman
tumbuhan yang berupa biomassa total, karena 90% hasil fotosintesis terdapat
dipandang sebagai manifestasi proses- dalam bentuk berat kering (Gardner et al.,
proses metabolisme yang terjadi di dalam 1991).
tubuh tumbuhan.
Dilihat pada tabel 7, diketahui bahwa Total Pemberian Air, Evaporasi dan
faktor perlakuan jenis bahan pembenah Evapotranspirasi
tanah menunjukkan hasil tidak berbeda Kebutuhan air suatu tanaman dapat
nyata terhadap berangkasan kering. Hasil didefinisikan sebagai jumlah air yang
tertinggi ditunjukkan pada P2 (135,88 g). diperlukan untuk memenuhi kehilangan
Sedangkan faktor perlakuan konsentrasi air melalui evapotranspirasi (ET-tanaman)
bahan pembenah tanah juga memberikan tanaman yang sehat, tumbuh pada
hasil yang tidak berbeda nyata dengan sebidang lahan yang luas dengan kondisi
hasil tertinggi pada B1 (131,25 g). tanah yang tidak mempunyai kendala
Hasil uji lanjut BNJ (5%) (kendala lengas tanah dan kesuburan
menunjukkan bahwa pada tiap perlakuan tanah) dan mencapai potensi produksi
tidak berbeda nyata baik pada berat penuh pada kondisi lingkungan tumbuh
berangkasan basah maupun berangkasan tertentu
kering. Menurut Jumin (2002) dalam (Soemarno, 2004 dalam Yanes, 2010).
Yunita (2013), hal ini diduga karena Ketersediaan air akan mempengaruhi
proses fotosintesis yang terjadi lebih kecil pertumbuhan dan perkembangan suatu
dibandingkan dengan respirasi. Selain itu tanaman. Percobaan ini melalui proses
dapat juga disebabkan oleh tidak inkubasi selama 30 hari. Selama proses
tercukupinya hara yang dibutuhkan oleh inkubasi kelembaban tanah dipertahankan
tanaman untuk proses pertumbuhannya. sekitar kapasitas lapang dengan cara
Biomassa tumbuhan meliputi hasil menyiram pot percobaan sesuai kadar
Page 9
lengas tanah. Untuk hari berikutnya pot selada (Lactuca Sativa). Dari proses
ditimbang, selanjutnya ditambahkan air tersebut didapatkan data pemberian air
penyiraman sebanyak berkurangnya berat selama 30 hari saat inkubasi dan saat
pot pada penyiraman pertama. Hal tersebut proses pertumbuhan tanaman.
juga dilakukan pada saat penanaman
Tabel 8. Rata-rata Jumlah Pemberian Air pada saat Inkubasi dan Proses Pertumbuhan
Tanaman.
Rata-rata Jumlah Pemberian Air (mm)
No. Perlakuan Pertumbuhan Tanaman
Inkubasi (30 hari) Total (60 hari)
(30 hari)
1. P1B1 105.61 186.78 292.39
2. P1B2 110.33 166.19 276.51
3. P2B1 96.65 184.18 280.84
4. P2B2 101.37 180.70 282.07
5. P3B1 105.61 212.45 318.06
6. P3B2 99.01 170.59 269.60
Page 10
Dari data hasil analisis varian table 9, pembenah B2 (276.06 mm) lebih rendah
menunjukkan hasil yang tidak berbeda dari B1 (297.09 mm). Pemberian air yang
nyata pada berbagai perlakuan. Pada lebih sedikit menunjukkan bahwa laju
pemberian air total perlakuan bahan evaporasi/evapotranspirasi pada tanah
pembenah P2 (281.45 mm) menunjukkan lebih rendah dibandingkan pemberian air
pemberian air yang paling sedikit yang lebih banyak. Hal ini dapat dijelaskan
kemudian meningkat P1 (284.45 mm) dan menggunakan grafik sebagai berikut.
tertinggi (293.83 mm). Konsentrasi bahan
115.0 112.7
110.3
Tingkat Evaporasi
99.0
100.0 96.7
95.0
90.0
85.0
P1B1 P1B2 P2B1 P2B2 P3B1 P3B2 P0
Perlakuan
Gambar 1. Total Evaporasi saat Inkubasi selama 30 Hari
Keterangan: P0 hanya sebagai pembanding bukan termasuk perlakuan.
250.0
212.4
Evapotranspirasi
150.0
(mm)
100.0
50.0
0.0
P1B1 P1B2 P2B1 P2B2 P3B1 P3B2 P0
Perlakuan
Gambar 2. Total Evapotranspirasi saat Proses Pertumbuhan Selada selama 30 Hari
Keterangan: P0 hanya sebagai pembanding bukan termasuk perlakuan.
Page 11
Keberadaan air dalam tanah terhadap air (Mulyati dan Lolita, 2006).
merupakan salah satu komponen dalam Faktor lain yang sangat berperan dalam
siklus hidrologi. Berpatok dari lahan mempengaruhi evapotranspirasi yang
dengan kapasitas lapang tidaklah sulit terjadi adalah keberadaan tanaman selada
untuk menentukan keseimbangan air yang dan suhu lingkungan. Bisa saja akibat
digunakan dalam suatu pengairan (irigasi). transpirasi tanaman melalui proses
Ma,shum dan Sukartono (2012) fotosisntesis yang sedikit rendah dapat
mengatakan bahwa laju kehilangan air dari mengurangi laju kehilangan air dalam
dalam tanah melalui evapotranspirasi tanah. Dari salah satu penelitian dapat
dipengaruhi langsung oleh iklim dan dinyatakan bahwa kehilangan air selama 8
macam tanaman. bulan dari lahan yang ditanami legum,
Pada grafik 2 dapat dilihat bahwa delapan kali lebih besar daripada lahan
laju evapotranspirasi terendah ditunjukkan tanpa tanam (Ma,shum dan Sukartono,
pada perlakuan P1B2 (166,2 mm/bulan), 2012).
meningkat pada P3B2 (170,6 mm/bulan), Dari kedua grafik yang telah
P2B2 (180,7 mm/bulan), P2B1 (184,2 ditampilkan jelas menunjukkan bahwa
mm/bulan), P1B1 (186,8 mm/bulan), dan kehilangan air dalam tanah pada lahan
tertinggi pada P3B1 (212,4 mm/bulan). yang tidak ditanami (inkubasi) lebih kecil
Kombinasi bahan pembenah kompos (P1) dibandingkan lahan yang ditanami
dengan konsentrasi bahan pembenah (B2) (tanaman selada). Kehilangan air di lahan
menunjukkan laju kehilangan air pada yang ditanami selada hampir dua kali lipat
tanah melaui evapotranspirasi lebih kecil dari saat inkubasi. Untuk melihat laju
dibandingkan perlakuan yang lain. Seperti evaporasi dan evapotranspirasi yang
diketahui bahwa selain sebagai sumber terjadi dapat dilihat pada gambar grafik di
unsur hara bagi tanaman kompos juga bawah ini.
dapat meningkatkan daya serap tanah
20.00
Laju Evaporasi (mm)
15.00 P1B1
P1B2
10.00 P2B1
P2B2
5.00 P3B1
P3B2
0.00
0 5 10 Hari15Ke- 20 25 30
50.00
Laju Evapotranspirasi
40.00 P1B1
P1B2
30.00
(mm)
P2B1
20.00 P2B2
P3B1
10.00 P3B2
0.00
0 5 10 15 20 25 30
Hari Ke-
Page 12
Efisiensi Penggunaan Air BKT
menggunakan rumus: WUE = ET
Efisiensi penggunaan air adalah
(Kurnia, 2004). Pada penelitian ini
banyaknya hasil tanaman yang didapat per
tanaman indikator yang digunakan adalah
satuan air yang digunakan. Satuan efisiensi
selada yang merupakan sayuran maka
penggunaan air ini dapat dinyatakan dalam
berat biomassa yang digunakan dalam
kilogram/gram bahan kering tanaman per
mengetahui WUE adalah berat
milimeter kubik air. (Kurnia, 2004).
berangkasan basah tanaman (BBT).
Dengan menggunakan berat berangkasan
Sehingga rumus yang digunakan yaitu:
kering tanaman (BKT) selada dan total BBT
evapotranspirasi (ET) maka besarnya 𝑊𝑈𝐸 = 𝐸𝑇 .
efisiensi penggunaan air/water use
efficiency (WUE) dapat dihitung
Tabel 10. Data Hasil Analisis ANOVA Efisiensi Penggunaan Air (WUE).
Faktor/Perlakuan BKT (g) ET (mm) WUE (g/mm)
Bahan Pembanah
P1 117.47 a 176.48 a 0.68 a
P2 135.88 a 182.44 a 0.74 a
P3 120.45 a 191.52 a 0.63 a
BNJ 5% - - -
Konsentrasi Bahan
Pembenah
B1 131.25 a 194.47 a 0.69 a
B2 117.95 a 172.49 a 0.67 a
BNJ 5% - - -
BXN ns ns ns
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata; ns =
Non Significant/Tidak Berbeda Nyata
Hasil uji lanjut BNJ (5%) menunjukkan 3. Dosis pembenah memberikan pengaruh
bahwa pada tiap perlakuan tidak berbeda terhadap peningkatan pH, C-organik,
nyata. Perlakuan bahan pembenah P1 KTK.
menunjukkan efisiensi penggunaan air yang 4. Tidak ada interaksi antara bahan
terbaik (0.74 g/mm) diikuti P1 (0.68 g/mm) pembenah dan konsentrasi pembenah
dan P3 (0.63 g/mm). Konsentrasi bahan terhadap semua variable tanah dan
pembenah menunjukkan penggunaan air yang tanaman yang diamati.
lebih efisien pada B1 (0.69 %) dibandingkan 5. Pemberian biochar lebih efektif dapat
B2 (0.67 %). Jadi, penggunaan air yang paling mengurangi laju kehilangan air dalam
efisien pada penanaman selada di tanah bekas tanah dibandingkan kompos dan poschar.
tambang batu apung yaitu pada pada perlakuan 6. Penggunaan air yang paling efisien pada
P2 dan B1 (Biochar 200 g/pot). penanaman selada di tanah bekas tambang
batu apung yaitu pada pada perlakuan
KESIMPULAN DAN SARAN biochar.
Kesimpulan Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka Untuk menyempurnakan hasil penelitian
dapat diajukan kesimpulan sebagai berikut: ini, maka perlu dilakukan penelitian lebih
1. Pemberian pembenah biochar memberikan lanjut mengenai analisis jaringan pada
pengaruh terhadap C-organik tanah lahan tanaman Selada (Lactuca Sativa) serta
bekas penambangan batu apung. percobaan penanaman selanjutnya di lapangan.
2. Kandungan C-organik tanah yang diberi
biochar lebih tinggi dari pada tanah yang
diberi kompos.
Page 13
DAFTAR PUSTAKA Diunduh dari: Www.Isroi.Org. Akses
Anonim. 2014. Batu Apung. Diunduh dari: 13 April 2014
http://id. wikipedia.org/wiki/ Kurnia, Undang, A. Rachman, dan Ai
Batu_apung. Diakses 12 April 2014 Dariah. 2004. Teknologi Konservasi
Balai Penelitian Teknologi Pertanian. Tanah Pada Lahan Kering Berlereng.
2011. Arang Hayati (BIOCHAR) Puslitbangtanak. Bogor
sebagai Bahan Pembenah Tanah. Madjid, A. 2009. Dasar-Dasar Ilmu
Edisi Khusus Penas XIII-Juni 2011. Tanah. Bahan Ajar online. Jurusan
Aceh Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas
Bappenas. 1994. Pembangunan Daerah Sriwijaya. Diunduh dari:
Tingkat I, Nusa Tenggara Barat. http://dasar2ilmutanah.blogspot.com.
Diunduh dari: Diakses pada 9 Mei 2014
www.bappenas.go.id/index.php/ Ma’shum, M. 2005. Kesuburan Tanah dan
download_file/view/8771/ 1733/. Pemupukan. Mataram University
Diakses 12 April 2014 Press. Mataram
Buckman, H.O., and N. C. Brady. 1987. Ma’shum, M. dan Sukartono. 2012.
Ilmu tanah. Terjemahan Soegiman. Pengelolaan Tanah. Arga Puji Press.
Bharata Karya Aksara. Jakarta. Mataram
Gani, Anischan. 2009. Arang Hayati Mulyati dan Lolita E. S. 2006. Pupuk dan
“Biochar” sebagai Komponen Pemupukan. Mataram University
Perbaikan Produktivitas Lahan. Iptek Press. Mataram
Tanaman Pangan Vol. 4 No. 1 Prijatna, Salim. 2006. Petunjuk Analisis
_____________. 2010. Multiguna Arang- Kimia Tanah. Laboratorium Kimia dan
Hayati (Biochar). Sinar Tani Edisi 13 Biologi Tanah Jurusan Ilmu Tanah
– 19 Oktober 2010 Fakultas Pertanian Universitas
Gardner, F.P., Perace, R.B., dan Mitchell, Mataram. Mataram.Pusat Penelitian
R.L. 1991. Fisiologi Tanaman dan Pengembangan Teknologi Mineral
Budidaya. Penerjemah: Susilo, H. dan Batubara. 2005. Batu Apung
Jakarta: UI Press. (Pumice). Diunduh dari:
Hamdi, Zainul. 2012. Pencampur (Bulking http://www.tekmira.esdm.go.id/
Agent) Pada Proses Pengomposan data/Batuapung/ulasan.asp?. Diakses
Kotoran Sapi Pencampur (Bulking tanggal 14 November 2014
Agent) Pada Proses Pengomposan Puslisda. 2007. Inventarisasi dan
Kotoran Sapi. Fakultas Pertanian Identifikasi Tingkat Kerusakan Lahan
Universitas Mataram Akibat Penambangan Batu Apung
Hardjowigeno, Sarwono. 1995. Ilmu pada Lahan Perkebunan Di Pulau
Tanah. Akademika Presindo. Jakarta. Lombok. Dinas Perkebunan Propinsi
_____________. 2007. Ilmu Tanah. Nusa Tenggara Barat Kerjasama
Akademika Presindo. Jakarta. dengan Pusat Penelitian Sumberdaya
IBI. 2012. What is Biochar?. International Air Dan Agroklimat (PUSLISDA)
Biochar Initiative. Diunduh dari: Universitas Mataram
www.biochar- Rachmat, Heryadi. 1990. Mengenal Tata
international.org/biochar/faqs# Cara Pencegahan dan
question1. Diakses 12 April 2014 Penanggulangan Bencana Alam
Islami, Titiek dan Wani Hadi Utomo. Geologi. Kanwil Dep. Pertambangan
1995. Hubungan Tanah, Air dan dan Energi Prop. NTB
Tanaman. IKIP Semarang Press. Santi, Laksmita Prima dan Goenadi,
Semarang Didiek Hadjar. 2010. Pemanfaatan
Isroi. 2008. Kompos. Balai Penelitian Biochar sebagai Pembawa Mikroba
Bioteknologi Perkebunan Indonesia. untuk Pemantap Agregat Tanah
Page 14
Ultisol dari Taman Bogo-Lampung.
Balai Penelitian Bioteknologi
Perkebunan. Bogor
Sari, Mike Permata. 2012. Pemanfaatan
Kompos Jerami dan Sampah. Institut
Pertanian Bogor (IPB). Bogor
Setyorini, D., Saraswati, R., Anwar, E. K.
2008. Kompos. Pupuk Organik dan
Pupuk Hayati. Balit Tanah
Departemen Pertanian. Hal 11-37
Sukartono, Utomo, W.H., Kusuma, Z. dan
Nugroho, W.H. 2011. Soil fertility
status, nutrient uptake, and maize (Zea
mays L.) yield following biochar
application on sandy soils of Lombok,
Indonesia. Jurnal Pertanian Lahan
Tropis 49: 47-52
Verheijen, F.G.A., Jeffery, S., Bastos,
A.C., Van dar Velde, M., Diafos, I.
2009. Biochar Application to Soils- A
Critical Scientific Review of Effects on
Soil Properties, Processes and
Function. EUR 24009 EN, Office for
the Oficial Publications of the
European Communities, Luxembourg,
166 pp.
Yanes. 2010. Kebutuhan Air Tanaman.
http://yanessipil.
wordpress.com/category/ teknik-sipil/.
Diakses pada 1 mei 2015
Yunita, Olivia Irma, 2012. Retensi Hara
(NPK) Pada Tanah Pasiran Akibat
Penggunaan Biochar Dan Pupuk
Kandang Untuk Tanaman Jagung (Zea
Mays). Fakultas Pertanian Universitas
Mataram
Zaman, B., dan Sutrisno, E. 2007. Studi
Pengaruh Pencampuran Sampah
Domestik, Sekam Padi, dan Ampas
Tebu Dengan Metode Mac Donald
Terhadap Kematangan Kompos.
Program Studi Teknik Lingkungn FT
Undip, Vol. 2, No.1 : 2-3
Page 15