Anda di halaman 1dari 7

Aspek Tanah

a) Data dan interpretasi data


Tabel 1. Data Kegiatan Pengamatan Lapangan
No.
Pengamatan
1
Penggunaan lahan

Sawah

Jenis tanaman

Padi

Berat basah seresah (g)

18.1 gram

Berat basah kascing (g)

49.5 gram

Berat basah tanaman bawah (g)

6.4 gram

Gejala defisiensi tanaman (ada/ tidak)

Tidak ada

Kenampakan tanaman yang bergejala


defisiensi (lampirkan foto)

Ciri gejala defisiensi yang ditemukan


Nitrogen
Fosfor
Kalium
Jumlah tanaman yang memiliki gejala
defisiensi
Nitrogen
Fosfor
Kalium
pH tanah
Erosi (ada/tidak)
Berat basah seresah
Berat basah kascing
Berat basah tanaman bawah
Berat kering seresah
Berat kering kascing
Berat kering tanaman bawah
Berat isi tanah
Berat jenis tanah
Porositas tanah

10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Hasil

5.561
18.1 gram
49.5 gram
6.4 gram
5.1 gram
27.5 gram
0.7 gram
0,82 gram/cm3
2,22 gram/cm3
64 %

Pada pengamatan lapang (fieldtrip) yang telah dilaksanakan diperoleh data


sebagai berikut yaitu untuk penggunaan lahannya adalah sawah dan jenis tanaman
adalah padi. Dari pengukuran dan perhitungan berat isi tanah pada lahan sawah

tersebut adalah 0,82 g/cm3, untuk hasil pengukuran dan perhitungan berat jenis tanah
yaitu 2,22 g/cm3 dan hasil perhitungan porositas tanahnya adalah 64%.
Berdasarkan klasifikasi berat isi tanah menurut Lab. Fisika Jurusan Tanah FP UB
(2006) berat isi tanah yang <0,9 g/cm3 tergolong kelas rendah atau ringan, berat isi
tanah 0,9 1,2 g/cm3 tergolong kelas sedang atau rendah, berat isi tanah 1,2 1,4
g/cm3 tergolong kelas tinggi atau berat, dan berat isi tanah >1,4 g/cm3 tergolong kelas
sangat tinggi atau sangat berat. Sehingga nilai berat isi tanah pada lokasi fieldtrip di
lahan sawah daerah lawang tersebut tergolong tanah kelas rendah atau ringan karena
nilai berat isi tanahnya <0,9 g/cm3.
Berdasarkan klasifikasi berat jenis tanah menurut Pengantar Fisika Tanah, Lab.
Fisika Jurusan Tanah FP UB (2007) berat jenis tanah mineral pada umumnya adalah
2,5 2,7 g/cm3 dan berat jenis tanah organik adalah >2,00 g/cm3. Sehingga nilai berat
jenis tanah pada lokasi fieldtrip di lahan sawah daerah lawang tersebut tergolong berat
jenis tanah organik karena nilai berat jenis tanahnya adalah 2,22 g/cm3. Menurut
Hanafiah (2005) pengolahan lahan dapat mengurangi berat isi dan berat jenis tanah
suatu lahan. Sehingga akar tanaman bisa menembus tanah dengan baik dan tanaman
bisa tumbuh dengan subur.
Apabila nilai berat isi dan berat jenis tanah dimasukkan dalam perhitungan
porositas total diperoleh nilai porositas sebesar 64%, yang berarti jumlah pori-pori tanah
total (baik makro maupun pori mikro) ialah sebanyak 64% dari keseluruhan pori tanah,
sedangkan sisanya (36%) diisi oleh padatan tanah.
Menurut Hardjowigeno (1987) porositas akan tinggi bila bahan organik tinggi.
Tanah yang renggang pori-pori mempunyai bobot yang kecil persatuan volume dan
tanah padat memiliki bobot tinggi persatuan volume. Berat isi ditentukan oleh padatan
tanah dan porositas. Padatan tanah sangat berpengaruh, dimana tanah yang lebih
padat mempunyai nilai bulk density yang lebih besar daripada tanah yang kurang padat.
Hal ini sesuai dengan pendapat Pairunan (1985) yang menyatakan bahwa porositas
berpengaruh dalam menentukan nilai bulk density tanah, apabila pori-pori tanah besar
atau tinggi maka nilai bulk density kecil.
Selain itu berdasarkan informasi bahwa pertanian di desa Sumber Ngepoh,
Lawang merupakan daerah pertanian organik dan semi organik. Sehingga pemakaian
pupuk organik inilah yang menyebabkan berat isi dan porositas tanah tetap terjaga,
tanah tidak mengeras dan memadat dengan cepat.

Menurut Hanafiah (2005) pengolahan lahan dapat mengurangi berat isi dan berat
jenis suatu lahan. Sehingga akar tanaman bisa menembus tanah dengan baik dan
tanaman bisa tumbuh dengan subur.
Pada pengamatan defisiensi unsur hara, tidak ditemukan adanya gejala defisiensi
unsur N, P, atau K pada tanaman padi di lahan sawah tersebut. Hal ini bisa jadi
dikarenakan sistem pertanian organik yang diterapkan melalui pemupukan pupuk
organik pada lahan tersebut membuat kondisi tanah memiliki kandungan unsur hara
yang cukup lengkap. Bahan organik memiliki peran penting dalam memperbaiki sifat
kimia, fisik, dan biologi tanah. Meskipun kontribusi unsur hara dari bahan organik tanah
relatif rendah, peranannya cukup penting karena selain unsur NPK, bahan organik juga
merupakan sumber unsur esensial lain seperti C, Zn, Cu, Mo, Ca, Mg, dan Si
(Suriadikarta et al. 2002).
Untuk mengukur tingkat kemasaman tanah di lahan sawah tersebut digunakan
sampel tanah komposit. Setelah tanah komposit tersebut dikering anginkan selama 24
jam, kemudian tanah diukur pH-nya di Lab.Kimia Tanah Jurusan Tanah FP UB. Dari
hasil pengukuran pH, didapatkan bahwa tanah tersebut memiliki kemasaman dengan
pH 5.561. Dari data pH tersebut, diketahui bahwa tanah pada lahan sawah tersebut
bersifat asam.
Hasil pengamatan yang telah dilakukan vegetasi yang terdapat pada lahan
pertanian di Desa Sumberngepoh Lawang yaitu padi. Pada plot yang kami amati
terdapat seresah namun tidak tidak terlalu banyak, hal ini dipengaruhi oleh kondisi
tanah yang lembab, terdapat agregat-agregat tanah dipinggir dan kondisi vegetasi yang
masih masa vegetatif sehingga sulit ditemukan seresah. Pada lahan sawah yang kami
amati terdapat kascing dalam jumlah yang cukup dapat dianalisa..
Keragaman ekosistem berperan penting dalam kualitas tanah, yang dapat terlihat
dari seresah, understory, diversitas cacing, dan tumbuhan yang ada didaerah tersebut.
Vegetasinya berperan sebagai pemantap agregat tanah karena akar akarnya dapat
mengikat partikel-partikel tanah dan juga mampu menahan daya tumbuk butir-butir air
hujan secara langsung ke permukaan tanah sehingga penghancuran tanah dapat
dicegah. Selain itu seresah yang berasal dari daun-daunnya dapat meningkatkan

kandungan bahan organik tanah. Hal inilah yang dapat mengakibatkan perbaikan
terhadap sifat fisik tanah, yaitu pembentukan struktur tanah yang baik maupun
peningkatan porositas yang dapatmeningkatkan perkolasi, sehingga memperkecil erosi
(rahmawati dkk, 2013).
1. Data Pengukuran Aspek Tanah

Tabel Pengukuran Berat Isi

Berat
sampl
e
tanah
+ ring
(gr)
288,9

Berat

Berat

Diamete

Berat

Tinggi

Berat

tanah

tanah

r ring

ring

ring

cawan

basah +

oven +

(cm)

(gr)

(cm)

(gr)

cawan

cawan

(gr)

(gr)

157

80,2

4,8

137,4

Volume Tanah

6,7

= x x d2 x tinggi
= x 3,14 x (4,8)2 x 5
= 90,432 gram/cm3

KA Sub Sampel (W)

Massa air
massa padatan

( Tb+ k )(+k )
( + k )k

15780,2
80,26,7

= 1,04 g/g

Massa Padatan (Mp)

( Berat sampel tanah+ ring )Berat Ring


(1+ KA Subsampel)

288,9137,4
(1+ 1,04)

= 74,26 g

BI

Massa Padatan
Volume Tanah

74,26
90,432

= 0,82 gram/cm3

Tabel Pengukuran Berat Jenis


Berat

Berat

Tanah

labu (gr)

kering

54,7

oven (gr)
20

Berat labu+

Berat labu

tanah kering

+ tanah +

oven (gr)

air (gr)

Volume labu

74,1
165,4
= ( labu+ )labu

Massa Padatan (Mp)

= 74,1

54,7

= 19,4 gram

Volume Padatan

= 100 { ( labu++air )( labu+ ) }


= 100 (165,4 74,1)
= 100 91,3
= 8,7 cm3

BJ

massa padatan
volume padatan

19,4
8,7
3

= 2,22 gram/cm

Porositas Total

= (1

BI
BJ

= (1

0,82
2,22

= 64 %

) 100 %

) 100%

(ml)
100

2. Data Pengukuran Aspek Tanah


Indikator
Seresah
Tanaman Bawah
Cascing

Berat Basah
18.1 gram
6.4 gram
49.5 gram

Berat Kering
5.1 gram
0.7 gram
27.5 gram

Total Berat
23.2 gram
7.1 gram
77 gram

1.3Rekomendasi

1.3.1 Aspek Tanah


Pengelolaan agroekosistem untuk mendapatkan produksi yang berkelanjutan
dan sesedikit mungkin berdampak negatif terhadap lingkungan dan sosial, serta input
rendah dimungkinkan dengan menerapkan prinsip-prinsip ekologi sebagai berikut
(Reijntes dkk., 1992):
1. Meningkatkan daur ulang dan optimalisasi ketersediaan dan keseimbangan unsur
hara. Prinsip ini dapat dilakukan dengan melakukan rotasi dengan tanamantanaman pupuk hijau. Memantapkan kondisi tanah untuk pertumbuhan tanaman
dengan mengelola bahan organik dan meningkatkan biota tanah. Pemberian
biomassa pada lahan akan menambah bahan organik yang selanjutnya akan
meningkatkan biota tanah yang berguna dalam peningkatan kesuburan tanah.
2. Meminimalkan

kehilangan

karena

keterbatasan

ketersediaan

air

melalui

pengelolaan air. Air dibutuhkan tanaman untuk dapat berproduksi optimal,


sehingga ketersediaan ketersediaannya pada waktu dan jumlah yang cukup,
sangat berpengaruh terhadap produktivitas lahan. Pengelolaan air dapat dilakukan
dengan teknik-teknik irigasi dengan sistem intermittent (berselang) pada lahan
sawah tersebut dan mengelola drainase dengan baik.
3. Meningkatkan keragaman spesies dan genetik dalam agroekosistem, sehingga
terdapat interaksi alami yang menguntungkan dan sinergi dari komponenkomponen agroekosistem melalui keragaman mikroorganisme dan megafauna
yang hidup di dalam tanah seperti cacing tanah dan sebagainya.
4. Peningkatan keragaman tanaman pada suatu agroekosistem yang dapat
dilakukan melalui praktek budidaya dengan sistem tumpangsari atau tanaman

pelindung dan tanaman penutup tanah (LCC), sehingga kandungan unsur hara
dalam tanah dapat meningkat dan terjaga.
Dengan demikian, harapannya rekomendasi tersebut dapat membantu menyelesaikan
permasalahan yang ada pada lahan sawah seperti melalui pengaturan sistem irigasi
dengan intermitten (berselang) jadi lahan sawah tersebut tidak selalu tergenang air,
kemudian dengan meningkatkan keragaman hayati yang mempunyai peluang tinggi
untuk menjaga kesuburan tanahnya melalui aktivasi biota tanah dan peningkatan
keragaman melalui praktik budidaya dengan menanam tanaman pelindung atau
tanaman penutup tanah (LCC) sehingga mampu meningkatkan kandungan unsur hara
dalam tanah pada lahan sawah tersebut

Anda mungkin juga menyukai