Sawah
Jenis tanaman
Padi
18.1 gram
49.5 gram
6.4 gram
Tidak ada
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Hasil
5.561
18.1 gram
49.5 gram
6.4 gram
5.1 gram
27.5 gram
0.7 gram
0,82 gram/cm3
2,22 gram/cm3
64 %
tersebut adalah 0,82 g/cm3, untuk hasil pengukuran dan perhitungan berat jenis tanah
yaitu 2,22 g/cm3 dan hasil perhitungan porositas tanahnya adalah 64%.
Berdasarkan klasifikasi berat isi tanah menurut Lab. Fisika Jurusan Tanah FP UB
(2006) berat isi tanah yang <0,9 g/cm3 tergolong kelas rendah atau ringan, berat isi
tanah 0,9 1,2 g/cm3 tergolong kelas sedang atau rendah, berat isi tanah 1,2 1,4
g/cm3 tergolong kelas tinggi atau berat, dan berat isi tanah >1,4 g/cm3 tergolong kelas
sangat tinggi atau sangat berat. Sehingga nilai berat isi tanah pada lokasi fieldtrip di
lahan sawah daerah lawang tersebut tergolong tanah kelas rendah atau ringan karena
nilai berat isi tanahnya <0,9 g/cm3.
Berdasarkan klasifikasi berat jenis tanah menurut Pengantar Fisika Tanah, Lab.
Fisika Jurusan Tanah FP UB (2007) berat jenis tanah mineral pada umumnya adalah
2,5 2,7 g/cm3 dan berat jenis tanah organik adalah >2,00 g/cm3. Sehingga nilai berat
jenis tanah pada lokasi fieldtrip di lahan sawah daerah lawang tersebut tergolong berat
jenis tanah organik karena nilai berat jenis tanahnya adalah 2,22 g/cm3. Menurut
Hanafiah (2005) pengolahan lahan dapat mengurangi berat isi dan berat jenis tanah
suatu lahan. Sehingga akar tanaman bisa menembus tanah dengan baik dan tanaman
bisa tumbuh dengan subur.
Apabila nilai berat isi dan berat jenis tanah dimasukkan dalam perhitungan
porositas total diperoleh nilai porositas sebesar 64%, yang berarti jumlah pori-pori tanah
total (baik makro maupun pori mikro) ialah sebanyak 64% dari keseluruhan pori tanah,
sedangkan sisanya (36%) diisi oleh padatan tanah.
Menurut Hardjowigeno (1987) porositas akan tinggi bila bahan organik tinggi.
Tanah yang renggang pori-pori mempunyai bobot yang kecil persatuan volume dan
tanah padat memiliki bobot tinggi persatuan volume. Berat isi ditentukan oleh padatan
tanah dan porositas. Padatan tanah sangat berpengaruh, dimana tanah yang lebih
padat mempunyai nilai bulk density yang lebih besar daripada tanah yang kurang padat.
Hal ini sesuai dengan pendapat Pairunan (1985) yang menyatakan bahwa porositas
berpengaruh dalam menentukan nilai bulk density tanah, apabila pori-pori tanah besar
atau tinggi maka nilai bulk density kecil.
Selain itu berdasarkan informasi bahwa pertanian di desa Sumber Ngepoh,
Lawang merupakan daerah pertanian organik dan semi organik. Sehingga pemakaian
pupuk organik inilah yang menyebabkan berat isi dan porositas tanah tetap terjaga,
tanah tidak mengeras dan memadat dengan cepat.
Menurut Hanafiah (2005) pengolahan lahan dapat mengurangi berat isi dan berat
jenis suatu lahan. Sehingga akar tanaman bisa menembus tanah dengan baik dan
tanaman bisa tumbuh dengan subur.
Pada pengamatan defisiensi unsur hara, tidak ditemukan adanya gejala defisiensi
unsur N, P, atau K pada tanaman padi di lahan sawah tersebut. Hal ini bisa jadi
dikarenakan sistem pertanian organik yang diterapkan melalui pemupukan pupuk
organik pada lahan tersebut membuat kondisi tanah memiliki kandungan unsur hara
yang cukup lengkap. Bahan organik memiliki peran penting dalam memperbaiki sifat
kimia, fisik, dan biologi tanah. Meskipun kontribusi unsur hara dari bahan organik tanah
relatif rendah, peranannya cukup penting karena selain unsur NPK, bahan organik juga
merupakan sumber unsur esensial lain seperti C, Zn, Cu, Mo, Ca, Mg, dan Si
(Suriadikarta et al. 2002).
Untuk mengukur tingkat kemasaman tanah di lahan sawah tersebut digunakan
sampel tanah komposit. Setelah tanah komposit tersebut dikering anginkan selama 24
jam, kemudian tanah diukur pH-nya di Lab.Kimia Tanah Jurusan Tanah FP UB. Dari
hasil pengukuran pH, didapatkan bahwa tanah tersebut memiliki kemasaman dengan
pH 5.561. Dari data pH tersebut, diketahui bahwa tanah pada lahan sawah tersebut
bersifat asam.
Hasil pengamatan yang telah dilakukan vegetasi yang terdapat pada lahan
pertanian di Desa Sumberngepoh Lawang yaitu padi. Pada plot yang kami amati
terdapat seresah namun tidak tidak terlalu banyak, hal ini dipengaruhi oleh kondisi
tanah yang lembab, terdapat agregat-agregat tanah dipinggir dan kondisi vegetasi yang
masih masa vegetatif sehingga sulit ditemukan seresah. Pada lahan sawah yang kami
amati terdapat kascing dalam jumlah yang cukup dapat dianalisa..
Keragaman ekosistem berperan penting dalam kualitas tanah, yang dapat terlihat
dari seresah, understory, diversitas cacing, dan tumbuhan yang ada didaerah tersebut.
Vegetasinya berperan sebagai pemantap agregat tanah karena akar akarnya dapat
mengikat partikel-partikel tanah dan juga mampu menahan daya tumbuk butir-butir air
hujan secara langsung ke permukaan tanah sehingga penghancuran tanah dapat
dicegah. Selain itu seresah yang berasal dari daun-daunnya dapat meningkatkan
kandungan bahan organik tanah. Hal inilah yang dapat mengakibatkan perbaikan
terhadap sifat fisik tanah, yaitu pembentukan struktur tanah yang baik maupun
peningkatan porositas yang dapatmeningkatkan perkolasi, sehingga memperkecil erosi
(rahmawati dkk, 2013).
1. Data Pengukuran Aspek Tanah
Berat
sampl
e
tanah
+ ring
(gr)
288,9
Berat
Berat
Diamete
Berat
Tinggi
Berat
tanah
tanah
r ring
ring
ring
cawan
basah +
oven +
(cm)
(gr)
(cm)
(gr)
cawan
cawan
(gr)
(gr)
157
80,2
4,8
137,4
Volume Tanah
6,7
= x x d2 x tinggi
= x 3,14 x (4,8)2 x 5
= 90,432 gram/cm3
Massa air
massa padatan
( Tb+ k )(+k )
( + k )k
15780,2
80,26,7
= 1,04 g/g
288,9137,4
(1+ 1,04)
= 74,26 g
BI
Massa Padatan
Volume Tanah
74,26
90,432
= 0,82 gram/cm3
Berat
Tanah
labu (gr)
kering
54,7
oven (gr)
20
Berat labu+
Berat labu
tanah kering
+ tanah +
oven (gr)
air (gr)
Volume labu
74,1
165,4
= ( labu+ )labu
= 74,1
54,7
= 19,4 gram
Volume Padatan
BJ
massa padatan
volume padatan
19,4
8,7
3
= 2,22 gram/cm
Porositas Total
= (1
BI
BJ
= (1
0,82
2,22
= 64 %
) 100 %
) 100%
(ml)
100
Berat Basah
18.1 gram
6.4 gram
49.5 gram
Berat Kering
5.1 gram
0.7 gram
27.5 gram
Total Berat
23.2 gram
7.1 gram
77 gram
1.3Rekomendasi
kehilangan
karena
keterbatasan
ketersediaan
air
melalui
pelindung dan tanaman penutup tanah (LCC), sehingga kandungan unsur hara
dalam tanah dapat meningkat dan terjaga.
Dengan demikian, harapannya rekomendasi tersebut dapat membantu menyelesaikan
permasalahan yang ada pada lahan sawah seperti melalui pengaturan sistem irigasi
dengan intermitten (berselang) jadi lahan sawah tersebut tidak selalu tergenang air,
kemudian dengan meningkatkan keragaman hayati yang mempunyai peluang tinggi
untuk menjaga kesuburan tanahnya melalui aktivasi biota tanah dan peningkatan
keragaman melalui praktik budidaya dengan menanam tanaman pelindung atau
tanaman penutup tanah (LCC) sehingga mampu meningkatkan kandungan unsur hara
dalam tanah pada lahan sawah tersebut