Disusun Oleh:
I. TUJUAN
• Mempelajari indikator tanah sehat baik secara biologi, fisik dan kimia.
• Menganalisis macam-macam agroekosistem.
• Melakukan pengukuran indikator tanah sehat dan kesuburan tanah secara
cepat dan akurat di lapangan dan di laboratorium.
• Mampu melakukan perencanaan manajemen dalam suatu agroekosistem.
Mengambil contoh tanah utuh dalam blok (kotak besi) dengan ukuran
panjang 20 cm, lebar 20 cm dan tinggi 10 cm (lihat Gambar 2). Contoh tanah dalam
blok ditimbang berat basahnya untuk kemudian diambil secukupnya sebagai sub
sampel untuk ditetapkan berat kering oven dan kadar air massanya (g g-1),
selanjutnya diukur berdasarkan volume blok atau kotak besi (Volume tanah, Vt).
Langkah Kerja
Penetapan berat isi tanah untuk lebih jelas dapat dilihat pada persamaan berikut
:
𝐵𝐵
( ) × 𝐵𝐾𝑂 𝑠𝑢𝑏
𝐵𝐼 = 𝐵𝐵𝑠𝑢𝑏
𝑉𝑡
Keterangan:
Keterangan:
d = Diameter ring/blok
p = Tinggi ring/blok
Tb = Massa tanah basah sebelum dioven
To = Massa tanah oven
K = Massa Kaleng
W = Kadar air massa
Ma = Massa air
Mp1 = Massa padatan sub sample
Mp2 = Massa padatan dari berat total
π = 3,14
Langkah kerja:
Tabel 7. Pengukuran Berat Jenis
Plot Massa (g) Massa Volume BJ
Pengamatan Padatan Padatan
L L + To L + To + A Mp Vp pρ
3
gram gram gram gram cm g.cm-3
Sawah (Padi)
Tegalan
(Jagung)
Tumpangsari
(Jeruk dan
Cabai)
Keterangan:
L = massa labu
To = massa tanah oven
A = massa air
Mp = massa padatan
Mp = ((L + To) – L) g
= To
Vp = volume padatan
100 cm3 = volume labu yang digunakan
*BJ air = 1 g/cm3, jadi 100 g air volumenya adalah
100 cm3Vp = 100 – ((L + To + A) – (L + To)) cm3
BJ = Mp / Vp
3. Ketahanan Penetrasi Akar (Metode Hand Penetrometer)
Cara Merangkai:
- Buka tutup batang skala ,masukan per dan tutup kembali.
- Hubungkan tangkai dan mata jarum pada batang skala dengan cara di ulir.
- Setiap awal pengukuran cicin pada posisi 0.
Cara Kerja :
- Tepatkan telapak tangan pada penutup skala (Gambar 4).
Gambar 4. Tepatkan telapak tangan pada penutup skala
- Saat pengukuran posisi operator berdiri setengah jongkok
- Catatan: Operator diharapkan orang yang sama.
- Tekan perlahan-lahan sampai jarum masuk pada batas tertentu.
- Amati pergeseran cicin skala dan catat angka yang di tunjukan.
Uraian Prosedur
a. 0.5 g contoh tanah halus (0.05 g untuk tanah organik; 2 g untuk tanah-tanah
yang mengandung bahan organik lebih kecil dari 1%) yang melalui ayakan
0.5 mm dimasukkan dalam labu erlenmeyer 500 ml.
b. 10 ml tepat larutan K2Cr2O7 1 N ditambahkan ke dalam erlenmeyer dengan
sebuah pipet
c. 20 ml H2SO4 pk kemudian ditambahkan, labu erlenmeyer digoyang-
goyangkan untuk membuat tanah dapat bereaksi sepenuhnya. Hati-hati, jaga
jangan sampai tanah menempel pada dinding sebelah atas labu sehingga tidak
ikut bereaksi. Biarkan campuran itu berdiam selama 20 – 30 menit.
d. Sebuah blanko (tanpa tanah) dikerjakan dengan cara yang sama
e. Kemudian larutan diencerkan dengan air sebanyak 200 ml dan sesudah itu
ditambahkan 10 ml H3PO4 85% dan 30 tetes penunjuk difenilamina
f. Larutan sekarang dapat dititrasi dengan larutan fero melalui buret.
Perubahan warna dari warna dari hijau gelap pada permulaan, berubah
menjadi biru kotor pada waktu titrasi berlangsung, dan pada titik akhir warna
berubah menjadi hijau terang
g. Apabila lebih dari 8 dan 10 ml K2Cr2O7 terpakai, ulangi dengan
mempergunakan contoh yang lebih sedikit
Pereaksi
a. H3PO4 85%
b. H2SO4 pekat (diatas 96%)
c. K2Cr2O7 1 N 49.04 g tepat K2Cr2O7 dilarutkan ke dalam H2O dan diencerkan
hingga 1 liter.
d. Penunjuk difenilamina ± 0.5 g difenilamina p.a dilarutkan dalam 20 ml H2O
dan 100 ml H2SO4 pekat.
e. Larutan fero 0.5 N
196.1 g Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O dilarutkan dalam 800 ml H2O yang
mengandung 20 ml H2SO4 pk dan diencerkan hingga 1 liter. Dapat
digunakan sebagai ganti reagent, 5a suatu reagent yang digunakan oleh
Walkey sebagai berikut.
f. FeSO4 7 H2O 1N
278.0 g FeSO4 7 H2O dilarutkan ke dalam H2O yang mengandung 15 ml
H2SO4 pekat kemudian diencerkan hingga 1 liter.
Perhitungan :
100
%𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑂𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘 = × %𝐶 𝑂𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘
58
Pengolahan data
Hitung total berat kering tumbuhan bawah per kuadran dengan rumus sebagai
berikut:
𝐵𝐾𝑠𝑢𝑏𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ(𝑔)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝐾(𝑔) = × 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝐵 (𝑔)
𝐵𝐵𝑠𝑢𝑏𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ(𝑔)
Dimana, BK = berat kering dan BB = berat basah
6. Larutan dititrasi dengan larutan feromell buret. Perubahan dari warna hijau
gelap pada permukaan,lalu menjadi biru tua pada waktu titrasi berlangsung,
pada titik akhir warna berubah menjadi hijau terang.
𝑚𝑙 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 ×3 100+%𝐾𝐴
7. Perhitungan % C-Organik ×
𝑚𝑙 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 ×0,5 100
1
Sawah
(Padi)
2
1
Tegalan
(Jagung)
2
1
Tumpang
sari (Lahan
Jeruk dan 2
Cabai)
DAFTAR PUSTAKA
Hairiah, K., Sulistyani, H., Suprayogo, D., Widianto, Purnomosidhi, P., Widodo, R.
H., and Van Noordwijk, M. 2006. Litter layer residence time in forest and
coffee agroforestry systems in Sumberjaya, West Lampung. Forest
Ecology and Management, 224: 45-57.
Hairiah K and Rahayu S. 2007. Petunjuk praktis Pengukuran karbon tersimpan
di berbagai macam penggunaan lahan. World Agroforestry Centre,
ICRAF Southeast Asia. ISBN 979-3198-35-4. 77p
Jongmans, A. G., Pulleman, M. M., Balabane, M., Van Oort, F., Marinissen, J. C.
Y. 2003. Soil structure and characteristics of organic matter in two
orchards differing in earthworm activity. Applied Soil Ecology, 24: 219-
232.
Karama, A.S., A.R. Marzuki dan I. Marwan. 1994. Penggunaan Pupuk Organik
Pada Tanaman Pangan. Simposium Hortikultura Nasional.
Van Noordwijk, M, Lusiana, B. dan Khasanah, N., 2004. WaNuLCAS 3.01.
Background on a model of Water Nutrient and Light Capture in
Agroforestry System. ICRAF, Bogor.246 p.
Widianto, Suprayogo D., Noveras H., Widodo R.H., Purnomosidhi P., Noordwijk
v.M., 2004. Alih Guna Hutan Menjadi Lahan Pertanian:Apakah Fungsi
Hidrologis Hutan Dapat Digantikan Sistem Kopi Monokultur?.
Agrivita Vol.26 No.1. Maret 2004. ISSN:0126- 0537.
LAMPIRAN
DAFTAR ASISTEN KELAS MAES TANAH / GENAP 2022
Ekosistem terdiri atas dua komponen yaitu komponen biotik dan komponen
abiotik. Komponen abiotik menunjukkan benda mati dan kondisi lingkungan yang
mendukung kehidupan makhluk hidup contohnya tanah, air, udara, iklim, cahaya
matahari, cuaca, dan lain sebagainya. Sedangkan komponen biotik menunjukkan
makhluk hidup yang ada dalam ekosistem tersebut, termasuk manusia, hewan, dan
tumbuhan. Agroekosistem sendiri merupakan ekosistem yang dimodofikasi dan
dimanfaatkan secara langsung atau tidak langsung oleh manusia untuk memenuhi
kebutuhan akan pangan atau sandang. Sehingga, komponen ekosistem dan
agroekosistem dapat dibedakan menjadi :
Komponen
Ekosistem Agroekosistem
Komponen Fisik (Abiotik) Komponen Fisik (Abiotik)
• Tanah • Tanah
• Air • Air
• Udara • Udara
• Iklim • Iklim
Kehidupan Liar (Biotik) Tanaman Budidaya
• Tumbuhan Kehidupan Liar
• Mikroflora dan mikrofauna • Tumbuhan
• Mesofauna • Mikroflora dan mikrofauna
• Makrofauna • Mesofauna
• Megafauna • Makrofauna
• MegafaunA
• OPT
1. Faktor Abiotik
Pertumbuhan tanaman dapat di kendalikan oleh susunan genetik tanaman
serta keadaan lingkungannya. Sedangkan faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan pada tanaman secara garis besar terbagi menjadi
faktor biotik dan faktor abiotik. Faktor abiotik adalah komponen penyusun
ekosistem yang terdiri dari benda-benda tak hidup. Faktor abiotik dapat terdiri atas
intensitas cahaya matahari, kecepatan angin, kelembaban udara dan suhu, curah
hujan, serta kesuburan tanah. Masing-masing komponen abiotik ini dapat
berpengaruh pada kelangsungan hidup tanaman. Setiap tanaman memiliki kondisi
optimum tertentu untuk tetap hidup dengan baik. Keadaan lingkungan yang tidak
mendukung pertumbuhan tanaman akan berakibat pada penurunan tingkat
transpirasi, respirasi maupun penyerapan nutrisi bagi tanaman. Selain itu juga
dapat menyebabkan tanaman mudah mengalami gangguan OPT hingga
menyebabkan kematian bagi tanaman. Melalui pengaruhnya tersebut maka masing-
masing komponen abiotik ini memiliki peranan penting dan perlu diperhatikan
dalam budidaya tanaman untuk menciptkan keadaan yang optimum bagi
pertumbuhan tanaman.
2. Komponen Iklim
Iklim dapat diartikan sebagai keadaan cuaca rata-rata dalam waktu yang
relatif lama dan meliputi wilayah luas. Proses terjadinya cuaca dan iklim
merupakan kombinasi dari variabel-variabel atmosfir yang sama yang disebut
unsur-unsur iklim. Iklim merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses
pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Kondisi iklim dicirikan oleh unsur-unsur
atau komponen iklim antara lain suhu, angin, kelembaban, penguapan, curah hujan
serta lama dan intensitas penyinaran matahari. Besarnya pengaruh iklim dalam
pertumbuhan tanaman maka dirasa penting mengetahui dan mempelajari komponen
iklim yang akan memberikan keadaan optimum bagi pertumbuhan tanaman.
Beberapa komponen iklim diantaranya sebagai berikut.
Curah Hujan
Curah Hujan (mm) adalah ketinggian air hujan yang terkumpul dalam
penakar hujan pada tempat yang datar, tidak menyerap, tidak meresap dan tidak
mengalir. Curah hujan merupakan salah satu unsur cuaca yang datanya diperoleh
dengan cara mengukurnya dengan menggunakan alat penakar hujan, sehingga dapat
diketahui jumlahnya dalam satuan millimeter (mm). Curah hujan dibatasi sebagai
tinggi air hujan yang diterima di permukaan sebelum mengalami aliran permukaan,
evaporasi dan peresapan ke dalam tanah. Sedangkan Intensitas curah hujan
merupakan ukuran jumlah hujan per satuan waktu tertentu selama hujan
berlangsung (Chandra dan Suprapto, 2016). Alat yang dapat digunakan dalam
pengukuran curah hujan adalah ombrometer dan ombrograf. Ombrometer
merupakan alat pengukur curah hujan tipe kolektor. Sedangkan ombrograf
merupakan alat pengukuran curah hujan tipe perekam data (otomatis).
Cara penggunaan ombrometer :
• Menaruh gelas pengukur dibawah kran ombrometer
• Membuka kran ombrometer
• Apabila air yang turun dari kran melebih 25 mm maka sebelum
mencapai 25 mm kran ditutup terlebih dahulu dan selanjutnya
melakukan pembacaan dan catat hasil
• Pengukuran dilakukan sampai air di dalam bak penakar habis
Cara penggunaan ombrograf :
• Kertas grafik dipasang terlebih dahulu pada silinder yang berputar
teratur secaraotomatis
• Penggantian kertas grafik dilakukan 1 minggu sekali
• Pencatatan curah hujan bersifat kumulatif dengan kapasitas maksimum
penampungan60 mm
• Banyaknya curah hujan dan terjadinya hujan dapat dibaca dari kertas
grafik.
Intensitas
Intensitas cahaya adalah banyaknya cahaya ada pada suatu luas permukaan,
merupakan aspek lingkungan fisik yang sangat penting untuk keselamatan dan
kenyamanan kerja. Intensitas cahaya merupakan salah satu faktor yang berperan
penting bagi tanaman untuk proses fotosintesis. Dimana, semakin sesuai intensitas
cahaya bagi tanaman maka akan semakin baik proses fotosintesis, dan semakin baik
pula pertumbuhan tanaman. Selain itu besarnya intensitas cahaya yang diteruskan
ke permukaan lahan akan cenderung menurun seiring bertambahnya umur suatu
tanaman. Alat yang digunakan untuk mengukur intensitas cahaya matahari yaitu
lux meter, dengan cara penggunaan sebagai berikut :
• Geser tombol off/on ke arah On
• Pilih kisaran range yang akan diukur (2000 lux, 20000 lux atau 50000
lux) pada tombol Range
• Arahkan sensor cahaya dengan menggunakan tangan pada permukaan
daerah yang akan diukur kuat penerangannya
• Lihat hasil pengukuran pada layar panel
Kelembaban
Kelembaban merupakan salah satu bagian dari iklim yang termasuk dalam
faktor abiotik atau faktor tidak hidup. Kelembabam dapat diartikan sebagai
konsentrasi atau kandungan uap air yang ada pada udara. Pertumbuhan tanaman
juga sangat dipengaruhi oleh kelembaban. Apabila kelembaban lingkungan berada
di luar batas, maka tanaman akan terganggu pertumbuhannya. Setiap golongan
tanaman memerlukan kelembaban udara yang berbeda-beda untuk perkembangan
optimalnya. Sama seperti faktor abiotik lainnya, kelembaban juga penting
diperhatikan dalam pertumbuhan tanaman. Kelembaban yang diluarbatas toleransi
tanaman akan menyebabkan beberapa kendala dalam kelangsungan hidup tanaman.
Ketika kelembaban terlalu rendah, proses fotosintesis tidak dapat berjalan dengan
baik akibat beberapa gangguan pada zat-zat tanaman sehingga tidak dapat
menghasilkan energi yang cukup untuk tumbuhan hidup dan menyebabkan
tanaman akan mengalami kekeringan dan mati. Sedangkan pada kelembaban yang
terlalu tinggi, organisme pengganggu tanaman seperti jamur dan bakteri dapat
tumbuh berkembang dengan pesat dan menyebabkan kerusakan atau pembusukan
pada tumbuhan. Sehingga untuk berproduksi tinggi, maka kelembaban udara
disekitar tanaman harus dijaga dalam keadaan optimum.
Suhu
Suhu dapat diartikan sebagai ukuran atau derajat panas atau dinginnya suatu
benda atau sistem. Suhu di definisikan sebagai suatu besaran fisika yang dimiliki
bersama antara dua benda atau lebih yang berada dalam kesetimbangan termal
(Putra, 2007). Sebagai salah satu komponen dalam faktor abiotik, maka pengaruh
suhu juga penting dalam optimalisasi pertumbuhan pada tanaman. Pentingnya suhu
bagi tanaman dikarenakan, setiap tanaman memiliki suhu optimum untuk
kelangsungan hidupnya. Hal ini berkaitan dengan reaksi kimia didalam setiap
organisme akan dipengaruhi oleh suhu lingkungan disekitarnya. Sehingga untuk
mendapatkan pertumbuhan tanaman yang baik, maka harus mememnuhi syarat
tumbuhtanaman salah satunya suhu yang optimum. Jika suhu sekitar kurang sesuai
dengan syarat tumbuh maka reaksi kimia dari tanaman akan terganggu yang
menyebabkan tanaman tumbuhdengan kurang baik. Pada suhu yang terlalu tinggi
atau terlalu rendah, tanaman dapat kehilangan kemampuan fisiologisnya seperti
fotosintesis, respirasi, transpirasi, absorpsi air, dan nutrisi. Tanaman yang tumbuh
di suhu yang terlalu tinggi dari batas toleransi tanaman akan menyebabkan kinerja
enzim akan terganggu. Akibatnya, respirasi dan transpor zat terganggu sehingga
tanaman akan kekurangan nutrisi pada tumbuhan. Secara normal tanaman akan
menutup stomata untuk menghindari penguapan berlebihan pada suhu tinggi. Jika
halini terus terjadi maka akan menyebabkan tidak adanya pertukaran oksigen dan
karbondioksida, atau artinya transpirasi zat terganggu. Pengukuran suhu dan
kelembaban dapat menggunakan alat thermo hygrometer, dengan cara penggunaan
sebagai berikut:
• Meletakkan thermo hygrometer pada tempat yang ingin diukur kelembaban
dan suhu udaranya.
• Menunggu tiga sampai lima menit.
• Mengamati skala yang ada pada thermo hygrometer, skala pada bagian atas
menunjukkan suhu udara (oC) sedangkan skala bagian bawah menunjukkan
kelembaban (%).
Cara Kerja
1. Mengidentifikasi jenis gulma berdasarkan morfologinya pada areal
pertanaman. Gunakan petak kuadrat (petak contoh) berukuran 0,5 m x 0,5
m. Tempatkan secara acak sebanyak 3 kali ulangan.
2. Dokumentasikan setiap petak contoh. Dokumentasi harus mencakup semua
jenis gulma yang terdapat dalam petak contoh.
3. Hitung populasi setiap spesies gulma dalam petak contoh.
4. Catat nama spesies gulma dan populasinya pada blanko pengamatan.
Gunakan namalokal ketika anda pengamatan di lapang.
5. Selanjutnya anda bisa melakukan identifikasi mandiri dengan bantuan
literatur untuk mengetahui nama ilmiah dari spesies gulma yang anda
dapatkan.
Jadi LER/NKL
HA1 = 60
HB1 = 150
HA2 = 80
HB2 =220
HA1 HB1
NKL = +
HA2 HB2
60 150
NKL = + = 0,75 + 0,68 = 1,43
80 220
Nilai LER/NKL dari 1,43 menunjukkan bahwa 43 persen hasil keuntungan
diperoleh ketika ditanam sebagai tumpang sari dibandingkan bila sebagai ditanam
monokultur. Dengan kata lain tanaman harus ditanam pada luasan lahan 1,43 ha
dengan system monokultur untuk mendapatkan tingkat hasil yang sama seperti
yang diperoleh dari luasan lahan 1 ha dengan system tanaman tumpang sari.
FORM PENGAMATAN FAKTOR ABIOTIK
Lokasi Pengamatan:
1. Menghitung SDR
a. Kerapatan adalah jumlah dari tiap-tiap spesies dalam tiap unit area
Jumlah spesies tersebut
Kerapatan Mutlak (KM) =
Jumlah Plot
KM Spesies tersebut
Kerapatan Nisbi (KN) = 𝑥 100%
Jumlah KM Seluruh Spesies
b. Frekuensi ialah parameter yang menunjukkan perbandingan dari jumlah
kenampakannyadengan kemungkinannya pada suatu petak contoh yang dibuat.
Plot yang terdapat spesies tersebut
Frekuensi Mutlak (FM) =
Jumlah Plot
FM Spesies tersebut
Frekuensi Nisbi (FN) = 𝑥 100%
Jumlah FM Seluruh Spesies
TUJUAN PRAKTIKUM
a. Untuk mengeksplorasi dan mengidentifikasi keanekaragaman Arthropoda pada
agroekosistem
b. Untuk mengetahui peran masing-masing Arthropoda pada agroekosistem
c. Untuk mengeksplorasi dan mengidentifikasi keanekaragaman penyakit pada
tanaman pangan dan hortikultura pada agroekosistem
d. Untuk merencanakan agroekosistem yang baik secara teoritis
I. PENGAMATAN HAMA
❖ Faktor Biotik
Faktor biotik merupakan penyakit tanaman yang disebabkan oleh suatu
organisme infeksius bukan binatang, sehingga dapat ditularkan dari satu tanaman
ke tanaman lainnya. Organisme yang dapat menyebabkan suatu penyakit tanaman
disebut patogen tanaman. Patogen tanaman meliputi organisme-organisme sebagai
berikut :
1. Jamur/Cendawan/Fungi
Jamur adalah salah satu organisme penyebab penyakit yang menyerang
semua bagian tumbuhan, mulai dari akar, batang, ranting, daun, bunga, hingga
buahnya. Penyebaran jenis penyakit ini dapat disebabkan oleh air, serangga, atau
sentuhan tangan. Jamur merupakan mikroorganisme bermembran (eukariotik),
tidak mempunyai klorofil, berkembangbiak secara seksual dan atau aseksual
dengan membentuk spora, tubuh vegetatif (somatik) berupa sel tunggal atau berupa
benang-benang halus (hifa, miselium) yang biasanya bercabang- cabang, dinding
selnya terdiri dari sellulose dan atau khitin bersama-sama dengan molekul-molekul
organik kompleks lainnya. Jamur dibedakan berdasarkan ada tidaknya sekat pada
hifa dan cara perkembangbiakannya, sehingga jamur dibedakan menjadi empat
kelompok kelas, yaitu : Phycomycetes, Ascomycetes, Basidiomycetes, dan
Deuteromycetes.
Penyakit ini menyebabkan bagian tumbuhan yang terserang, misalnya buah,
akan menjadi busuk. Jika menyerang bagian ranting dan permukaan daun, akan
menyebabkan bercak- bercak kecokelatan. Dari bercak – bercak tersebut akan
keluar warna putih atau oranye yang dapat meluas ke seluruh permukaan ranting
atau daun sehingga pada akhirnya kering dan rontok.
Contoh penyakit yang disebabkan oleh jamur adalah sebagai berikut :
a) Penyakit pada padi.
Penyakit pada ruas batang dan butir padi disebabkan oleh jamur Pyricularia
oryzae. Ruas – ruas batang menjadi mudah patah dan tanaman padi akhirnya mati.
Selain itu, terdapat pula penyakit yang menyebabkan daun pedi menguning.
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Magnaporthegrisea.
b) Penyakit embun tepung.
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Peronospora parasitica. Jamur ini
kadang- kadang menyerang biji yang sedang berkecambah sehingga biji menjadi
keropos dan akhirnya mati. Jamur ini menyerang daun pertama pada kecambah
sehingga tumbuhan menjadi kerdil. Tumbuhan kerdil dapat tumbuh terus tapi pada
daun - daunnya terdapat bercak – bercak hitam. Untuk memberantas jamur ini
dilakukan pengendalian secara kimia, yaitu dengan pemberian fungsida pada
tanaman yang terserang jamur.
2. Bakteri
Bakteri patogen dapat membusukkan daun, batang, dan akar tumbuhan.
Bagian tumbuh tumbuhan yang diserang bakteri akan mengeluarkan lendir keruh,
baunya sangat menusuk, dan lengket jika disentuh. Setelah membusuk, lama-
kelamaan tumbuhan akan mati. Tumbuhan yang diserang bakteri dapat diatasi
dengan menggunakan bakterisida.
Bakteri merupakan mikroorganisme prokariotik bersel tunggal. Terdapat
kurang lebih 200 jenis bakteri yang dapat menyebabkan penyakit tanaman.
Berbagai jenis bakteri yang terutama berbentuk batang, hanya terdiri dari enam
genus (marga), yaitu :
• Agrobacterium famili Rhizobiaceae gram negatif
• Corynebacterium famili Corynebacteriaceae gram positif
• Erwinia famili Enterobacteriaceae gram negatif
• Pseudomonas famili Pseudomonadaceae gram negatif
• Streptomyces dari famili gram positif
• Xanthomonas famili Pseudomonadaceae gram negative
Contoh penyakit yang disebabkan oleh bakteri adalah penyakit yang
menyerang pembuluh tapis batang jeruk (citrus vein phloem degeneration atau
CVPD). CVPD disebabken oleh bakteri Serratia marcescens. Gejalanya adalah
kuncup daun menjadi kecil dan berwarna kuning, buah menjadi kuning, sehingga
lama- kelamaan akan mati. Penyakit CVPD yang belum parah dapat disembuhkan
dengan terramycin, yang merupakan sejenis antibiotik.
3. Virus
Virus merupakan kesatuan ultramikroskopik yang hanya mengandung satu
atau dua bentuk asam nukleat yang dibungkus oleh senyawa protein kompleks.
Asam nukleat dan protein disintesis oleh sel inang yang sesuai dengan
memanfaatkan mekanisme sintesis dari sel-sel inang untuk menghasilkan substansi
viral (asam nukleat dan protein).
Contoh penyakit yang disebabkan oleh virus antara lain penyakit daun
tembakau yang berbercak – bercak putis. Penyakit ini disebabkan oleh virus TMV
(tabacco mosaic virus) yang menyerang permukaan atas daun tembakau. Virus juga
dapat menyerang jeruk. Penularan melalui perantara serangga.
4. Nematoda
Nematoda berbentuk cacing tetapi dalam taksonomi bukan merupakan
cacing (Vermes), berukuran sangat kecil, panjangnya berkisar antara 300-1.000 μm,
meskipun beberapa jenis mempunyai panjang sampai 4 mm. Secara umum
nematoda berbentuk seperti belut, tubuh tidak bersegmen, simetris bilateral,
transparan, tidak mempunyai rongga tubuh (pseudocelumate), tubuh dilapisi
lapisan kutikula yang lembut sehingga memudahkan bergerak, dan tidak berkaki
maupun anggota tubuh lain.
Gejala dan Tanda Penyakit Biotik
Spesimen tanaman berpenyakit dapat dikenal dari gejala-gejala dan tanda-
tanda yang khusus. Gejala adalah perubahan penampilan tanaman atau bagian-
bagiannya yang dapat dilihat, yang muncul karena suatu penyakit (Tabel 2). Gejala
dapat merupakan akibat dari gangguan terhadap kemampuan tanaman untuk
melakukan fotosintesis secara efisien, berkembang-biak, menyerap air, atau
mengangkut zat-zat hara.
Gejala Uraian
Embun hitam (black mildew) Koloni jamur parasit (Meliolales) yang hitam
dan rapat, biasanya di permukaan daun
tanaman tropik
Bulai, embun berbulu (downy mildew) Bloom' keputih-putihan pada daun dan
batang yang disebabkan oleh koloni
sporangiofor dan sporangia anggota
Peronosporales
Lesion, belur (lesion) Areal tertentu dan terbatas dari jaringan yang
sakit
Lubang gotri (chor hole) Lapisan koloni saprobi yang rapat dari
jamur yang berwama gelap dan dangkal
(seringkali Capnodiales) yang hidup pada
kotoran serangga (seringkali afid atau kutu)
pada permukaan daun dan cabang
Tanda adanya penyakit adalah adanya patogen yang dapat dilihat, misalnya
tubuh buah atau kotoran yang berkaitan dengan penyakit. Beberapa tanda umum
penyakit salah satunya pada jamur adalah:
• Askomata, aservuli, konidiofor, piknidia, struktur tubuh buahjamur kecil
yang menghasilkan konidia
• Basidiokarp, tubuh buah Polyporales atau Agaricales
• Miselium, massa hifa jamur (benang-benang jamur)
• Ooze, cairan lengket yang keluar dari luka atau lubang
• Rizomorf, untaian hifa jamur seperti tali (seringkali berwarna tua).
Pengambilan contoh
Untuk mengamati tingkat kerusakan tanaman karena penyakit tidak mungkin
dilakukan pada semua tanaman atau bagian tanaman yang ada di wilayah
pengamatan atau petak pengamatan. Oleh karena itu, kegiatan pengamatan harus
didahului dengan pekerjaan pengambilan contoh atau sampel yang akan
menentukan kualitas data yang diperoleh dari pengamatan terhadap contoh tersebut.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan contoh untuk
pengamatan penyakit tanaman adalah :
1. Penyakit sering memperlihatkan pengaruh batas (border effect), yaitu
kecedrungan bahwa intensitas penyakit lebih besar atau lebih kecil di bagian tepi
dari petak atau lahan.
2. Pengamat cenderung mengambil contoh yang gejala penyakitnya mencolok.
Guna menghindarinya, dianjurkan menggunakan metode yang sifatnya objektif.
Teknik pengambilan contoh dengan mengambil tanaman contoh pada garis yang
ditarik secara diagonal pada petak contoh.
3. Unit contoh dan ukuran contoh. Unit contoh atau unit sample adalah unit yang
diamati, diukur, atau dihitung untuk memperoleh data yang dikehendaki;
sedangkan ukuran contoh atau ukuran sample adalah jumlah unit sample yang
diambil dalam suatu kegiatan pengamatan.
0 5 0
1 10 10
2 10 20
3 5 15
4 0 0
0 + 10 + 20 + 15 + 0
𝐼𝑃 = × 100% = 37,5%
30 × 4
1. Perangkap YST
Titik Peran
Pengambilan Arthropoda Musuh Serangga
Sampel Hama
Alami Lain
Plot Sawah Diptera (Lalat √
Penggorok Daun)
Diptera (Lalat √
Penggorok Daun)
Diptera (Asilidae) √
Aranae (Laba-Laba) √
Hymenoptera (Parasit √
Telur Penggerek)
Diptera (Lalat) √
Hemiptera (Kepik) √
Hymenoptera (Parasit √
Penggerek Telur)
Plot Jagung Thysanoptera (Thrips √
sp.)
Diptera (Lalat √
Penggorok Daun)
Diptera (Lalat √
Penggorok Daun)
Diptera (Lalat √
Penggorok Daun)
Plot Jeruk Hymenoptera (Parasit √
Penggerek Telur)
Diptera (Lalat √
Penggorok Daun)
Diptera (Lalat √
Penggorok Daun)
Hymenoptera (Parasit √
Penggerek Telur)
2. Perangkap Pitfall
Titik Peran
Pengambila Arthropoda
Musuh Serangga
nSampel Hama
Alami Lain
Plot Sawah Hymenoptera (Semut) √
Hemiptera (Nilaparvata √
Iugens)
Plot Jagung Hymenoptera (Semut) √
Diptera (Lalat √
Penggorok)
Plot Jeruk Thysanoptera (Thrips) √
3. Perangkap Sweepnet
Titik Peran
Pengambilan Arthropoda Musuh Serangga
Sampel Hama
Alami Lain
Plot Sawah Lepidoptera (Agrotis √
ipsilon)
Diptera √
Orthoptera √
(Atractomorpha
crenulata)
Orthoptera (Jangkrik) √
Orthoptera √
Plot Jagung Lepifoptera (Leptcorisa √
oratorius)
Hemiptera (Scirpophaga √
innotata)
Plot Kebun -
Jeruk
Metode
Titik
Patogen Perhitungan
Pengambil Nama Penyakit
Penyebab Intensitas
anSampel
Penyakit Penyakit
Membandingkan
Plot Sawah Bacterial Leaf Blight Xanthomonas sampel dengan
awetan basah di
laboratorium
Plot Jagung Bercak daun pada Membandingkan
jagung sampel dengan
Helminthopsporium
awetan basah di
laboratorium
Plot Membandingkan
sampel dengan
Kebun
Kudis Jeruk Sphacelona fawcetti awetan basah di
Jeruk laboratorium