Disusun Oleh:
I. TUJUAN
Mempelajari indikator tanah sehat baik secara biologi, fisik dan kimia.
Menganalisis macam-macam agroekosistem.
Melakukan pengukuran indikator tanah sehat dan kesuburan tanah secara
cepat dan akurat di lapangan dan di laboratorium.
Mampu melakukan perencanaan manajemen dalam suatu agroekosistem.
Mengambil contoh tanah utuh dalam blok (kotak besi) dengan ukuran
panjang 20 cm, lebar 20 cm dan tinggi 10 cm (lihat Gambar 2). Contoh tanah
dalam blok ditimbang berat basahnya untuk kemudian diambil secukupnya
sebagai sub sampel untuk ditetapkan berat kering oven dan kadar air massanya
(g g-1), selanjutnya diukur berdasarkan volume blok atau kotak besi (Volume
tanah, Vt).
Langkah Kerja
Penetapan berat isi tanah untuk lebih jelas dapat dilihat pada persamaan berikut
:
BI= ( BBsub
BB
)× BKO
Vt
¿
¿
Keterangan:
Keterangan:
d = Diameter ring/blok
p = Tinggi ring/blok
Tb = Massa tanah basah sebelum dioven
To = Massa tanah oven
K = Massa Kaleng
W = Kadar air massa
Ma = Massa air
Mp1 = Massa padatan sub sample
Mp2 = Massa padatan dari berat total
π = 3,14
Cara Merangkai:
- Buka tutup batang skala ,masukan per dan tutup kembali.
- Hubungkan tangkai dan mata jarum pada batang skala dengan cara di ulir.
- Setiap awal pengukuran cicin pada posisi 0.
Cara Kerja :
- Tepatkan telapak tangan pada penutup skala (Gambar 4).
Gambar 4. Tepatkan telapak tangan pada penutup skala
- Saat pengukuran posisi operator berdiri setengah jongkok
- Catatan: Operator diharapkan orang yang sama.
- Tekan perlahan-lahan sampai jarum masuk pada batas tertentu.
- Amati pergeseran cicin skala dan catat angka yang di tunjukan.
Rumus Perhitungan Ketahanan Penetrasi:
Ketahanan Penetrasi = Total gaya (cm)x grafitasi bumi x Kompresi per(N.cm-1) /
Luas ujung jarum (cm2)
Uraian Prosedur
a. 0.5 g contoh tanah halus (0.05 g untuk tanah organik; 2 g untuk tanah-tanah
yang mengandung bahan organik lebih kecil dari 1%) yang melalui ayakan
0.5 mm dimasukkan dalam labu erlenmeyer 500 ml.
b. 10 ml tepat larutan K2Cr2O7 1 N ditambahkan ke dalam erlenmeyer dengan
sebuah pipet
c. 20 ml H2SO4 pk kemudian ditambahkan, labu erlenmeyer digoyang-
goyangkan untuk membuat tanah dapat bereaksi sepenuhnya. Hati-hati, jaga
jangan sampai tanah menempel pada dinding sebelah atas labu sehingga
tidak ikut bereaksi. Biarkan campuran itu berdiam selama 20 – 30 menit.
d. Sebuah blanko (tanpa tanah) dikerjakan dengan cara yang sama
e. Kemudian larutan diencerkan dengan air sebanyak 200 ml dan sesudah itu
ditambahkan 10 ml H3PO4 85% dan 30 tetes penunjuk difenilamina
f. Larutan sekarang dapat dititrasi dengan larutan fero melalui buret.
Perubahan warna dari warna dari hijau gelap pada permulaan, berubah
menjadi biru kotor pada waktu titrasi berlangsung, dan pada titik akhir
warna berubah menjadi hijau terang
g. Apabila lebih dari 8 dan 10 ml K2Cr2O7 terpakai, ulangi dengan
mempergunakan contoh yang lebih sedikit
Pereaksi
a. H3PO4 85%
b. H2SO4 pekat (diatas 96%)
c. K2Cr2O7 1 N 49.04 g tepat K2Cr2O7 dilarutkan ke dalam H2O dan
diencerkan hingga 1 liter.
d. Penunjuk difenilamina ± 0.5 g difenilamina p.a dilarutkan dalam 20 ml
H2O dan 100 ml H2SO4 pekat.
e. Larutan fero 0.5 N
196.1 g Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O dilarutkan dalam 800 ml H2O yang
mengandung 20 ml H2SO4 pk dan diencerkan hingga 1 liter. Dapat
digunakan sebagai ganti reagent, 5a suatu reagent yang digunakan oleh
Walkey sebagai berikut.
f. FeSO4 7 H2O 1N
278.0 g FeSO4 7 H2O dilarutkan ke dalam H2O yang mengandung 15 ml
H2SO4 pekat kemudian diencerkan hingga 1 liter.
Perhitungan :
100
%Bahan Organik= ×%C Organik
58
Pengolahan data
Hitung total berat kering tumbuhan bawah per kuadran dengan rumus sebagai
berikut:
BKsubcontoh ( g )
Total BK ( g )= ×Total BB (g)
BBsubcontoh ( g )
Dimana, BK = berat kering dan BB = berat basah
7. Menilai Ketebalan Seresah
Amati dan klasifikasikan ketebalan seresah permukaan yang ada dengan
jalan ambil 3 titik pengukuran dalam sub-plot (200 m2), tekan permukaan seresah
dengan tangan, dan tancapkan penggaris dan ukurlah ketebalan lapisan seresah
yang ada (cm).
Kegiatan praktikum diawali dengan membuat petak atau plot dan
membatasinya (bisa menggunakan raffia 20 m x 20 m atau menggunakan batas
alami petak lahan (prinsipnya diketahui luasnya). Petak tersebut dipakai untuk
semua pengukuran komponen indikator tanah seperti berat basah dan berat
kering seresah, pengamatan casting, dan pengambilan contoh tanah untuk analisa
C-Organik tanah. Sedangkan pengambilan contoh tanah untuk pengukuran bobot
isi dan porositas tanah dapat dilakukan di luar petak contoh.
6. Larutan dititrasi dengan larutan feromell buret. Perubahan dari warna hijau
gelap pada permukaan,lalu menjadi biru tua pada waktu titrasi berlangsung,
pada titik akhir warna berubah menjadi hijau terang.
ml blanko−ml sampel × 3 100+%KA
7. Perhitungan % C-Organik ×
ml blanko× 0,5 100
1
Sawah
(Padi)
2
1
Tegalan
(Jagung)
2
1
Tumpang
sari (Lahan
Jeruk dan 2
Cabai)
DAFTAR PUSTAKA
Hairiah, K., Sulistyani, H., Suprayogo, D., Widianto, Purnomosidhi, P., Widodo,
R. H., and Van Noordwijk, M. 2006. Litter layer residence time in forest
and coffee agroforestry systems in Sumberjaya, West Lampung.
Forest Ecology and Management, 224: 45-57.
Hairiah K and Rahayu S. 2007. Petunjuk praktis Pengukuran karbon
tersimpan di berbagai macam penggunaan lahan. World Agroforestry
Centre, ICRAF Southeast Asia. ISBN 979-3198-35-4. 77p
Jongmans, A. G., Pulleman, M. M., Balabane, M., Van Oort, F., Marinissen, J. C.
Y. 2003. Soil structure and characteristics of organic matter in two
orchards differing in earthworm activity. Applied Soil Ecology, 24:
219-232.
Karama, A.S., A.R. Marzuki dan I. Marwan. 1994. Penggunaan Pupuk Organik
Pada Tanaman Pangan. Simposium Hortikultura Nasional.
Van Noordwijk, M, Lusiana, B. dan Khasanah, N., 2004. WaNuLCAS 3.01.
Background on a model of Water Nutrient and Light Capture in
Agroforestry System. ICRAF, Bogor.246 p.
Widianto, Suprayogo D., Noveras H., Widodo R.H., Purnomosidhi P., Noordwijk
v.M., 2004. Alih Guna Hutan Menjadi Lahan Pertanian:Apakah
Fungsi Hidrologis Hutan Dapat Digantikan Sistem Kopi
Monokultur?. Agrivita Vol.26 No.1. Maret 2004. ISSN:0126- 0537.
LAMPIRAN
DAFTAR ASISTEN KELAS MAES TANAH / GENAP 2022
Gambar 2. Contoh Pengamatan Gulma pada lahan jagung dimana Persegi Merah
adalah Petak Frame pengamatan.
LER (Land Equivalent Ratio) atau NKL (Nisbah Kesetaraan Lahan)
Multiple cropping merupakan salah satu bentuk dari program intensifikasi
pertanian alternatif yang tepat untuk memperoleh hasil pertanian yang optimal.
Keuntungan pola tanam Multiple cropping selain diperoleh frekuensi panen lebih
dari satu kali dalam setahun, juga berfungsi untuk menjaga kesuburan tanah. Pola
tanam Multiple cropping dalam implementasinya harus dipilih dua atau lebih
tanaman yang cocok sehingga mampu memanfaatkan ruang dan waktu seefisien
mungkin serta dapat menurunkan pengaruh kompetitif sekecil-kecilnya. Tingkat
produktivitas tanaman Multiple cropping diketahui dapat meningkatkan
produktivitas tanaman dengan keuntungan panen yang lebih tinggi yakni antara 20
- 60% dibandingkan pola tanam monokultur. Untuk mengevaluasi keuntungan
atau kerugian yang ditimbulkan dari pola tanam polikultur dengan monokultur
dapat dihitung dari LER (Land Equivalent Ratio) atau Nilai Kesetaraan Lahan
(NKL). Nilai NKL ini menggambarkan suatu areal yang dibutuhkan untuk total
produksi monokultur yang setara dengan satu ha produksi Multiple cropping.
Multiple cropping tanaman pangan di lahan tanaman tahunan yang belum
menghasilkan perlu dipertimbangkan sebagai alternatif pengembangan tanaman
pangan. Sistem tanam Multiple cropping merupakan bagian integral darikegiatan
ekstensifikasi dan intensifikasi yang bertujuan untuk melipat gandakan hasil
pangan, dan memecahkan masalah kerusakan sumber daya alam atau
memperbaiki lingkungan hidup. Multiple cropping atau sistem tanam ganda
merupakan usaha petanian untuk mendapatkan hasil panen lebih dari satu kali dari
satu jenis atau beberapa jenis tanaman pada sebidang tanah yang sama dalam satu
tahun. Ada beberapa jenis sistem multiple cropping, seperti mixed cropping, relay
planting, intercropping dan lain-lain. Intercropping (tumpangsari) merupakan
salah satu jenis multiple cropping yang paling umum dan sering dilakukan oleh
petani di Indonesia. Biasanya pada system tumpangsari, hasil dari masing-masing
jenis tanaman akan berkurang apabila dibandingkan dengan system monokultur,
tetapi hasil secara keseluruhan lebih tinggi.
Multiple cropping merupakan sistem budidaya tanaman yang dapat
meningkatkan produksi lahan. Peningkatan ini dapat diukur dengan besaran yaitu
LER (Land Equivalent Ratio) atau NKL (Nisbah Kesetaraan Lahan). Sebagai
contoh nilai NKL atau LER = 1,8; artinya bahwa untuk mendapatkan hasil atau
produksi yang sama dengan 1 hektar diperlukan 1,8 hektar pertanaman secara
monokultur. Dengan nilai tersebut berarti lahan multiple cropping mampu
meningkatkan produktivitas hingga 80% secara keseluruhan apabila dibandingkan
dengan sistem tanam monokultur.
RUMUS:
HA 1 HB 1
NKL= +
HA 2 HB 2
HA1 = Hasil jenis tanaman A yang ditanam secara tumpangsari
HB1 = Hasil jenis tanaman B yang ditanam secara tumpang sari
HA2 = Hasil jenis tanaman A yang ditanam secara monokultur
HB2 = Hasil jenis tanaman B yang ditanam secara monokultur
Contoh soal
Komoditas: Tanaman Kacang Panjang dan Tomat
1.1 Multiple Cropping
Jenis tanaman Luas Lahan Dalam kg
Kacang Panjang 60 kg
200 m2
Tomat 150 kg
1.2 Monokultur
Jenis tanaman Luas Lahan Dalam kg
Kacang Panjang 200 m2 60 kg
Tomat 200 m2 150 kg
Jadi LER/NKL
HA1 = 60
HB1 = 150
HA2 = 80
HB2 =220
HA 1 HB 1
NKL= +
HA 2 HB 2
60 150
NKL= + =0,75+0,68=1,43
80 220
Nilai LER/NKL dari 1,43 menunjukkan bahwa 43 persen hasil keuntungan
diperoleh ketika ditanam sebagai tumpang sari dibandingkan bila sebagai
ditanam monokultur. Dengan kata lain tanaman harus ditanam pada luasan lahan
1,43 ha dengan system monokultur untuk mendapatkan tingkat hasil yang sama
seperti yang diperoleh dari luasan lahan 1 ha dengan system tanaman tumpang
sari.
FORM PENGAMATAN FAKTOR ABIOTIK
Lokasi Pengamatan:
TUJUAN PRAKTIKUM
a. Untuk mengeksplorasi dan mengidentifikasi keanekaragaman Arthropoda pada
agroekosistem
b. Untuk mengetahui peran masing-masing Arthropoda pada agroekosistem
c. Untuk mengeksplorasi dan mengidentifikasi keanekaragaman penyakit pada
tanaman pangan dan hortikultura pada agroekosistem
d. Untuk merencanakan agroekosistem yang baik secara teoritis
I. PENGAMATAN HAMA
Faktor Biotik
Faktor biotik merupakan penyakit tanaman yang disebabkan oleh suatu
organisme infeksius bukan binatang, sehingga dapat ditularkan dari satu tanaman
ke tanaman lainnya. Organisme yang dapat menyebabkan suatu penyakit tanaman
disebut patogen tanaman. Patogen tanaman meliputi organisme-organisme sebagai
berikut :
1. Jamur/Cendawan/Fungi
Jamur adalah salah satu organisme penyebab penyakit yang menyerang
semua bagian tumbuhan, mulai dari akar, batang, ranting, daun, bunga, hingga
buahnya. Penyebaran jenis penyakit ini dapat disebabkan oleh air, serangga, atau
sentuhan tangan. Jamur merupakan mikroorganisme bermembran (eukariotik),
tidak mempunyai klorofil, berkembangbiak secara seksual dan atau aseksual
dengan membentuk spora, tubuh vegetatif (somatik) berupa sel tunggal atau
berupa benang-benang halus (hifa, miselium) yang biasanya bercabang- cabang,
dinding selnya terdiri dari sellulose dan atau khitin bersama-sama dengan
molekul-molekul organik kompleks lainnya. Jamur dibedakan berdasarkan ada
tidaknya sekat pada hifa dan cara perkembangbiakannya, sehingga jamur
dibedakan menjadi empat kelompok kelas, yaitu : Phycomycetes, Ascomycetes,
Basidiomycetes, dan Deuteromycetes.
Penyakit ini menyebabkan bagian tumbuhan yang terserang, misalnya buah,
akan menjadi busuk. Jika menyerang bagian ranting dan permukaan daun, akan
menyebabkan bercak- bercak kecokelatan. Dari bercak – bercak tersebut akan
keluar warna putih atau oranye yang dapat meluas ke seluruh permukaan
ranting atau daun sehingga pada akhirnya kering dan rontok.
Contoh penyakit yang disebabkan oleh jamur adalah sebagai berikut :
a) Penyakit pada padi.
Penyakit pada ruas batang dan butir padi disebabkan oleh jamur
Pyricularia oryzae. Ruas – ruas batang menjadi mudah patah dan tanaman padi
akhirnya mati. Selain itu, terdapat pula penyakit yang menyebabkan daun pedi
menguning. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Magnaporthegrisea.
b) Penyakit embun tepung.
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Peronospora parasitica. Jamur ini
kadang- kadang menyerang biji yang sedang berkecambah sehingga biji menjadi
keropos dan akhirnya mati. Jamur ini menyerang daun pertama pada kecambah
sehingga tumbuhan menjadi kerdil. Tumbuhan kerdil dapat tumbuh terus tapi
pada daun - daunnya terdapat bercak – bercak hitam. Untuk memberantas jamur
ini dilakukan pengendalian secara kimia, yaitu dengan pemberian fungsida pada
tanaman yang terserang jamur.
2. Bakteri
Bakteri patogen dapat membusukkan daun, batang, dan akar tumbuhan.
Bagian tumbuh tumbuhan yang diserang bakteri akan mengeluarkan lendir keruh,
baunya sangat menusuk, dan lengket jika disentuh. Setelah membusuk, lama-
kelamaan tumbuhan akan mati. Tumbuhan yang diserang bakteri dapat diatasi
dengan menggunakan bakterisida.
Bakteri merupakan mikroorganisme prokariotik bersel tunggal. Terdapat
kurang lebih 200 jenis bakteri yang dapat menyebabkan penyakit tanaman.
Berbagai jenis bakteri yang terutama berbentuk batang, hanya terdiri dari enam
genus (marga), yaitu :
• Agrobacterium famili Rhizobiaceae gram negatif
• Corynebacterium famili Corynebacteriaceae gram positif
• Erwinia famili Enterobacteriaceae gram negatif
• Pseudomonas famili Pseudomonadaceae gram negatif
• Streptomyces dari famili gram positif
• Xanthomonas famili Pseudomonadaceae gram negative
Contoh penyakit yang disebabkan oleh bakteri adalah penyakit yang
menyerang pembuluh tapis batang jeruk (citrus vein phloem degeneration atau
CVPD). CVPD disebabken oleh bakteri Serratia marcescens. Gejalanya adalah
kuncup daun menjadi kecil dan berwarna kuning, buah menjadi kuning, sehingga
lama- kelamaan akan mati. Penyakit CVPD yang belum parah dapat disembuhkan
dengan terramycin, yang merupakan sejenis antibiotik.
3. Virus
Virus merupakan kesatuan ultramikroskopik yang hanya mengandung satu
atau dua bentuk asam nukleat yang dibungkus oleh senyawa protein kompleks.
Asam nukleat dan protein disintesis oleh sel inang yang sesuai dengan
memanfaatkan mekanisme sintesis dari sel-sel inang untuk menghasilkan
substansi viral (asam nukleat dan protein).
Contoh penyakit yang disebabkan oleh virus antara lain penyakit daun
tembakau yang berbercak – bercak putis. Penyakit ini disebabkan oleh virus TMV
(tabacco mosaic virus) yang menyerang permukaan atas daun tembakau. Virus
juga dapat menyerang jeruk. Penularan melalui perantara serangga.
4. Nematoda
Nematoda berbentuk cacing tetapi dalam taksonomi bukan merupakan
cacing (Vermes), berukuran sangat kecil, panjangnya berkisar antara 300-1.000
μm, meskipun beberapa jenis mempunyai panjang sampai 4 mm. Secara umum
nematoda berbentuk seperti belut, tubuh tidak bersegmen, simetris bilateral,
transparan, tidak mempunyai rongga tubuh (pseudocelumate), tubuh dilapisi
lapisan kutikula yang lembut sehingga memudahkan bergerak, dan tidak berkaki
maupun anggota tubuh lain.
Gejala dan Tanda Penyakit Biotik
Spesimen tanaman berpenyakit dapat dikenal dari gejala-gejala dan tanda-
tanda yang khusus. Gejala adalah perubahan penampilan tanaman atau bagian-
bagiannya yang dapat dilihat, yang muncul karena suatu penyakit (Tabel 2).
Gejala dapat merupakan akibat dari gangguan terhadap kemampuan tanaman
untuk melakukan fotosintesis secara efisien, berkembang-biak, menyerap air, atau
mengangkut zat-zat hara.
Gejala Uraian
Embun hitam (black mildew) Koloni jamur parasit (Meliolales) yang hitam
dan rapat, biasanya di permukaan daun
tanaman tropik
Bulai, embun berbulu (downy mildew) Bloom' keputih-putihan pada daun dan
batang yang disebabkan oleh koloni
sporangiofor dan sporangia anggota
Peronosporales
Lesion, belur (lesion) Areal tertentu dan terbatas dari jaringan yang
sakit
Lubang gotri (chor hole) Lapisan koloni saprobi yang rapat dari
jamur yang berwama gelap dan dangkal
(seringkali Capnodiales) yang hidup pada
kotoran serangga (seringkali afid atau kutu)
pada permukaan daun dan cabang
Tanda adanya penyakit adalah adanya patogen yang dapat dilihat, misalnya
tubuh buah atau kotoran yang berkaitan dengan penyakit. Beberapa tanda umum
penyakit salah satunya pada jamur adalah:
• Askomata, aservuli, konidiofor, piknidia, struktur tubuh buah jamur kecil
yang menghasilkan konidia
• Basidiokarp, tubuh buah Polyporales atau Agaricales
• Miselium, massa hifa jamur (benang-benang jamur)
• Ooze, cairan lengket yang keluar dari luka atau lubang
• Rizomorf, untaian hifa jamur seperti tali (seringkali berwarna tua).
a
IP= ×100 %
a+b
Keterangan
IP : Intensitas Penyakit
a : Jumlah tanaman atau bagian tanaman yang sakit
b : Jumlah tanaman atau bagian tanaman yang sehat
Metode ini digunakan untuk :
a. Penyakit yang dapat menyebabkan tanaman mati secara menyeluruh,
misalnya penyakit layu dan damping off pada berbagai tanaman.
b. Penyakit yang walaupun tidak mengakibatkan tanaman mati secara
menyaluruh, dapat mengakibatkan tanaman kehilangan hasil yang setara
dengan terjadinya kematian tanaman secara menyeluruh. Misalnya
penyakit-penyakit yang disebabkan oleh virus.
c. Penyakit yang walaupun tidak menyebabkan kematian tanaman, dapat
mengakibatkan kehilangan hasil secara total. Misalnya penyakit gosong
bengkak (Ustilago maydis) pada jagung dan penyakit neck blas (Pyricularia
oryzae) pada padi.
2. Skala Deskriptif (Skor Penyakit)
Skala deskriptif adalah angka yang menggambarkan tingkat kerusakan
tanaman atau bagian tanaman oleh penyakit. Skala ini diperoleh dengan membagi
gejala penyakit dalam beberapa kategori atau kelas, dari mulai bebas penyakit
sampai penuh dengan penyakit. Dalam praktek pekerjaan ini dikenal dengan
pemberian skor penyakit (skoring penyakit pada tabel 3)
I=
∑ (n . v) × 100 %
Z .N
Keterangan :
I = Intensitas Serangan
n = jumlah daun dari tiap katagori serangan
v = nilai skala tiap katagori serangan
Z = nilai skala dari katagori serangan tertinggi
N = jumlah daun yang diamati
Pengambilan contoh
Untuk mengamati tingkat kerusakan tanaman karena penyakit tidak
mungkin dilakukan pada semua tanaman atau bagian tanaman yang ada di
wilayah pengamatan atau petak pengamatan. Oleh karena itu, kegiatan
pengamatan harus didahului dengan pekerjaan pengambilan contoh atau sampel
yang akan menentukan kualitas data yang diperoleh dari pengamatan terhadap
contoh tersebut.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan contoh untuk
pengamatan penyakit tanaman adalah :
1. Penyakit sering memperlihatkan pengaruh batas (border effect), yaitu
kecedrungan bahwa intensitas penyakit lebih besar atau lebih kecil di bagian
tepi dari petak atau lahan.
2. Pengamat cenderung mengambil contoh yang gejala penyakitnya mencolok.
Guna menghindarinya, dianjurkan menggunakan metode yang sifatnya
objektif. Teknik pengambilan contoh dengan mengambil tanaman contoh pada
garis yang ditarik secara diagonal pada petak contoh.
3. Unit contoh dan ukuran contoh. Unit contoh atau unit sample adalah unit yang
diamati, diukur, atau dihitung untuk memperoleh data yang dikehendaki;
sedangkan ukuran contoh atau ukuran sample adalah jumlah unit sample yang
diambil dalam suatu kegiatan pengamatan.
( Nn ..vZ ) ×100 %
4
IP=∑
i=0
0 5 0
1 10 10
2 10 20
3 5 15
4 0 0
0+10+20+15+0
IP= ×100 %=37,5 %
30 × 4
∑ ❑ Daun
No.
Nama
Gejala
∑ ❑ Daun yang Intensitas
dalam satu
Penyakit terserang penyakit Serangan
tanaman
HASIL PENGAMATAN ARTHROPODA DALAM FIELDTRIP
1. Perangkap YST
Titik Peran
Pengambilan Arthropoda Musuh Serangga
Sampel Hama
Alami Lain
Plot Sawah Diptera (Lalat
√
Penggorok Daun)
Diptera (Lalat
√
Penggorok Daun)
Diptera (Asilidae) √
Aranae (Laba-laba) √
Hymenoptera (Parasit
√
Telur Penggerek)
Diptera (Lalat) √
Hemiptera (Kepik) √
Hymenoptera (Parasit
√
Penggerek Telur)
Plot Jagung Thysanoptera (Thrips
√
sp)
Diptera (Lalat
√
Penggorok Daun)
Diptera (Lalat
√
Penggorok Daun)
Diptera (Lalat
√
Penggorok Daun)
Plot Jeruk Hymenoptera (Parasit
√
Penggerek Telur)
Diptera (Lalat
√
Penggorok Daun)
Diptera (Lalat
√
Penggorok Daun)
Hymenoptera (Parasit
√
Penggerek Telur)
2. Perangkap Pitfall
Peran
Titik Arthropoda Musuh Serangga
Hama
Pengambilan Alami Lain
Sampel
Plot Sawah Hymenoptera (Semut) √
Hemiptera
√
(Nilaparvata lugens)
Plot Jagung Hymenoptera (Semut) √
Diptera (Lalat
√
Penggorok)
Plot Jeruk Thysanoptera
√
(Thrips)
3. Perangkap Sweepnet
Titik Peran
Pengambilan Arthropoda Musuh Serangga
Sampel Hama
Alami Lain
Plot Sawah Lepidoptera (Agrotis
√
ipsilon)
Diptera √
Orthoptera
(Atractomorpha √
crenulata)
Orthoptera (Jangkrik) √
Orthoptera √
Hemiptera (Leptcorisa
√
oratorius)
Plot Jagung Lepidoptera
√
(Scirpophaga innotata)
Plot Kebun
Jeruk
Metode
Titik
Perhitungan
Pengambilan Nama Penyakit Patogen Penyebab
Intensitas
Sampel Penyakit
Penyakit
Plot Sawah Bacterial Leaf Blight Xanthomonas
Membandingka
n sampel
dengan awetan
basah di
laboratorium
Plot Jagung Bercak daun pada Helminthopsporium
Membandingka
jagung
n sampel
dengan awetan
basah di
laboratorium
Plot Kudis jeruk Sphacelona fawcetti Membandingka
n sampel
Kebun
dengan awetan
Jeruk basah di
laboratorium