Latar belakang
Tanah merupakan suatu sistem yang tersusun atas komponen biotik dan
abiotik yang membentuk suatu ekosistem. Lingkungan tanah merupakan
lingkungan yang terdiri dari gabungan antara lingkungan abiotik dan lingkungan
biotik. Gabungan dari kedua lingkungan ini menghasilkan suatu wilayah yang dapat
dijadikan sebagai tempat tinggal bagi beberapa jenis makhluk hidup Ekosistem
tanah terdiri dari berbagai mikroorganisme dan fauna tanah. Aktivitas organisme
tanah sangat bergantung pada ekosistem tanah tersebut. Organisme tanah berperan
dalam proses dekomposisi bahan organik, distribusi dan pencampuran bahan
organik serta menjadi musuh bagi patogen yang menyerang tanaman. Sedangkan
tanaman berperan menyuplai bahan organik ke dalam tanah baik melalui produksi
serasah maupun eksudat akar. Berdasarkan fungsinya organisme tanah digolongkan
menjadi yang bertanggung jawab terhadap dekomposisi bahan organik, yang
mempengaruhi agregasi dan pembentukan tanah dan yeng bertanggung jawab
mengendalikan patogen. Peranan keragaman fungsional sangat dipengaruhi oleh
kondisi iklim, kondisi tanah, kondisi vegetasi dan pola penggunaan lahan.
Untuk mendapatkan contoh tanah yang dapat dianalisis di laboratorium
dilakukan pengambilan contoh tanah. Salah satu metode pengambilan contoh tanah
yaitu dengan metode komposit. Metode pengambilan contoh tanah secara komposit
bisa digunakan untuk menentukan kadar air kering udara maupun kadar air
kapasitas lapang. Metode pengambilan contoh tanah, metode komposit juga bisa
dijadikan cara untuk melihat organisme tanah yang ada di dalam tanah tersebut.
Jumlah populasi mikroorganisme tanah mempengaruhi bagaimana tingkat
kesuburan tanah maupun sifat fisik, kima dan biologi tanah lainnya. Maka dari itu,
perlu dilakukan perhitungan jumlah total mikroorganisme tanah. Metode yang
digunakan adalah metode cawan hitung dan metode MPN yang dilakukan dengan
menduga populasi mikrob tanpa menghitung jumlah sel atau koloni.
Kesuburan tanah dapat ditentukan oleh banyaknya mikroorganisme di
tanah, seperti bakteri, fungi, nitrosomonas dan ganggang tanah. Namun, melihat
dan mengamati bakteri dan fungi dalam keadaan masih hidup masih sangat sulit
1
dilakukan, karena selain memiliki ukuran sangat kecil mikroorganisme ini juga
tidak berwarna maka dilakukan teknik perwarnaan Gram. Pewarnaan Gram
membedakan bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni bakteri Gram positif dan
bakteri Gram negatif. Pengamatan morfologi sangat penting untuk dapat
mengidentifikasi dan determinasi, karena pengamatan morfologi ini lebih penting
daripada pengamatan fisiologis. Nitrosomonas sp berperan dalam proses nitrifikasi.
Algae juga memiliki peran yang penting bagi kesuburan tanah, yakni menghasilkan
sumber makanan dan O2 bagi mikroorganisme tanah yang lain. Karena peranan
Nitrosomonas dan algae yang begitu penting, maka perlu dilakukan penetapan
populasi Nitrosomonas dan algae dalam tanah.
Selain jumlah organisme tanah yang digunakan sebagai indikator kesuburan
tanah, tingkat aktivitas organisme juga digunakan sebagai indikator kesuburan
tanah. Penentuan tingkat aktivitas organisme tanah ditetapkan melalui pengukuran
respirasi tanah. Penetapan respirasi tanah adalah berdasarkan penetapan jumlah
CO2 yang dihasilkan oleh mikroorganisme tanah, dan jumlah O2 yang digunakan
oleh mikroorganisme tanah. Walaupun metode lain dapat digunakan untuk
menentukan aktivitas organisme tanah secara kuantitatif, namun pengukuran
evolusi CO2 atau jumlah O2 yang digunakan umumnya lebih disukai, cepat dan
tepat.
Fauna tanah secara garis besar dibedakan menjadi 3 jenis, yakni
mikrofauna, mesofauna dan makrofauna. Pembagian jenis ini berdasarkan ukuran
tubuh fauna tanah tersebut. Fauna tanah memiliki peran penting dalam proses
ekologis yang terjadi di dalam tanah, seperti dekomposisi, siklus unsur hara, dan
agregasi tanah. Kehidupan fauna tanah dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang
merupakan tempat hidupnya. Faktor yang mempengaruhi diantaranya, pH tanah,
kelembaban udara, temperatut udara, temperatur tanah, kelembaban tanah, dan
intensitas cahaya.
Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang dibangun, praktikum ini memiliki beberapa tujuan
yaitu:
2
1. Mengambil contoh tanah, menetapkan KAKU (kadar air kering udara) dan
KAKL (kadar air kapasitas lapang) dan mengamati biodiversitas tanah di
lapang pada tanah kebun, tanah rumput, dan tanah sampah.
2. Menghitung jumlah koloni dan menetapkan populasi mikroba tanah dengan
metode cawan hitung.
3. Mengamati morfologi sel bakteri dan fungi dengan metode pewarnaan.
4. Mengetahui populasi bakteri Nitrosomonas sp dan populasi ganggang tanah
dengan metode MPN.
5. Menetapkan pengukuran respirasi tanah untuk menentukan tingkat aktivitas
mikroorganisme tanah.
6. Menetapkan jumlah fauna tanah, keragaman fauna tanah dan pengelompokkan
serta identifikasi fauna tanah.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Air tanah merupakan salah satu sifat fisik yang berpengaruh langsung
terhadap pertumbuhan tanaman dan aspek-aspek kehidupan manusia lainnya.
Penetapan kadar air tanah dapat dilakukan secara langsung melalui pengukuran
perbedaan berat tanah (metode gravimetri) dan secara tidakk langsung melalui
pengukuran sifat-sifat lain yang berhubungann erat dengan air tanah (Hermawan
2011). Kadar air kapasitas lapang merupakan air yang dapat ditahan oleh tanah
setelah air gravitasi seluruhnya turun. Tanah mengandung air yang optimum bagi
tanaman pada saat kapasitas lapang, karena pori makro berisi udara sedangkan pori
mikro seluruhnya berisi air (Gusdi et al. 2014).
Tanah merupakan suatu bagian dari ekosistem terestrial yang didalamnya
dihuni oleh banyak organisme yang disebut sebagai biodiversitas tanah.
Biodiversitas tanah berperan dalam mempertahankan sekaligus meningkatkan
fungsi tanah untuk menopang kehidupan didalam dan diatasnya. Makrofauna tanah
mempunyai peran yang sangat beragam didalam habitatnya, pada ekosistem binaan
keberadaannya dapat bersifat positif atau menguntungkan maupun negatif atau
merugikan bagi sistem budidaya. Makrofauna tanah berperan menjaga kesuburan
tanah melalui perombakan bahan organik, distribusi hara, peningkatan aerasi tanah,
tetapi disisi lain juga dapat berperan sebagai hama berbagai jenis tanaman budidaya
(Marsandi et al. 2017).
Fauna tanah memerlukan persyaratan tertentu untuk menjamin
kelangsungan hidupnya. Struktur dan komposisi makrofauna tanah sangat
bergantung pada kondisi lingkungannya. Faktor lingkungann yang dapat
mempengaruhi aktivitas organisme tanah yaitu iklim (curah hujan dan suhu), tanah
(kemasaman, kelembaban, suhu tanah, dan hara) dan vegetasi (hutan, padang
rumput) serta cahaya matahari (Makalew 2011). Wallwork (1970)
mengelompokkan fauna tanah berdasarkan ukuran tubuhnya terdiri atas
makrofauna, mesofauna, dan mikrofauna. Makrofauna tanah berperan dalam
perombakan materi tumbuhan dan hewan yang mati, pengangkatan materi organik
dari permukaan ke dalam tanah, perbaikan struktur tanah dan proses pembentukan
tanah. Dengan demikian, makrofauna tanah berperan aktif untuk menjaga
kesuburan tanah atau kesehatan tanah (Rosmarkam 2009).
4
menjaga fungsi tanah dan mengendalikan produktifitasnya karena sebagai kunci
dalam pembentukan struktur tanah, dekomposisi bahan organik, mengubah zat
racun siklus C, N, P, dan S (Andriyani 2008). Bakteri merupakan kelompok
mikroba dalam tanah yang paling dominan, mencapai separuh dari biomassa
mikroba dalam tanah. Banyak jenis bakteri yang berbeda dapat di temukan di dalam
tanah, masing-masing mempunyai peranan tertentu dalam lingkungan tanah. salah
satu manfaat utama bakteri adalah menyediakan nutrisi tanaman. Beberapa bakteri
melepaskan nitrogen, belerang, fosfor, dan trace element dari material organik
(Venata et al. 2013).
Beberapa bakteri mempengaruhi pergerakan air melalui kemampuannya
menghasilkan substansi yang dapat membuat ikatan dengan partikel tanah menjadi
agregat kecil yang meningkatkan infiltrasi air dan kapasitas menahan air. Beberapa
bakteri mampu mengubah energi dari bahan organik menjadi bentuk yang lebih
berguna untuk tanaman dan penting untuk menjaga kehilangan hara seperti nitrogen
dari zona peralatan (Palczar et al. 2009). Fungi di dalam tanah hadir dalam berbagai
jenis, ukuran, dan bentuk yang berbeda. Beberapa spesies muncul sebagai benang-
benang dan membentuk seperti koloni, seperti yang lain adalah satu sel. beberapa
fungi menghasilkan antibiotik, termasuk penisilin. Fungi umum di juampai di
permukaan tanah yang dapat di jelaskan berdasarkan ketersediaan bahan organik
dan rasio antara oksigen dan karbondioksida dalam tanah pada keberadaan berbeda-
beda (Widyati 2008). Populasi bakteri pada tanah top soil adalah >109 sel/gram
tanah dan sebagian besar tidak dapat di kukturkan (Prihastuti 2011).
5
tahapan penting dalam langkah awal identifikasi. Pewarnaan ini didasarkan pada
tebal atau tipisnya lapisan peptidoglikan di dinding sel dan banyak sedikitnya
lapisan lemak pada membran sel bakteri. Jenis bakteri berdasarkan pewarnaan gram
dibagi menjadi dua yaitu gram positif dan gram negatif. Bakteri gram positif
memiliki dinding sel yang tebal dan membran sel selapis. Sedangkan baktri gram
negatif mempunyai dinding sel tipis yang berada di antara dua lapis membran sel
(Ramadhan et al. 2010).
Bakteri gram negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna
metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan
mempertahankan warna ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara
bakteri gram negatif tidak. Bakteri gram positif adalah bakteri yang
mempertahankan zat warna metil ungu sewaktu proses pewarnaan Gram. Bakteri
jenis ini akan berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop, sedangkan bakteri gram
negative akan berwarna merah muda. Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis
bakteri ini terutama didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel bakteri
(Pujiyanto et al. 2008).
Zat pewarna adalah garam yang terdiri dari ion positif dan ion negatif, salah
satu diantaranya berwarna. Zat warna yang bersifat basa, warna terdapat pada ion
positif dan pada pewarna asam, warba akan terdapat pada ion negatif. Hubungan
antara bakteri dengan zat pewarna basa yang menonjol disebabkan terutama oleh
adanya asam nukleat dalam jumlah besar dalam protoplasma sel. Muatan negatif
dalam asam nukleat bakteri akan bereaksi dengan ion positif zat pewarna basa
kristalviolet, safranin, dan metilenblue. Sebaliknya, zat pewarna asam ditolak oleh
muatan negatif bakteri menyeluruh. Jadi, mewarnai bakteri dengan zat pewarna
asam akan menghasilkan hanya pewarnaan pada daerah latar belakang saja, karena
sel bakteri tak berwarna diatas latar belakang yang berwarna (Purwani et al. 2009).
Fungi adalah mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk hifa sel tunggal
eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulosa, bereproduksi seksual atau
aseksual. Dalam dunia kehidupan, fungi merupakan kingdom tersendiri karena cara
mendapatkan makanannya berbeda dengan organisme eukariotik lainnya yaitu
melalui absorbsi (Gandjar 2006). Tubuh jamur atau fungi tergantung pada jenisnya,
tersusun atas kom[ponen dasar yang berbentuk hifa. Hifa merupakan jaringan
misellium. Bentuk hifa menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk
pipa. Dindinf ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma (Dwidjoseputro
2005).
Penentuan Populasi Nitrosomonas dan Algae Menggunakan Metode MPN
(ardi)
6
Tanah memiliki keragaman mikroorganisme yang kompleks, meliputi
mikrofauna, mesofauna, makrofauna, dan mikroflora. Populasi dari mikrob dalam
tanah tidak terpisah dari campuran berbagai macam sel. Populasi mikrob di alam
sangat besar dan kompleks (Ed-har 2013). Nitrosomonas dan algae merupakan
contoh dari mikrob tanah. Nitrosomonas merupakan bakteri aerob yang
membutuhkan oksigen untuk prose nitrifikasi. Nitrosomonas mampu mengubah
amonium menjadi nitrit. Pada prosesnya, NH4 melepaskan H + sehingga larutan
menjadi asam (pH menurun) (Mawaddah et al. 2016). Algae merupakan organism
fotoautotrof yang tidak memiliki organ dengan perbedaan yang nyata. Algae tanah
meimiliki peranan dalam menstabilkan dan memperbaiki sifat-sifat tanah (Karmana
et al. 2011). Alga mampu mengabsorbsi nutrisi dari lingkungan sekitarnya dan
berfotosintesis dengan bantuan sinar matahari untuk menghasilkan oksigen.
Oksigen yang dihasilkan dari proses fotosintesis dapat digunakan oleh
mikroorganisme untuk mengoksidasi bahan organic menjadi sel-sel baru,
sedangkan CO2 yang dihasilkan oleh mikroorganisme diginakan oleh alga sebagai
sumber karbon (Ali 2013).
Metode most probable number (MPN) merupakan metode enumerasi
mikroorganisme yang datanya didapat dari hasil pertumbuhan mikroorganisme
pada medium cair spesifikdalam tabung yang ditanam dari sampel padat atau cair
yang ditanam berdasarkan jumlah sampel atau diencerkan menurut tingkat seri
tabungnya, sehingga didapatkan perkiraan jumlah mikroorganisme yang diuji
dalam nilai MPN / satuan volume / massa sampel (Hildebrant and Schott 2011).
Perhitungan MPN berdasarkan pada jumlah tabung reaksi positif yang dpat dilihat
dengan mengamati timbilnya perubahan warna maupun terbentuknya suatu cincin
(pelikel). Jumlah tabung yang digunakan lebih banyak menunjukkan ketelitian
lebih tinggi (Sarah et al. 2014). Prinsip utama dari metode MPN ini adalah
mengencerkan sampel sampai tingkat tertentu sehingga didapatkan konsentrasi
mikroorganisme yang sesuai dan jika ditanam dalam tabung menghasilkan
frekuensi pertumbuhan tabung positif (Kajikawa et al. 2009).
Jumlah dari mikrob tersebut sangat banyak jumlahnya dan sangat kompleks.
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui populasi nitrosomonas dan algae dalam
tanah. Metode yang digunakan yaitu metode most probable number (MPN), yaitu
merupakan metode enumerasi mikroorganisme pada medium cair spesifik dalam
tabung dengan cukup mengamati adanya perubahan warna di bagian permukaan
cairan. Sampel tanah yang digunakan yaitu tanah kebun, tanah rumput, dan tanah
sampah. Masing-masing tanah tersebut diambil suspensinya dan harus diencerkan
lebih tinggi daripada pengenceran dalam perhitungan cawan, sehingga beberapa
tabung larutan hasil pengenceran tersebut mengandung satu sel jasad renik.
Perhitungan dengan metode MPN ini digunakan tiga seri pengenceran, yaitu
10−3 , 10−4 , dan 10−5. Kemudian dari ketiga pengenceran tersebut diamati
perubahannya dan dicari nilai MPNnya pada table MPN (Cowan 2004).
7
aktivitas mikroba tanah dibanding estimasi total karbon mikroba di tanah (Hu and
Cao 2007). Respirasi tanah merupakan cerminan populasi dan aktivitas
mikroorganisme didalam tanah. Tingkat respirasi tanah sering dihubungkan dengan
populasi mikroorganisme tanah. Beragamnya jenis mikroorganisme tanah hanya
mungkin ditemukan pada tanah yang mempunyai sifat yang memungkinkan bagi
mikroorganisme tersebut untuk berkembang dan aktif. Semakin banyak
karbondioksida yang dikeluarkan tanah, semakin tinggi respirasi tanah (Widayanti
2010).
Penetapan pemakain O2 atau jumlah CO2 yang dihasilkan dari sejumlah
contoh tanah yang diinkubasi dalam keadaan yang diatur di laboratorium ada dua
cara yaitu inkubasi dalam keadaan stabil (steadi-stato) dan keadaan yang
berfluktuasi. Kadar air, temperatur, aerasi dan pengaturan ruangan harus dilakukan
dengan sebaik mungkin untuk keadaan yang stabil. Peningkatan respirasi terjadi
bila ada pembasahan dan pengeringan, fluktuasi aerasi tanah selama inkubasi. Oleh
karena itu, peningkatan respirasi dapat disebabkan oleh perubahan lingkungan yang
luar biasa (Anas 2011). Respirasi tanah dilakukan oleh mikroorganisme tanah baik
berupa bakteri maupun fungi. Interaksi antara mikroba dengan lingkungan fisik
disekitarnya mempengaruhi kemampuannya dalam respirasi, tumbuh, dan
membelah. Salah satu faktor lingkungan fisik tersebut adalah kelembaban tanah
yang berkaitan erat dengan respirasi tanah (Cook and Orchard 2010).
Fauna tanah adalah fauna yang hidup di tanah, baik yang hidup di
permukaan tanah maupun yang terdapat di dalam tanah. Fauna tanah merupakan
salah satu kelompok heterotrof utama di dalam tanah. Proses dekomposisi dalam
tanah tidak akan mampu berjalan cepat bila tidak ditunjang oleh kegiatan fauna
tanah. Keberadaan fauna dalam tanah sangat tergantung pada ketersediaan energi
dan sumber makanan untuk melangsungkan hidupnya, seperti bahan organik dan
biomassa hidup yang semuanya berkaitan dengan aliran siklus karbon dalam tanah.
Perkembangan dan aktivitas fauna tanah akan berlangsung baik jika keadaan energi
dan sumber makanan tersedia dengan seimbang dan timbal baliknya akan
memberikan dampak positif bagi kesuburan tanah (Suheriyanto 2012).
Ekstraksi fauna tanah menggunakan alat Berlese Funnel Ekstraktor. Tanah
yang telah diambil dari lahan, segera dibawa ke laboratorium untuk diekstraksi
dengan proses inkubasi selama satu minggu. Berlese Funnel Ekstraktor terdiri atas
corong beserta penyangga atau tempat dudukan corong, lampu/ bohlam berukuran
25 watt, saringan dan botol penampung yang berisi larutan ethylene glycol (Fitryana
et al. 2018) . Sampel tanah dalam ring sample dimasukkan ke dalam corong pada
bagian bawah di pasang saringan dari kain strimin (screen) bermata lubang mesh 2
mm untuk menahan tanah dan di bagian atas ditutup dengan kain putih untuk
menghindarkan masuknya fauna dari luar. Selanjutnya, permukaan contoh tanah
disinari dan dipanasi dengan lampu bohlam. Menurut Anwar dan Ginting (2013),
didasarkan atas sifat Collembola dan Acarina yang tidak suka cahaya (fototaksis
negatif), maka artropoda atau fauna tanah yang terdapat pada ring sampel tanah dan
8
disinari oleh lampu akan turun, jatuh dan masuk ke dalam tabung yang berisi
ethylene glycol. Menurut Berlese (2005), ethylene glycol merupakan pengawet yang
memiliki tingkat hidrasi yang tinggi dibandingkan alcohol sehingga
mempertahankan warna dari fauna tanah yang jatuh ke dalamnya.
Kehidupan fauna tanah sangat tergantung pada habitatnya, karena
keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis fauna tanah di suatu daerah sangat
ditentukan oleh keadaan daerah tersebut. Kepadatan populasi atau kerapatan
populasi adalah besarnya suatu populasi dalam satuan ruang atau luas. Kepadatan
populasi tersebut menentukan tingkat intensitas interaksi antar fauna yang akan
mempengaruhi kesuburan tanah tersebut (Hanafiah 2012).
9
METODELOGI (azhar)
Metode
10
Luasan tanah Ambil tanah
I. PENGAMBILAN diambil dari luasan dibagian Ujung-
CONTOH TANAH tanah yang ujung dan tengah
berbentuk persegi persegi
Keringkan tanah
II PENGAMATAN Angin-anginkan
dan bersihkan
CONTOH TANAH selama 2-3 hari
tanah dari serasah
tetapkan KA
Pertahankan KA
kering udara dan
tanah sekitar 75%
KAKL
Rumus :
BKM Tanah
BKM = (Bobot cawan + tanah oven) – Bobot cawan
𝐵𝐾𝑈−𝐵𝐾𝑀 𝐵𝐾𝐿−𝐵𝐾𝑀
KAKU (%) = KAKL (%) =
𝐵𝐾𝑀 𝐵𝐾𝑀
11
2. Penetapan Populasi Mikrob Tanah Metode Cawan Hitung
Masukkan kedalam
I. PEMBUATAN Timbang 10 gram erlenmeyer 250 ml
LARUTAN TANAH tanah berisi larutan
fisiologis
Kocok selama 30
meni
Rumus :
Jumlah Koloni
1
∑ sel (CFU) = Koloni x 𝐹𝑃
𝐶𝐹𝑈
CFU/BKM tanah = 𝐵𝐾𝑀
FP = Faktor Pengenceran
12
Buat sediaan, Tuang dengan Zat warna dibuang,
Keringkan, dan larutan karbol- Beri Iodin, diamkan
fiksasi sebanyak 3x gentian-violet 1-3 menit
13
Campurkan kapur dan 9 ml
II. Populasi Algae larutan fisiologis ke dalam Tutup dengan kapas
tabung reaksi
Rumus :
Nilai MPN
1
∑ sel = Nilai MPN x
𝐹𝑃
FP = Faktor Pengenceran
5. Respirasi Tanah
Masukkan contoh
Ambil KOH, beri 2
tanah, KOH, aquades
Inkubasi 7 hari tetes PP (Berwarna
(dalam botol film)
merah)
kedalam toples
14
Rumus :
(𝑎+𝑏)𝑥 𝑐 𝑥 120
R=
𝑛
a = ml HCl untuk contoh tanah
b = ml HCl untuk contoh
c = normalitas HCl
n = jumlah hari inkubasi
6. Fauna Tanah
Gunakan Soil corer
I. Pengambilan pada tanah tak
Contoh Tanah terganggu sedalam 0
- 15 cm
Gunakan Berlese
II. Extraksi Fauna Funnel Extractor Ekstraksi tanah
Tanah untuk mengekstraksi selama 7 hari
tanah
Rumus :
𝐼𝑆
=Ix m-2
𝐴
15
HASIL DAN PEMBAHASAN
16
Tabel 4 Keanekaragaman hayati tanah kebun
Gambar nama fauna ukuran ciri-ciri jumlah vegetasi
bentuk tanaman
Cacing makrofauna 9
silindris,licin kopi
kecil,berwarna
Jangkrik makrofauna 2 kelapa
cokelat
tubuhnya kecil
dan
Semut merah makrofauna 1 serasah
mengeluarkan
bau
tubuh runcing
kepala tanaman
tomcat makrofauna 1
berwarna kopi
hitam
bentuk tanaman
Cacing makrofauna 26
silindris,licin talas
Berbentuk oval,
pohon
Kecoa makrofauna berwarna 3
singkong
cokelat
17
memiliki banyak
lipan makrofauna 1 serasah
kaki
tanaman
telur cacing makrofauna bulat, kecil 2
talas
bentuk
Cacing makrofauna 5 tidak ada
silindris,licin
lebih besar
Semut Hitam makrofauna dari semut 2 tidak ada
merah
Tanah harus dipertahankan kadar airnya sekitar 75% atau kapasitas lapang
supaya tetap dalam keadaan lembab. Pengaturan kadar air tanah pada waktu-waktu
tertentu bagi tanaman memungkinkan untuk mencukupi kebutuhan air pada waktu
yang luas pada musim kemarau secara prduktif. Selain itu, keadaan tanah dalam
kapasitas lapang dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman (Ichsan et al. 2010). Hal
ini sejalan dengan pendapat Hakim et al. (1986) yang menyatakan bahwa
pertumbuhan tanaman semakin baik dengan tingginya kelembaban tanah sampai
batas tertentu.
Berdasarkan hasil praktikum setiap tanah memiliki kadar air yang berbeda-
beda. dapat diketahui bahwa %KAKU dan %KAKL dari ketiga tanah tersebut yang
paling kecil adalah tanah sampah. Nilai tersebut menunjukan bahwa tanah sampah
memiliki tekstur yang lebih kasar dari tanah kebun maupuntanah rumput. Tanah
yang memiliki tekstur kasar sulit untuk menahan air. Tanah kebun memiliki
nilai %KAKU dan %KAKL paling tinggi . Vegetasi pada tanah perkebunan
memiliki sistem perakaran yang cukup besar dan dapat mengikat air.
18
Karakteristik lingkungan dari setiap tempat pengambilan contoh tanah
berbeda-beda dan berpengaruh terhadap keberadaan fauna tanah. Tanah rumput
dengan lingkungan vegaetasi yang masih utuh dapat ditemukan fauna tanah dalam
jumlah banyak serta ukuran lebih besar. Tanah perkebunan bekas sawit, fauna
tanahnya tidak terlalu banyak karena tanah tersebut telah mengalami perombakan
bekas sawit sehingga fauna tanah berpindah ke tempat yang memiliki banyak
makanan. Sedangkan pada tanah sampah,fauna tanah yang ditemukan sedikit,hal
tersebut dapat terjadi karena fauna tanah serta organisme lain berada didalam
tumpukan sampah atau berada dalam genangan air yang disebabkan oleh
pembusukan sampah.
Jumlah fauna tanah yang paling banyak terdapat pada tanah rumput, karena
kondisi tanahnya lebih lembab dan tidak dilakukan perombakan tanah sehingga
tanah masih utuh dan fauna tanah masih bertahan hidup di dalam tanah tersebut.
Fauna yang dominan dari ketiga jenis tanah yaitu cacing. Cacing membantu
menyuburkan tanah serta memperbaiki aerasi dan drainase tanah.
19
1 3 4 34 34 x 105 573 x 102
105 225 x 103
2 6 9 11 11 x 105 182 x 103
1 20 23 25 25 x 104 381 x 102
104 125 x 103
Tanah 2 17 21 0 0 0
Sampah 1 16 19 23 23 x 105 350 x 103
105 215 x 104
2 14 17 20 20 x 105 307 x 103
Praktikum kali ini praktikan menetapkan total mikronmb dan total fungi
pada tanah kebun, tanah rumput, dan tanah sampah. Tanah yang subur mengandung
lebih dari 100 juta mikroba per gram tanah. Produktifitas dan daya tahan tergantung
pada aktifitas mikroba. Mikroba berguna sebagai komponen habitat alam
mempunyai komponen peran dan fungsi penting dalam mendukung terlaksananya
pertanian ramah lingkungan melalui berbagai proses seperti dekomposisi bahan
organik, mineralisasi senyawa organik, fiksasi hara, pelarut hara, nitrifikasi, dan
denitrifikasi. dalam aliran pertanian input organik, mikroba di posisikan sebagai
produsen hara, tanah di anggal sebagai biosintesi, dan hasil kerja mikroba di anggap
sebagai ownaupali utama kebutuhan hara bagi tanaman. Semakin tinggi populasi
mikroba tanah semakin tinggi aktivitas biokimia dalam tanah dan semakin
tinggibindeka kualitas tanah.
Mikroba dalam tanah memiki manfaat untuk tanaman antara lain
meningkatkan kelarutan nutrisi, memperbaiki struktur tanah, melawan penyakit
akar dan menetralkan racun tanah. Hasil menunjukkan rata-rata jumlah sel (CFU)
mikroba tanah kebun yaitu 305 x 106 pada faktor pengenceran 10-7 dan 12 x 108
pada pengenceran 10-8. Tanah rumput memiliki rata-rata jumlah sel (CFU) mikroba
tanah yaitu 85 x 106 pada faktor oengenceran 10-7 dan 5 x 10-8. Tanah sampah
memiliki rata-rata jumlah sel 17 x 107 pada faktor pengenceran 10-7 dan 375 x 107
pada faktor pengenceran 10-8. Hasil menunjukkan bahwa tanah kebun memiliki
rata-rata jumlah sel (CFU) mikroba tertinggi, sedangkan tanah sampah terendah.
Praktikan juga menghitung total fungi dalam tanah per gram contoh tanah kering
udara, dimana hasil yang di dapatkan pada tanah kebun sebesar 11 x 104
(pengenceran 104) dan 65 x 104 (pengenceran 105), tanah rumput sebesar 10 x 104
(pengenceran 10-4) dan 225 x 104 (pengenceran 10-5) dan tanah sampah sebesar 125
x 103 (pengenceran 10-4) dan 215 x 10-5). Hasil menunjukkan tanah kebun memiliki
total fungi tertinggi dan tanah rumput terendah. Bahan organik dapat merubah sifat
biologis tanah dengan meningkat nya populasi mikroba tanah. Tingginya total
mikroba tanah per gram tanah kering pada tanah kebun menunjukkan bahwa tanah
rumput dan tanah samoah memiliki kandanugan bahan organik yang lebih rendah
daripada tanah kebun.
Fungi bermanfaat bagi tanaman.melalui lemecaha bahan organik atau
pelepasan nutien dari mineral tanah. Fungi umumnya cepat untuk menjajah
potongan-potongab bahan organik danemulai proses dekomposisi. Penetapan rata-
rata jumlah sel mikroba tanah menunjukan semakin tinggi faktor pengenceran maka
20
semakin rendah nilai rata-rata jumlah sel (CFU) mikroba tanah. Namun, pada
penetapan nilai rata-rata jumlah sel (CFU) pada fungi tanah oengencerab 10-4 lebih
rendah dari 10-5. Hal tersebut terjadi di karenakan kurangnya ketelitian praktikan
saat praktikum.
Tanah Tidak
1 Fungi Putih 1,2 cm Cembung
Kebun 10-4 Berlendir
Tanah Tidak
2 Fungi Putih 0.3 cm Datar
Kebun 10-5 Berlendir
Tanah Tidak
3 Bakteri Kuning 1,5 cm Datar
Kebun 10-7 Berlendir
Tanah
4 Bakteri Kuning 2,6 cm Berlendir Cembung
Kebun 10-8
Tanah
Tidak
5 Rumput Fungi Kuning 5 cm Cembung
Berlendir
10-4
Tanah
Tidak
6 Rumput Fungi Putih 4 cm Datar
Berlendir
10-5
Tanah
7 Rumput Bakteri Putih 1 cm Berlendir Cembung
10-7
Tanah
8 Rumput Bakteri Kuning 1 cm Berlendir Cembung
10-8
Tanah
Tidak
9 Sampah Fungi Putih 0,8 cm Cembung
Berlendir
10-4
21
Tanah
Tidak
10 Sampah Fungi Putih 1,6 cm Datar
Berlendir
10-5
Tanah
Tidak
11 Sampah Bakteri Kuning 2,4 cm Cembung
Berlendir
10-7
Tanah
Tidak
12 Sampah Bakteri Kuning 1,7 cm Cembung
Berlendir
10-8
Tanah Kebun
1 Azotobacter Basil + 40 x 10
10-5
Tanah Lactobacillus
3 Basil + 40 x 10
Rumput 10-5 fermentum
Tanah Escherichia
4 Basil - 40 x 10
Rumput 10-6 coli
Tanah Escherichia
5 Basil - 40 x 10
Sampah 10-5 coli
Tanah Escherichia
6 Basil - 40 x 10
Sampah 10-6 coli
Praktikum kali ini melakukan pengamatan morfologi sel bakteri dan fungi.
Pengamatan morfologi bakteri dilakukan pada pengenceran 10-7 dan 10-8,
sedangkan untuk fungi pada pengenceran 10-4 dan 10-5. Teknik yang digunakan
dalam pengamatan morfologi adalah teknik pewarnaan gram. Pewarnaan diawali
22
dengan mengoleskan isolat bakteri dengan tujuan agar bakteri dapat tersebar merata
di kaca preparat. Kemudian dilakukan fiksasi untuk melekatkan mikroorganisme
(bakteri) di kaca preparat.
Pewarnaan pertama menggunakan zat warna kristal ungu. Bakteri akan
berwarna ungu dan tidak luntur ketika diberi alkohol jika bakteri tersebut
merupakan bakteri gram positif. Sedangkan bakteri gram negatif akan berwarna
merah muda ketika diberi safranin. Kristal violet berguna dalam pewarnaan dasar
(ungu), lugol atau iodium berfungsi sebagai pelekat, alkohol sebagai peluntur warna
dan safranin berfungsi sebagai zat penutup. Pewarnaan gram bertujuan untuk
membedakan bakteri menjadi dua kelompok, yaitu bakteri gram positif dan bakteri
gram negatif (Irfan 2014).
Berdasarkan hasil praktikum, diketahui bahwa pada tanah kebun
pengenceran 10-5 ditemukan bakteri jenis Azotobacter basil yang merupakan
bakteri gram positif. Penentuan jenis gram dapat diketahui setelah bakteri tersebut
dapat mempertahankan warna utamanya walaupun telah dilakukan pencucian
dengan alkohol. Sedangkan pada tanah kebun pengenceran 10-6 didapatkan bakteri
Spirillum minor dengan gram negatif. Jenis gram tersebut diketahui setelah diberi
warna tandingan. Tanah rumput pengenceran 10-5 ditemukan bakteri Lactobacillus
fermentum dengan jenis gram positif. Sedangkan pada pengenceran 10-6 ditemukan
bakteri Escherichia coli dengan jenis gram negatif. Pada tanah sampah, baik yang
pengenceran 10-5 maupun yang pengenceran 10-6 didapatkan bakteri Escherichia
coli dengan jenis gram negatif.
Pada praktikum ini juga dilakukan pengamatan koloni. Koloni bakteri yang
tumbuh pada media terdapat dalam berbagai macam bentuk, warna tepian, ukuran,
dan permukaan koloni (elevasi) yang berbeda (Feliatra et al. 2004). Adapun
pengamatan untuk morfologi fungi tidak memakai metode pewarnaan, melainkan
hanya mengamati langsung dari cawan atau media biakannya. Pengamtan
morfologi fungi ini dilihat dari hifa yang tumbuh. Hifa yang tumbuh itupun
bermacam-macam, ada yang berlendir dan ada yang tidak berlendir. Ukuran dari
hifa fungi itu pun bervariasi mulai dari 0.3 mm sampai 5 cm. Populasi mikroba
dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jumlah dan macam zat
hara, kelembaban, tingkat aerasi, suhu, pH, dan perlakuan pada tanah seperti
penambahan pupuk atau banjir (Suryanto 2006).
23
10-5 + + +
10-3 + + +
Tanah rumput 10-4 + + + 140 1.4 x 107
10-5 + + +
10-3 + + +
Tanah sampah 10-4 + + + 140 1.4 x 107
10-5 + + +
24
(1)Temperature bagi mikroorganisme terbagi tiga golongan, yaitu psikorfil
(<50C optimum serupa mesofil), mesofil (optimum anatara 250C dan 370C), dan
termofil (optimum antara 550C dan 650C). (2) Tekanan osmotik yang normal bagi
mikroorganisme yaitu lebih rendah dari kadar solute protoplasma mikroorganisme.
(3) Mikroorganisme mampu hidup dalam tanah sesuai keadaan tegangan
permukaan atau berkaitan dengan kelembaban dalam tanah. Umumnya
mikroorganisme aktif pada kelembaban > 15 bar. (4) Air juga mempengaruhi
aktivitas mikroorganisme sebab air merupakan komponen utama dari protoplasma.
Air yang berlebih akan membatasi pertukaran gas sehingga menurunkan suplay O2,
lingkungan akan menjadi anaerob. (5) pH mempengaruhi tidak saja aktivitas
mikroorganisme tetapi juga keragaman spesiesnya. Pada umumnya kebanyakan
mikroorganisme tumbuh optimum pada kisaran pH 6-8. (6) Terjadinya perubahan
nutrien dapat menyebabkan perubahan komponen sel (RNA), protein dan kecepatan
tumbuh (medium kaya, medium miskin) (Widyati 2013).
25
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kandungan CO2 paling besar dari
ketiga sampel tanah yaitu pada tanah sampah sebesar 5,314 mol CO2/hari. Tingkat
respirasi paling tinggi menunjukkan jumlah mikroorganisme paling banyak
dikarenakan pada tanah sampah mengandung banyak bahan organik dan zat
makanan sebagai sumber karbon dan sumber energi bagi mikroorganisme tanah dan
juga kondisi lingkungan yang cocok untuk tempat tinggal mikroorganisme karena
tanahnya tertutupi sampah-sampah sisa makanan maupun sampah organik sehingga
terlindungi dari panas matahari langsung, sedangkan hasil yang paling rendah
terdapat pada tanah kebun. Hal ini dikarenakan tanah kebun tidak tertutup atau
sedikit sekali bagian tanah yang terlindungi dari sinar matahari langsung, sehingga
mikroorganisme tidak mampu berkembang (Indra 2011).
Respirasi tanah yang tinggi dapat juga terjadi pada tanah yang baru saja
diolah atau pada tanah yang sering terjadi aktivitas (tanah tidak didiamkan) dan
seiring dengan bertambahnya waktu respirasi tanah akan semakin menurun. Tanah
kebun memiliki tingkat respirasi tanah yang rendah karena tanah kebun hanya
diolah pada waktu sebelum dilakukannya penanaman varietas perkebunan. Tanah
rumput dengan tingkat respirasi tertinggi kedua menandakan bahwa pada tanah
tersebut masih terjadi aktivitas pengolahan tanah atau bisa saja tanahnya sering
dileati, begitu juga dengan tanah sampah, tanahnya sering diolah (digali) pada saat
dilakukannya pengangkutan sampah, dan tanah sampah memiliki kelembaban
paling tinggi diantara tanah kebun dan tanah rumput (Cahyono et al. 2013).
26
Tanah Coleoptera 1 x 18 19 9,5 473 0,331
sampah Mesotigmata x x 10 10 10 498 0,247
Hymenoptera 14 15 10 39 13 647 0,361
Oribatida x x 2 2 2 100 0,086
Psecoptera x x 7 7 7 348 0,201
Isopoda x x 7 7 7 348 0,201
Nematoda 1 x x 1 1 50 0,051
Blattodea 1 x x 1 1 50 0,051
Hemiptera x 2 x 2 2 100 0,086
27
masing-masing tanah dan sumber makanan juga mempengaruhi kelimpahan fauna
tanah. Tanah rumput memiliki tutupan vegetasi yang lebih tinggi dibandingkan
tanah kebun, area tanah kebun juga sering terinjak sehingga memadat dibandingkan
tanah rumput. Tanah rumput juga memiliki kandungan serasah dan bahan organik
yang mencukupi kebutuhan fauna tanah dibanding tanah kebun dengan bahan
organik yang sangat sedikit. Bahkan, menurut Hanafiah (2012) populasi fauna
tanah pada tanah rumput lebih tinggi daripada di hutan. Vegetasi rumput sesuai
untuk pertumbuhan fauna tanah. Kelembaban tanah rumput juga tutup untuk tempat
tinggal fauna tanah. Tanah sampah memiliki jumlah fauna tanah dan jenis yang
tinggi. Hal tersebut disebabkan banyaknya sisa tanaman mati dan hewan mati.
Selain itu tanah sampah memiliki kelembaban tanah yang tinggi dengan suhu
optimum bagi pertumbuhan fauna tanah. Banyaknya sisa bahan organik
menyebabkan fauna tanah semakin banyak di dalam tanah.
Fauna-fauna tanah kebun memiliki peranan yang spesifik dalam ekosistem
tanah kebun. Hymenoptera merupakan fauna yang paling banyak dijumpai di tanah.
Fauna ini berperan dalam membersihkan lingkungan dari hama serangga lainnya,
aktivitasnya memperbaiki aerasi tanah, gundukan semut kaya akan nutrient yang
dapat meyuburkan tanah. Colleombola berperan dalam memakan bakteri, hifa, dan
spora jamur; mendekomposisi bahan organik, hewan atau tanaman hidup. Fauna ini
tidak berperan langsung dalam siklus hara tanah tetapi berperan aktif dalam
fragmentasi serasah tanaman. Mesotigmata berperan dalam fragmentasi serasah
tanaman (Indriyati dan Wibowo 2008).
28
PENUTUP
Simpulan
29
Saran
30
DAFTAR PUSTAKA
Ali M. 2013. Degradasi Nitrat Limbah Domistik dengan Alga Hijau (Chlorella sp.).
Surabaya (ID): UPN Veteran Jawa Timur.
Anas I. 2011. Biologi Tanah Dalam Praktek.Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
Andriyani Y. 2008. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Gramedia.
Anwar EK, Ginting R B. 2013. Mengenal Fauna Tanah dan Cara Identifikasinya.
Jakarta (ID): IAARD Press.
Berlese A. 2005. Apparechio perraccogliere presto ed in gram numero picolli
antropodi. Redia Journal. 2(1):85-90.
Cahyono B, Yusnaini S, Niswati A, Utomo M. 2013. Pengaruh sistem olah tanah
dan aplikasi mulsa bagas terhadap respirasi tanah pada lahan pertanaman tebu
(Saccharum officinarum L.) PT Gunung Madu Plantations. Jurnal Agrotek
Tropika.1(2): 208-212.
Cook VJ, Orchard VA. 2010. Relationship between soil respiration and soil
moisture. Soil Biology and Biochemistry. 40: 1013-1018.
Cowan ST. 2004. Manual for the Identification of Medical Fungi. London (UK):
Cambridge University Press.
Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta (ID): Djambatan.
Ed-har AA. 2013. Isolasi dan identifikasi mikrob tanah pendegradasi selulosa dan
pektin dari rhizosper Aquilaria malaccensis[skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Feliatra, Irwan E., Edwar S. 2004. Isolasi dan identifikasi bakteri probiotik dari ikan
kerapu macan dalam upaya efisiensi pakan ikan. Jurnal Natur Indonesia.
6(2): 75-80.
Fitryana D, Swibawa IG, Nurdin M, Susilo FX. 2018. Pengaruh beberapa jenis
fungisida sebagai perlakuan benih jagung terhadap kelimpahan dan
keragaman artropoda tanah. Jurnal Agrotek Tropika. 8(1):26-33.
Gandjar, I. 2006. Mikrobiologi Dasar dan Terapan. Jakarta (ID): Yayasan Obat
Indonesia.
Gusdi R, Zahara RP, Andebi F. 2014. Teknologi pemberian air pada bedengan
berdasarkan kadar air kapasitas lapang tanah. Jurnal Nasional Ecopedon.
2(2): 29-33.
Hakim, N., Nyakpa, M.Y. Lubis, A.M. Nugroho, S.G. Saul, M.R. Dina, M.A.
Hong, G.B. dan Bailey, H.H. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah.
Lampung(ID) : Universitas Bandar Lampung.
Hanafiah KA. 2012. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta (ID):Raja Grafindo Persada.
Helmiyanti, A.F., Nurrahman. 2010. Pengaruh konsentrasi tairas terhadap
pertumbuhan bakteri gram positif dan negatif. Jurnal Pangan dan
Gizi.1(1): 1-6.
31
Hermawan B. 2011. Penetapan kadar air tanah melalui pengukuran sifat dielektik
pada berbagai tingkat kepadatan. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia.
6(2): 66-74.
Hildebrant G and Schott W. 2011. Comparison of direct colony count methods the
MPN-method for quantitative detection of listeria in model and field
conditions. Microbiological Methods. 14(8): 53-64.
Hilman I. 2013. Keanekaragaman mesofauna dan makrofauna tanah pada areal
bekas tambang timah di Kabupaten Belitung. Jurnal Silvikultur Tropika.
4(1):35-41.
Hu C, Cao Z. 2007. Size and activity of the soil microbial biomass and soil enzyme
activity in long-term field experiments. Word Journal of Agricultural
Science 3: 63-70.
Ichsan CN, Hayati M, Mashtura SP. 2010. Respon kedelai kultivar kipas putih
pada kadar air tanah yang berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil. Agrista.
14(1): 25-29.
Indra DW. 2011. Pengaruh sistem olah tanah terhadap c-organik dan respirasi tanah
pada pertanaman jagung di lahan petani Lampung[skripsi]. Bandar
Lampung(ID): Universitas Lampung.
Indriyati, Wibowo L. 2008. Keragaman dan kemelimpahan Colleombola serta
Arthropoda tanah di lahan sawah organik dan konvensional pada masa bera.
Jurnal Tanah dan Lingkungan. 8(2):110-116.
Irfan, M. 2014. Isolasi dan enumerasi bakteri tanah gambut di perkebunan kelapa
sawit PT. Tambang Hijau Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar. Jurnal
Agroteknologi. 5(1): 1-8.
Kajikawa H, Nagasaki Y, Abe A. 2009. Comparison between colony counting
method and most probable number method in enumeration of rumen
bacteria fermenting specific substrates. Journal Zootech. 11(1): 115-126.
Karmana, Oman, Anwar. 2011. Biologi. Bandung (ID): Ganesha.
Lay, W.B. 1994. Analisis Mikroba Di Laboratorium. Jakarta (ID): Raja Grafindo
Persada.
Makalew ADN. 2011. Keanekaragaman Biota Tanah Pada Agroekosistem Tanpa
Olah Tanah. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
Marsandi F, Hermansyah, Agustian, Yasin S. 2017. Keanekaragaman organisme
tanah dan hubungannya dengan keanekaragaman spesies tumbuhan
kawasan hutan hutan tropis pinang-pinang, di kota Padang,Indonesia.
Jurnal Biodiversitas Indonesia. 3(2) : 309-318.
Mawaddah A, Roto, Suratman A. 2016. Pengaruh penambahan urea terhadap
peningkatan pencemaran nitrit dan nitrat dalam tanah. Jurnal Manusia dan
Lingkungan. 23 (3): 360-364.
Palczar M., Chan E.2009. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta (ID) : Universitas
Indonesia.
32
Prihastuti.2011. Struktur komunitas mikroba tanah dan implikasinya dalam
mewujudkan sistem pertanian berkelanjutan. Jurnal Pertanian. 1(11): 174-
181.
Pujiyanto S, Kusdiyantini E, dan Hadi, M. 2008. Isolasi dan seleksi bakteri
kitinolitik isolat lokal yang berpotensi untuk mengendalikan larva
nyamuk Aedes aegypti L. Jurnal Biodiversitas. 9(1): 5-8.
Purwani, E, Hapsari SW, Rauf R. 2009. Respon hambatan bakteri gram positif dan
negatif pada ikan nila (Oreochromis niloticus) yang diawetkan dengan
ekstrak jahe (Zingiber officinale). Jurnal Kesehatan. 2(1): 61-70.
Ramadhan LOAN, Radiman CL, Wahyuningrum D, Suendo V, Ahmad LO,
Valiyaveetiil S. 2010. Deastilasi kitin secara bertahap dan pengaruhnya
terhadap derajat deastilasi serta massa molekul kitosan. Jurnal Kimia
Indonesia. 5(1): 17-21.
Rosmarkam A. 2009. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta(ID): Kanisius.
Sarah RE, Apriliana E, Soleha TU. 2014. Uji most probable number bakteri
koliform pada sumber air minum rumah tangga di Kecamatan Sukabumi
Bandar Lampung. Jurnal Kesehatan. 2(1): 56-63.
Sudarwin. 2008. Analisis spasial pencemaran logam berat (Pb dan Cd) terhadap
populasi bakteri pada sedimen aliran sungai dari tempat pembuangan akhir
(TPA) sampah Jatibarang Semarang[tesis]. Semarang (ID): Universitas
Diponegoro.
Sugianto. 2008. Preferensi berbagai jenis makrofauna tanah terhadap sisa bahan
organik tanaman pada intensitas cahaya berbeda. Jurnal Biodiversitas. 7(4):
96-100.
Suheriyanto D. 2012. Keanekaragaman fauna tanah di Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru sebagai bioindikator tanah bersulfur tinggi. Jurnal Sainstis.
1(2): 29-39.
Suryanto D, Munir E. 2006. Potensi pemanfaatan isolat bakteri kitinolitik lokal
untuk pengendali hayati jamur. Prosiding Seminar Hasil-hasil Penelitian
USU, Medan. Hal: 15-25.
Venata S, Nugroho P, Istianto. 2013. Kajian penggunaan mikroorganisme tanah
untuk meningkatkan efisiensi pemupukan pada tanaman karet. Jurnal
Pertanian. 32(1): 7-15.
Wallwork JA. 1970. Ecology of Soil Animals. London(UK): Mc.Grow-Hill.
Widayanti A. 2010. Respirasi tanah gambut yang diberi amelioran pada
pertanamanjjagung (Zea mays L.)[skripsi]. Bandar Lampung(ID):
Universitas Lampung.
Widyati E. 2008. Peran mikroba tanah pada kegiatan rehabilitasi lahan bekas
tambang. Jurnal teknik lingkungan. 5(2) : 151-160.
--------. 2013. Pentingnya keragaman fungsional organisme tanah terhadap
produktivitas lahan. Tekno Hutan Tanaman. 6 (1): 29-37.
33
LAMPIRAN
Contoh perhitungan
KAKU Tanah kebun 1
BKM = (bobot cawan + tanah oven) – bobot cawan
= 12,84 – 6,85
= 5,99 gram
BKU = 10,03 gram
𝐵𝐾𝑈−𝐵𝐾𝑀
KAKU (%)= x 100%
BKM
10,03−5,99
= x 100% = 67,45 %
5,99
Contoh perhitungan
Tanah rumput pengenceran 10−2 ulangan ke-2
Jumlah koloni = 9 koloni pada hari ke-7
1
∑sel (CFU) = koloni x 𝐹𝑃
1
= 9 x 10−7
= 9 x 10107
BKM tanah rumput (2) = 6,04 gram (KAKL)
34
9𝑥107
CFU/BKM = = 149 x 105
604
Gambar 1 Fungi H3
Gambar 2 Fungi H5
Gambar 3 Fungi H7
Gambar 5 Bakteri H5
35
Gambar 6 Algae minggu ke-1 dengan FP 10−3,10−4 ,10−5
36
Gambar 9 Algae minggu ke-4 dengan FP 10−3,10−4 ,10−5
37
Gambar 13 Nitrosomonas minnggu-2 dengan FP 10−3,10−4,10−5
38
Gambar 17 Kontrol nitrosomonas
Respirasi Tanah
Contoh perhitungan
Tanah Kebun
a= ml HCl contoh tanah (MO) = 7,2 ml
b= ml HCl kontrol (MO)= 5,3 ml
c= konsentrasi HCl (0,1N)
n= jumlah hari (7hari)
(𝑎−𝑏)𝑥 𝑐 𝑥 120
R=
𝑛
Fauna Tanah
39
Gambar 20 Colleombola Gambar 21 Oribatida
40