ANALISA TANAH
DISUSUN OLEH:
Nama : NUR AQIL FACHRI
Stambuk : 09320230133
Kelas/Kelompok : C4/4
Asisten
MAKASSAR
2023
BAB I
PENDAHULUAN
Hasil rata-rata analisa kadar air pada contoh tanah dengan kode 66, 67,
dan 115 berturut turut adalah 11,65%; 6,62%; dan 8,25%. Kadar air tanah
dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya kemiringan, pori-pori, tekstur,
dan bahan organik mudah lapuk. Tanah dengan posisi landai, memiliki kadar
air yang lebih tinggi, karena dapat menampung curah hujan yang lebih banyak
dari pada tanah dengan posisi miring.
Pori-pori tanah mempengaruhi laju pergerakan air dan kemampuan
untuk menyerap air. Tanah dengan jenis makro pori dan meso pori memliki
pergerakan air yang lebih cepat dan dapat menyerap air lebih banyak daripada
tanah mikro pori Tekstur tanah yang kasar memiliki kemampuan menyerap
air lebih kecil dari pada tekstur tanah halus, sehingga tanah berpasir memiliki
kadar air lebih rendah daripada tanah liat dan lempung Kandungan bahan
organik mudah lapuk seperti dedaunan dan kayu-kayuan juga mempengaruhi
kadar air tanah. Semakin banyak bahan organik mudah lapuk, dapat
meningkatkan kadar air tanah (Indis et al., 2022).
Menurut Saidy (2018) kadar minimum karbon organik tanah yang baik
untuk kesuburan tanah adalah 2%. Tanah yang memiliki kadar karbon organik
dibawah 2% mengalami penurunan kemantapan agregat tanah, yang
mengakibatkan penurunan tingkat kesuburan tanah. Hasil rata-rata analisa
kadar karbon organik pada penelitian ini untuk contoh tanah dengan kode 66,
67, dan 115 berturut turut adalah 0,95% (rendah), 1,43% (rendah) dan 0,93%
(rendah). Kadar karbon organik memiliki nilai kriteria rendah dengan nilai 1–
2%, kriteria sedang 2–3%, dan kriteria tinggi 3–5 % Karbon organik tanah
terbentuk melalui beberapa hapan dekomposisi dari bahan organik. Kadar
karbon organik tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal seperti, curah
hujan, jenis tanah, suhu, pengelolaan tanah, bahan organik (biomasa), dan
kandungan CO2 di atmosfer Tanah dengan kadar karbon organik rendah pada
umumnya mengalami penurunan kualitas dan dan memerlukan rehabilitasi
dengan cara menambahkan bahan organik dari biomassa atau dari pupuk
organik secara berkala, sesuai dengan dosis atau kebutuhan dari tanaman yang
ditanam di atas tanah tersebut. Hal ini dapat dikaitkan dengan lebih banyak
sedimen dengan stabilitas agregat tanah yang lebih rendah sehingga pada tanah
yang curah hujannya cukup tinggi, lapisan tanah menjadi lebih mudah tererosi
dan meningkatnya unsur hara (Indis et al., 2022)
3.1 Alat
Gambar 3.1 Tabung Reaksi Gambar 3.2 Corong Gambar 3.3 Gelas Piala
Gambar 3.4 Erlen Meyer Gambar 3.5 Gelas Ukur Gambar 3.6 Pipet Tetes
A. pH Tanah
Menimbang 5 gram tanah dan masukkan kedalam gelas piala, lalu
tambahkan 50 ml aquadest, kemudian diaduk dan diamkan selama 15 menit
(tiap 5 menit aduk lalu didiamkan lagi) selanjutnya saring dan menghasilkan
filtrate, lalu filtrate itu digunakan untuk menentukan pH, setelah itu kami
menyiapkan 7 tabung reaksi dan masing masing tabung itu di tambahkan
filtrate sebanyak 2 mL dan 7 indikator itu meliputi : MV (Metil Violet), MO
(Metil Orange), MM (Metil Merah), BTB (Brontygmul), PP (Phenol
Phytalen), AI (Alizarin S) dan KT (Kuning Titan). Setelah menambahkan 7
indikator tersebut amati filtrate pada tabung reaksi yang sudah diberi 7
indikator apakah ada perubahan atau tidak ada.
B. Identifikasi SO42- ,Cl- dan NH4
Pertama-tama kami melakukan prosedur yang sama dengan prosedur
penentuan pH tanah. Kami mengganti aquadest dengan ammonium asetat
pH 4,8, kemudian menyiapkan 4 tabung reaksi dan masing masing tabung
di tambahkan 2 mL filtrate. Tabung pertama Na2CO3 ,tabung kedua
ditambahkan HCl + BaCl2 , tabung ketiga AgNO3 dan tabung ke empat di
tambahkan pereaksi nesler. Setelah itu kami mengamati dan mencatat
perubahan yang terjadi.
BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.3 Perhitungan
6,6+8,3
𝑝𝑜𝐻 = 2
14,9
= 2
= 7,45
pH = 14-7,45
pH = 6,55
4.4 Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan pH tanah dengan beberapa indikator hasil yang
kami temukan pada tanah tersebut yaitu 6,55. Dengan hasil pH tersebut dapat
kami simpulkan tanah tersebut bersifat masam dan baik digunakan untuk
bercocok tanam. Pemahaman tentang pH tanah sangat penting dalam pertanian
dan kebun karena pH tanah yang baik dapat meningkatkan produktivitas
tanaman dan kualitas hasil panen Kondisi pH tanah ini masih bisa berubah jika
kondisi cuaca tidak menentu atau terjadinya perubahan iklim.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Nia Dhasa, A., Mutiara, C., 2019. Analisis Kandungan Fosfor Pada Tanah Sawah
Dan Beras Di Desa Woloau Kecamatan Maurolekabupatenende.Agrica12,34–
42. Https://Doi.Org/10.37478/Agr.V12i1.10
Nopsagiarti, T., Okalia, D., Marlina, G., 2020. Analisis C-Organik, Nitrogen Dan
C/N Tanah Pada Lahan Agrowisata Beken Jaya 5.
DOKUMENTASI KEGIATAN
ANALISA TANAH
C4/4