Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA TANAH

C-ORGANIK

OLEH :

NAMA : RINI SYAFINA SALSABILA. Z

NO. BP : 2010232029

KELAS : KIMIA TANAH B

KELOMPOK : 5 / ENTISOL

DOSEN PENJAB : NOFRITA SANDI, SP. MP

ASISTEN : MUHAMMAD AKNIL SEFANO (1810232008)

ABU HANIPAH (1910233003)

PROGRAM STUDI ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam


kehidupan. Tanah dipisahkan menjadi beberapa bagian penyusun yaitu air,
udara, mineral dan bahan organik tanah. Bahan organik mengambil peran
penting dalam tingkat kesuburan tanah baik secara fisika, kimia maupun
biologi tanah. Dalam bidang fisika, tanah dengan kadar bahan organik
membantu dalam menjaga kelembapan tanah dan pembentukan struktur
tanah. Sedangkan dalam bidang kimia, bahan organik ikut serta dalam
pengikatan ion khususnya menjadikannya tersedia bagi tanaman.
Setiap tanah memiliki karakteristik yang berbeda baik dari segi
fisika, kimia maupun biologi tanah. Dengan perbedaan karaktersitik ini,
setiap tanah memiliki tingkat kesuburan yang berbeda beda. Untuk
mengetahui tingkat kesuburan tanah dapat dilakukan dengan mencari tahu
kadar C organik pada tanah. C (karbon) adalah pembentuk kehidupan bagi
makhluk hidup. Oleh karena itu, dengan mengetahui kadar C organik
dapat diketahui kadar bahan organik yang terdapat dalam tanah. Jika kadar
bahan organiknya tinggi, maka tanah itu dapat dikatakan tanah yang subur
dan begitu pula sebaliknya.
C-organik meningkat selain karena penambahan pupuk organik
juga karena sisa tanaman, respirasi mikroba tanah dan juga karena
simpanan C-organik akibat sekuestrasi C atmosfer. Oleh karena itu,
pertanian organik juga meningkatkan potensi sekuestrasi C tanah karena
dapat mempengaruhi agronomi, fisiologi dan perbaikan efisiensi N, P dan
K tanah. Pada sistem pertanian organik, C-organik tanah yang meningkat
dapat membantu keberlanjutan kesuburan tanah, melindungi kualitas tanah
dan air yang terkait dalam siklus hara, air dan biologi, di samping
merupakan indikator kunci dari kualitas tanah dan keberlanjutan system
pertanian karena mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi
kualitas fisik dan produktivitas tanah.
Dengan wilayah yang, makin banyak tanah yang terdapat di
wilayah tersebut denagn berbagai sifat. Tanah dengan tingkat C organik
yang rendah memilki tingkat kesuburan yang rendah. Salah satu contoh
tanah yang tidak subur adalah tanah entisol. Tanah entisol merupakan
tanah yang terdapat di daerah pantai. Alasan tanah entisol memiliki tingkat
kesuburan yang rendah adalah kadar bahan organik yang rendah pada
tanah tersebut, sehingga meyebabkan tanah entisol sukar untuk ditumbuhi
oleh tumbuhan.
1.2 Tujuan

Praktikan dapat mengetahui kadar bahan organik dari uji C-organik


melalui metoda walkey and black sehingga dapat dilihat pengaruhnya
terhadap sifat fisika, biologi dan kimia tanah.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 C Organik

Bahan Organik Tanah (BOT) mempunyai peran penting dalam


memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah dan secara langsung akan
mempengaruhi tingkat kesuburan tanah, selain itu kandungan bahan
organik juga merupakan salah satu indikator tingkat kesuburan tanah.
Kualitas bahan organik diukur dengan C/N. C/N berkaitan dengan laju
humifikasi dan mineralisasi yang dilakukan oleh mikroorganisme tanah.
C/N menunjukan baik atau tidaknya penguraian bahan organic. (Gunawan,
dkk. 2019)
Tanah merupakan salah satu bagian penting dalam budidaya
tanaman. Dalam pertanian, fungsi utama tanah adalah sebagai media
tanam tanaman. Manfaat tanah yaitu media untuk tanaman tumbuh tegak,
tempat berkembangbiaknya biota tanah, sebagai tempat laboratorium
kimiafisika alami, dan sumber penyedia nutrisi bagi tanaman. Di Indonesia
sebaran tanah cukup beragam. Keragaman tanah ini dibagi berdasarkan
klasifikasi tanah dari sifat-sifat morfologinya (Hardjowigeno, 2013).
Berdasarkan tingkat kualitasnya, tanah dibagi menjadi tanah subur hingga
tanah tidak subur. Penilaian kualitas tanah dapat diamati berdasarkan
indikator sifat biologi, fisik, dan kimia tanahnya.
Karbon (C) organik tanah merupakan komponen fundamental
dalam siklus karbon global untuk mendukung keberlanjutan ekosistem
terrestrial (Agus 2013; Siringoringo 2014). C-organik tanah terbentuk
melalui beberapa tahapan dekomposisi bahan organik. Status Corganik
tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal seperti jenis tanah, curah
hujan, suhu, masukan bahan organik dari biomasa di atas tanah, proses
antropogenik, kegiatan pengelolaan tanah, dan kandungan CO2 di
atmosfer (Hairiah et al. 2001; Hairiah et al. 2011; Yulnafatmawita et al.
2011).
Perubahan status C-organik tanah melalui proses dekomposisi dan
mineralisasi bahan organik tanah dilaporkan memiliki keterkaitan dengan
sifat-sifat tanah seperti tekstur (Augustin dan Cihacek 2016), pH, kation
logam dalam tanah, KTK (kapasitas tukar kation) (Solly et al. 2019), dan
kandungan nitrogen (Gärdenäs et al. 2011).
C-organik berperan penting dalam mendukung pertanian
berkelanjutan terutama sebagai indikator basis kesuburan tanah, menjaga
ketersediaan hara, perbaikan sifat fisik tanah, serta menjaga kelangsungan
hidup mikroorganisme tanah (Smith et al. 2013).
2.2 Tanah entisol

Tanah entisol merupakan tanah muda yang perkembangan


tanahnya belum menampakan deferensiasi horizon yang jelas,
mengandung baha bahan yang belum atau masih mengalami proses
pelapukan. Stuktur tanahnya lemah dan belum membentuk agregat tanah,
teskturnya pasir berdebu, daya polosan airnya besar dan daya menhan air
tang rendah. Umunya memiliki kadar P dan K tetapi belum siap dijerap
oleh tanaman sehingga belum dapat dimanfaatkan sebagai hara tanaman.
(Darmawijaya, 1990)
Entisol merupakan tanah muda yang kekurangan P dan K karena
unsur tersebut masih segar dan belum tersedia bagi tanaman. Kandungan
haa yang rendah pada tanah entisol menyebabkan mudahnya terjadi unsur
hara dan rendahnya kapasitas tukar kation. Secara umum, tanah entisol
memiliki sifat fisik yang kurang baik yaitu kandungan pasirnya terlalu
tinggi sehingga sangat porous. (Sumarno, et al. 2001)

2.3 Metoda walkey and black

Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang didasarkan


pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan
berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan menggunakan
monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detector fototube
(Underwood and Day, 2001).
Alat yang digunakan pada metode spektrofotometri adalah
spektrofotometer. Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk
menentuukan suatu senyawa secara kuantitatif maupun kualitatif dengan
mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi
dari konsentrasi. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum
dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah pengukur
intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbansi (Harjadi,1990).
BAB III

METODA PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada Selasa, 8 Maret 2022 pada pukul


11.15 WIB, bertempat di Laboratorium Kimia Tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Andalas, Padang

3.2 Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum C-organik dengan metoda


walkey and black adalah tanah entisol 0,5 gram, 5 ml K₂Cr₂O₇ (Kalium
Dikromat) 1 N, 7,5 ml H₂SO₄ (Asam Sulfat) PA, dan aquades. Alat yang
digunakan dalam praktikum C- organik adalah neraca analitik, ayakan 2
mm, labu ukur 100 ml, dan spektofotometer 561 nm.

3.3 Metoda

Metoda yang digunakan untuk praktikum C- Organik ini adalah


metoda Walkey and Black.

3.4 Langkah Kerja

Ditimbang tanah entisol sebanyak 0,50 gram yang telah lolos


ayakan 2 mm. Ditambahkan 5 ml 5 ml K₂Cr₂O₇ 1 N lalu dikocok.
Ditambahkan 7,5 ml H₂SO₄ pekat, dikocok lalu didiamkan selama 30
menit. Diencerkan dengan aquades, biarkan dingin dan diimpitkan.
Keesokan harinya diukur absorbansi larutan jernih dengan
spektofotometer pada panjang gelombang 561 nm.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil pengukuran C-Organik menggunakan spektofotometer dan


perhitungan rumus adalah:

Tabel 1. Hasil analisis C-Organik

Kelompok Jenis tanah Hasil Kategori


1 Ultisol -0,911 Sangat rendah
2 Regosol -2,48% Sangat rendah
3 inseptisol -0,007164 Sangat rendah
4 Histosol -22,988 Sangat rendah
5 Entisol 0,45 % Rendah

4.2 Pembahasan

Berdasarkan uji yang telah dilakukan didapatkan hasil


spektofotometer kadar C-Organik pada tanah yang diuji sebesar -0.911; -
2,48; -0,6824; -22,988; dan 0,45% Terdapat perbedaan yang didapatkan
dari kadar bahan organik tanah tanah yang diuji tersebut.
Perbedaan dapat dilihat saat praktikum yaitu pada saat direaksikan
menggunakan kalium diakromat dan asam sulfat pekat. Terdapat
perbedaan warna antar larutan larutan tanah, mulai dari warna oren muda,
oren, oren tua, hijau dan hiaju pekat. Perbedaan warna ini dapat
menunjukkan perbedaan kadar bahan organik yang terkadung dalam tanah
tanah tersebut.
Pada tanah yang praktikan uji yaitu tanah entisol merupakan tanah
yang tidak subur dengan kandungan bahan organik yang rendah, sehingga
kandungan C-Organik yang rendah pula. Perbedaan hasil terjadi karena
sampel tanah yang praktikan ambil salah, sehingga menyebabkan hasil
yang didapatkan pada spektofotometer dan perhitungan bukanlah kadar C-
organik yang sesuai untuk tanah entisol.
Dari uji yang dilakukan tampak bahwa tanah setelah diuji dengan
larutan Kalium Diakromat dan Asam Sulfat pekat tampak bewarna hijau
yang tidak terlalu pekat. Warna ini menunjukkan bahwa terdapat
kandungan bahan organik yang tinggi pada tanah yang diuji. Sedangkan
tanah entisol jika diuji dengan Kalium Diakromat dan Asam Sulfat
seharusnya berwarna oren karena kandungan bahan organik yang rendah
pada tanah entisol.
Kandungan C-organik yang didapatkan pada hasil metoda Walkey
and black adalah sebesar 0,45 termasuk dalam kategori rendah. Tanah
dengan kandungan C-organik tidak baik digunakan dalam proses pertanian
karena memiliki sifat fisik yang buruk. Untuk hasil perhitungan diperoleh
kadar C-Organik sampel sebesar 0,45 yang dikategorikan rendah untuk
kandungan C-Organik. Kandungan C-organik yang rendah maka dapat
meningkatkan hasil produksi dari tanaman, karena tanaman mampu
menyerap unsur hara yang tinggi untuk proses pertumbuhan yang optimal.
Namun, fakta di lapangan menunujukan tanah entisol merupakan tanah
yang rendah unsur hara atau bahan organik, sehingga tanah entisol kurang
bagus jika digunakan untuk pertanian karena dengan kandungan C-organik
yang rendah mengindikasikan tanh tersebut memiliki kandungan hara yang
rendah dan sifat fisik yang buruk. Sifat fisik yang dimaksud seperti berat
volume, permeabilitas, kadar air, serta total ruang pori. Dengan sifat fisik
yang buruk maka tanah entisol tidak direkomendasikan sebagai tanah yang
bagus untuk media tumbuhnya tanaman.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pada sampel tanah yang diuji terdapat perbedaan kandungan bahan


organik yang terkandung dalam sampel sampel tanah. Sampel tanah yang
diuji memiliki kadar organik yang rendah yaitu sebesar 0,45% pada Ini
menunjukan bahwa terdapat bahan organik yang rendah pada tanah
sampel. Selain itu, tanah sampel juga memilki sifat fisik yang baik, seperti
berat volume, permeabilitas, kadar air, serta total ruang pori.

Tanah entisol merupakan tanah yang tidak subur sehingga dapat


diindikasikan bahwa tanah entisol memilki kadar C-Organik yang rendah.
Hal ini menyebabkan tanah ini tidak direkomedasikan untuk petanian.

5.2 Saran

Kesalahan pengambilan sampel menyebabkan data yang diperoleh


dan teori tidak valid, sehingga diharapkan kedepannya lebih teliti lagi
mengambil sampel untuk memperoleh hasil yang berkesinambungan
antara data dan fakta. Diperlukan ketelitian dalam melakukan praktikum
ini.
DAFTAR PUSTAKA

Agus F. 2013. Konservasi tanah dan karbon untuk mitigasi perubahan iklim
mendukung keberlanjutan pembangunan pertanian. Pengembangan
Inovasi Pertanian, 6(1): 23–33.

Darmawijaya, M. 1990. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press:


Yogyakarta.

Gärdenäs AI, Ågren GI, Bird JA, Clarholm M, Hallin S, Ineson P, Kätterer T,
Knicker H, Nilsson SI, Näsholm T, Ogle S, Paustian K, Persson T,
Stendahl J. 2011. Knowledge gaps in soil carbon and nitrogen
interactions - From molecular to global scale. Soil Biology and
Biochemistry. 43(4): 702–717.
https://doi.org/10.1016/j.soilbio.2010.04.006.

Gunawan, dkk. 2019. Karakteristik Sifat Kimia Tanah dan Status Kesuburan
Tanah pada Agroforestri Tanaman Sayuran Berbasis Eucalyptus Sp
.Jurnal Silvikultur Tropika. Vol. 10 No. 02, Agustus 2019, Hal 63-69.

Hairiah K, Dewi S, Agus F, Velarde S, Andree E, Rahayu S, van Noordwijk M.


2011. Measuring carbon stocks. In World Agroforestry Centre. Retrieved
from http://www.worldagroforestry.org/sea/Publications/file
s/manual/MN0050-11/MN0050-11-1.pdf.

Smith P, Haberl H, Popp A, Erb KH, Lauk C, Harper R, Tubiello FN, Pinto AS,
Jafari M, Sohi S, Masera M, Böttcher H, Berndes G, Bustamante M,
Ahammad H, Clark H, Dong H, Elsiddig EA, Mbow C, Ravindranath
NH, Rice CW, Abad CR, Romanovskaya A, Sperling F, Herrero M,
House HI, Rose S. 2013. How much land-based greenhouse gas
mitigation can be achieved without compromising food security and
environmental goals? Global Change Biology. 19(8): 2285-2302.
https://doi.org/10.1111/gcb.12160.

Sumarno, Hartati S, Widijanto H. 2001. Kajian Macam Pupuk Organik dan Dosis
Pupuk P Terhadap Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogea L.) di Tanah
Entisol. Kajian macam pupuk. 1(1):4
LAMPIRAN

A. Perhitungan
a) Menghitung PPM Kurva

Standar C Adsorban Standar adsorban Standar


kuadrat
x y xy x²
0 0,0000 0,0000 0
5 0,1252 0,6260 25
10 0,3220 3,3200 100
15 0,3721 5,5815 225
20 0,5350 10,700 400
25 0,5708 14,270 625
Σx=75 Σy=1,9351 Σxy=34,4975 Σx²=1375

Σx 75
 x= = =12,5
n 6
Σy 1,9351
 y= = =0,3225
n 6

b=
Σxy− (Σx . Σy
n )

Σ x 2− ( )
( Σx )2
n
75.1,9351
34,4975−( )
6
b¿
( 75 )2
1375−( )
6
34,4975−( 24,189)
b¿
1375−(937,5)
10,30875
b¿
437,5
b¿ 0,0236
 a= y−b . x̅
a¿ 0,3225−0,0236.12,5
a¿ 0,3225−0,2945
a¿ 0,0279

b) Menghitung KA
BB−BK
 KA= x100%
BK
BB−BK
KA= x100%
BK
10−6,54
KA= x100%
6,54
3,46
KA= x100%
6,54
KA =52,9 %
 KKA=1+%KA
KKA ¿ 1+%KA
KKA ¿ 1+0,529
KKA = 1,529

c) Mengitung C-Organik
100 100
% C org = PPM Kurva× ml × × KKA
1000 500
y−a 100 100
% C org = × ml × × KKA
b 1000 500
0,3769−0,0279 100 100
% C org = × ml × × KKA
0,0236 1000 500
0,349
% C org = × 0,1× 0,2× 1,529
0,0236
% C org = 14,788 ×0,1 ×0,2 ×1,529
% C org = 0,45 %

B. Dokumentasi

No. Dokumentasi Keterangan


1. Pengambilan sampel tanah
entisol

2. Pengayakan tanah
3. Tanah ditimbang 0,50
gram

4. Tanah 0,5 gram dimasukan


ke labu ukur 100 ml

5. Penambahan 5 ml
K₂Cr₂O₇

6. Penambahan 7,5 ml
H₂SO₄
7. Penambahan aquades

8. Pengukuran panjang
gelombang larutan
menggunakan
spektofotometer

9. Pengukuran berat basah


tanah

Anda mungkin juga menyukai