Kecamatan Lawang merupakan salah satu daerah dari 33 kecamatan di wilayah Kabupaten
Malang. Secara astronomis Kecamatan Lawang terletak diantara 112,6740 Bujur Timur
sampai 112,7288 Bujur Timur dan 7,8781 Lintang Selatan sampai 7,8184 Lintang selatan.
Mengacu pada data potensi Kecamatan Lawang, letak geografi sekitar 7 desa berada di
dataran, dan 5 desa di lereng dengan topografi desa tergolong perbukitan dan dataran. Luas
kawasan Kecamatan Lawang secara keseluruhan adalah sekitar 68,23 km2 atau sekitar 2,29
persen dari total luas Kabupaten Malang.
Penelitian mengenai kesesuaian lahan untuk pertanian kali ini dilakukan pada daerah
Kecamatan Lawang terhadap 7 unit lahan yang ada pada kecamatan tersebut. Penentuan
ketujuh lahan tersebut dikelaskan berdasakan
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………..
Pengujian yang dilakukan terhadap sampel tanah yang telah diambil dari tiap unit
lahan yang ada adalah uji kandungan C-organik tanah dengan metode Perangkat Uji Tanah
kering (PUTK) dan pengukuran indeks COLE atau indeks kembang kempis tanah.
Pentingnya C-Organik Tanah untuk Pertumbuhan Tanaman karena C-Organik menyatakan
banyaknya senyawa organik sebagai sumber unsur karbon yang terdapat di dalam tanah,
termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik
terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus (Surya dan Suyono, 2013).
Kadar C-Organik cenderung menurun seiring pertambahan kedalaman tanah karena bahan
organik yang hanya diaplikasikana atau jatuh diatas tanah. Sehingga bahan organik tersebut
terakumulasi pada lapisan top soil dan sebagian tercuci ke lapisan yang lebih dalam (sub soil)
(Sipahutar dkk,2014).
Kandungan bahan organik erat kaitannya dengan kandungan C-Organik karena dalam
penetapannya berdasarkan kandungan bahan organiknya, sehingga tinggi rendahnya
kandungan bahan organik tergantung pada C-Organiknya. Kandungan bahan organik dan C-
Organik dipengaruhi oleh faktor pengolahan dan kemiringan lahan (Nurmegawati dkk, 2014).
Pada lahan pertanian tanah yang tidak diolah memiliki kandungan C-Organik yang lebih
tinggi dibandingkan tanah yang diolah secara intensif, hal ini disebabkan oleh aerasi yang
pada tanah yang diolah menjadi baik sehingga mikroorganisme akan tumbuh baik dan cepat
sehingga proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat pada tanah yang diolah dibanding
dengan tanah yang tidak diolah (Arsyad, 2001).
Bahan organik merupakan salah satu faktor pembatas yang sangat berperan untuk
menambah hara dan sebagai penyangga hara. Penambahan bahan organik dapat
meningkatkan daya menahan air tanah, mampu mengikat air dalam jumlah besar sehingga
mengurangi jumlah air yang hilang dan mengurangi kejadian erosi di lahan pertanian.
Berbagai manfaat bahan organik yang sangat diperlukan tanah untuk mempertahakan kualitas
sifat fisik tanah sehingga membantu perkembangan perakaran tanaman tanaman dan siklus
air tanah melalui pori tanah yang terbentuk dan agregat tanah yang mantap. Manfaat biologi
melalui penyediaan energi bagi berlangsungnya aktivitas organisme, sehingga meningkatkan
kegiatan organisme makro maupun mikro yang merupakan manfaat lain dari bahan organik
dalam tanah.
Indikasi bahan organik dalam tanah dapat dilihat dari kandungan C-Organik dan N-
Total sehingga diperoleh nisbah C/N yang dapat dipakai untuk menduga ketersediaan hara
dari mineralisasi bahan organik. Penambahan bahan organik ke dalam tanah dapat dilakukan
melalui pengembalian sisa panen, pengomposan, pemulsaan, dan pupuk hijau serta
pemberian pupuk kandang. Budidaya pertanian yang diusahakan secara intensif akan
mengurangi cadangan C dalam tanah. Menurut Young (1989), tanah subur bila mengandung
bahan organik tanah di lapisan atas paling sedikit 2%, dimana untuk mempertahankannya
diperlukan masukan bahan organik minimal sebanyak 8-9 ton ha-1. Namun demikian
penerapan sistem budidaya yang tepat dengan teknik konservasi yang memiliki biomassa
tinggi akan menambah input menjadikan kedua sistem ini lebih efektif dalam meningkatkan
kandungan N dan C-organik serta mengurangi aliran permukaan yang menyebabkan terjadi
pencucian hara di lahan kering miring. Adapun berbagai komponen lain seperti pohon
rambutan, rumput gajah, jagung memberikan keragaman tajuk dan perakaran yang
berpengaruh terhadap iklim mikro, dimana akan mempengaruhi proses pelapukan dan
ketersediaan bahan organik pada system