Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM

WATAK DAN SIFAT TANAH


(PNT 20191202)

ACARA 6
BAHAN ORGANIK
TANAH

Oleh :
Nama : Ellen Artasya
NIM : 21/474146/PN/17116
Gol. / Kel. : B1/2
Kelas :H

Asisten Koreksi: Hartanti

LABORATORIUM TANAH UMUM


DEPARTEMEN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2022
I. Data Praktikum

Tabel 1. Data Praktikum Bahan Organik Tanah


Jenis Ulangan Berat N Volume Volume KL 0,5 C Bahan Rata
Tanah tanah FeSO4 Blangko Sampel mm Organik Organik Rata
(gram) (ml) (ml) (%) (%)
Entisol 1 1 0.2 4.6 4.3 4.85 1.36 2.34 3.8
2 1 0.2 4.6 3.8 4.77 3.6 6.2

II. Pembahasan

Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan semua jenis senyawa
organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan,
biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yangstabil
atau humus. Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah
untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah menurun, kemampuan
tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun. (Ompusunggu, et al., 2015).
Istilah bahan organik tanah digunakan untuk menyatakan materi organik yang ada di dalam
tanah tetapi tidak termasuk arang (charcoal), jaringan tanaman dan binatang yang tidak
melapuk serta biomassa tanah yang hidup. Bahan organik dapat didefinisikan sebagai semua
bahan yang berasal dari jaringan tanaman dan hewan baik yang masih hidup maupun yang
telah mati. bahan organik tanah adalah bahan yang kompleks dan dinamis, berasal dari sisa
tanaman dan hewan di dalam tanah dan mengalami perombakan secara terus menerus. Bahan
organik tanah dapat dikelompokkan menjadi dua komponen, yaitu komponen yang mati
(dead organic matter) dan komponen yang hidup (living organic matter). Komponen hidup
bahan organik dapat terdiri dari akar tanaman, binatang di dalam tanah (meso dan micro
fauna) dan mikroorganisme biomassa (microbial biomass), dan komponen mati terdiri dari
residu organik yang terdekomposisi secara biologi dan kimia. Komponen mati bahan organik
juga dapat dibedakan menjadi materi yang tidak berubah/ciri morfologi material aslinya
masih terlihat dan produk atau material yang sudah mengalami transformasi (humus). (Saidy,
2018). Fungsi bahan organik tanah di antaranya sebagai penyimpan unsur hara yang secara
perlahan akan dilepaskan ke dalam larutan air tanah dan disediakan untuk tanaman.(Nangaro,
et al., 2021). Bahan organik tanah yang jumlahnya di tanah sekitar 2-5 % mempunyai peranan
penting bagi sifat tanah dan pertumbuhan tanaman. Rendahnya kualitas tanah dicirikan
dengan sedikitnya kandungan bahan organik tanah. Sumber bahan organik tanah bukan saja
pupuk organik, tetapi vegetasi dan rumput yang ada pada lahan tersebut. Selain vegetasi dan
rumput, selanjutnya adalah sua sana aerob dan anaerob juga berpengaruh terhadap
pelapukan/mineralisasi bahan organik. (Tangketasik, et al., 2012). Sebagian dari bahan
organik ini akan terdekomposisi dengan cepat, sebagian lagi akan terdekomposisi secara
lambat. Sebagian dari bahan organik sulit terdekomposisi karena sangat resisten. Sisa bahan
organik tanah yang telah resisten di dalam tanah disebut Humus. Secara fisika bahan organik
berperan sebagai perekat, maka kehadiran bahan organik akan memperbaiki agregasi dan
struktur tanah. Meningkatnya kandungan bahan organik tanah juga mempengaruhi kimia
tanah karena selain merupakan sumber unsur hara, bahan organik tanah juga meningkatkan
kandungan humus tanah, yang merupakan koloid tanah. Akibatnya, secara tidak langsung
organisme tanah meningkatkan kandungan N-total, COrganik, dan basa-basa. Bahan organik
memiliki banyak gugus fungsional yang dapat menjadi sumber muatan negatif di dalam
sistem tanah, di antaranya adalah gugus karboksilat (RCOOH) dan gugus fenolat (C6H5-
OH). Kedua gugus fungsional ini dapat bermuatan positif pada pH rendah. Tanah dengan
bahan organik tinggi akan memiliki daya jerap tanah terhadap kation yang lebih tinggi dan
daya jerapnya terhadap anion lebih rendah. (Salam, 2020). Selain berperan dalam fiksasi dan
transformasi nitrogen, organisme tanah juga berperan dalam dekomposisi bahan organik dan
translokasi hara. Hal tersebut juga menjadikan bahan organik sebagai sumber utama nitrogen,
fosfor dan belerang. Bahan organik tanah memiliki fungsi-fungsi yang saling berkaitan,
sebagai contoh bahan organik tanah menyediakan nutrisi untuk aktivitas mikroba yang juga
dapat meningkatkan dekomposisi bahan organik, meningkatkan stabilitas agregat tanah, dan
meningkatkan daya pulih tanah. (Saputra, et al., 2018). Tujuan analisis bahan organik tanah
adalah untuk mengetahui kadar karbon C organic pada tanah, mengetahui nisbah C/N dalam
tanah, dan lain-lain.
Analisis kadar bahan organik tanah dengan menggunakan metode Walkley dan
Black Metode ini menentukan bahan organik dalam tanah dengan pendekatan kadar C
organik. Pada metode ini langkah kerja yang dilakukan yaitu contoh tanah kering angin 0,5
mm ditimbang seberat a gram dan dimasukkan ke labu takar 50 ml. Ditambahkan 10 ml
K2Cr2O7 1 N secara tepat dengan pipet volume 10 ml atau bottle top dispencer 10 ml.
Ditambahkan juga 10 ml H2SO4 pekat dengan gelas ukur atau bottle top dispencer 10 ml
melalui dinding kaca secara perlahan-lahan dan dihentikan sementara apabila terjadi luapan.
Labu takar digojok di atas meja dengan gerakan mendatar dan memutar. Warna harus tetap
merah jingga atau kekuningan atau kecoklatan, apabila warna berubah menjadi hijau
ditambahkan lagi 5 ml K2Cr2O7 1 N dan 5 ml H2SO4 pekat, dicatat penambahan volumenya
dan digojok lagi. Larutan dibiarkan menjadi dingin selama 30 menit. Ditambahkan 2-3 tetes
indikator difenilamin, kemudian ditambahkan juga akuades hingga volume 50 ml tepat
dengan botol pancar. Labu takar disumbat dengan sumbat karet/platik dan digojok dengan
cara dibolak-balik sampai homogen dan dibiarkan mengendap. Larutan yang jernih diambil
sebanyak 5 ml dengan pipet volume, lalu dimasukkan dalam labu erlenmeyer 50 ml dan
ditambahkan 15 ml akuades. Larutan dititrasi dengan FeSO4 1 N hingga warna menjadi
kehijauan dan catat volumenya. Ulangi langkah tersebut untuk keperluan blanko tanpa tanah
(cukup 1 blanko per golongan). Alasan menggunakan metode Walkley and Black yaitu
sederhana, cepat, mudah dikerjakan dan membutuhkan sedikit peralatan, tetapi
bagaimanapun metode aliran K2Cr2O7 (metode Walkley and Black) memiliki beberapa
kelemahan, yaitu adanya gangguan unsur tanah lain seperti Cl-, Fe2+ , dan MnO2. Sebagai
dasar untuk mengetahui tingkat penyebaran C-Organik dalam tanah pada areal tersebut,
dilakukan analisis laboratorium C-Organik. Kelebihan metode
Walkley dan Black dibandingkan dengan metode yang lain yaitu sederhana, cepat,
digunakan secara luas, dan hanya membutuhkan peralatan yang sedikit. Metode ini dipilih
karena mudah dilakukan dan memiliki ketelitian tinggi yaitu 100/77 dibanding dengan
metode lainnya. (Ompusunggu, et al., 2015). Nisbah C/N biasa digunakan sebagai indikator
jenis dan kemudahan bahan oraganik mengalami dekomposisi. Hasil analisis tanah
menunjukan nisbah C/N tergolong rendah-sedang masing-masing jenis tanaman. Nisbah C/N
rendah berarti bahan menganndung banyak N dan mudah terdekomposisi, sehingga cepat
memasok N bagi tanaman. Perhitungan nisbah C/N dimaksudkan untuk mengetahui laju
dekomposisi sisa organik yang terjadi dalam tanah, dengan kriteria jika C/N besar maka
dekomposisi belum lanjut, dan sebaliknya. (Susanti, 2010).
Penggunaan metode Walkley and Black dikarenakan sampel tanah yang akan diuji
mengandung bahan organik yang tidak terlalu besar, yaitu kurang lebih dibawah 10%. Dalam
metode Walkley and Black ini digunakan pula khemikalia seperti K2Cr2O7, H2SO4, dan
FeSO4. Dalam percobaan ini, K2Cr2O7 berperan sebagai oksidator dalam larutan (organic),
sedangkan H2SO4 berperan sebagai pereaktan untuk mempercepat terjadinya reaksi dengan
meningkatkan suhu larutan. Penambahan asam sulfat pekat (H2SO4) yaitu sebagai pelepas
karbon (C) pada bahan organik yang terkandung dalam tanah. Sedangkan FeSO4 berfungsi
sebagai indikator dalam larutan. Pengunaan K2Cr2O7 dipilih karena dapat menunjukkan
hasil reaksi yang lebih jelas dan lebih cepat dibandingkan dengan penggunaan H3PO4. Sisa
K2Cr2O7 yang berlebih akan direduksi kembali oleh ferrosulfat (FeSO4). Difinilamine
dalam H2SO4 pekat digunakan untuk petunjuk titik akhir titrasi. Pemberian H3PO4 berguna
untuk menghilangkan gangguan yang mungkin timbul karena adanya ion Ferro. Alasan tidak
digunakan H3PO4 pada percobaan ini yaitu karena reaksi tidak menghasilkan ion ferro
sebagai pengganggu sehingga tidak perlu dihilangkan menggunakan h3po4. (Meersmans, et
al., 2009).
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan diperoleh data kandungan Corganik tanah
Entisol pada ulangan pertama dan kedua masing-masing 1,36 dan 3,6%. Dengan data tersebut
dihitung kandungan bahan organiknya sehingga diperoleh kandungan bahan organik tanah
Entisol pada ulangan pertama dan kedua masing-masing 2,34% dan 6,2%. Dari hasil
perhitungan kandungan bahan organik tersebut dibuat rata-rata, sehingga diperoleh
kandungan bahan organik dan C organic tanah Entisol rata-rata yaitu sebesar 3,8%. Dalam
penelitian Sukaryorini et al. (2016) yang dilakukan pada beberapa tipe lahan berbeda
diperoleh kandungan bahan organik tanah Entisol masing-masing sebesar 2,17%, dan 1,92%.
Oleh karena itu, tidak ada perbedaan yang signifikan dari kandungan bahan organik pada
tanah Entisol hasil percobaan dengan literatur.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dekomposisi bahan organik dapat dikelompokkan
dalam tiga grup, yaitu 1) sifat dari bahan tanaman termasuk jenis tanaman, umur tanaman
dan komposisi kimia, 2) tanah termasuk aerasi, temperatur, kelembaban, kemasaman, dan
tingkat kesuburan, dan 3) faktor iklim terutama pengaruh dari kelembaban dan temperature.
(Sukaryorini, et al., 2016). Faktor-faktor yang mempengaruhi kandungan bahan organik pada
tanah antara lain : iklim, vegetasi/organisme tanah, topografi, bahan induk dan pengelolaan
pertanian (cropping). Parameter iklim yang mempengaruhi kandungan bahan organik adalah
curah hujan dan temperatur. Pada wilayah dengan curah hujan yang rendah, kerapatan
vegetasi juga menjadi jarang, temperatur tanahpun menjadi lebih hangat. Semakin hangat
temperatur tanah maka akan semakin cepat proses dekomposisi oleh mikroorganisme
sehingga akumulasi bahan organik tanah yang bersangkutan akan semakin rendah. Begitu
pula berlaku proses sebaliknya. Semakin banyak jumlah organisme maka proses penguraian
akan berlangsung lebih cepat sehingga akumulasi bahan organik pada tanah juga akan relatif
lebih sedikit. Topografi berkaitan erat dengan erosi. Erosi akan mengikis dan mengangkut
lapisan tanah permukaan pada lereng atas ke daerah yang lebih rendah. Hal tersebut
mengakibatkan menipisnya lapisan tanah permukaan di bagian lereng atas yang mengandung
bahan organik di dalamnya. Oleh karena itu tanah yang terdapat pada lereng bawah atau
lembah biasanya mempunyai kandungan bahan organik yang lebih tinggi. Faktor iklim dapat
berpengaruh terhadap kandungan bahan organik tanah karena iklim merupakan rerata cuaca
jangka panjang yang berkaitan dengan curah hujan. Curah hujan tersebut dapat
mempengaruhi proses pembentukan atau pelepasan bahan organik dalam tanah. Iklim juga
berpengaruh terhadap suhu dan kelembaban tanah yang akan mempengaruhi proses
dekomposisi bahan organik. Faktor lainnya yaitu drainase. Pada tanah dengan drainase
buruk, dimana air berlebih, oksidasi akan terhambat karena kondisi aerasi yang buruk
sehingga menyebabkan kadar bahan organik tinggi daripada tanah berdrainase baik.
(Primadani, 2008). Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap dinamika agregat dan status
bahan organik adalah perubahan penggunaan lahan, pengolahan tanah dan pengelolaan tanah
dan tanaman. Pengelolaan tanah dan tanaman mempercepat oksidasi bahan organik karena
hancurnya agregat tanah, sehingga memperluas permukaan koloid yang dapat diserang oleh
mikroba dan akhirnya berpengaruh pada meningkatnya nilai redoks tanah. Kecepatan
perubahan kadar bahan organik tanah akibat pengelolaan tanah dan tanaman sangat
dipengaruhi kadar bahan organik awal. (Juarsah, 2015).
Bahan organik mempengaruhi sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Tanah yang kaya
bahan diameternya mampu mengikat dan menyimpan unsur-unsur hara tanaman yang
bermuatan positif atau unsur logam seperti Ca, Mg dan K. Asam-asam yang dihasilkan pada
dekomposisi bahan organik dapat melarutkan P tanah dan unsur-unsur mikro kurang larut,
sehingga menjadi tersedia bagi tanaman. Peningkatan bahan organik juga secara tidak
langsung meningkatkan porositas tanah melalui peningkatan aktivitas fauna tanah.
Banyaknya pori-pori tanah yang terbentuk membuat proses pertukaran O2 dan CO2 dalam
tanah menjadi lebih baik. Selain itu, kondisi porositas tanah yang cukup tinggi dapat
menyediakan pori-pori tanah dalam menampug air sehingga kebutuhan air dalam tanah
masih dapat terjaga dengaan baik. (Supriyadi, 2008). Bahan organik dapat berpengaruh
terhadap kesuburan tanah. Bahan organik tanah menjadi salah satu indikator kesehatan tanah
karena memiliki beberapa peranan penting dalam tanah. Bahan organik tanah merupakan
hasil dekomposisi dari sisa tumbuhan dan binatang. Hal tersebut dapat menjadi habitat yang
baik untuk pertumbuhan mikroorganisme yang bermanfaat bagi tanaman. Salah satunya
adalah adanya jamur P. Involutus sebagai penambat nitrogen dalam tanah dengan
mengoksidasi bahan organi. (Nicolas, et al., 2019).
Manfaat mengetahui kandungan bahan organik dalam suatu jenis tanah sangat
banyak. Salah satunya dalam dunia pertanian, seperti penentuan jenis komoditas yang akan
ditanam, teknik pengolahan tanah yang tepat, serta mengetahui cara meningkatkan kesuburan
tanah. (Marzuki, et al. 2012). Bahan Organik dalam bentuk yang telah dikomposkan ataupun
segar bermanfaat untuk meningkatkan kadar bahan organik tanah; (2)Memperbaiki
kesuburan fisik, kimia, dan biologi tanah, meningkatkan keragaman, populasi dan aktivitas
mikroba dan memudahkan penyediaan hara dalam tanah, menyediakan hara makro dan
mikro. (Kurnia, et al. 2006).

III. Daftar Pustaka


Tangketasik, A., Wikarniti, M. N., Soaniari, N. N., dan Narka, I. W. 2012. Kadar Bahan
Organik Tanah pada Tanah Sawah dan Tegalan di Bali serta Hubungannya dengan
Tekstur Tanah. AGROTROP. 2(2): 101- 107.
Saputra, D. D., Putrantyo, A. R., dan Kusuma, Z. 2018. Hubungan Kandungan Bahan
Organik Tanah dengan Berat Isi, Porositas, dan Laju Infiltrasi pada Perkebunan
Salak di Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan. Jurnal Tanah dan Sumberdaya
Lahan. 5(1) : 647-654.
Nangaro, R. A., Zetly, E., Tamod, dan Titah, T. 2021. Analisis Kandungan Bahan Organik
Tanah di Kebun Tradisional Desa Sereh Kabupaten Kepulauan Talaud. 3(1): 1 -17.
Primadani, P. 2008. Pemetaan Kualitas Tanah pada beberapa Penggunaan Lahan di
Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar. Skripsi.
Juarsah, I. 2015. Pemanfaatan pupuk organik untuk pertanian organik dan lingkungan
berkelanjutan. 1-10.
Ompusunggu, G. P., Guchi, H., dan Razali. 2015. Pemetaan Status C-Organik Tanah Sawah
Di Desa Sei Bamban, Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai. 1-9.
Susanti, N. 2010. Kajian Model genesis Faktor Dominan Lokasi Tanah Alfisols Kecamatan
Jatoyosi Kabupaten Karangannya. Skripsi.
Sukaryorini, P., Fuad, A. M., dan Santoso, S. 2016. Pengaruh Macam Bahan Organik
Terhdap Ketersediaan Amonium (NH +) C-Organik dan Populasi Mikroorganisme
pada Tanah Entisol. Plumula Volume. 5(2): 99-106.
Supriyadi, S. 2008. Kandungan Bahan Organik Sebagai Dasar Pengelolaan Tanah di Lahan
Kering Madura. Jurnal Embryo. 5(2): 176-183.
Marzuki, Sufardi, dan Manfarizah. 2012. Sifat Fisika dan Hasil Kedelai (Glycine max L)
pada Tanah Terkompaksi Akibat Cacing Tanah dan Bahan Organik. Jurnal
Manajemen Sumberdaya Lahan. 1(1): 23-31.
Nicolás, C., Bertelsen, T. M., Floudas, D., Bentzer, J., Smits, M., Johansson, T., Troein, C.,
Persson, P., and Tunlid, A. 2019. The soil organic matter decomposition
mechanisms in ectomycorrhizal fungi are tuned for liberating soil organic nitrogen.
The ISME Journal. 13: 977–988.
Meersmans, B. J., Wesemael, V., and Molle, M. V. 2009. Determining soil organic carbon
for agricultural soils: a comparison between the Walkley & Black and the dry
combustion methods (north Belgium). 25(4)
Saidy, A. R. 2018. Bahan Organik Tanah: Klasifikasi, Fungsi dan Metode Studi. Lambung
Mangkurat University Press. Banjarmasin.
Salam, A. K. 2020. Ilmu Tanah. Global Madani Press. Bandar Lampung.
Kurnia, U., Agus, F., Adimihardja, A., dan Dariah, A. 2006. Sifat Fisik Tanah dan Metode
Analisisnya. Badan Litbang Pertanian.

IV. Lampiran
a. Perhitungan Data Percobaan
b. Dokumentasi Kegiatan Praktikum Mandiri Konsistensi Tanah
c. Cover Buku dan Halaman Depan Paper
d. Highlight

Anda mungkin juga menyukai