Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU TANAH HUTAN

ACARA VI

CIRI KIMIA TANAH

Disusun Oleh :

Nama : Nadia Angelica Baptista

NIM : 19/440039/KT/08924

Co-Ass : Mohammad Risalluddin Fatih

Shift : Jumat (13.00 WIB)

LABORATORIUM FISIOLOGI DAN TANAH HUTAN

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2019
ACARA VI

CIRI KIMIA TANAH

I. TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui metode selidik cepat kualitatif terhadap 6 macam tanah yang
tersedia.
2. Terampil menguji tanah dengan metode selidik cepat kualitatif di
laboratorium.
3. Dapat membandingkan sifat-sifat utama tanah dari 6 contoh tanah.
4. Dapat meperkirakan proses-proses pedogenesa yang mungkin terjadi dan
sifat-sifat tanah yang diuji.

II. LANDASAN TEORI


Proses pedogenesis (proses pembentukan tanah) terdiri atas 4 proses
umum sebagaimana dikemukakan oleh Simonson (1959) sebagai berikut:
1. Penambahan bahan organik dan mineral ke dalam tanah baik dalam
bentuk padat, cair, atau gas.
2. Kehilangan bahan mineral dan bahan organik tersebut dari tanah.
3. Translokasi (pemindahan) bahan-bahan tanah dari 1 lapisan ke lapisan
lain.
4. Transformasi (perubahan bentuk) bahan-bahan mineral atau bahan
organik dari dalam tanah. (Rayes, 2017).

Pembentukan dan perkembangan tanah merupakan tahap yang menyambung.


Pembentukan (pedogenesis / alih rupa) adalah mengubah bahan induk
menjadi bahan tanah yang terjadi pengubahan dalam satu tempat. Sementara
perkembangan (morfogenesis / alih tempat) merupakan peristiwa
penyusunan bahan tanah menjadi tubuh tanah dengan morfologi dan
organisasi tertentu yang terjadi pengubahan alih tempat dengan hasil berupa
horisonisasi (Gambar 6). Kedua tahapan terjadi di muka bumi yang disebut
peristiwa epimorfik. Kejadian epimorfik dikendalikan faktor lingkungan
terutama iklim dan vegetasi yang berasosiasi dengan iklim. Karena berkaitan
dengan iklim maka disebut sebagai weathering (dalam Bahasa Indonesia :
pelapukan). (Purnomo, 2013)

Unsur hara merupakan faktor yang mutlak dibutuhkan oleh tanaman


untuk melengkapi daur hidupnya, mulai dari fase vegetatif sampai generatif.
Unsur-unsur tersebut menjadi bagian dari pertumbuhan tanaman yang
penting, karenanya disebut sebagai unsur hara esensial. Setiap tanaman
membutuhkan paling sedikit 16 unsur hara agar pertumbuhannya normal.
Dari ke-16 unsur hara tersebut, 3 diantaranya berasal dari udara, yakni
karbon (C), oksigen (O), dan hidrogen (H). Sementara 13 unsur hara lainnya
disediakan oleh tanah yang kemudian dibedakan menjadi 2 golongan
berdasarkan tingkat kebutuhannya, yakni unsur hara makro dan unsur hara
mikro. Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam
jumlah relatif banyak, berupa nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium
(Ca), magnesium (Mg), dan belerang (S). Sementara unsur hara mikro
adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang relatif
sedikit, berupa besi (Fe), mangan (Mn), boron (B), molibden (Mo), kuprum
atau tembaga (Cu), zink atau seng (Zn), dan klor (Cl). (Prayugo, 2007)

Kadar unsur hara tanah dan daun tumbuhan saling berhubungan,


bahkan lebih dari 2/3 unsur hara dalam tanah diserap oleh akar tanaman
disimpan dalam daun (Kramer dan Kozlowski, 1979). Hubungan tanah dan
tumbuhan bersifat dinamis, tergantung pada input (pupuk, polutan, dan
kimia tanah) dan kehilangan (erosi, pelindihan, dan pemanenan). (Supriyo
dan Prehaten, 2014).
Menurut Febriana (2009), gejala defisiensi unsur hara adalah tanda-tanda
yang diperlihatkan oleh tanaman sebagai akibat kekurangan salah satu atau
lebih unsur hara. Defisiensi unsur hara antara lain disebabkan oleh
pemupukan yang dilakukan sebelumnya tidak sesuai dengan kebutuhan
tanaman. Tanaman yang mengalami defisiensi unsur hara memperlihatkan
kelainan pada bagian yang mengalami kekurangan salah satu atau lebih
unsur hara tersebut, misalnya pada daun, muncul bercak-bercak. (Matana
dan Mashud, 2015).
Tiga sifat utama tanah yang dapat ditetapkan di lapangan untuk
mengenal jenis tanah yaitu warna tanah, tekstur tanah, dan struktur tanah.
Warna tanah merupakan ciri tanah yang paling jelas sehingga sangat
membantu untuk mengenal jenis tanah. Warna ditentukan dalam buku
standar warna (Munsell Colour Chart) yang isinya berupa tiga unsur utama,
yaitu Hue (berhubungan dengan cahaya), Value (tua-mudanya warna yang
bersangkutan), dan Chroma (jernih atau kotornya warna yang bersangkutan).
Keadaan drainase setempat, lingkungan proses pencucian, dan kandungan
suatu unsur sangat menentukan warna tanah. Misalnya, tanah yang banyak
mengandung bahan organik berwarna hitam. Warna kelabu dijumpai di
lokasi-lokasi yang dekat dengan air, sementara tanah yang berwarna merah
mengandung unsur besi. Tekstur tanah adalah ukuran dan pembagian butir-
butir primer. Untuk menetapkan tekstur tanah dapat dilakukan di lapangan,
yaitu dengan memirid tanah dengan ibu jari dan telunjuk serta menggunakan
indera peraba. Baik dengan indera peraba maupun di laboratorium dikenal
tiga macam tekstur, yaitu pasir, debu, dan liat. Struktur tanah adalah suatu
cara penyusunan partikel tanah. Ada dua macam partikel tanah, yaitu partikel
primer dan partikel sekunder. Macam struktur yang sering dijumpai adalah
remah, kubus bersudut, kubus, dan tanpa struktur seperti pasir. (Chambers
dan Sutarman, 1992).
Kualitas tanah pada suatu lahan dapat diketahui dengan cara yang
paling mudah yaitu dengan mengamati warna tanah secara visual. Semakin
gelap warna tanah maka semakin banyak pula nutrisi yang terkandung dalam
tanah dengan kata lain warna gelap tanah sebagai indikasi tanah subur
(Sumarno, 2009). (Njurumana, 2008) menambahkan bahwa semakin tinggi
kandungan bahan organik suatu tanah, maka warna tanah akan semakin
gelap. (Anwar, dkk., 2018).

III. ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan pada praktikum ini:
1. Soil Munsell Colour Chart
2. Kertas HVS / kertas saring

Bahan yang digunakan pada praktikum ini:

1. Larutan H2O2 10%


2. Larutan HCl 2N atau 10%
3. K3Fe(CN)6 10%
4. Larutan KCNS 10%
5. Larutan a a dipiridil
6. Larutan NaOH 40%
7. Larutan H2O3 3%

IV. CARA KERJA


a. Penentuan Bahan Organik
1. 5 gram tanah diambil, kemudian diratakan pada alas kertas
2. Tanah ditetesi dengan kamikala H2O2 10%, kemudian pembuihan
pada tanah diamati.
3. Perbandingan banyaknya buih antar sampel kemudian dicatat ke
dalam tabel hasil pengamatan.

b. Penentuan Kapur (CaCO3)


1. 5 gram tanah diambil, kemudian diratakan pada kertas alas.
2. Tanah ditetesi dengan kamikala HCl 2N atau 10%, kemudian
percikan dan suara desis pada tanah diamati.
3. Perbandingan banyaknya percik dan kerasnya desis antara sampel
contoh tanah yang satu dengan yang lainnya diamati. Tanah yang
memercik banyak dan bersuara desis lebih keras diberi tanda (+)
lebih banyak, dan yang tidak bereaksi diberi tanda negatif (-).

c. Penentuan Ferro dan Ferri


1. 5 gram tanah diambil, kemudian diratakan pada kertas alas.
2. Tanah ditetesi dengan kamikala HCl 2N kemudian dengan
K3Fe(CN)6 0,5% untuk menguji Ferro (Fe2+) dan dengan KCNS 10%
untuk menguji Ferri (Fe3+).
3. Perubahan warna tanah kemudian diamati, warna pengujian ferro
adalah biru, sedangkan warna pengujian ferri adalah merah.
4. Penafsiran hasil:
 Hanya timbul warna merah: suasana oksidatif (oksik) mutlak (O3)
 Merah nyata disertai hijau: suasana oksik kuat (O2)
 Merah nyata disertai biru: suasana oksik sedang (O1) atau
reduktif (anoksik) sedang (R1)
 Hanya timbul warna biru nyata: suasana anoksik mutlak (R3)

Catatan:
Larutan K3Fe(CN)6 0,5% berwarna kuning sehingga apabila warna
kuning saja bukan warna reaksi ferro. Reaksi ferro lemah
menimbulkan warna hijau karena biru dicampur kuning akan menjadi
hijau.

d. Pengamatan Gleisasi
1. 5 gram tanah diambil, kemudian diratakan pada kertas alas.
2. Tanah ditetesi dengan kamikala HCl 2N atau 10% kemudian dengan
alfa-alfa dipiridil.
3. Perubahan warna merah yang terdapat dibalik kertas alas diamati.
4. Hasil yang diperoleh kemudian dicatat ke dalam tabel hasil
pengamatan. Yang kuat diberi tanda positif (+) dan yang tidak
bereaksi diberi tanda negatif (-).
Keterangan:
Alfa-alfa dipiridil adalah zat beracun, maka harus dijaga agar jangan
sampai terhisap atau terkena kulit.

e. Pengamatan Si
1. 5 gram tanah diambil, kemudian diratakan pada kertas alas.
2. Tanah ditetesi dengan kamikala NaOH 40%, kemudian percikan pada
tanah diamati.
3. Perbandingan banyaknya percik antara sampel contoh tanah yang
satu dengan yang lainnya dicatat pada tabel hasil pengamatan. Yang
kuat diberi tanda (+) lebih banyak, dan yang tidak bereaksi diberi
tanda negatif (-).

f. Penentuan Mn
1. 5 gram tanah diambil, kemudian diratakan pada kertas alas.
2. Tanah ditetesi dengan kamikala H2O2 3%, kemudian percikan pada
tanah diamati.
3. Perbandingan banyaknya percik antara sampel contoh tanah yang
satu dengan lainnya dicatat ;pada tabel hasil pengamatan. Yang kuat
diberi tanda (+), dan yang tidak bereaksi diberi tanda negatif (-).

g. Penentuan Warna Tanah


1. Sebongkah tanah lembab diambil, kemudian warna tanah
dibandingkan pada indikator warna yang terdapat pada Soil Munsell
Colour Chart.
2. Sebutan dan nilai warna kuantitatif tanah (hue, value, dan
chromanya) kemudian dicatat pada tabel hasil pengamatan.
3. Apabila terdapat bercak tanah maka dicari warna matrik (utama)
dahulu baru warna bercaknya.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai