Anda di halaman 1dari 4

Sitasi ith acara 4

Jurnal:

https://www.researchgate.net/profile/Eko_Handayanto/publication/
303486756_PENGARUH_APLIKASI_BAHAN_ORGANIK_SEGAR_DAN_BIOCHAR_TERHADAP_KETERSEDIAA
N_P_DALAM_TANAH_DI_LAHAN_KERING_MALANG_SELATAN/links/5745186c08aea45ee85384d8/
PENGARUH-APLIKASI-BAHAN-ORGANIK-SEGAR-DAN-BIOCHAR-TERHADAP-KETERSEDIAAN-P-DALAM-
TANAH-DI-LAHAN-KERING-MALANG-SELATAN.pdf

https://jurnal.usu.ac.id/index.php/PFSJ/article/view/13061/5892

http://kohesi.sciencemakarioz.org/index.php/JIK/article/view/2/14

Buku:

Dafpus:

Arsyad

Foth

Hakim

Hardjowigeno

Manalu, C. J. 2018. Di foto hp

Sikettang, B., Utomo, B., dan Dalimunthe, A. 2015. Di foto hp

Tambunan, S., Handayanto, E., dan Siswanto, B. 2014. Di foto hp

Bahan organik merupakan suatu sistem zat yang paling rumit dan dinamik. Secara garis besar
peranan dari bahan organik adalah (1) menjaga kelembaban tanah, (2) menawarkan sifat racun
dari Al dan Fe, (3) penyangga hara tanaman, (4) membantu dalam meningkatkan penyediaan
hara, (5) menstabilkan temperature tanah, (6) memperbaiki aktivitas organism, (7) memperbaiki
struktur tanah, (8) meningkatkan efisiensi pemupukan, dan (9) mengurangi terjadinya erosi.
Bahan-bahan tersebut sangat sulit didekomposisi dan dalam penerapannya diperlukan proses
antara lain yaitu pembakaran tidak sempurna (pyrolysis) sehingga diperoleh arang yang
mengandung karbon aktif untuk diaplikasian ke dalam tanah. (Tambunan dkk., 2014)
Mempertahankan fungsi hutan sebagai bagian dari sistem biogeofisik tentu saja adalah dengan
mempertahankan fungsi setiap komponen hutan untuk dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Humus merupakan bagian dari komponen penyusun hutan yang memiliki fungsi tersendiri dalam
menjaga keseimbangan alam. Tanpa humus, maka hutan akan kehilangan fungsinya dalam
menjaga kestabilan siklus hidrologi dan daur hara tanah. Pengambilan humus hutan oleh
masyarakat yang terjadi beberapa tahun belakangan ini adalah sebuah fenomena unik dalam
konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Kendati bukan berupa kegiatan
pembukaan wilayah hutan, pengambilan humus hutan dapat memberikan dampak ekologis yang
cukup berarti dalam proses alam. Pengambilan humus hutan oleh masyarakat merupakan
gangguan terhadap kestabilan fungsi hutan. Berbagai dampak kelak dikemudian hari akan timbul
apabila permasalahan ini tidak diselesaikan dengan pendekatan dan tinjauan yang ilmiah.
Tinjauan ilmiah permasalahan ini mencakup hampir semua bidang kehutanan, meliputi aspek
sosial budaya, ekonomi, dan ekologis (dalam hal studi pengaruh pengambilan humus terhadap
ekosistem) (Sikettang dkk., 2015)

Pengelolaan bahan organik ditujukan untuk memperoleh/menyediakan sumber energi dan


nutrisi bagi fauna tanah, sehingga keanekaragaman fauna tanah terjaga dan dapat
menjalankan perannya dalam membantu meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman.
Setiap jenis fauna tanah memerlukan senyawa organik yang berbeda dengan jenis fauna
lainnya, sehingga diperlukan keanekaragaman tanaman sebagai sumber organik.
Bahan organic mampu meningkatkan kandungan hara dalam tanah dan mengefisiensikan
pemupukan, yang mana selama ini petani lebih menggunakan pupuk 20 ton/ha. (Manalu,
2018)
Faktor-faktor yang mempengaruhi bahan organik dalam tanah adalah kedalaman tanah, iklim,
curah hujan, suhu, drainase, tekstur tanah, dan vegetasi. Kadar bahan organik terbanyak
ditemukam pada lapisan atas setebal 20 cm, sehingga lapisan tanah makin ke bawah makin
berkurang bahan organik yang dikandungnya. Pada tanah yang berdrainase buruk, dimana air
berlebih, oksidasi terhambat karena kondisi aerasi yang buruk. Hal ini menyebabkan kadar bahan
organik dan N tinggi daripada tanah berdrainase baik. Di samping itu, vegetasi penutup tanah
dan adanya kapur dalam tanah mempengaruhi kadar bahan organik tanah. Vegetasi hutan akan
berbeda dengan padang rumput dan tanah pertanian, sehingga sukar untuk menilainya sendiri
(Hakim, 1986).
Pengaruh bahan organik tidak dapat disangkal terhadap kesuburan tanah. Bahan organik
mempunyai daya serap kation lebih besar daripada keloid tanah yang liat. Semakin tinggi
kandungan bahan organik suatu tanah, maka makin tinggi pula kapasitas tukar kationnya. Bahan
organik tanah merupakan penimbunan dari sisa tumbuhan dan binatang yang sebagian telah
mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Bahan yang sedemikian berada dalam proses
pelapukan aktif dan menjadi mangsa jasad mikro. Sebagai akibat, bahan itu berubah terus dan
tidak mantap, dan selalu dipebarui melalui sisa-sisa tanaman atau binatang (Hardjowigeno,
2003).

Kandungan bahan organic tanah biasanya diukur berdasarkan kandungan C-organik. Kandungan
karbon pada bahan organic bervariasi antara 40-60%. Kandungan bahan organic dipengaruhi
oleh arus akumulasi bahan asli dan arus dekomposisi dan humifikasi yang sangat bergantung
pada kondisi lingkungan (vegetasi, iklim, batuan, timbunan, dan praktik pertanian). Arus
dekomposisi jauh lebih penting daripada jumlah bahan organic yang ditambahkan. Pengukuran
kandungan bahan organic dengan metode walkey and black ditentukan berdasarkan kandungan
C-organik (Foth, 1994).

Menurut Asyad (1989), bahan organik adalah hasil-hasil penguraian tubuh bekas jasad hidup
(tumbuhan dan binatang) sehingga menunjukkan perbedaan dalam ukuran, bangun, komposisi,
dan watak, fisiokimiawi dan aslinya, yang telah menyatu dengan jarrah-jarah penyusun tanah
lainnya. Pemasok bahan organic adalah tumbuhan dan binatang. Serasah dan bangkai hewan
yang berada di atas dan di dalam tubuh tanah akan segera dicacah oleh binatang pencacah dan
jasad renik pengurai, yang menjadikan sumber energi.

Pembahasan:

Pada praktikum ilmu tanah hutan acara IV ini membahas tentang bahan organic tanah.
Menurut Asyad (1989), bahan organik adalah hasil-hasil penguraian tubuh bekas jasad hidup
(tumbuhan dan binatang) sehingga menunjukkan perbedaan dalam ukuran, bangun, komposisi,
dan watak, fisiokimiawi dan aslinya, yang telah menyatu dengan jarrah-jarah penyusun tanah
lainnya. Untuk menguji kandungan bahan organic tanah, terdapat 3 metode yang dapat
digunakan yaitu metode selidik cepat kualitatif, metode pembakaran, dan metode walkey &
black. Pada praktikum ini hanya digunakan 2 metode yaitu metode selidik cepat kualitatif yang
dilakukan dengan cara menetesi semua contoh tanah dengan kamikala H2O2 10% kemudian
diamati tingkat pembuihannya. Metode kedua yang digunakan adalah metode pembakaran yang
dilakukan dengan melakukan pembakaran sebanyak 2-3 kali pada tanah yang permukaannya
telah ditetesi spiritus. Hasil abu yang terdapat di atas permukaan tanah diasumsikan sebagai
bahan organic. Kedua metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Metode selidik cepat kualitatif tidak membutuhkan waktu yang lama serta alat dan bahan relative
lebih terjangkau, namun hasil yang diberikan kurang akurat karena bersifat subjektif. Sedangkan
pada metode pembakaran hasil yang diperoleh lebih akurat namun memerlukan waktu yang lama
karena proses pembakaran dilakukan 2-3 kali, serta memerlukan alat dan bahan khusus yang
harganya relative lebih mahal.

Berdasarkan data di atas, kandungan bahan organic setiap jenis tanah adalah sebagai
berikut: alfisol = 14%, andisol = 32%, entisol = 22%, molisol = 32%, dan vertisol = 30%. Data
tersebut diperoleh dari hasil metode pembakaran. Untuk metode selidik cepat kualitatif, data
yang diperoleh adalah sebagai berikut: tanah alfisol dan andisol tidak mengandung bahan
organic, entisol mengandung bahan organic dalam jumlah sedang, molisol mengandung sedikit
bahan organic, dan vertisol banyak mengandung bahan organic. Berdasarkan data yang
diperoleh, terdapat perbedaan hasil yang diperoleh pada kedua metode. Hal ini dikarenakan
metode selidik cepat kualitatif bersifat subjektif. Selain itu, terdapat kesalahan teknis lain seperti
pada saat meakukan metode pembakaran, peniupan abu dilakukan terlalu kencang sehingga
terdapat sebagian tanah yang ikut tertiup angin. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan adanya
perbedaan kandungan bahan organic pada setiap contoh tanah yaitu bahan induk tanah, iklim,
vegetasi, tekstur tanah, dan topografi. Tanah yang terdapat pada daerah tropis kandungan bahan
organiknya lebih banyak dibandingan tanah yang terdapat pada daerah kutub. Hal ini disebabkan
karena tekstur tanah mempengaruhi kadar nitrogen dan humus yang terkadung di dalamnya.
Topografi lingkungan sangat berpengaruh terhadap vegetasi dan organisme yang hidup di dalam
tanah. Sedangkan vegetasi juga sangat mempengaruhi banyaknya serasah yang menjadi
pembentuk bahan organic itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai