Anda di halaman 1dari 13

TUGAS PERENCANAAN USAHA PUPUK KOMPOS

KEWIRAUSAHAAN BERBASIS KIMIA

KELOMPOK 7

OLEH :

1. St. Ainun Nasyrah Utami Ansar 1913041009


2. Asti Rey Mina Jaya 1913042031
3. Febiola 1913040017
4. Syarifah Fatimah 1913041017
5. Nurul Ismi 1913040012
6. Tri Saldi 1913041013

JURUSANKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN


ILMUPENGETAHUANALAMUNIVERSITASNEGERIMAKASSAR
2022
A. LATAR BELAKANG
Masalah lingkungan memang tidak akan ada habisnya, terutama masalah
sampah dan tidak akan terlepas dari ulah manusia itu sendiri. aktivitas
manusia dilingkungan masyarakat sangat berpengaruh besarnya volume
limbah dan meningkatnya limbah yang dihasilkan dari tahun - ketahun (Yusuf,
2008).
Sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi
atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang
dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan biologis
(karena human waste tidak termasuk di dalamnya) dan umumnya bersifat
padat. Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena dari
sampah tersebut akan hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit
(Bacteri pathogen), dan juga binatang serangga pemindah atau penyebar
penyakit (vector) (Notoadmodjo, 2007).
Masalah sampah di Indonesia meruapakan masalah yang rumit karena
kurangnya pengertian masyarakat terhadap akibatakibat yang dapat
ditimbulkan oleh sampah dan kurangnya biaya untuk mengusahakan
pembuangan sampah yang baik dan memenuhi syarat. Factor lain yang
menyebabkan permasalahan sampah di Indonesia semakin rumit adalah
meningkatnya taraf hidup masyarakat yang tidak disertai dengan keelarasan
pengetahuan tentang persampahan dan juga partisipasi masyarakat yang
kurang untuk memelihara kebersihan dan membuang sampah pada tempatnya
(Soemirat,2006).

Sampah yang banyak dimasayarakat merupakan sampah dari limbah


rumah tangga. Limbah rumah tangga yang umumnya dihasilkan dari setiap
penduduk yang menempati suatu wilayah menjadi tugas yang sangat besar.
Sampah dari limbah rumah tangga yang menumpuk menimbulkan bau,
mengganggu keindahan, mengundang hewan vektor (kecoa, lalat dan tikus)
dan mengotori lingkungan seperti sungai dan jalanan padahal dengan
mengelola sampah tersebut akan mendapatkan keuntungan salah satunya
adalah kebersihan lingkungan. Banyak cara dalam mengelola dan
memanfaatkan limbah rumah tangga, salah satunya dibuat sebagai kompos.
Pupuk kompos adalah salah satu pupuk organik yang sangat bermanfaat bagi
peningkatan produksi pertanian baik kualitas dan kuantitas, mengurangi
pencemaran lingkungan dan meningkatkan kualitas lahan secara
berkelanjutan. Penggunaan pupuk kompos dalam jangka panjang dapat
meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan. Serta
berperan besar terhadap perbaikan secara fisika, kimia biologi tanah serta
lingkungan.
Penggunaan pupuk kompos organik juga dapat mengatasi masalah di lahan
pertanian. Kondisi lahan dan tanah pertanian saat ini banyak mengalami
kerusakan dan penurunan tingkat kesuburan. Penggunaan bahan – bahan alami
seperti pupuk organik akan memberikan keuntungan bagi tanah, tanaman dan
lingkungan. Pupuk organik adalah bahan organik yang telah mengalami proses
pengomposan sehingga tekstur dan warna telah menjadi homogen. Bahan
Organik dapat berupa kotoran ternak, jerami padi atau sisa – sisa dedaunan.
Penggunaan pupuk organik secara terus menerus dan bertahap dapat
meningkatkan kandungan bahan organik dalam tanah dan aktivitas mikrobia
dalam tanah akan selalu ada dan dapat terus berlanjut, dengan demikian tanah
selalu sehat dan menciptakan pertanian yang berkelanjutan.

B. TINJAUAN PUSTAKA
a. Kompos
Kompos merupakan dekomposisi bahan-bahan organic atau proses
perombakan senyawa yang kompleks menjadi senyawa yang sederhana
dengan bantuan mikroorganisme. Kompos adalah salah satu penutup tanah
dan akar serta korektor tanah alami yang terbaik. Kompos dapat digunakan
sebagai pengganti pupuk buatan dengan biaya yang sangat murah.
Kompos berfungsi dalam perbaikan struktur tanah, tekstur tanah, aerasi
dan peningkatan daya resap tanah terhadap air. Kompos dapat mengurangi
kepadatan tanah lempung dan membantu tanah berpasir untuk menahan
air, selain itu kompos dapat berfungsi sbagai stimulan untuk meningkatkan
kesehatan akar tanaman. Hal ini dimungkinkan karena kompos mampu
menyediakan makanan untuk mikroorganisme yang menjaga tanah dalam
kondisi sehat dan seimbang, selain itu dari proses konsumsi
mikroorganisme tersebut menghasilkan nitrogen dan fosfor secara alami.
Dalam penelitian tentang pemanfaatan sampah organik menjadi
pengomposan di Johor Malaysia. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
pengomposan dari berbagai jenis limbah organik ditunjukkan berbeda
kinerja efektifitas proses pengomposan. Pengomposan yang dilakukan
terhadap sampah organik. Telah terbukti secara signifikan mengurangi
volume didalam negeri dan memberikan solusi bagi pertanian sebagai
bahan pupuk pengganti pupuk kimia.Sampah organik dapat diolah menjadi
pupuk dengan menggunakanproses fermentasi. Pupuk organik yang dibuat
dengan menggunakan proses fermentasi disebut Kompos.
Pupuk organik kompos limbah rumah tangga tidak menimbulkan
efek buruk bagi kesehatan tanaman karena bahan dasarnya alamiah,
sehingga mudah diserap secara menyeluruh oleh tanaman. Selain itu,
kompos merupakan olahan sisa bahan organik yang berasal dari tanaman,
hewan, dan limbah organik yang telah mengalami proses dekomposisi atau
fermentasi, yang dapat dipercepat dengan bantuan manusia dengan
penambahan mikroorganisme yang dapat mempercepat fermentasi
(Soenandar dan Tjachjono, 2012). Pengomposan menurut Djuarnani et al.
2005 merupakan proses dekomposisi terkendali secara biologis terhadap
sampah padat organik dalam kondisi aerobik (terdapat oksigen) atau
anaerobik (tanpa oksigen). Pupuk kompos mengandung unsur hara mikro
dan makro esensial (N, P, K, S, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan
organik). Selain unsur hara, pupuk kompos juga mengandung
mikroorganisme yang terdapat dalam tanah misalnya azotobacter sp,
azospinillum sp, lactobacillus sp, mikroba pelarut phosphor dan mikroba
selutolik (Ersa, 2018).
Pupuk kompos mempunyai banyak manfaat diantaranya dapat
mendorong dan menigkatkan bembentukan klorofil daun dan
pembentukan bintil akar pada tanaman leguminosa sehingga
meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan menyerap nitrogen
dari udara (Yusuf, 2010).

b. Prinsip Pengomposan
Suatu bahan organik tidak dapat digunakan secara langsung oleh tanaman
karena perbandingan kandungan rasio C/N dalam bahan tersebut tidak
sesuai dengan rasio C/N tanah. Rasio C/N merupakan perbandingan antara
karbohidrat dan nitrogen. Rasio C/N tanah sendiri berkisar antara 10-12.
Apabila bahan organik mempunyai rasio C/N mendekati atau sama dengan
rasio C/N tanah, maka bahan tersebut dapat digunakan oleh tanaman.
Namun pada umumnya bahan organik mempunyai rasio C/N tinggi,
misalnya jerami memiliki rasio C/N 50-70.
Prinsip pengomposan adalah untuk menurunkan rasio C/N bahan organik
sehingga rasio bahan tersebut akan sama dengan C/N tanah atau bernilai <
20 .

 Pengomposan Aerob
Semakin tinggi rasio C/N bahan organik maka proses
pengomposan atau perombakan bahan akan semakin lama. Secara
alami proses peruaraian tersebut bisa berlangsung dalam keadaan yang
membutuhkan oksigen atau aerob maupun tidak membutuhkan oksigen
atau disebut dengan anaerob.
Di lingkungan alam terbuka, kompos bisa terjadi dengan
sendirinya. Suatu proses pembusukan terjadi secara alami namun tidak
dalam waktu yang singkat melainkan secara bertahap. Lewat proses
alami, rumput, daun-daunan, dan kotoran hewan serta sampah lainnya
lama kelamaan akan membusuk karena adanya kerja sama antara
mikroorganisme dekomposer dan cuaca. Lama proses pembusukan
tersebut kurang lebih sekitar 2 bulan atu lebih (Setyorini, 2014 ).
 Pengomposan Anaerob
Dalam sistem ini, kurang lebih dua pertiga unsur karbon
terkonversi menjadi karbon dioksida dan sisanya satu pertiga bagian
bereaksi dengan nitrogen. Selama proses pengomposan aerob tidak
timbul bau busuk. Selama proses pengomposan berlangsung akan
terjadi reaksi eksotermik sehingga timbul panas akibat pelepasan
energi. Kenaikan suhu dalam timbunan bahan organik menghasilkan
suhu yang menguntungkan mikroorganisme termofilik. Akan tetapi
apabila suhu melampaui 65 – 70 oC, maka kegiatan mikroorganisme
akan menurun karena kematian mikroorganisme akibat panas yang
tinggi. Temperatur proses pembuatannya tinggi sehingga dapat
membunuh bakteri patogen dan telur cacing, sehingga kompos yang
dihasilkan lebih higienis. Pengomposan secara aerobic
c. Mekanisme reaksi pengomposan
Proses perombakan bahan organik terjadi secara biofisiko-kimia
dimana proses tersebut melibatkan aktivitas biologi mikroorganisme.
Secara alami proses peruaraian tersebut bisa berlangsung dalam keadaan
yang membutuhkan oksigen atau aerob maupun tidak membutuhkan
oksigen atau disebut dengan anaerob. Adapun mekanisme reaksi
pengomposan secara aerob dan anaerob
C. PROTOTIPE

Tempat dimana sampah


organik dimasukkan

Tempat kompos
dipanen

Tempat air
lindih dipanen

Komposter yang dibuat ini menggunakan drum plastik bekas yang telah
dilubangi bagian bawah dan bagian tengahnya. Dimana pada bagian bawah
terdapat keran yang berfungsi untuk memanen kompos cair, sementara lubang
bagian tengah yang ditutup oleh penutup septik plastik digunakan untuk
memamanen kompos padat. Antara bagian tengah dan bagian bawah, terdapat
jaring pemisah sehingga kompos padat dan kompos cair tidak akan
bercampur. Metode pengomposan pada prototype kami adalah pengomposan
anaerob yakni pengomposan yang tidak atau dengan oksigen yang sangat
sedikit.

D. ALAT & BAHAN


Alat
• Pisau / Alat Potong
• Saringan
• Gunting
• Prototipe
• Karung
• Alat Penumbuk
Bahan
• Daun kering dan rumput
• Sampah rumah tangga
• Tanah
• Cairan EM4
• Air
E. PROSEDUR KERJA
Tahapan Keterangan Tahapan
(Deskripsi) Tahapan
Proses 1 Persediaan bahan Mengumpulkan bahan-bahan dari sisa rumah
tangga, dan juga mengumpulkan daun-daun
kering
Proses 2 Pemotongan/cincang Setelah bahan-bahan terkumpul sampah yang
besar kita potong menjadi bagian, kecil sampai
menjadi halus

Proses 3 Penyaringan Sampah yang telah halus tadi kita saring


menggunakan wadah penyaring sehingga terpisah
sampah yang halus dan kasar

Proses 4 Penumbukan Hasil dari saringan kecil ditumbuk

Proses 5 Penyimpanan dalam Hasil dari tumbukan tersebut dimasukkan dalam


plastik plastik (rototype yang telah dibuat) dan diberikan
sedikit air dan obat khusus untuk mempercepat
pembusukan, kemudian di diamkan

Proses 6 Penutupan Tahap terakhir adalah sampah yang telah


didiamkan yang telah di masukkan dalam
prototype yang telah dibuat kemudian ditutup
dengan rapat-rapat, letakkan ditempat kering dan
jangan terkena
hujan.

F. ANALISIS SWOT
BAHAN BAKU
No. Jenis Bahan Aspek Kualitas yang diharapkan
I Bahan Langsung
1. Daun kering dan rumput Segala macam daun kering maupun rumput
kering dapat digunakan
2. Sampah rumah tangga Sampah rumah tangga yang digunakan yaitu
limbah sayur-sayuran, limbah buah-buahan,
bumbu dapur kadaluwarsa, dll.
3. Cairan EM4 Memiliki kualitas baik
II Bahan Tak Langsung
1. Air Segala macam air dapa digunakan

JUMLAH BAHAN BAKU


Jumlah Harga Jumlah Sumber
No. Jenis Bahan kebutuhan Satuan Biaya (Rp) Pasokan
(unit) (Rp/unit)
I Bahan Langsung
1. Daunan kering 0 0 0 Sampah rumah
tangga
2. Sampah rumah tangga 0 0 0 Sampah atau
(sisa makanan dan sisa rumah
sayuran) tangga
3. Cairan EM4 2 botol 25.000 50.000 Toko bahan
kimia
Sub total biaya 50.000
II Bahan Tak Langsung
5. Air 0 0 0
Sub total biaya bahan tak langsung 0
Total Biaya Pengadaan Bahan 50.000

NILAI BELI/SEWA serta NILAI PENYUSUTAN BANGUNAN


Biaya tempat tinggal (kost) = Rp 4.000.000/tahun
= Rp 340.000/bulan
No Jenis Status Nilai Umur Nilai
Bangunan/Ruangan (Milik/Sewa) (Rp) Ekonomis Penyusutan
(Thn) (Rp/Tahun)
1 2 3 4 5 6
1. Bangunan tempat Sewa 340.000 - -
tinggal (kost)
2.
Total 340.000

LUAS RUANGAN
No. Aktifitas Tahapan Produksi Luas Kebutuhan
Ruangan (m2)
1. Pencarian bahan Menyesuaikan
2. Pengumpulan bahan 1,5 x 2,5 = 3,75
3. Proses pemotongan sampah-sampah menjadi bagian 1,5 x 2,5 = 3,75
yang halus
4. Penyaringan sampah 1,5 x 2,5 = 3,75
5. Proses penumbukan sampah 1,5 x 2,5 = 3,75
6. Pemberian air pada sampah yang sudah 1,5 x 2,5 = 3,75
halus
7. Proses pendiaman 1,5 x 2,5 = 3,75
Total Kebutuhan Ruangan 22,5

JENIS PERALATAN
Jumlah Harga Umur Nilai
Jenis
kebutuhan satuan Nilai Ekonomis penyusutan
No. peralatan/mesin
(unit) (Rp/unit) (Rp) (Thn) (Rp/Thn)
1 2 3 4 5 6 7
1. Pisau atau alat 3 5.000 15.000 5 tahun 3.000
potong
2. Saringan 1 50.000 50.000 5 tahun 10.000
3. Gunting 3 5.000 15.000 5 tahun 3.000
4. Wadah Drum 3 20.000 60.000 5 tahun 12.000
5. Karung 3 3.000 9.000 1 tahun 9.000
6. Alat penumbuk 1 0 0 - 0
Total 149.000 37.000

FUNGSI PERALATAN
No. Jenis Fungsi/Tujuan Sumber Pasokan
Mesin/Peralata
n
1. Pisau/alat Untuk memotong sampah hingga Milik pribadi
potong halus
2. Saringan Sebagai penyaring sampah yang sudah Milik pribadi
dihaluskan.
3. Gunting Untuk memotong sampah menjadi Milik pribadi
bagian kecil
4. Wadah Berfungsi sebagai t empat sampah Milik pribadi
rumah tangga yang akan diolag

5. Karung Untuk menyimpan pupuk Milik pribadi

TENAGA KERJA
No Tahapan Proses Jumlah Kualifikasi Keterangan
Kegiatan Tenaga Kerja Tenaga Kerja
1. Produksi 1 orang S1 Semua jurusan terkhusus
Kimia
2. Pengemasan 2 orang Lulusan
SMA
3. Pemasaran dan 1 orang S1 Semua jurusan terkhusus
SDM manajemen
4. Keuangan 1 orang S1 Semua jurusan terkhusus
manajemen keuangan

PERKIRAAN BIAYA TENAGA KERJA


No Jenis Jumlah Gaji/Upah Tunjang Total Total Jumlah
Tenaga (Orang) (Rp/Orang) an Gaji Tunjangan biaya/bulan
Kerja (Rp/org) (Rp) (Rp) (Rp/Bulan)
1 2 3 4 5 6=3x4 7=3x5 8=6+7
1. Tenaga 3 300.000 50.000 900.000 150.000 1.050.000
Kerja
Langsung
2. Tenaga 2 100.000 25.000 50.000 50.000 100.000
Kerja Tak
Langsung
Total TK 5 Total Biaya 1.150.000

BIAYA PRODUKSI TOTAL


No Jenis Biaya Total (Rp)
1. Biaya Utama Produk
a. Pengadaan bahan langsung 50.000
b. Tenaga Kerja Langsung 1.050.000
Sub Total Biaya Utama 1.100.000
2. Biaya Overhead Pabrik
a. Bahan Tak Langsung 50.000
b. Tenaga Kerja Tak Langsung 100.000
c. Biaya Sewa 360.000
d. Perawatan & Perbaikan mesin/peralatan 37.000
e. Penyusutan Bangunan 0
f. Listrik 50.000
g. Air 0
Sub Total Overhead Pabrik 597.000
Biaya Total Produksi 1.697.000

PERHITUNGAN BEP (Break Event Point)


Biaya Tetap Sebulan
No Jenis Biaya tetap (Rp)
1 Gaji Tenaga Kerja 1.150.000
2 Penyusutan mesin 37.000
3 Biaya Sewa Bangunan 340.00
Total Biaya Tetap 1.527.000

Biaya Variabel per Unit


No Jenis Biaya tetap (Rp)
1 Bahan Baku 50.000
2 Tenaga Kerja Langsung 300.000
3
Total Variabel 350.000

Harga Jual per Unit = 40.000 / kg

BEP Unit = Biaya Tetap : (harga per unit – biaya variabel)


= Rp 1.527.00 : (Rp 400.000 – Rp 350.000)
= 30,54 atau 31 Unit
Dengan demikian, kami dapat mengalami balik modal jika bisa menjual 31 unit
Pupuk Kompos dalam satu bulan dan akan mendapatkan keuntungan jika lebih
dari itu.

BEP Rupiah = Biaya Tetap : (kontrobusi margin/harga per unit)


= Rp 1.527.00 : (Rp 50.000 / Rp 400.000)
= Rp 1.527.00 : 0,125
= RP 12. 216.000
Dengan demikian, kami dapat mencapai BEP ketika angka penjualannya
mencapai RP 12. 216.000. Jika melewati angka tersebut, maka sudah balik modal
dan bisa menghitung keuntungan.

G. DAMPAK PENGGUNAAN PUPUK KOMPOS


1. Aspek Ekonomi
Dapat menghemat biaya yang dikeluarkan untuk membeli pupuk
konvensional.
2. Aspek Lingkungan
Dapat menjaga kesuburan tanah dan masa produktivitas tanah karena
menggunakan pupuk organik, serta merestorasi sampah menjadi pupuk
organik.
3. Aspek Kesehatan
Menghasilkan produk sayuran sehat yang baik untuk kesehatan karena
mengurangi resiko dari bahan kimia.
4. Dampak Ekonomi
Dari hasil penggunaan teknologi tepat guna berupa dapat berhemat untuk
kebutuhan usaha tani yang semula memakai pupuk konvensional yang
harganya sangat mahal. Dengan menggunakan pupuk organik buatan
sendiri maka mengurangi anggaran untuk pupuk serta dapat
mengembangkan usahanya.
5. Dampak Sosial
Dari pembuatan pupuk organik dengan memanfaatkan limbah sayuran
dapat merestorasi sampah menjadi pupuk organik, mengurangi resiko
gangguan kesehatan. Menjadi awalan bagi warga untuk membuat pupuk
organik untuk tanaman komoditas yang lain.
H. DAFTAR PUSTAKA

Bahtiar, Yuyun., Mahardina Putri Teguh Laily., Nurul Latifatul Aini. 2022.
Pembuatan Pupuk Kompos Dari Limbah Sayuran Pada Kelompok Wanita
Tani Seroja Di Desa Bedahlawak Tembelang Jombang. Loyalitas. Vol 5.
No 1.

Mabel, Janet dan Sumiyati Tuhuteru. 2020. Pemanfaatan Limbah Rumah Tangga
Sebagai Kompos Pada Tanaman Bawang Merah (Allium Cepa Var.
Agregatum L.). Agritop. Vol. 18.

Fahlevi, Reza, dkk. 2021. Cara Pembuatan Pupuk Kompos pada Masa Pandemi.
Jurnal UMJ. ISSN: 2714-6286

Rahmawanti, Novi dan Novrian Dony. 2014. Pembuatan Pupuk Organik


Berbahan Sampah Organik Rumah Tangga dengan Penambahan Aktivator
EM4 di Daerah Kayu Tangi. ZIRA’AAH. ISSN: 1412-1468

Anda mungkin juga menyukai