Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PROFESI KEGURUAN

“Kode Etik Profesi Pendidikan”


Dosen Pengampu Mata Kuliah : Jusniar, S.Pd., M.Pd.

DISUSUN OLEH :
1. Muh. Fahri Azhar (1913042001)
2. Bi’ Aqilah Amaliyah (00105502013)
3. Riza Rahma (200105502009)
4. Wenny Satryani ( 200105501019)
5. Fitri Nurkhaliza
6. Jumriati
7. Mirnawati (1913042027)
8. Besse Fitriani (1913040005)
9. Fraecilia Alexandra M.L (1913042019)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
KATA PENGATAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT tuhan semesta alam karna berkat
izin dan kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang sederhana ini
pada tepat waktu. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah “Profesi Keguruan“. Penulis makalah ini, menemui berbagai hambatan
penulisan dikarenakan kurangnya ilmu pengetahuan penulisan mengenai hal-hal
yang berhubungan dengan makalah ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada pihak yang telah membantu penyelesaian makalah sederhana
ini yang berjudul “Kode Etik Profesi Pendidikan”.
Penulis sadar akan kemampuan menulis yang masih sederhana. Tapi dalam
makalah ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin, tetapi penulis yakin
bahwa penulisan makalah ini masih banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu
penulis mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Akhir kata, harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Meskipun makalah ini memiliki kekurangan dan kelebihan, namun
penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Terima kasih.

Makassar, 12 Februari 2022


Penulis

Kelompok IV

DAFTAR ISI
KATA PENGATAR...............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................3
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................................4
C. TUJUAN..........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5
A. PENGERTIAN KODE ETIK GURU.............................................................5
B. HAKIKAT KODE ETIK GURU DI INDONESIA.........................................7
C. FUNGSI DAN TUJUAN KODE ETIK TERHADAP GURU DI
INDONESIA........................................................................................................8
1. Fungsi...........................................................................................................8
2. Tujuan...........................................................................................................8
D. PENETAPAN KODE ETIK GURU DI INDONESIA.................................10
E. SANKSI PELANGGAR KODE ETIK GURU.............................................10
F. TATA CARA PEMBERIAN SANKSI TERHADAP PELANGGAR KODE
ETIK GURU.......................................................................................................12
BAB III PENUTUP..............................................................................................15
A. KESIMPULAN.............................................................................................15
B. SARAN..........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16

BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Saat ini profesi guru merupakan salah satu profesi yang banyak diminati
oleh kebanyakan siswa dan siswi, hal tersebut karena guru merupakan profesi
yang dapat menentukan masa depan bangsa ini, guru yang baik dan berkualitas
dapat menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang berkualitas juga, begitu pun
sebaliknya, seorang guru yang tidak berkualitas akan menjadikan bangsa ini
menjadi bangsa yang tertinggal dan bahkan bisa menjadi bangsa yang terjajah
lagi, selain itu  saat ini profesi guru dijamin kesejahteraan hidupnya. Oleh karena
itu, orang-orang berlomba-lomba untuk menjadi seorang guru. Namun, menjadi
seorang guru bukanlah hal yang mudah ada beberapa syarat yang harus dipenuhi
antara lain adalah syarat admistrasi, teknis, psikis, dan fisik, selain itu seorang
guru juga harus memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan
professional.
Penting sekali seorang pendidik mengetahui hal ini, dalam melaksanakan
amanah profesi yang diemban seorang pendidik akan berada dijalan yang benar,
teratur, dan tertatah. Sehingga tidak keluar dari jalur pendidik yang menyalahi
aturan profesinya. Namun, kebanyakan orang-orang yang telah menjadi seorang
guru dalam menjalankan profesinya tersebut tidak jarang melakukan
penyimpangan ataupun pelanggaran terhadap norma-norma menjadi seorang guru,
sehingga pemerintah menetapkan suatu aturan atau norma-norma yang harus
dipatuhi oleh para guru di Indonesia yang dikenal dengan “Kode Etik Guru”.
Dengan adanya penjelasan hal ini, kualitas layanan seorang pendidik dapat
meningkat dengan baik. Sehingga bukan lagi materi yang akan dikejar tetapi
seorang pendidik dapat mengetahui dengan baik amanah pendidik dalam melayani
peserta didik dengan benar.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian kode etik guru?
2. Apakah hakikat kode etik guru terhadap guru di Indonesia?
3. Apakah fungsi dan tujuan kode etik terhadap guru di Indonesia?
4. Bagaimana penetapan kode etik guru?
5. Apa hukuman atau sanksi terhadap pelanggar kode etik guru?
6. Bagaimana tata cara pemberian hukuman bagi pelanggar kode etik guru?
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui apa itu kode etik guru, isi kode etik guru, tujuan atau fungsi dari
kode etik guru
2. Mengetahui penetapan dan implementasi kode etik guru di Indonesia
3. Mengetahui hukuman atau sanksi terhadap pelanggar kode etik guru

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KODE ETIK GURU


Etika (ethic) bermakna sekumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlak, tata cara (adat, sopan santun) nilai mengenai benar dan salah tentang hak
dan kewajiban yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat. Etika pada
hakikatnya merupakan dasar pertimbangan dalam pembuatan keputusan tentang
moral manusia dalam interaksi dengan lingkungannya. Secara umum etika dapat
diartikan sebagai suatu disiplin filosofis yang sangat diperlukan dalam interaksi
sesama manusia dalam memilih dan memutuskan pola-pola perilaku yang sebaik-
baiknya berdasarkan timbangan moral-moral yang berlaku.
Kode Etik Dapat diartikan pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau
tata cara sebagai pedoman berperilaku. Dalam kaitannya dengan profesi, bahwa
kode etik merupakan tata cara atau aturan yang menjadi standart kegiatan anggota
suatu profesi. Suatu kode etik menggambarkan nilai-nilai professional suatu
profesi yang diterjemahkan kedalam standaart perilaku anggotanya. Nilai
professional paling utama adalah keinginan untuk memberikan pengabdian
kepada masyarakat.
Berikut beberapa pengertian kode etik :
a. Undang-undang Nomor 8 tahun 1974 Tentang Pokok-pokok
Kepegawaian. Pasal 28 menyatakan bahwa "Pegawai Negeri Sipil
mempunyai kode etik sebagai pedoman sikap, tingkah laku perbuatan di
dalam dan di luar kedinasan". Dalam Penjelasan Undang-undang tersebut
dinyatakan dengan adanya Kode Etik ini, Pegawai Negeri Sipil sebagai
aparatur negara, Abdi Negara, dan Abdi Masyarakat mempunyai
pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam melaksanakan
tugasnya dan dalam pergaulan hidup sehari-hari. Selanjutnya dalam Kode
Etik Pegawai Negeri Sipil itu digariskan pula prinsip-prinsip pokok
tentang pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pegawai negeri. Dari
uraian ini dapat di simpulkan, bahwa kode etik merupakan pedoman
sikap, tingkah laku, dan perbuatan di dalam melaksanakan tugas dan
dalam hidup sehari- hari.
b. Kongres PGRI ke XIII, Basuni sebagai Ketua Umum PGRI menyatakan
bahwa Kode Etik Guru Indonesia merupakan landasan moral dan
pedoman tingkah laku guru warga PGRI dalam melaksanakan panggilan
pengabdiaan bekerja sebagai guru (PGRI, 1973). Dari pendapat ini dapat
ditarik kesimpulan bahwa dalam Kode Etik Guru Indonesia terdapat dua
unsur pokok yakni: (1) sebagai landasan moral, dan (2) sebagai pedoman
tingkah laku.
Kode etik guru indonesia adalah himpunan nilai nilai dan norma norma
profesi guru yang tersusun dengan baik dan sistematis dalam suatu sistem yang
utuh dan bulat. Kode etik guru indonesia berfungsi sebagai landasan moral dan
pedoman tingkah laku setiap guru warga PGRI dalam menunaikan tugas
pengabdianya sebagai guru, baik di dalam maupun di luar sekolah serta dalam
kehidupan sehari hari di masyarakat. Dengan demikian , kode etik guru indonesia
merupakan alat yang amat penting untuk pembentukan sikap profesional para
anggota profesi keguruan. (Soediarto, 1993).
Kode Etik Guru (KEG), Kode Etik Guru Indonesia (KEGI), atau nama lain
sesuai dengan yang disepakati oleh organisasi atau asosiasi profesi guru,
merupakan pedoman bersikap dan berperilaku yang mengejewantah dalam bentuk
nilai-nilai moral dan etika jabatan guru. Dengan demikian, guru harus menyadari
bahwa jabatan mereka merupakan suatu profesi yang terhormat, terlindungi,
bermartabat, dan mulia. Di sinilah esensi bahwa guru harus mampu memahami,
menghayati, mengamalkan, dan menegakkan Kode Etik Guru dalam menjalankan
tugas-tugas profesional dan menjalani kehidupan di masyarakat.
Kode etik guru sesungguhnya merupakan pedoman yang mengatur
hubungan guru dengan teman kerja, murid dan wali murid, pimpinan dan
masyarakat serta dengan misi tugasnya. Menurut Oteng Sutisna (1986) bahwa
pentingnya kode etik guru dengan teman kerjanya difungsikan sebagai
penghubung serta saling mendukung dalam bidang mensukseskan misi dalam
mendidik peserta didik. Sebagai kalangan profesional, sudah waktunya guru
Indonesia memiliki kode etik dan sumpah profesi. Guru juga harus memiliki
kemampuan sesuai dengan standar minimal sehingga nantinya “tidak
malapraktik” ketika mengajar (Ali Imron, 1996).

B. HAKIKAT KODE ETIK GURU DI INDONESIA


Guru adalah tenaga professional di bidang kependidikan yang memiliki tugas
mengajar, mendidik, dan membimbing anak didik agar menjadi manusia yang
berpribadi (pancasila). Dengan demikian, guru memiliki kedudukan yang sangat
penting dan tanggung jawab yang sangat besar dalam menangani berhasil atau
tidaknya program pendidikan. Kalau boleh dikatakan sedikit secara ideal, baik
atar buruknya suatu bangsa di masa mendatang banyak terletak di tangan guru.
Sehubungan dengan itu guru sebagai tenaga professional memerlukan
pedoman atau kode etik guru agar terhidar dari segala bentuk penyimpangan.
Kode etik menjadi pedoman baginya untuk tetap professional (sesuai dengan
tuntutan dan persyaratan profesi). Setiap guru yang memegang
keprofesionalannya sebagai pendidik akan selalu berpegang kepada kode etik
guru. Sebab kode etik guru ini sebagai salah satu ciri yang harus ada pada profesi
itu sendiri.
Kode etik yang memedomani setiap tingkah laku guru senantiasa sangat
diperlukan. Karena dengan itu penampilan guru akan terarah dengan baik, bahkan
akan terus bertambah baik. Ia akan terus menerus memperhatikan dan
mengembangkan profesi keguruannya. Kalau kode etik yang merupakan pedoman
atau pegangan itu tidak dihiraukan berarti akan kehilangan pola umum sebagai
guru. Jadi postur kepribadian guru akan dapat dilihat bagaimana pemanfaatan dan
pelaksanaan dari kode etik yang sudah disepakati bersama tersebut. Dalam
hubungan ini jabatan guru yang betul-betu professional selalu dituntut adanya
kejujuran professional. Sebab kalau tidak ia akan kehilangan pamornya sebagai
guru atau boleh dikatakan hidup diluar lingkup keguruan.

C. FUNGSI DAN TUJUAN KODE ETIK TERHADAP GURU DI INDONESIA


1. Fungsi
Kode etik berfungsi sebagai, perlindungan dan pengembangan bagi profesi
itu, dan sebagai pelindung bagi masyarakat pengguna jasa pelayanan suatu
profesi. Gibson and Mitchel (1995;449), sebagai pedoman pelaksanaan tugas
profesional anggota suatu profesi dan pedoman bagi masyarakat pengguna suatu
profesi dalam meminta pertanggungjawaban jika anggota profesi yang bertindak
di luar kewajaaran. Secara umum, fungsi kode etik guru adalah sebagai berikut:
1. Agar guru memiliki pedoman dan arah yang jelas dalam melaksanakan
tugasnya, sehingga terhindar dari penyimpangan profesi.
2. Agar guru bertanggungjawab atas profesinya.
3. Agar profesi guru terhindar dari perpecahan dan pertentangan internal.
4. Agar guru dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan.
5. Agar profesi ini membantu memecahkan masalah dan mengembangkan diri.
6. Agar profesi ini terhindar dari campur tangan profesi lain dan pemerintah.
2. Tujuan
Tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk
kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara umum
tujuan mengadakan kode etik adalah sebagai berikut:
a. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi. Dalam hal ini kode etik dapat
menjaga pandangan dan kesan dari pihak luar atau masyarakat, agar mereka
jangan sampai memandang rendah atau remes terhadap profesi akan melarang.
Oleh karenya, setiap kode etik suatu profesi akan melarang berbagai bentuk
tindak-tanduk atauk kelakuan anggota profesi yang dapat mencemarkan nama
baik profesi terhadap dunia luar. Dari segin ini, kode etik juga sering kali
disebut kode kehormatan.
b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya. Yang
dimaksud kesejahteraan di sini meliputi baik kesejahteraan lahir (atau
material) maupun kesejahteraan batin (spiritual atau mental). Dalam hal
kesejahteraan lahir para anggota profesi, kode etik umumnya memuat
larangan-larangan kepada para anggotanya untuk melakukan perbuatan-
perbuatan yang merupakan kesejahteraan para anggotanya. Misalnya dengan
menetapkan tarif-tarif minimum bagi honorium anggota profesi dalam
melaksanakan tugasnya, sehingga siapa-siapa yang mengadakan tarif di bawah
minimum akan dianggap tercela dan merugikan rekan-rekan seprofesi. Dalam
hal kesejahteraan batin para anggota profesi, kode etik umumnya memberi
petunjuk-petunjuk para anggotanya untuk melaksanakan profesinya. Kode etik
juga sering mengandung peraturan-peraturan yang bertujuan membatasi
tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur bagi para anggota profesi
dalam berinteraksi dengan sesama rekan anggota profesi.
c. Untuk meningkatkan pengabadian para anggota profesi. Tujuan lain kode etik
dapat juga berkaitan dengan peningkatan kegiatan pengabian profesi, sehingga
bagi anggota profesi daapat dengan mudah megnetahui tugas dan tanggung
jawab pengabdian dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, kode etik
merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan para anggota profesi
dalam menjalankan tugasnya.
d. Untuk meningkatkan mutu profesi. Untuk meningkatkan mutu profesi kode
etik juga memuat norma-norma dan anjuran agar para anggota profesi selalu
berusaha untuk meningkatkan mutu pengabdian para anggotanya.
e. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi. Untuk meningkatkan mutu
organisasi profesi, maka diwajibkan kepada setiap anggota untuk secara aktif
berpartispasi dalam membina organisasi profesi dan kegiatan-kegiatan yang
dirancang organisasi.
Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan suatu
profesi menyusun kode etik adalah untuk menjunjung tinggi martabat profesi,
menjaga dan memelihara kesejateraan para anggota, meningkatkan pengabdian
anggota profesi, dan meningkatkan mutu profesi dan mutu organisasi profesi.

D. PENETAPAN KODE ETIK GURU DI INDONESIA


Penetapan kode etik hanya dapat dilakukan oleh organisasi suatu
perkumpulan atau perserikatan suatu profesi untuk para anggotanya.penetapan
kode etik lazim dilakkukan pada suatu kongres organisasi profesi. Kode etik dati
suatu organisasi hanya akan mempunyai pengaruh yang kuat dalam menegakkan
disiplin dikalangan profesi tersebut, jika orang yang menjalankan profesi tersebut
tergabung. Apabila setiap orang yang menjalankan suatu profesi secara otomatis
tergabung dalam suatu organisasi atau ikatan professional,maka ada jaminan
bahwa profesi tersebut dapat dijalankan secara murni dan baik, karena setiap
anggota profesi yang melakukan pelanggaran yang serius terhadap kode etik dapat
dikenakan sanksi.
E. SANKSI PELANGGAR KODE ETIK GURU
Sanksi pada dasarnya merupakan upaya pembinaan kepada guru yang
melakukan pelanggaran dan juga untuk menjaga harkat dan martabat profesi guru.
Pemerintah mencampuri urusan profesi ini, pencampuran tersebut bersifar
memberikan sanksi-sanksi hukum yang sifatnya memaksa, baik berupa sanksi
perdata maupun sanksi pidana. Pemberian sanksi dilaksanakan oleh Dewan
Kehormatan Guru Indonesia.
Dewan Kehormatan Guru Indonesia (DKGI) adalah perangkat
kelengkapan organisasi PGRI yang dibentuk untuk menjalankan tugas dalam
memberikan saran, pendapat, pertimbangan, penilaian, penegakan, dan
pelanggaran disiplin organisasi dan etika profesi guru.Peraturan tentang Dewan
Kehormatan Guru Indonesia adalah pedoman pokok dalam mengelola Dewan
Kehormatan Guru Indonesia, dalam hal penyelenggaraan tugas dan wewenang
bimbingan, pengawasan, dan penilaian Kode Etik Guru Indonesia.
Bagaimana mekanisme perlindungan profesi guru yang seharusnya
dilakukan dalah internal organisasi profesi. Secara umum dapat digambarkan
dalam pedoman Kode Etik Guru sebagai berikut:
Pasal 8
1. Pelanggaran adalah perilaku menyimpang dan atau tidak melaksanakana Kode
Etik Guru Indonesia dan ketentuan perundangan yang berlaku yang berkaitan
dengan profesi guru.
2. Guru yang melanggar Kode Etik Guru Indonesia dikenai sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan yang berlaku.
3. Jenis pelanggaran meliputi pelanggaran ringan, sedang, dan berat.

Pasal 9
1. Pemberian rekomendasi sanksi terhadap guru yang melakukan pelanggaran
terhdap Kode Etik Guru Indonesia menjadi wewenang Dewan Kehormatan
Guru Indonesia.
2. Pemberian sanksi oleh Dewan Kehormatan Guru Indonesia sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus objektif, tidak diskriminatif, dan tidak
bertentangan dengan anggaran dasar organisasi profesi serta peraturan
perundang-undangan.
3. Rekomendasi Dewan Kehormatan Guru Indonesia sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib dilaksanakan oleh organisasi profesi guru.
4. Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan upaya pembinaan
kepada guru yang melakukan pelanggaran dan untuk menjaga harkat dan
martabat profesi guru. 82 Jurnal Law and Justice Vol. 1 No. 1 Oktober 2016
5. Siapapun yang mengetahui telah terjadi pelanggaran Kode Etik Guru
Indonesia wajib melapor kepada Dewan Kehormatan Guru Indonesia,
organisasi profesi guru, atau pejabat yang berwenang.
6. Setiap pelanggar dapat melakukan pembelaan diri dengan/atau tanpa bantuan
organisasi profesi guru dan/atau penasihat hukum sesuai dengan jenis
pelanggaran yang dilakukan dihadapan Dewan Kehormatan Guru Indonesia.

F. TATA CARA PEMBERIAN SANKSI TERHADAP PELANGGAR KODE


ETIK GURU
BER ACARA DI DEWAN KEHORMATAN PROFESI
1. Pengaduan
a. Para pihak yang menemukan terjadinya pelanggaran terhadap Kode
Etik Guru Indonesia dapat mengajukan melalui surat pengaduan
kepada DKGI Kab/Kota.
b. Secara Tertulis, Dilengkapi Berbagai Identitas, Dan Bukti-Bukti Yang
Memperkuat
2. Dewan Kehormatan Guru kabupaten/kota/ Propinsi/ Pusat wajib:
a. mempelajari identitas pengaduan yang diajukan;
b. mempelajari berkas-berkas sebagai bukti tertulis yang diajukan;
c. mengambil kesimpulan sementara absah dan tidaknya surat pengaduan
tersebut;
d. Mempelajari masalah lebih dalam dengan: 1) mengundang pengadu 2)
mengundang saksi 3) melakukan kunjungan ke tempat kejadian 4)
mengundang pihak-pihak tertentu kalau perlu 5) sidang DKGI untuk
bermusyawarah
3. Pembuktian
4. Dapat Didampingi Kuasa Hukum /Bkbh Pgri/ Dari Luar Jika Perlu
5. Dkgi Dapat Menentukan Saksi Ahli/ Diutamakan Dari Pgri
a. Tata Cara Persidangan Sebagaimana Ditentukan DKGI
b. Saksi Ahli bila perlu
c. Kesimpulan Dari Masing-Masing Fihak- DKGI PGRI
6. Putusan
a. Cara mengambil keputusan dalam sidang-sidang DKGI Provinsi dan
atau Kabupaten/ Kota harus sesuai dengan yang ditentukan DKGI
pusat
b. Keputusan yang diambil oleh DKGI dalam penanganan pelanggaran
Kode Etik Guru Indonesia harus menyatakan dengan jelas bersalah
atau tidak bersalah bagi teradu.
c. Keputusan harus dibedakan antara kesalahan ringan, sedang, dan berat
d. Penetapan kategori kesalahan didasarkan kepada kriteria: 1) akibat
yang ditimbulkan terhadap kehormatan profesi; 2) keselamatan guru
dan tenaga kependidikan lainnya; 3) itikad yang ditunjukan cukup,
baik pihak teradu dalam membantu menyelesaikan persoalan
dimaksud; 4) dorongan yang mendasari tumbuhnya kejadian yang bisa
dipertimbangkan; 5) kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi
tumbuhnya kejadian; 6) serta pendapat dan pandangan LKBH PGRI;
Perlindungan Hukum profesi... --Harun 83
e. Apabila kejadian yang dimaksud menyangkut pelanggaran hukum dan
masalah tersebut sedang dalam proses hukum, maka hendaknya
keputusan DKGI ditunda sampai dengan keputusan hukum tersebut.
f. DKGI harus mampu mencegah tumbuhnya proses hukum di
pengadilan dengan upaya persidangan di DKGI tersebut.
7. Rekomendasi Sanksidkgi
a. Disampaikan pada Instansi pemeritah/penyelenggara yang terkait
b. Dalam hal sanksi yang langsung berhubungan dengan keanggotaan
pada PGRI, maka PB PGRI dapat mencabut keanggotaan guru atau
tenaga kependidikan tersebut bila DKGI memutuskan demikian
c. Sanksi yang diberikan akan tergantung kepada berat dan ringannya
kesalahan yang dilakukan oleh pihak tertentu
d. Sanksi yang diberikan bisa berupa : (1) teguran; (2) peringatan tertulis;
(3) penundaan pemberian hak; (4) penurunan pangkat; dan (5)
pemberhentian dengan hormat; atau (6) pemberhentian tidak dengan
hormat
e. Kalau keputusan oleh Instansi terkait berupa pemberhentian dengan
hormat atau tidak hormat maksudnya adalah dalam waktu sementara
melalui waktu yang telah ditentukan, dan pada masa ini diadakannya
pembinaan dari pihak DKGI
f. Apabila selama waktu pemberhentain sementara, tidak terjadi
perbaikan-perbaikan, maka akan ditetapkan pemecatan dan
pemberhentian dari anggota/pengurus PGRI, yang diikuti dengan
penyampaian rekomendasi kepada Instansi Departemen Pendidikan
Nasional untuk diadakan tindakan seperlunya.
g. Keputusan tentang pemecatan dan pemberhentian tetap dikirimkan
kepada pengurus PGRI/DKGI PGRI Provinsi maupun PB PGRI.
8. Hak Banding
a. Apabila kedua belah pihak antara pengadu dan teradu merasa tidak
puas atas keputusan yang telah ditetapkan DKGI, maka keduanya bisa
menyatakan untuk mengajukan naik banding
b. Naik banding sebagaimana ayat satu di atas merupakan tahap awal
yang harus ditujukan kepada DKGI PGRI Provinsi, begitu pula
selanjutnya bisa naik banding tahap yang kedua yang ditujukan ke
tingkat DKGI Pusat.
c. Tata cara pengakajian dan pengambilan keputusan pada pelaksanaan
sidang-sidang pada dasarnya sama antara DKGI PGRI Provinsi dan
atau Kabupaten/kota dengan di pusat.
d. keputusan yang diambil DKGI Pusat pada dasarnya merupakan
keputusan final dan mengikat yang tidak bisa diganggu gugat, kecuali
datangnya keputusan lain melalui Kongres PGRI.
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari makalah tersebut adalah :

1. Bahwa Kode Etik Guru merupakan aturan tata-susila keguruan. Aturan-


aturan tentang keguruan (yang menyangkut pekerjaan-pekerjaan guru)
melibatkan dari segi usaha.
2. Aturan yang terdapat dalam Kode Etik Guru dirumuskan oleh PGRI dan
para guru di Indonesia
3. Kode etik sangatlah penting bagi para guru di Indonesia karena dengan
kode etik penampilan guru akan terarah dengan baik, bahkan akan terus
bertambah baik. Dan akan terus menerus memperhatikan dan
mengembangkan profesi keguruannya.
4. Tujuan kode etik guru antara lain adalah menjunjung tinggi martabat
profesi, menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya,
pedoman berperilaku, menjaga dan memelihara kesejahteraan para
anggotanya, meningkatkan mutu profesi dan meningkatkan mutu
organisasi profesi.
5. Fungsi kode etik guru antara lain adalah agar guru memiliki pedoman
dan arah yang jelas dalam melaksanakan tugasnya, bertanggungjawab
atas profesinya, terhindar dari perpecahan dan pertentangan internal,
meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan, membantu memecahkan
masalah dan mengembangkan diri dan terhindar dari campur tangan
profesi lain dan pemerintah.

B. SARAN
Pemahaman, Pengelolaan, dan pemberdayaan guru perlu dibina lagi,
pemahaman hakikat seorang guru mesti ditanamkan dalam hati dan pikiran
seorang pendidik. Penjelasan terakait professional guru perlu ditambahkan lagi
wawasannya, seiring berjalannya waktu akan ada penyesuaian sistem. Agar sistem
yang ada tidak ketertinggalan dengan perkembangan zaman.
DAFTAR PUSTAKA

Ananda, Rusydi, 2018, Profesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan.


Medan: LPPPI

Harun, 2016, Perlindungan Hukum Profesi Guru dalam Perspektif Hukum


Positif. Jurnal Law and Justice. Vol. 1 No. 1

Nur, Muhammad Hamzah, 2015, Kode Etik Kependidikan. Kendari:


Universitas Halu Uleo

Trisnawati, Septian Nur Ika, dkk, 2021, Profesi Kependidikan, Klaten:


Penerbit Tahta Media Group

Anda mungkin juga menyukai