Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENYEHATAN TANAH

“PENGAMBILAN SAMPEL TANAH DAN PEMERIKSAAN FISIK”

Disususn Oleh :

1. Nur Aisyah Rachman (P07133119001)


2. Kenanga Sukmaningrum (P07133119004)
3. Hikmah Nurul Avida (P07133119005)
4. Tasya Nurul ‘Amaliah (P07133119007)
5. Fafa Nur Azila (P07133119009)
6. Sekar lintang Sejati (P07133119010)
7. Salsabela Afra Ramadhani( P07133119011)
8. Nurul Fithriyahzukhrufiyah (P07133119013)
9. Fikri Adriani (P07133119019)

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA SANITASI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
YOGYAKARTA
2019/2020
Pengambilan Sampel Tanah dan Pemeriksaan Fisik
A. Acara Praktik
Mata kuliah : Penyehatan Tanah
Materi Pratikum : Pengambilan Sampel Tanah dan Pemeriksaan Fisik
Hari, tanggal : Selasa, 06 Oktober 2020
Waktu : 11.00-13.00
Tempat : Belakang Perpustakan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

B. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui bagaimana cara pengambilan sampel tanah
2. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan dan menentukan pH tanah dan
suhu tanah
C. Dasar Teori
Kata tanah (soil) berasal dari bahasa Prancis kuno yang merupakan turunan
dari bahas latin yaitu solum yang berarti lantai atau dasar. Henry D. Foth
(1994) memberikan pengertian tanah berarti bagian permukaan terpisah dari
bumi dan bulan sebagaimana dibedakan dari batuan yang padat. Tanah adalah
kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-
horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara dan
merupakan media untuk tumbuhnya tanaman (Prof. Dr. Ir. H. Sarwono
Hardjowigeno, M.Sc, 2003).
Menurut Glinka seperti dikutip oleh Rahmat Sutanto, 2005 bahwa tanah
adalah tubuh alam yang bebas memiliki ciri morfologi tertentu sebagai hasil
interaksi antara iklim, organisme, bahan induk, relief dan waktu. Tanah adalah
campuran dari beberapa komponen seperti mineral, senyawa organik, senyawa
anorganik dan air (Sitomorang, 2017). Dari beberapa pengertian diatas,
dapatlah diartikan bahwa tanah adalah bagian permukaan bumi yang
merupakan media bagi mahluk hidup beraktivitas diatasnya. Tanah adalah
suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-komponen padat,
cairan, dan gas, mempunyai sifat serta prilaku yang dinamik. Sifat dinamik
tanah tersebut karena tanah merupakan system yang terbuka dengan terjadinya
proses pertukaran bahan dan energy secara berkesinambungan (Palar, 1994).
Tanah merupakan suatu sistem yang kompleks, berperan sebagai sumber
kehidupan tanaman, yang mengandung semua unsur yang berbeda baik dalam
bentuk maupun jumlahnya. Unsur hara mikro seperti besi (Fe), mangan (Mn),
seng (Zn) dan tembaga (Cu) merupakan unsur hara penting bagi tanaman yang
terdapat dalam tanah.
Tanah secara alami telah mengandung logam berat meskipun hanya sedikit.
Tanah pun memiliki kemampuan dalam menyerap logam berat yang berbeda
untuk tiap jenis tanah berdasarkan bahan induk penyusun tanah tersebut.
Menurut standar umum kadar Pb dan Cd yang boleh ada pada tanah adalah
masing-masing 150 ppm dan 2 ppm namun untuk jenis tanah yang berasal dari
batuan beku (Charlena, 2004).
Sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya tidak akan ada sampel jika
tidak ada populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan
kita teliti. Penelitian yang dilakukan atas seluruh elemen dinamakan sensus.
Idealnya, agar hasil penelitiannya lebih bisa dipercaya, seorang peneliti harus
melakukan sensus. Namun karena sesuatu hal peneliti bisa tidak meneliti
keseluruhan elemen tadi, maka yang bisa dilakukannya adalah meneliti
sebagian dari keseluruhan elemen atau unsur tadi.
Pengambilan sampel tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program
uji tanah. Analisis kimia dari contoh tanah yang diambil diperlukan untuk
mengukur kadar hara, menetapkan status hara tanah dan dapat digunakan
sebagai petunjuk penggunaan pupuk dan kapur secara efisien, rasional dan
menguntungkan. Namun, hasil uji tanah tidak berarti apabila contoh tanah
yang diambil tidak mewakili areal yang dimintakan rekomendasinya dan tidak
dengan cara benar. Oleh karena itu pengambilan sampel tanah merupakan
tahapan terpenting di dalam program uji tanah. Sampel tanah dapat diambil
setiap saat, tidak perlu menunggu saat sebelum tanam namun tidak boleh
dilakukan beberapa hari setelah pemupukan. Keadaan tanah saat pengambilan
sampel tanah pada lahan kering sebaiknya pada kondisi kapasitas lapang
(kelembaban tanah sedang yaitu keadaan tanah kira-kira cukup untuk
pengolahan tanah). Sedang pengambilan pada lahan sawah sebaiknya diambil
pada kondisi basah.
pH tanah adalah suatu standar pengukuran tingkat keasaman atau kebasaan
pada suatu lahan. Dengan mengetahui kadar pH dalam tanah, para petani
(manusia) dapat menentukan tanaman apa yang cocok untuk ditanam atau
dibudidayakan karena setiap tanaman memiliki karakteristik kebutuhan kadar
pH yang berbeda-beda.
D. Alat dan bahan:
1. Auger/bor tangan
2. Sekop kecil
3. Plastik pliptop
4. APD : sarung tangan,masker, sepatu boot, topi kerja
5. Alat tulis
6. Thermometer
7. pH Soil Tester

E. Prosedur Kerja
Pengambilan Sampel Tanah
1) Siapkan alat dan bahan.
2) Lakukan pengambilan sampel tanah dengan menggunakan auger/bor
tangan. Sampel tanah yang diambil dan diukur, yaitu permukaan,
kedalaman 10 cm, dan 20 cm. Dapat juga pengambilan dan
pengukuran sampel tanah pada kedalaman 10 cm, 20 cm, dan 30 cm.

Pemeriksaan pH Tanah
1) Lakukan pengeboran tanah / sampah dengan kedalaman 15 -25 cm.
2) Bersihkan lobang dari sampah / tanah
3) Lakukan pemeriksaan pH dengan cara :
a) Tancapkan pH soil tester ke dalam lobang tanah sampai batas besi
ujung pH soil tester
b) Tekan tombol dan lepaskan sampai jarum penunjuk berhenti baca
hasil dan catat
Pemeriksaan Suhu Tanah
1) Lakukan pengeboran tanah / sampah dengan kedalaman 15 -25 cm.
2) Bersihkan lobang dari sampah / tanah
3) Lakukan pemeriksaan suhu menggunakan thermometer dengan cara
:
a) Masukkan termometer ke dalam lobang biarkan selama 5-10 menit
b) Baca suhu tanah dengan melihat permukaan air raksa catat : suhu =
…… OC

F. Hasil dan Pembahasan


Hasil pemeriksaan fisik (pH dan suhu tanah)

pH tanah Suhu tanah

Permukaan tanah 6,5 26 ° C

Kedalaman 10 cm 4,4 26 °C

Kedalaman 20 cm 4,4 26 ° C

Konsep Kemasaman Tanah adalah salah satu prinsip dasar kimia tanah yang
mengindikasikan reaksi tanah. Pada daerah iklim Tropis Basah, pengasaman
tanah adalah proses alamiah (natural). Kemasaman tanah merupakan salah
satu masalah utama bagi pertumbuhan tanaman karena pada tanah dengan pH
sangat masam, yaitu pH lebih rendah dari 4,5 dalam sistem tanah akan terjadi
perubahan kimia sebagai berikut :
a. Aluminium menjadi lebih larut dan beracun untuk tanaman
b. Sebagian besar hara tanaman menjadi kurang tersedia bagi tanaman,
sedangkan   beberapa hara mikro menjadi lebih larut dan beracun
c. Penurunan hasil tanaman
d. Mempengaruhi fungsi penting biota tanah yang bersimbiosis dengan
tanaman seperti fiksasi nitrogen oleh Rhizobium.
Dalam hasil pemeriksaan fisik tanah (suhu tanah) dapat dilihat bahwa suhu
tanah dari permukaan sampai kedalaman 20cm menunjukan angka konstan
yaitu 26° C.
Untuk hasil pemeriksaan fisik tanah (pH tanah) dapat di lihat bahwa semakin
dalam tanah maka semakin turun pH tanah. berikut yang merupakan penyebab
terjadinya kemasaman tanah :
1. Air hujan (Hujan asam)
2. Respirasi akar
3. Pupuk

G. Kesimpulan
Menurut pusat penelitian tanah dari departemen pertanian tahun 1993 telah
mengajukan kriteria sifat kimia tanah. Kriteria pH tanah meliputi, <4,5 sangat
asam; 5,5 asam; 6,5 agak asam; 7,5 netral; 8,5 agak basa; dan >8,5 sangat
basa. Pengukuran pemeriksaan pH dan suhu tanah yang telah dilakukan pada
permukaan, kedalaman 10 cm dan kedalaman 20 cm. Pengukuran pada
permukaan tanah mendapatkan hasil suhu 26°C dan pH 6,5. Maka permukaan
tersebut termasuk tanah yang memiliki sifat agak asam. Pengukuran pada
kedalaman 10 cm menunjukkan hasil suhu 26°C dan pH 4,4. Artinya tanah
dengan kedalaman 10 cm tersebut memiliki sifat sangat asam. Kemudian,
pengukuran pada kedalaman 20 cm menunjukkan hasil suhu 26°C dan pH 4,4.
Artinya tanah dengan kedalaman 20 cm tersebut memiliki sifat sangat asam.
Sedangkan suhu cenderung menunjukkan hasil yang konstan. Dari hasil
pengukuran tersebut dapat disimpulkan bahwa tanah bersifat sangat asam.
Maka diperlukan upaya upaya untuk menaikkan pH tanah agar kualitas dan
kesuburan tanah tetap terjaga.
Daftar Pustaka
https://bulelengkab.go.id/detail/artikel/kemasaman-tanah-32 (Diakses 17 Oktober
2020)
Puspawati C, Haryono P. 2018. Bahan Ajar Kesehatan Lingkungan Penyehatan
Tanah.
Lampiran
Pemeriksaan Pb dan Pemeriksaan Telur Cacing dalam Tanah
A. Acara Praktik
Mata kuliah : Penyehatan Tanah
Materi Pratikum : Pemeriksaan Pb dan Pemeriksaan adanya telur cacing
dalam tanah
Hari, tanggal : Selasa, 13 Oktober 2020
Waktu : 11.00-13.00
Tempat : Laboratarium Parasitologi
B. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui bagaimana cara pengambilan sampel tanah
2. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan dan menentukan Pb dan adanya
telur cacing
C. Dasar Teori
Timbal adalah kontaminan lingkungan yang dikenal memiliki sifat toksisitas
tinggi terhadap manusia dan organisme hidup lainnya (Tiwari, dkk. 2014).
Timbal atau plumbum (Pb) adalah logam lunak berwarna abu-abu kebiruan
mengkilat, memiliki titik lebur rendah, mudah dibentuk, memiliki sifat kimia
yang aktif, sehingga bisa digunakan untuk melapisi logam agar tidak timbul
perkaratan dan merupakan unsur logam yang terjadi secara alami di kerak
bumi. Rata-rata timbal (Pb) di permukaan tanah adalah sebesar 5-25 mg/kg.
Mekanisme jalur hijau dalam mengurangi dampak polutan timbal melalui dua
proses yaitu absorpsi (penyerapan), untuk tanaman yang stomata daunnya
mempunyai diameter lebih besar dari ukuran partikel; adsorpsi (penyerapan),
lebih bersifat sebagai barrier fisik dengan penempelan pada bagian pohon,
terutama tajuk.
Kejadian kecacingan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Lebih
dari satu miliar orang terinfeksi oleh Soil Transmitted Helminth (STH). Data
dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2015 menyebutkan bahwa
lebih dari 1,5 miliar orang atau 24% dari populasi dunia terinfeksi oleh cacing
yang ditularkan melalui tanah. Angka kejadian terbesar di Afrika, Amerika,
Cina dan Asia Timur. Di Indonesia prevalensi penyakit kecacingan masih
tinggi, yaitu 45-65%. Spesies utama yang menginfeksi manusia adalah cacing
gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura) dan cacing
kait (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale). Keadaan sosial
ekonomi yang rendah, lingkungan dengan sanitasi yang buruk, tidak
memperhatikan kebersihan makanan atau minuman, bermain di tanah, tidak
mencuci tangan sebelum makan, BAB di sembarang tempat, dan pemanfaatan
feses sebagai pupuk tanaman menjadi faktor risiko infeksi cacing. Infeksi STH
ditularkan melalui telur cacing yang terdapat dalam feses manusia yang
terinfeksi. Cacing dewasa yang tinggal di usus dapat menghasilkan ribuan
telur setiap hari. Di daerah yang sanitasinya tidak memadai, telurtelur ini akan
mencemari tanah dengan berbagai cara. Telur dapat melekat pada sayuran
yang kemudian tertelan tanpa dicuci, dikupas dan dimasak dengan baik. Telur
dapat tertelan dari sumber air yang terkontaminasi, dan telur tertelan oleh
anak-anak yang bermain tanah yang terkontaminasi kemudian meletakkan
tangan dimulut tanpa mencuci tangan. Selain itu, penularan cacing kait dapat
menembus kulit yang terjadi pada orang-orang yang berjalan tanpa
menggunakan alas kaki pada tanah yang terkontaminasi

D. dan bahan:
1. APD : sarung tangan,masker dan juga jas lab
2. Alat tulis
3. Porta centrifuge
4. Mikroskop
5. Tabung reaksi dan tabung centrifuge
6. Timbangan
7. Lidi pengaduk
8. Rak tabung reaksi
9. Lampu spiritus
10. MgSO4
11. Aquadest

E. Cara Kerja
Pemeriksaan Telur Cacing dari sampel tanah
1) Dilakukan penimbangan tanah / sampah sebanyak 2 gram
2) Sampel tanah sebanyak 2 gr dimasukkan dalam tabung sentrifuge 20
ml
3) Ditambahkan 10 ml aquades, diaduk dengan lidi sampai homogeny
4) Tabung dimasukkan ke sentrifuge, dinyalakan, diatur kecepatannya
5) Porta centrifuge dengan kecepatan 1500 rpm selama 2 menit
6) Porta centrifuge lagi 3 – 5 kali hingga supernatan jernih
7) Cairan supernatan dibuang dan ditambah 10 ml MgSO4 BJ 1,260
8) Porta centrifuge dengan kecepatan 1500 rpm selama 2 menit
9) Dengan hati-hati ditambahkan larutan MgSO4 BJ 1,260, sampai
permukaan menjadi cembung oleh cairan
10) Letakkan deck glass diatas permukaan cairan pada tabung sentrifuge,
diangkat secara hati-hati
11) Letakkan deck glass diatas obyek glass untuk dilihat di mikroskop

Pemeriksaan Pb pada Sampel tanah

1) Diambil tabung reaksi yang telah dibersihkan


2) Masukkan Tanah (1-2 gr) ke dalam tabung reaksi kemudian dilarutkan
dengan aquadest
3) Ditambahkan larutan KI 2% beberapa tetes
4) Bila timbul endapan warna kuning dibagi dalam 2 tabung
5) Endapan kuning pada tabung 1 ditambah KI berlebihan (KI 10%),
apabila endapan kuning larut menunjukkan adanya Pb
6) Endapan kuning pada tabung 2 dipanaskan di atas api kecil sampai
mendidih, kemudian didinginkan. Setelah dingin diambil 1-2 tetes
diletakkan pada obyek glass, diperiksa dengan mikroskop dengan
pembesaran sedang. Adanya Kristal segi enam berwarna kuning emas,
menunjukkan adanya Pb dalam sampel sampah/tanah

F. Hasil dan Pembahasan


Table hasil pemerikssaan telur cacing dan Pb dalam tanah:

Permukaan Kedalaman 10 Kedalaman 20


Tanah cm cm
Pemeriksaan Tidak ada telur Tidak dilakukan Tidak dilakukan
telur cacing cacing pemerikaan pemerikaan
Pemeriksaan Pb Tidak ada Pb Tidak ada Pb Tidak ada Pb

Dalam hasil pemeriksaan telur cacing yang hanya dilakukan pada pemukaan
tanah di dapatkan hasil tidak adanya telur cacing dan hasil pemeriksaan Pb di
semua sampel tanah yang di ambil tidak menunjukan adanya Pb dalam sampel
tanah tersebut. Yang berarti sampel tanah tersebut terbebas dari telur cacing
dan juga zat kimia Pb.

G. Kesimpulan
Pemeriksaan Pb dan telur cacing yang dilakukan pada sampel tanah
menunjykkan hasil negative. Artinya tanah sampel tidak mengandung cemaran
timbal atau Pb. Kondisi tanah tanpa cemaran ini perlu dipertahankan.
Timbal atau Pb adalah salah satu kontaminan yang dapat mencemari
lingkungan. Timbal dapat menyebabkan keracunan dan dapat terakumulasi
dalam tubuh manusia, tumbuhan maupun hewan. Sedangkan pemeriksaan
telur cacing pada tanah sampel memiliki tujuan untuk memastikan bahwa
tanah tidak tercemar cacing yang dapat menyebabkan kejadian kecacingan.
Infeksi dari cacing ini dapat dicegah dengan mengajarkan kebersihan kepada
anak anak sejak dini.
Daftar Pustaka

Sevfianti, S., Mutiara, H., & Suwandi, J. F. (2018). Hubungan Pencemaran Tanah
oleh Telur Soil-Transmitted-Helminth (STH) dengan Kejadian Kecacingan pada Anak
Sekolah Dasar Negeri (SDN) 01 Krawangsari Natar. Jurnal Medula, 7(5), 127-133.

Anda mungkin juga menyukai