2. Untuk mengetahui suhu tanah dan suhu lingkungan dari habitat hewan tanah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah sistem tanah yang dirajai oleh ion-ion
H+ akan bersuasana asam. Penyebab keasaman tanah adalah ion H+ dan Al3+ yang berada
dalam larutan tanah unsur-unsur yang terkandung dalam tanah, konsentrasi ion H+ dan
OH-, mineral tanah, air hujan dan bahan induk. Bahwa bahan induk tanah mempunyai
pH yang bervariasi sesuai dengan mineral penyusunnya dan asam nitrit yang secara
alami merupakan komponen renik dari air hujan juga merupakan faktor yang
mempengaruhi pH tanah, selain itu bahan organik dan tekstur (Prabowo, 2017: 62).
ketersediaan hayati logam dalam tanah untuk dapat diserap tanaman. Hal ini tidak hanya
tergantung pada spesies tanaman, tetapi juga pad kondisi edafis. Jika pH menurun
sampai di bawah 6,5 dan 5,3, maka proporsi kelarutan kandungan Cd dan Zn meningkat
(Handayanto, 2017:43).
Hal ini juga yang menyebabkan bahwa bahan organik pada tanah tropika di daerah
tropis jarang terakumulasi karena faktor iklim sangat optimum bagi aktivitas
kelembaban tanah, pH, kedalaman dan aerasi tanah (Wibowo, 2014: 153).
Pengaruh mulsa selain mengurangi erosi juga mempengaruhi suhu tanah dan
aerasi. Suhu tanah maksimum pada kedalaman 5 cm turun 6-12 0C, pada kedalaman 10
cm turun 4-6 0C, sedangkan suhu minimum rata-rata naik 1 0C. Dengan menurunnya
suhu maksimum, maka kecepatan perombakan bahan organik akan menurun, hal ini
penting karena menurunnya kadar bahan organik dapat mempengaruhi laju erosi
(Satriawan, 2014:38).
Hasil rata-rata analisis suhu, menunjukkan bahwa pada lahan olah tanah intensif
nyata memberikan nilai suhu tanah yang lebih tinggi (29 o C), sedangkan lahan tanpa olah
tanah nyata memberikan nilai suhu tanah yang lebih rendah (28,13o C). Hasil uji korelasi
pada pertanaman tebu tahun ke enam menunjukan hal yang berbeda, bahwa perlakuan
sistem olah tanah dan aplikasi mulsa bagas menunjukan korelasi positif dengan suhu
pH tanah :
1. Diambil tanah contoh tanah (sampel) yang akan diukur pH lalu diaduk sampai
rata.
6. Untuk pH meter dilakukan dalam gelas kimia dengan jumlah sampel tanah
3. Dibiarkan selama 5-10 menit dan setelah itu dilakukan pengamatan langsung
pada tempatnya.
4. Diamati dan dicatat hasil pengamatan.
VIII. Pembahasan :
Lingkungan fisik atau anorganik, yaitu lingkungan yang terdiri darigaya kosmik
dan fisiogeografis seperti tanah, udara, laut, radiasi, gayatarik, ombak dan sebagainya
(Siahaan, 2004:14). Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil dalam praktikum ini. Dalam
ekosistem, terdapat 2 komponen penyusun, yaitu biotik (makhluk hidup) dan abiotik
(benda tak hidup). Komponen abiotik merupakan faktor penentu dalam pembentukkan
ekosistem. Komponen abiotik dalam hal ini yaitu terdapat tanah, udara, air, dan
intensitas cahaya.
Faktor fisik yang diukur dalam praktikum ini meliputi terestrial dan aquatik.
Faktor fisik terestrial berupa bagian darat dan aquatik berupa bagian laut. Untuk
suhu udara serta suhu tanah. Sedangkan untuk pengukuran faktor fisik aquatik,
dilakukan pengukuran untuk suhu air, pH air, salinitas, kedalaman cahaya. Hal ini
terdapat beberapa kesesuaian dengan buku yang ditulis oleh Adnan (2008:193) yang
menyatakan bahwa Di setiap plot, dilakukan pengukuran faktor fisik berikut ini:
Koordinat, ketinggian, kemiringan, intensitas cahaya, kelembaban udara, suhu tanah dan
udara, struktur tanah, kandungan air tanah, kandungan organik tanah, dan kandungan
mineral tanah.
Untuk pengukuran terestrial, digunakan termometer air raksa skala 1-100 untuk
mengukur suhu tanah, luxmeter untuk mengukr intensitas cahaya, higrometer untuk
mengukur kelembaban udara, soil test untuk mengukur pH tanah. Sedangkan untuk
pengukuran aquatik, digunakan termometer air raksa skala 1-100 untuk mengukur suhu
air, pH meter untuk pH air, salinometer untuk mengukur salinitas air dan secci disk
dari pukul 23:00 WIB hingga pukul 05:00 WIB (sebanyak 7 kali pengukuran).
cahaya, pH tanah, suhu udara serta suhu tanah memiliki nilai yang berbeda-beda.
Namun, tidak terdapat perbedaan yang sangat jauh. Namun, untuk kelembaban udara
dari jam 23:00 WIB hingga pukul 00:00 WIB memiliki nilai yang berbeda jauh (jam
23:00 WIB= 46%, jam 00:00 WIB= 88%). Kelembaban udara dapat mempengaruhi
suhu tanah. Apabila kelembaban udara tinggi, dapat kemungkinan bahwa kandungan
Untuk suhu udara, rata-rata suhu dari jam 23:00-05:00 WIB sebesar 26 OC
O
sedangkan suhu tanah sebesar C. Suhu udara maupun suhu tanah dapat dipengaruhi
oleh tingkat kelembaban lingkungan tersebut. Biasanya, suhu udara pada malam hari
tergolong rendah. Hal ini dikarenakan intensitas cahaya pada malam hari rendah.
Pengukuran pH tanah penting untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan tidak semua
makhluk hidup dapat bertahan dengan pH tanah yang terlalu kuat (asam dan basa).
Apabila kandungan pH dalam tanah tersebut terlalu kuat, maka dapat mengancam
kehidupan pada habitat hewan. Hal ini sesuai dengan pernyataan pada Campbell
(2008:59) bahwa presipitasi asam dapat merusak kehidupan di danau dan sungai. Selain
itu, presipitasi asam yang turun di daratan memberi pengaruh buruk pada kimia tanah
dan telah memakan korban beberapa hutan di Amerika Utara dan Eropa.
Pengukuran faktor fisik air hampir tidak jauh berbeda dengan pengukuran faktor
fisik tanah. Hanya saja pengukuran faktor fisik air meliputi suhu air, pH air, salinitas air,
dan kedalaman cahaya. Salinitas air memiliki nilai yang berbeda-beda. Untuk air tawar,
memiliki salinitas 0-0,5 0/00. Untuk kedalaman cahaya, diperlukan pengukuran agar dapat
mengetahui apakah pada tingkat kedalaman tertentu terdapat kehidupan ataupun tidak.
Hal ini dikarenakan apabila kedalaman sungai tersebut tergolong besar, maka dapat
kemungkinan bahwa cahaya tidak dapat merambat sampai dasar sungai dan tidak
salinitas air diperlukan agar kita dapat mengetahui apakah air tersebut memiliki kadar
sehingga hewan tersebut dapat bertahan hidup di lingkungan tersebut. Suhu yang terlalu
tinggi dapat mempengaruhi kelembaban tanah sehingga dapat berpengaruh pula bagi
tubuh hewan tersebut. Misalnya, dikarenakan suhu yang terlalu tinggi, maka hewan
tubuh hewan tersebut tidak dapat beradaptasi sehingga tidak dapat bertahan hidup dalam
IX. Kesimpulan :
bahwa:
tersebut.
10. Apabila kondisi suhu, pH, kelembaban, intensitas cahaya tidak seimbang,
X. Daftar Pustaka :
Putri N A R, dkk. 2017. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Aplikasi Mulsa Bagas
Terhadap Respirasi Tanah Pada Pertanaman Tebu (Saccharum Officinarum L)
Ratoon Ke-1 Periode 2 di Pt Gunung Madu Plantations. J. Agrotek Tropika. Vol
5(2): 109-112.
Satriawan, H. 2014. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Yogyakarta: Deepublish.
Wibowo S Y, dkk. 2014. Pengaruh Sistem Olah Tanah Pada Lahan Alang-Alang
(Imperata Cylindrica) Terhadap Biomassa Karbon Mikroorganisme Tanah (C-
Mik) yang Ditanami Kedelai (Glycine Max L.) Musim Ke Dua. J. Agrotek
Tropika. Vol 2(1): 149-154.