Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA TANAH

PH,EC,DAN EH

OLEH :

NAMA : MUHAMMAD RAFIQ

NO. BP : 2010232014

KELAS : KIMIA TANAH B

KELOMPOK : 5 / ENTISOL

DOSEN PENJAB : NOFRITA SANDI, SP. MP

ASISTEN : MUHAMMAD AKNIL SEFANO (1810232008)

ABU HANIPAH (1910233003)

PROGRAM STUDI ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam


kehidupan. Tanah dipisahkan menjadi beberapa bagian penyusun yaitu air,
udara, mineral dan bahan organik tanah.. Tanah mempunyai peran penting
dalam usaha pertanian untuk pertumbuhan dan produksi tanaman. Jika
tanah diperhatikan dengan baik maka keinginan dari usaha pertanian akan
terwujud apabila keseimbangan antara pengambilan hasil dan pemeliharan
tanah
Setiap tanah memiliki karakteristik yang berbeda baik dari segi
fisika, kimia maupun biologi tanah. Dengan perbedaan karaktersitik ini,
setiap tanah memiliki tingkat kesuburan yang berbeda beda. Status
kesuburan tanah merupakan indikator awal yang ingin diketahui petani
untuk menilai apakah tanah garapannya termasuk subur atau tidak. Status
kesuburan tanah ini menjadi tolak ukur awal bagaimana mengetahui
keunggulan dan kelemahan tanah garapan.

Tanah yang baik merupakan tanah yang memiliki kandungan hara


yang cukup bagi tanaman. Beberapa unsur hara yang terpenting dalam
tanah antara lain ialah nitrogen, fosfor dan kalium. Nitrogen membantu
memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman dan pembentukan protein.
Seperti nitrogen, fosfor merupakan penyusun fosfolipid, nukleoprotein, dan
fitin yang banyak tersimpan di dalam biji; berperan aktif dalam
mentransfer energi di dalam sel, dan berfungsi untuk mengubah
karbohidrat, serta dapat meningkatkan efisiensi kerja kloroplas. Kalium
berperan dalam proses metabolis dan mempunyai pengaruh khusus dalam
absorpsi hara, pembukaan stomata, transpirasi, kerja enzim dan berfungsi
sebagai translokasi karbohidrat (Handayanto, 2007).

Tanah memerlukan air dalam menyiapkan hara larut bagi


pertumbuhan tanaman. Air sangat berperan dalam mobilisasi unsur hara
yang ada didalam tanah, karena unsur hara dapat diserap oleh tanaman,
harus dalam bentuk tersedia (kation dan anion) dalam larutan tanah. Air
diserap tanaman melalui akar bersama ± sama dengan unsur ± unsur hara
yang terlarut di dalamnya. Pemberian air pada tanah haruslah sesuai
dengan kebutuhan tanah dan tanaman tersebut.

1.2 Tujuan

Praktikum ini bertujuan agar praktikan mengetahui kadar


pH ,EC,dan Eh tanah melalui metode elektrometri
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PH Tanah

Skala pengukuran pH menunjukkan tingkat kemasaman dan


kebasaan. Larutan tanah tidak sepenuhnya memiliki pH “netral”, dimana
konsentrasi H+ tidak sepenuhnya nol, karena air memiliki sedikit ion-ion
bermuatan tanah.q

Troeh dan Thompson (2005) menyampaikan bahwa pH tanah dipengaruhi


oleh beberapa faktor termasuk lima faktor pembentuk tanah ditambah
musim tanam, pola tanam, contoh tanah horizon, kadar air data waktu
pengambilan contoh tanah dan cara penentuan pH. Vegetasi
mempengaruhi pH tanah secara kompleks karena vegetasi menghasilkan
bahan organik dan mempengaruhi pencucian.

Bahan organik yang terdekomposisi akan menghasilkan asam organik


yang meningkatkan kapasitas tukar kation, namun menurunkan kejenuhan
basa dan pH. Basa-basa yang dihasilkan dari bahan organik dan dari
pelapukan mineral tanah akan diserap oleh akar dan kombinasi dasar
kation lainnya akan melepaskan ion H+ dari akar sehingga menurunkan
pH di daerah perakaran.

Proses pencucian dapat pula menurunkan tingkat kemasaman tanah yang


dipengaruhi oleh pertumbuhan tanah dan iklim. Akar-akar tanaman yang
telah tumbuh besar akan meningkatkan porositas tanah dan dengan adanya
curah hujan yang tinggi akan mempercepat proses pencucian. Proses
pencucian terjadi dengan adanya basa-basa dalam tanah yang hilang
sehingga menurunkan pH tanah.2.2 Konduktivitas Elektron (EC).

2.2 EH Tanah.

Merupakan indeks yang menyatakan kuantitas elektron dalam suatu


sistem (Syekhfani, 2014a). Oksidasi-reduksi merupakan reaksi
pemindahan elektron dari donor elektron kepada aseptor elektron. Donor
elektron akan teroksidasi karena pelepasan elektron, sedangkan aseptor
elektron akan terduksi karena penambahan elektron. Proses ini
berlangsung secara simultan, sehingga sering disebut sebagai reaksi redoks
(Kyuma 2004a). Potenisial redoks juga dipengaruhi oleh aktivitas mikro
organisme, dimana menurut Yoshida (1978), aktivitas mikro organisme
tidak hanya mempengaruhi proses transformasi senyawa-senyawa organik
dan anorganik, tetapi juga mempengaruhi kemasaman dan potensial
redoks tanah.
2.3 EC Tanah

Konduktivitas listrik (EC) digunakan untuk mengetahui tingkat


kegaraman yang ada dalam tanah. Konduktivitas Listrik (EC), adalah
fenomena aliran listrik berasal dari muatan partikel (ion, koloid) yang
membentuk kekuatan medan listrik (Syekhfani, 2014c). Komponen
padatan dan cairan tanah, yang terdiri dari senyawa dan unsur
mengandung ion (kation, anion) bermuatan positif (+) dan negatif (-);
saat terjadi aliran listrik dari + ke – melalui media cair, akan muncul daya
medan listrik yang berpengaruh terhadap mobilitas ion/koloid yang
merupakan sumber unsur hara bagi pertumbuhan tanaman.

Umumnya, tingkat kegaraman dalam tanah yang tinggi terjadi pada


tanah dalam wilayah arid dan seminaris, dimana curah hujan tahunan lebih
rendah daripada tingkat evapotranspirasi. Selain pada lahan arid dan
semiarid, praktek pengelolaan lahan dengan sistem irigasi juga memicu
terjadinya peningkatan kadar garam dalam tanah.

Terdapat tiga sumberdaya alam yang mempengaruhi kadar salinitas


tanah, yaitu pelapukan bahan mineral, curah hujan dan garam-garam dari
fosil, selain itu aktivitas manusia yang menambahkan garam melalui
irigasi dan limbah industri di daerah salin juga berkontribusi terhadap
kadar salinitas tanah. Sumber garam dalam tanah paling besar berasal dari
batuan yang tersingkap dan kerak bumi, dimana garam telah dilepaskan
selama proses pelapukan kimiawi dan fisik. Pada daerah humid, larutan
garam dalam profil tanah dibawa ke lapisan tanah bawah melalui proses
perkolasi air hujan dan dialirkan ke lautan. Pada daerah arid, pencucian
terjadi secara lokal. Garam cenderung menumpuk karena tingkat curah
hujan yang rendah, laju evaporasi dan transpirasi tanaman tinggi.

2.4 Metoda Elektrometri

Berdasarkan pengukuran potensial antara elektroda indikator dan


elektroda pembanding. Sistem elektroda yang umumnya digunakan adalah
pasangan elektroda gelas dan kalomel jenuh.

Pengganggu : analisa pH yang sangat akurat membutuhkan koreksi dari


suhu dan padatan terlarut. Tetapi tingkat keakuratan ini jarang dibutuhkan.
Koreksi suhu dapat dilakukan secara otomatis dengan thermocompensator
atau dapat dihitung berdasarkan informasi dari suplier alat pH tsb.
Kesalahan dari padatan terlarut atau “salt error” dapat dihitung
berdasarkan grafik yang disertakan pada elektroda tsb.

Peralatan : pH meter dengan range 0 – 14


Reagen : Larutan buffer pH 4, 7, 10

Prosedur : Kalibrasi pH meter dgn larutan buffer –> Ukur pH segera


setelah sampel dibuka

Perhitungan : pH akan terbaca di layar pHmeter dan diasumsikan analisa


dilakukan di suhu ruang (25 C).
BAB III

METODA PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada Selasa, 16 Maret 2022 pada pukul


11.15 WIB, bertempat di Laboratorium Kimia Tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Andalas, Padang

3.2 Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum pH,EH,EC dengan


metoda elektrometri adalah Timbangan digital ,Ayakan tanah ,Botol
kocok/ film 3buah,Shaker ,Kertas label,Ph meter

3.3 Metoda

Metoda yang digunakan untuk praktikum PH, EH dan EC ini adalah


metode elektrometri.

3.4 Langkah Kerja

Ditimbang tanah entisol sebanyak 0,50 gram yang telah lolos


ayakan 2 mm. Ditambahkan 5 ml 5 ml K₂Cr₂O₇ 1 N lalu dikocok.
Ditambahkan 7,5 ml H₂SO₄ pekat, dikocok lalu didiamkan selama 30
menit. Diencerkan dengan aquades, biarkan dingin dan diimpitkan.
Keesokan harinya diukur absorbansi larutan jernih dengan
spektofotometer pada panjang gelombang 561 nm.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berikut adalah tabel hasil dari pengukuran pH dan Ec tanah


Tabel 1. Hasil pengukuran pH dan Ec dari berbagai jenis sampel tanah
No Jenis Tanah pH Ec
. 1 : 2,5 1:4 1:5 1 : 2,5 1:4 1:5
1 Ultisol 5,77 5,85 5,95 11,7 11,8 11,9
2 Regosol 6,49 6,75 6,9 98,6 53 30,6
3 Inseptisol 6,66 6,89 6,99 34 34 20
4 Histosol 5,46 5,28 5,46 42,9 41,6 44,8
5 Entisol 5,81 5,91 6,65 28 25 44
Diagram Hasil

Diagram pH dan Ec Tanah


120

100

80

60

40

20

0
01:02.5 1:04 1:05 01:02.5 1:04 1:05
pH Ec

1 Ultisol 2 Regosol 3 Inseptisol 4 Histosol 5 Entisol

4.2 Pembahasan

Berdasarkan uji yang telah dilakukan didapatkan hasil seperti data


diatas , pada data diatas dapat dilihat terjadi peningkatan PH dari botol
1:25 sampai dengan botol 1:5 hal ini dapat terjadi karena jumlah aquades
perbotol nya semakin bertambah, dan pertambahan tersebut berbanding
lurus dengan peningkatan PH itu dikarenakan pencucian tanah oleh
aquades dengan jumlah besar akan meningkatkan ph tanah
Kandungan air (kadar air) di dalam tanah mempengaruhi kadar C-
Organik tanah dan keasaman pH tanah. Semakin besar kadar air maka
semakin tinggi pula kadar C-Organik Tanah dan semakin masam
keasaman pH tanah.

Persamaan yang dapat dilihat pada data yaitu masing masing jenis
tanah cenderung bersifat masam.dapat dilihat dari data ultisol memiliki PH
dari 5,77 sampai 5,95 yang menandakan tanah ultisol bersifat masam dan
memiliki kapasitas tukar kation dan anion yang cukup tinggi, begitu juga
dengan tanah regosol yang memiliki 6,49 sampai 6,9 . Tanah inseptisol
dengan PH 6,66 sampai 6,99 dan tanah entisol dengan PH 5,81 sampai
6,65.
Sedangkan untuk kandungan elektro conduktivity pada jenis tanah
ultisol, histosol dan entisol terjadi peningkatan dan terjadi penurunan pada
botol dengan perbandingan 1:4.Sedangkan untuk tanah regosol dan
inseptisol terjadi penurunan elektro conduktivitity dengan bertambahnya
volume aquades.Berdasarkan data diatas kita bisa saja mengambil
kesimpulan bahwa tidak ada pengaruh yang konkret penambahan pelarut
aquades terhadap EC.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dalam praktikum kali ini adalah


hampir semua jenis tanah hasil coba praktikum bersifat masam sehingga
tanah memiliki kemampuan kapasitas tukar kation dan anion yang cukup
tinggi, dan EC tanah yang didapat dari semua jenis tanah dari seluruh hasil
uji coba menunjukkan kadar kegaraman dalam tanah berpengaruh terhadap
ketersediaan unsur hara didalam tanah.

5.2 Saran

Praktikan harus mengusai konsep dengan benar sehingga dapat


membahas hasil uji coba praktikum dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Christianti. 2014.pH, EH dan EC: Indikator Uji Cepat Kesuburan


Tanah.http://cagust.lecture.ub.ac.id/2014/09/ph-eh-dan-ec-indikator-uji-
cepat-kesuburan-tanah/

KIM H. TAN. 1992. Dasar – Dasar Kimia Tanah. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press

Gunawan, dkk. 2019. Karakteristik Sifat Kimia Tanah dan Status Kesuburan
Tanah pada Agroforestri Tanaman Sayuran Berbasis Eucalyptus Sp
.Jurnal Silvikultur Tropika. Vol. 10 No. 02, Agustus 2019, Hal 63-69.

Novia1*, W. (2021). Analisis Perbandingan Kadar Keasaman (pH) Tanah Sawah.


Jurnal Hadron Vol 3 No 01 Tahun 2021 , 10 - 12 .
Dokumentasi

No. Dokumentasi Keterangan


1. Pengambilan sampel tanah
entisol
2. Pengayakan tanah

3. Tanah ditimbang 0,50


gram

4. Tanah 0,5 gram dimasukan


ke labu ukur 100 ml
5. Penambahan 5 ml
K₂Cr₂O₇

6. Penambahan 7,5 ml
H₂SO₄
7. Penambahan aquades

8. Pengukuran panjang
gelombang larutan
menggunakan
spektofotometer

9. Pengukuran berat basah


tanah

Anda mungkin juga menyukai