Anda di halaman 1dari 11

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di dalam tanah terdapat berbagai jenis biota tanah, antara lain mikroba

(bakteri, fungi, aktinomycetes, mikroflora, dan protozoa) serta fauna tanah.

Masing-masing biota tanah mempunyai fungsi yang khusus. Dalam kaitannya

dengan tanaman, mikroba sangat berperan dalam membantu pertumbuhan tanaman

melalui penyediaan hara (mikroba penambat N, pelarut P), membantu penyerapan

hara (cendawan mikoriza arbuskula), memacu pertumbuhan tanaman (penghasil

hormon), dan pengendalian hama penyakit (penghasil antibiotik) (Maharani, 2015).

Respirasi tanah merupakan suatu proses yang terjadi karena adanya

kehidupan mikroba yang melakukan aktifitas hidup dan berkembangbiak dalam

suatu massa tanah. Mikroba dalam setiap aktifitasnya membutuhkan O2 atau

mengeluarkan CO2 yang dijadikan dasar untuk pengukuran respirasi tanah. Laju

respirasi maksimum terjadi setelah beberapa hari atau beberapa minggu populasi

maksimum mikroba dalam tanah, karena banyaknya populasi mikroba

mempengaruhi keluaran CO2 atau O2 yang dibutuhkan mikroba. Oleh karena itu,

pengukuran respirasi tanah lebih mencerminkan aktifitas metabolik mikroba

daripada jumlah, tipe, atau perkembangan mikroba tanah (Arif, 2001).

Respirasi tanah merupakan salah satu indikator dari aktivitas biologi tanah

seperti mikroba, akar tanaman atau kehidupan lain di dalam tanah, dan aktivitas ini

sangat penting untuk ekosistem di dalam tanah. Penetapan respirasi tanah

berdasarkan penetapan jumlah CO2 yang dihasilkan oleh mikroorganisme tanah

dan jumlah O2 yang digunakan oleh mikroorganisme tanah (Nasution, et al., 2015).
2

Respirasi tanah adalah tipikal parameter aktivitas metabolik dari populasi

mikroba tanah yang berkorelasi positif dengan material organik tanah. Enzim

dehidrogenase juga berperan penting dalam proses dekomposisi material organik,

stabilisasi struktur tanah, siklus biogeokimia, serta menjaga kualitas dan fungsi

tanahkarena memberikan indikasi potensi tanah untuk mendukung proses biokimia

dalam mempertahankan kesuburan tanah, sehingga aktivitas enzim dehidrogenase

dapat digunakan sebagai indikator aktivitas mikroba tanah (Nur, et al., 2011).

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui banyak sedikitnya

mikroorganisme dalam tanah yaitu dengan melakukan respirasi. Proses respirasi ini

menghasilkan karbondioksida dan air. Respirasi merupakan suatu pencerminan dari

aktivitas mikroorganisme dalam tanah. Apabila hasil dari respirasi besar maka

populasi mikroorganisme yang

Respirasi dilakukan dengan memperhatikan beberapa ketetapan diantaranya

yaitu : penetapan jumlah CO2 yang dihasilkan oleh mikroorganisme selama proses

respirasi dalam jangka waktu sesuai dengan perlakuan dan jumlah O2 yang

digunakan oleh mikroorganisme tanah. Kedua ketatapan tersebut sangat

mempengaruhi hasil dari respirasi tanah. Sehingga harus dilakukan dengan teliti

dalam melakukan pengamatan pengukuran respirasi (Pangestuning, et al., 2017).

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui

cara pengukuran respirasi pada tanah

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Biologi Tanah,


3

Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,

Medan dan sebagai sumber informasi bagi pihak membutuhkan.


4

TINJAUAN PUSTAKA

Respirasi tanah adalah proses evolusi CO2 dari tanah ke atmosfer, terutama

dihasilkan oleh mikroorganisme tanah dan akar tanaman. Mikroorganisme dalam

setiap aktifitasnya membutuhkan O2 atau mengeluarkan CO2 yang dijadikan dasar

untuk pengukuran respirasi tanah. Hal ini dipengaruhi tidak hanya oleh faktor

biologis (vegetasi, mikroorganisme) dan faktor lingkungan (antara lain suhu,

kelembaban, pH), tetapi juga oleh faktor buatan manusia. Faktor-faktor yang

mempengaruhi meningkatnya mikroorganisme dalam tanah yang paling penting

yaitu C-organik, reaksi (pH), kelembaban, dan temperatur (Daniati, 2018).

Respirasi dapat dikaitkan dengan status kesehatan tanah. Laju respirasi

tanah dapat diukur dalam sistem dinamis maupun statis. Teknik pengukuran yang

canggih umumnya menggunakan IRGA (infra red gas analyser), tetapi teknik ini

masih relatif mahal. Untuk aplikasi yang lebih sederhana di lapangan,

menggunakan pengukuran larutan 0,5 N KOH yang dapat menjerap CO2 dalam

inverted box sebagai teknik pendekatan yang mudah diaplikasikan dan relatif lebih

murah. Cara pengukuran respirasi tanah merupakan yang pertama kali digunakan

untuk menentukan tingkat aktivitas mikroorganisme tanah. Penetapan respirasi

tanah adalah berdasarkan penetapan jumlah CO2 yang dihasilkan oleh

mikroorganisme tanah dan jumlah O2 yang digunakan oleh mikroorganisme tanah

(Badan Besar Penelitian dan Pengembangan, 2007).

Ciri khas parameter aktivitas metabolik dari populasi mikroba tanah yang

berkorelasi positif dengan material organik tanah. Dengan meningkatnya laju

respirasi maka meningkatnya pula laju dekomposisi bahan organik yang

terakumulasi di tanah dasar, proses metabolisme yang menghasilkan produk sisa


5

berupa CO2 dan H2O dan pelepasan energi. Hasil dari proses dekomposisi

sebagian digunakan organisme untuk membangun tubuh, akan tetapi terutama

digunakan sebagai sumber energi atau sumber karbon utama, dimana proses

dekomposisi dapat berlangsung dengan aktifitas mikroorganisme, sehingga

mikroorganisme merupakan tenaga penggerak dalam respirasi tanah

(Jauhiainen, 2012).

Respirasi mikroba tanah sangat kompleks, banyak metode yang telah

diusulkan untuk menangkap gas yang dihasilkan dan menganalisisnya sesuai

dengan tujuan dan lingkungan peneliti, bisa dikatakan tidak ada metode yang

sepenuhnya memuaskan. Oleh karena itu, para peneliti diharapkan dapat memilih

metode yang paling tepat. Adapun cara penetapan tanah di laboratorium lebih

disukai. Prosedur di laboratorium meliputi penetapan pemakaian O2 atau jumlah

CO2 yang dihasilkan dari sejumlah contoh tanah yang diinkubasi dalam keadaan

yang diatur di laboratorium. Dua macam inkubasi di laboratorium adalah :

1) Inkubasi dalam keadaan yang stabil (steady-stato); 2) Keadaan yang berfluktuasi

(Ardiansyah, 2014).

Respirasi tanah dilakukan oleh mikroorganisme tanah baik berupa bakteri

maupun cendawan. Interaksi antara mikroba dengan lingkungan fisik di sekitarnya

mempengaruhi kemampuannya dalam respirasi, tumbuh, dan membelah. Salah

satu faktor lingkungan fisik tersebut adalah kelembapan tanah yang berkaitan erat

dengan respirasi tanah (Cook dan Orchard, 2010).

Respirasi tanah merupakan salah satu hal yang penting yang berkaitan

dengan perubahan iklim dan pemanasan global di masa depan. Respirasi tanah

yang berkaitan dengan suhu tanah digunakan sebagai salah satu kunci karakteristik
6

tanah atau bahan organik dan bertanggung jawab dalam pemanasan global

(Subke dan Bahn, 2010)


7

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Adapun praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Tanah,

Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,

pada hari Selasa, 26 November 2019 pukul 13.00 WIB sampai dengan selesai pada

ketinggian ±32 mdpl.

Alat dan Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah aquades sebagai

perlakuan, KOH sebagai larutan titrasi, KCL 0,1 M sebagai perlakuan,

fenolpthalein, metil oranye, dan diphenilamin sebagai larutan indikator, sampel

potongan tanah 100 gram sebagai objek praktikum, label untuk menandai objek

praktikum.

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum adalah gelas beaker 250 mL

untuk wadah titrasi, toples sebagai wadah praktikum, botol kocok sebagai wadah

larutan, buret sebagai alat titrasi, pipet tetes sebagai alat bantu pengambilan larutan,

timbangan analitik sebagai alat menimbang berat contoh tanah.

Pelaksanaan Percobaan

 Disiapkan alat dan bahan.

 Diambil petakan tanah seberat 100 gram, diletakkan dalam toples

 Diletakkan 10 mL aquades dan 5 mL KCL 0,1 M pada masing-masing botol

kocok dan ditempatkan didalam toples, diinkubasi selama 7 hari.

 Dititrasi larutan aquades dan KCL pada botol kocok dengan larutan

indikator fenolpthalein, metil oranye, dan diphenilamin.

 Diamati perubahan warna yang terjadi.


8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Blanko : 3 mL

Titrasi : 4,5 mL

Perhitungan:
(𝑎−𝑏) 𝑥 𝑡 𝑥 120 (3−4,5) 𝑥 0,1 𝑥 120 −1,5 𝑥 0,1 𝑥 120 18
mg CO2 = = = = = 2,57 mg
𝑛 7 7 7

Keterangan: a = blanko

b = titrasi

n = jumlah hari inkubasi

t = normalitas HCL

Pembahasan
Respirasi tanah merupakan suatu proses yang terjadi karena adanya

kehidupan mikroba yang melakukan aktifitas hidup dan berkembangbiak dalam

suatu massa tanah. Hal ini sesuai dengan literatur Daniati (2018) yang menyatakan

bahwa respirasi tanah adalah proses evolusi CO2 dari tanah ke atmosfer, terutama

dihasilkan oleh mikroorganisme tanah dan akar tanaman.

Faktor yang mempengaruhi respirasi tanah ialah faktor biologis seperti

vegetasi dan mikroorganisme serta faktor lingkungan seperti suhu, pH, dan

kelembaban. Hal ini sesuai dengan literatur Daniati (2018) yang menyatakan bahwa

hal ini dipengaruhi tidak hanya oleh faktor biologis (vegetasi, mikroorganisme) dan

faktor lingkungan (antara lain suhu, kelembaban, pH), tetapi juga oleh faktor buatan

manusia. Faktor-faktor yang mempengaruhi meningkatnya mikroorganisme dalam

tanah yang paling penting yaitu C-organik, reaksi (pH), kelembaban, dan

temperatur.
9

Respirasi dapat dikaitkan dengan status kesehatan tanah. Hal ini sesuai

dengan literatur Badan Besar Penelitian dan Pengembangan (2007) yang

menyatakan bahwa respirasi dapat dikaitkan dengan status kesehatan tanah. Laju

respirasi tanah dapat diukur dalam sistem dinamis maupun statis. Teknik

pengukuran yang canggih umumnya menggunakan IRGA (infra red gas analyser),

tetapi teknik ini masih relatif mahal.

Metode pengukuran respirasi yang sering digunakan ialah inkubasi di dalam

laboratorium. Hal ini sesuai dengan literatur Ardiansyah (2014) yang menyatakan

bahwa prosedur di laboratorium meliputi penetapan pemakaian O2 atau jumlah

CO2 yang dihasilkan dari sejumlah contoh tanah yang diinkubasi dalam keadaan

yang diatur di laboratorium. Dua macam inkubasi di laboratorium adalah :

1) Inkubasi dalam keadaan yang stabil (steady-stato); 2) Keadaan yang

berfluktuasi.

Berdasarkan hasil praktikum yang didapatkan, jumlah CO2 pada tanah

rizosfer kacang hijau ialah sebesar 2,57 mg. Data tersebut menunjukkan masih

adanya mikroorganisme didaerah perakaran tanaman kacang hijau. Hal ini sesuai

dengan literatur Daniati (2018) yang menyatakan bahwa respirasi tanah adalah

proses evolusi CO2 dari tanah ke atmosfer, terutama dihasilkan oleh

mikroorganisme tanah dan akar tanaman. Mikroorganisme dalam setiap

aktifitasnya membutuhkan O2 atau mengeluarkan CO2 yang dijadikan dasar untuk

pengukuran respirasi tanah.


10

KESIMPULAN

1. Respirasi tanah merupakan suatu proses yang terjadi karena adanya kehidupan

mikroba yang melakukan aktifitas hidup dan berkembangbiak dalam suatu

massa tanah.

2. Faktor yang mempengaruhi respirasi tanah ialah faktor biologis seperti

vegetasi dan mikroorganisme serta faktor lingkungan seperti suhu, pH, dan

kelembaban.

3. Respirasi dapat dikaitkan dengan status kesehatan tanah.

4. Metode pengukuran respirasi yang sering digunakan ialah inkubasi di dalam

laboratorium.

5. Berdasarkan hasil praktikum yang didapatkan, jumlah CO2 pada tanah rizosfer

kacang hijau ialah sebesar 2,57 mg.


11

DAFTAR PUSTAKA

Arif,A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Kanisius. Jakarta.

Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. 2007.


Metode Analisis Biologi Tanah. Jawa Barat. Bogor.

Cook VJ, Orchard VA. 2010. Relationships between soil respiration and soil
moisture. Soil Biology & Biochemistry 40: 1013–1018.

Daniati, Y. 2018. Respirasi Tanah pada Pertanaman Kacang Hijau (Vigna radiata
L.) Akibat Pemupukan dan Sistem Olah Tanah di Tanah Ultisol Gedung
Meneng. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Jauhiainen, J., Hooijer A, dan Page S.E. 2012. Carbon dioxide emissions from an
Acacia plantation on peatland Sumatra, Indonesia. Biogeosciences, 9:
617– 630.

Maharani, S. B. 2015. Respirasi Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung.


Lampung.

Nasution, N. A. P., Yusnaini, S., Niswati, A., dan Dermiyati. 2015. Respirasi Tanah
pada Sebagian Lokasi di Hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan
(TNBBS). Universitas Lampung. Lampung.

Nur, R., Zul, D., dan Leni, B. 2011. Laju Respirasi Tanah dan Aktivitas
Dehidrogenase di Kawasan Lahan Gambut Cagar Biosfer Giam Siak
Kecil-Bukit Batu. Kampus Binawidya. Pekanbaru.

Pangestuning, E, S. Yusnaini, A. Niswati, Dan H. Buchori. 2017. Pengaruh Sistem


Olah Tanah Dan Aplikasi Herbisida Terhadap Respirasi Tanah Pada
Lahan Pertanaman Jagung, Agrotek Tropika, 5 (2) : 113- 118.

Subke JA, Bahn M. 2010. On the ‘temperature sensitivity’ of soil respiration: Can
we use the immeasurable to predict the unknown?. Soil Biology &
Biochemistry 42: 1653-1656.

Anda mungkin juga menyukai