Anda di halaman 1dari 11

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam suatu ekosistem, keberadaan organisme dipengaruhi oleh berbagai

faktor pembatas, baik itu faktor biotik maupun faktor abiotik. Faktor-faktor ini

mampu meregulasi ukuran populasi dengan mengubah kondisi lingkungan

sehingga kurang cocok untuk ditempati oleh organisme tersebut. Sebagian besar

organisme memberikan respon taktil terhadap perubahan kondisi lingkungan yang

terjadi. Respon taktil ini dapat bersifat positif (mendekati lingkungan yang cocok)

atau negatif (menjauhi lingkungan yang tidak cocok). Secara umum, perpindahan

organisme ke lingkungan yang cocok dibedakan menjadi kinesis dan taksis.

Perpindahan ini dapat menunjukkan kebutuhan fisiologis, sejarah evolusi, dan

sistem saraf dari suatu organisme (Glase et al., 1992).

Annelida adalah cacing gelang dengan tubuh yang terdiri atas segmen-

segmen dengan berbagai sistem organ tubuh yang baik dengan sistem peredaran

darah tertutup. Annelida sebagian besar memiliki dua kelamin sekaligus dalam

satu tubuh atau hermafrodit. Contohnya yakni cacing tanah, cacing pasir, cacing

kipas, lintah/leeches (Dasanjani et al., 2012).

Cacing tanah merupakan salah satu organisme yang tidak memiliki alat

indera dan alat gerak, sehingga stimulus yang datang akan diterima oleh reseptor

sensorik yang tersebar di seluruh tubuhnya. Reseptor yang tersebar ini

menyebabkan cacing tanah sangat sensitif terhadap kondisi lingkungan sekitarnya.

Pada bagian anterior terdapat ganglion cerebral, dan berbagai macam saraf

penting lainnya, sehingga sensitivitasnya pun lebih tinggi jika dibandingkan

dengan bagian tubuh lainnya (Cronodon, 2017).


2

Peranan cacing tanah secara umum sebagai bioamelion (jasad hayati

penyubur dan penyehat) tanah karena memiliki kemampuan untuk memperbaiki

tanah, seperti ketersediaan hara, dekomposisi bahan organik sehingga

meningkatkan produktivitas tanah (Hanafiah, 2005).

Secara ekologi, populasi cacing tanah sangat dipengaruhi oleh beberapa

faktor, yaitu kelembaban, suhu, pH tanah, dan bahan organik tanah. Kelembaban

sangat diperlukan untuk menjaga agar kulit cacing tanah berfungsi normal.

Kelembaban tanah yang terlalu tinggi atau terlalu basah akan menyebabkan

cacing berwarna pucat dan kemudian mati. Sebaliknya kelembaban tanah yang

terlalu rendah akan mengakibatkan cacing masuk ke dalam tanah dan berhenti

makan serta akhirnya mati (Firmansyah et al., 2017).

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa trampil

mengamati morfologi luar dan dalam daric acing tanah yang diperlukan untuk

mengidentifikasi cacing tanah.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Biologi Tanah,

Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,

Medan dan sebagai sumber informasi bagi pihak membutuhkan.


3

TINJAUAN PUSTAKA

Cacing tanah merupakan salah satu organisme yang hidup di dalam tanah

dengan kondisi lembab dan berkadar air cukup tinggi. Sebagian besar cacing

tanah hidup pada kedalaman kurang dari 2 m. Kondisi tanah yang optimum bagi

pertumbuhan cacing tanah ialah memiliki tata udara yang baik, hangat dengan

suhu berkisar 21ᵒC, memiliki banyak kandungan organik, memiliki kadar garam

yang rendah, dan pH tanahnya antara 5,0 – 8,4. Taksonomi cacing tanah adalah

sebagai berikut, Kingdom: Animalia; Phylum: Annelida; Class: Clitellata;

Order: Haplotaxida; Family: Lumbricidae (Firmansyah et al., 2014).

Cacing tanah (Lumbricus sp.) digolongkan ke dalam fillum annelida

karena seluruh tubuhnya tersusun atas beberapa segmen yang berbentuk seperti

cincin. Secara alamiah, morfologi dan antomi cacing tanah berevolusi terhadap

lingkungannya. Tubuh cacing dibedakan menjadi bagian anterior dan posterior.

Pada bagian anteriornya terdapat mulut, prostomium, dan beberapa segmen yang

agak menebal membentuk klitelum (Wolcott, 1946).

Secara morfologi, tubuh cacing tanah tersusun atas segmen-segmen yang

berbentuk cincin, dan setiap segmen memiliki seta kecuali pada 2 segmen

pertama. Seta adalah struktur seperti rambut yang berfungsi untuk menggali

substrat dan memegang pasangan saat kopulasi, serta sebagai alat gerak cacing

tanah. Cacing tanah memiliki mulut pada ujung anterior (tidak bersegmen) yang

disebut prostomium. Sebagai hewan hermaprodit, organ reproduksi cacing tanah,

baik organ kelamin jantan dan betina, terletak pada beberapa segmen bagian

anterior tubuhnya. Secara umum organ kelamin jantan terdiri dari dua pasang

testis, yang terletak pada segmen ke-10 dan 11, sedangkan organ kelamin betina
4

yaitu ovarium terletak pada segmen ke-13. Setelah dewasa akan terjadi penebalan

epitelium pada posisi segmen tertentu membentuk klitellum (tabung peranakan

atau rahim). Klitellum tersebut dapat berwarna lebih pekat atau lebih pudar

dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya (Roslim et al., 2013).

Annelida memiliki ciri-ciri tubuh belateral simetri, memiliki tiga lapisan

sel (triploblastik), tubuhnya bulat dan memanjang biasanya dengan segmen yang

jelas baik eksternal internal, disebagian spesies memiliki setae berupa rambut, dan

setiap ruasnya memiliki banyak setea dan ada ennelida yang memiliki tentakel

dan para podia dibagian kepala contohnya pada Polichaeta. Rongga tubuh

Annelida berisi cairan yang berperan dalam pergerakkan annelida dan sekaligus

melibatkan kontraksi otot. Ototnya terdiri dari otot melingkar (sirkuler) dan otot

memanjang (longitudinal) (Sutarno, 2009).

Bagian-bagian tubuha pada hewan Annelida ini sudah lengkap terutama

pada pencernaannya terdiri dari mulut, faring, esofagus (kerongkongan), usus, dan

anus. Annelida sudah memiliki pembuluh darah sehingga memiliki sistem

peredaran darah tertutup. Darahnya mengandung hemoglobin, sehingga berwarna

merah. Pembuluh darah yang melingkari esofagus berfungsi memompa darah ke

seluruh tubuh. Tubuh cacing ini ditutupi kutikula tipis dan lembab yang

mengandung banyak sel-sel kelenjar dan sel sensoris di atas epitel columnar.

Dinding tubuhnya terdiri dari lapisan otot circular, coelom berkembang disebut

schizocoelom. Alat pencernaan lengkap yang memanjang sepanjang tubuhnya

(Yogi et al., 2013).


5

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Adapun praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Tanah,

Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,

pada hari Selasa, 01 Oktober 2019 pukul 13.00 WIB sampai dengan selesai pada

ketinggian ±32 mdpl.

Alat dan Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air suling

untuk membersihkan alat dan cacing tanah, cacing tanah ukuran besar sebagai

obyek praktikum, alcohol untuk merendamkan cacing tanah, kertas sebagai media

penulisan data dan gambar data, kertas jeruk sebagai wadah penempatan cacing.

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum adalah petridish untuk

tempat pencucian cacing, beaker glass sebagai wadah perendaman cacing dengan

alcohol, sepereangkat alat operasi (dissecting kit) sebagai alat membedah cacing,

stereomikroskop untuk melihat bagian cacing lebih jelas, kaca pembesar untuk

melihat bagian cacing lebih jelas, jarum pentul sebagai penyangga kulit cacing

saat pembedahan, sterofoam sebagai media pembelahan cacing tanah, alat tulis

untuk menggambar data, mistar atau penggaris untuk mengukur panjang cacing.

Pelaksanaan Percobaan

a. Pengamatan morfologi luar cacing tanah

No. Keterangan Gambar


1. Dihitung Panjang cacing jika sedang
kontraksi bergerak, dan dalam
keadaan diam.
6

2. Diperhatikan warna cacing pada


daerah dorsal dan ventral.

3. Dihitung jumlah segmen yang terdapat


sepanjang badan cacing tanah.

4. Dihitung jumlah segmen sampai


klitellum dijumpai.

5. Diamati bentuk prostomium dari


cacing tanah dibawah mikroskop.

6. Diamati lubang kelamin jantan dan


betina.

b. Pengamatan morfologi dalam cacing tanah

No. Keterangan Gambar


1. Ditusuk cacing diatas sterofoam
dengan jarum pentul setelah cacing
direndam dengan alkohol.

2. Dibelah cacing pada bagian dorsal


sampai klitellum dengan pisau bedah.
7

3. Dibuka irisan dengan hati-hati


menggunakan forcep dan scalpel.
Dipisahkan setiap septum dari tengah
tabung/badan cacing dengan jarum.
4. Dilakukan pengamatan: septa,
pharynx, esophagus, crop, gizzard, dan
intestine.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

a. Pengamatan morfologi dalam cacing


8

Hari/Tanggal Pengamatan
Purifikasi
27 September 2019
Bakteri

Jamur

Pembahasan
Cacing tanah merupakan organisme makrofauna yang ada di dalam tanah

dan memiliki manfaat yang sangat banyak pada tanah. Hal ini sesuai dengan

litertaur Firmansyah et al (2014) yang menyatakan bahwa cacing tanah

merupakan salah satu organisme yang hidup di dalam tanah dengan kondisi

lembab dan berkadar air cukup tinggi.

Kondisi tanah yang optimum bagi cacing adalah keadaan lembab dan

berkadar air cukup tinggi, dengan suhu berkisar 21°C dan pH antara 5,0 – 8,4.

Hal ini sesuai dengan literatur Firmansyah et al (2014) yang menyatakan bahwa

cacing tanah merupakan salah satu organisme yang hidup di dalam tanah dengan

kondisi lembab dan berkadar air cukup tinggi. Sebagian besar cacing tanah hidup

pada kedalaman kurang dari 2 m. Kondisi tanah yang optimum bagi pertumbuhan

cacing tanah ialah memiliki tata udara yang baik, hangat dengan suhu berkisar
9

21ᵒC, memiliki banyak kandungan organik, memiliki kadar garam yang rendah,

dan pH tanahnya antara 5,0 – 8,4.


10

KESIMPULAN

1. Isolasi mikroorganisme adalah proses pengambilan mikroorganisme dari

lingkungan asalnya dan ditumbuhkan pada medium buatan sehingga

diperoleh biakan yang murni.

2. Beberapa cara mengisolasi mikroorganisme yaitu metode garis, tuang, sebar

dan micromanipulator.

3. Isolasi mikroba dilakukan pada medium yang berisi nutrisi seperti nutrient

agar untuk bakteri atau PDA untuk jamur.

4. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri dan jamur ialah nutrisi, pH,

temperature, kondisi aseptik, dan sebagainya.

5. Tujuan purifikasi mikroba yaitu untuk mendapatkan biakan murni, dimana

akan digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik mikroba tersebut.


11

DAFTAR PUSTAKA

Cronodon. 2017. “Earthworm - Nervous System”. [Online]


http://cronodon.com/BioTech/Earthworm_NS.html diakses pada 03
Oktober 2019 pukul 21:00 WIB.
Dasanjani, N. P.A., Setiawati, P. E., Ardhyagarini, P. I., dan Diantarasa, P. Laporan
Praktikum Sistematika Hewan Pengamatan Morfologi dan Anatomi
Cacing Tanah (Lumbricus terrestris). Universitas Pendidikan Ganesha.
Singaraja.
Firmansyah., Setyawati, T. R., dan Yanti, A. H. 2017. Struktur Komunitas Cacing
Tanah (Kelas Oligochaeta) di Kawasan Hutan Desa Mega Timur
Kecamatan Sungai Ambawang. Universitas Tanjungpura. Pontianak.
Firmansyah, M. A., Suparman, Harmini, Wigena, I. G. P., & Subowo. 2014.
“Karakterisasi Populasi dan Potensi Cacing Tanah untuk Pakan Ternak
dari Tepi Sungai Kahayan dan Barito”. Berita Biologi, 13 (3) : 333-341.
Hanafiah, KA. 2005, Biologi Tanah, Ekologi dan Makrobiologi Tanah, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Hart, A. C. 2006. “WormBook, The C. elegans Research Community”. [Online]
http://www.wormbook.org/chapters/www_behavior/behavior.html
diakses pada 03 Oktober 2019 pukul 21:05 WIB.
Roslim, D. I., Nastiti, D. S., dan Herman. 2013. Karakter Morfologi dan
Pertumbuhan Tiga Jenis Cacing Tanah Lokal Pekanbaru pada Dua
Macam Media Pertumbuhan. Universitas Riau. Riau.
Sutarno, N. 2009. Hand Out Zoologi Invertebrata. Bandung: UPI.
Wolcott, R. H. 1946. Animal Biology 3rd Edition. USA: Mc Graw-Hill Book
Company, Inc.
Yogi., Andiasari, D., Sugiarti, R., Andisa, E., dan Nurmaya, S. 2013. Anelida.
UPI. Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai