Anda di halaman 1dari 5

Ascaris lumbricoides

Penyakit

Ascariasis.

Hospes Definitif

Manusia.

Distribusi Geografis

Ascaris lumbricoides merupakan parasit yang paling umumpada manusia. Parasit ini
tersebar luas (kosmopolitan) dan insidens infeksinya tinggi, terutama di daerah beriklim
tropis dan panas dengan kelembaban tinggi. Prevalensi infeksi secara geografis bervariasi.
Tanah liat yang merupakan tempat yang baik untuk perkembangan telur Ascaris dan telur
tetap infektif di sekitar genangan air karena terhindar dari kekeringan. Di daerah dengan
kondisi sanitasi jelek dan penduduk yang padat, prevalensinya meningkat. Kasusnya lebih
sering terjadi pada anak-anak, terutama umur 5-9 tahun, dibandingkan dengan orang
dewasa.

Cara Infeksi

Manusia terinfeksi apabila secara tidak sengaja menelan telur stadium infektif bersama
makanan atau minuman. Telur yang dibuahi, setelah mengalami periode inkubasi di dalam
tanah selama kurang lebih 3 minggu, akan menjadi telur infektif yang berisi embrio (larva).
Telur akan mengalami embrionasi pada lingkungan yang cocok (lembab dan terlindung dari
sinar matahari).

Gejala Klinis

Cacing dewasa jarang menimbulkan gejala akut, tetapi infeksi kronis pada anak-anak dapat
menimbulkan gangguan pertumbuhan. Infeksi berat menyebabkan rasa sakit pada abdomen
dan sumbatan pada usus. Cacing dewasa dapat mengalami migrasi ke saluran empedu,
pankreas, mulut atau hidung. Selama larva migrasi ke paru-paru, dapat menimbulkan gejala
batuk, sesak napas, muntah darah, dan pneumonitis eosinofilik (Loeffler’s syndrome).

Diagnosis

Diagnosis askariasis dapat ditegakkan melalui beberapa cara:

 Dengan menemukan telur Ascaris. Telur dapat dengan mudah ditemukan pada
sediaan basah apusan tinja (direct wet smear) penderita infeksi sedang sampai berat.
Pada infeksi ringan sebaiknya digunakan metode konsentrasi formalin-etil asetat.
Perkiraan infeksi secara kuantitatif menggunakan metode Kato-Katz atau hitung telur
dengan cara Stoll.
 Dengan menemukan cacing dewasa. Dalam beberapa kasus, cacing dewasa keluar
melalui anus, mulut (bersama muntah) atau hidung.
 Dengan ditemukan larva pada sputum atau aspirat gastrik selama parasit mengalami
migrasi melalui paru-paru.

Pengobatan

Obat untuk askariasis adalah albendazol, mebendazol, pirantel pamoat, ivermektin atau
levamizol.

Cacing Tambang (Hookworm)

Necator americanus dan Ancylostoma duodenale

Penyakit

(Ankilostomiasis, Nekatoriasis)

Hospes Definitif

Manusia.

Distribusi Geografis

Necator americanus dan Ancylostoma duodenale merupakan cacing tambang yang paling
penting di antara cacing yang menginfeksi manusia. Infeksi cacing tambang merupakan
salah satu infeksi helminth yang penting pada manusia dan penyebarannya sangat luas,
terutama di daerah tropis dan subtropics di Asia, termasuk Indonesia. Di Indonesia, yang
paling banyak ditemukan adalah infeksi oleh Necator americanus.

Cara Infeksi

Manusia terinfeksi oleh larva filariform/larva stadium infektif yang menembus kulit.

Gejala Klinis

Gejala umum pada infeksi cacing tambang adalah anemia kekurangan zat besi karena cacing
mengisap darah pada mukosa usus tempat perlekatan cacing, gangguan system pencernaan,
dan gangguan nutrisi. Manifestasi lokal (ground itch) dapat terjadi selama penetrasi larva
filariform (L3) ke dalam kulit, sedangkan gangguan respirasi terjadi selama migrasi larva ke
paru.

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya telur pada pemeriksaan tinja secara langsung
(direct smear). Secara morfologi, tidak dapat dibedakan antara telur Necator americanus
dan Ancylostoma duodenale. Bila jumlah telur cacing tambang sedikit, sampel tinja
dikonsentrasi dengan teknik formol eter atau flotasi menggunakan garam jenuh atau ZnSO 4
jenuh. Untuk membedakan kedua spesies tersebut, diidentifikasi larva filariform yang
diperoleh dari biakan tinja.

Pengobatan

Obat untuk ankilostomiasis dapat berupa antelmintik mebendazol, albendazol atau pirantel
pamoat.

Morfologi

Cacing Dewasa

 Necator americanus
o Berbentuk silindris dengan ujung anterior melengkung tajam ke arah dorsal
(seperti huruf “S”).
o Panjang cacing jantan 7-9mm dengan diameter 0,3mm, sedangkan cacing
betina panjangnya 9-11mm dengan diameter 0,4mm.
o Pada rongga mulut terdapat bentukan semilunar cutting plates (yang
membedakannya dengan Ancylostoma duodenale).
o Pada ujung posterior cacing jantan terdapat bursa copulatrix dengan
sepasang spiculae.
o Ujung posterior cacing betina runcing dan terdapat vulva.
 Ancylostoma duodenale
o Berbentuk silindris dan relatif gemuk.
o Lengkung tubuh seperti huruf “C”.
o Panjang cacing jantan 8-11mm dengan diameter 0,4-0,5mm, sedangkan
cacing betina panjangnya 10-13mm dengan diameter 0,6mm.
o Dalam rongga mulut terdapat dua pasang gigi ventral, gigi sebelah luar
berukuran lebih besar.
o Ujung posterior cacing betina tumpul dan yang jantan mempunyai bursa
copulatrix.

Telur

 Telur Necator americanus dan Ancylostoma duodenale sukar dibedakan.


 Bentuknya bulat lonjong, berdinding tipis. Di antara massa telur dan dinding telur
terdapat ruangan yang jernih. Pada tinja segar, telur berisi massa yang terdiri dari 1-
4 sel.
 Ukuran 50-60 x 40-45 mikron.

Larva
 Larva rhabditiform. Larva yang keluar dari telur. Mempunyai ukuran panjang 0,25-
0,30 mm dan diameter 17 mikron. Rongga mulutnya panjang dan sempit. Esofagus
berbentuk seperti kantong (bulbus oesophagus) dan terletak di sepertiga anterior
serta dapat dibedakan dari larva Strongyloides stercoralis.
 Larva filariform. Larva pada fase ini tidak makan (fase non-feeding), mulutnya
tertutup, dan esofagusnya memanjang. Dikenal sebagai larva stadium tiga
(L3/stadium infektif pada manusia). Pada Necator americanus, larva infektif
mempunyai selubung (sheathed larva) dari bahan kutikula dan terdapat garis-garis
transversal yang menyolok (transverse striations). Sedangkan pada Ancylostoma
duodenale, larva infektif mempunyai selubung, tetapi tidak ada garis transversal.
Ujung posterior runcing.

Trichuris trichiura (Cacing Cambuk)

Penyakit

Trichuriasis.

Hospes Definitif

Manusia.

Distribusi Geografis

Trichuris trichiura tersebar luas di seluruh dunia, terutama daerah tropis. Indonesia
merupakan daerah endemik parasit ini dan seringkali infeksinya ditemukan bersama dengan
infeksi Ascaris lumbricoides, cacing tambang atau Entamoeba histolytica.

Cara Infeksi

Manusia dapat terinfeksi karena tidak sengaja menelan telur infektif bersama makanan atau
minuman.

Gejala Klinis

Trikhuriasis seringkali tidak menimbulkan gejala klinis. Namun, infeksi berat, terutama pada
anak-anak, dapat menyebabkan gangguan pencernaan berupa rasa sakit pada abdomen,
diare, prolapsus rekti, dan gangguan pertumbuhan.

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya telur pada pemeriksaan tinja secara langsung
(direct smear) atau dengan cara konsentrasi.

Pengobatan
Pada trichuriasis dapat diberikan mebendazol atau albendazol.

Morfologi

Cacing Dewasa

 Panjangnya 35-55 mm, 2/5 bagian posteriornya gemuk menyerupai pegangan


cambuk dan 3/5 bagian anteriornya kecil panjang seperti cambuk.
 Cacing jantan panjangnya 4 cm, ekornya melingkar dan memiliki sebuah spicula yang
retraktil.
 Cacing betina panjangnya 5 cm, ekornya sedikit melengkung dan ujungnya tumpul.

Telur

 Ukuran 50-54 x 22-23 mikron.


 Secara spesifik, bentuknya seperti tong anggur (barrel shape) atau lemon shape dan
pada kedua ujungnya terdapat dua buah mucoid plug (sumbat yang jernih).
 Dinding telur berwarna cokelat dari warna empedu, kedua ujungnya berwarna
bening.
 Telur yang keluar bersama tinja mengandung sel telur yang tidak bersegmen dan
akan mengalami embrionisasi dan (mengandung larva) sesudah 10-14 hari di tanah.

Anda mungkin juga menyukai