a) Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Ordo : Rhabdidata
Family : Ascarididae
Genus : Ascaris
Species : Ascaris lumbricoides
b) Distribusi Geografis
Parasit ini ditemukan kosmopolit (tersebar luas diseluruh dunia)
Prevalensi A.lumbricoides masih cukup tinggi yaitu sekitar 60-90%
c) Morfologi
Bentuk : Oval
Ukuran : 80x40 µm
Dinding : 3 lapis (albuminoid, hialin, dan vitelin)
Isi : (1)embrio (dibuahi), (2)larva (dibuahi matang bentuk infektif), (3)granula (tdk
dibuahi), (4)telur decorticated (telurnya tanpa lapisan albuminoid)
Secara umum
Bentuk : bulat panjang (silindris)
Pada bagian kepala mempunyai 3 buah bibir yaitu satu di bagian mediodorsal dan dua lagi di bagian
lateroventral
Perbedaan jantan & betina
d) Daur Hidup
Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi (telur fertile) akan berkembang menjadi
bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu.
Selanjutnya, apabila bentuk infektif tsb tertelan o/ manusia, maka telur akan menetas di usus
halus.
Kemudian larva akan menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah atau sal limfe, lalu
dialirkan ke jantung kemudian mengikuti aliran darah ke paru.
Selanjutnya, larva di paru akan menembus dinding p.darah, lalu ke dinding alveolus, dan akan
masuk ke rongga alveolus, kemudian naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus.
Dari trakea larva akan menuju faring, shg akan menimbulkan rangsangan pada faring yaitu
penderita akan batuk shg larva tsb akan tertelan kedalam esofagus. Lalu menuju ke usus halus.
Di usus halus larva akan tumbuh dan berubah menjadi cacing dewasa.
*Sejak telur matang tertelan sampai cacing dewasa bertelur diperlukan waktu kurang lbh 2-3
bulan*
o Gangguan yg disebabkan larva biasanya tjd pada saat berada di paru. Pada org yg rentan
dpt tjd perdarahan kecil di dinding alveolus dan timbul gangguan pada paru yg disertai batuk,
demam dan eosinofilia. Pada foto toraks akan tampak infiltrat yg menghilang dlm waktu 3
minggu Keadaan tersebut disebut sindrom Loeffler
o Gangguan yg disebabkan cacing dewasa biasanya ringan. Kadang penderita mengalami
gangguan usus ringan seperti mual, nafsu makan berkurang, diare atau konstipasi.
o Pada infeksi berat, terutama pada anak dpt tjd malabsorbsi shg dpt memperberat keadaan
malnutrisi dan penurunan status kognitif pd anak sekolah dasar. Efek yang serius terjadi bila
cacing menggumpal dalam usus akan menyebabkan obstruksi usus (ileus)
f) Diagnosis
Cara menegakkan diagnosis penyakit Askariasis dapat dilakukan dengan memeriksa
ada/tidaknya telur Ascaris pada tinja secara langsung. Selain itu diagnosis dapat ditegakan bila cacing
dewasa keluar sendiri baik melalui mulut atau hidung karena muntah maupun melalui tinja.
g) Tata Laksana
- Pirantel pamoat 10 mg/kgBB
- Mebendazol 500 mg atau albendazol 400 mg.
h) Prognosis
Pada umumnya askariasis prognosis-nya ad bonam (baik). Tanpa pengobatan, penyakit dapat
sembuh sendiri dalam waktu 1,5 tahun. Sedangkan, dengan pengobatan angka kesembuhan 70 - 99%.
a) Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Ordo : Rhabdidata
Family : Strongyloididae
Genus : Strongyloides
Species : Strongyloides stercoralis
b) Distribusi Geografis
Parasit ini terutama terdapat di daerah tropik dan subtropik sedangkan di daerah yang beriklim dingin
jarang ditemukan.
c) Morfologi
Cacing Betina hidup sbg parasit di vilus duodenum dan jejeunum. Cacing betina berbentuk filiform, halus,
tidak berwama dan berukuran 1mm x 0,06mm
Cacing jantan hidup bebas, berukuran lebih kecil dibanding cacing betina yaitu 0.75 mm x 0,04 mm dan
mempunyai ekor yang melengkung
Sedangkan larva filariform bentuk halus panjang dan ekor bertakik / bercabang
d) Daur Hidup
1) Siklus Langsung
Larva Rabditiform berubah mjd larva filariform sesudah 2-3 hari di tanah. Selanjutnya, larva
filariform (bentuk infektif) akan menembus kulit manusia dan masuk ke dalam peredaran darah vena,
kemudian melalui jantung dan sampai ke paru. Dari paru larva tsb kemudian akan menembus alveolus
lalu masuk ke trakea dan laring. Sesampainya di laring, pasien akan refleks batuk dan tertelan kemudian
sampai di usus halus bagian atas dan tumbuh menjadi cacing dewasa
2) Siklus tidak langsung
Larva rabditiform dalam tinja penderita jatuh di tanah, kemudian berkembang menjadi cacing dewasa
yang hidup bebas. Selanjutnya, Cacing dewasa akan bertelur dan menetas menjadi larva rabditiform yang
kemudian berkembang menjadi larva filariform yang infektif. Lalu, larva filariform akan menembus kulit
hospes, kemudian tumbuh dan berkembang menjadi cacing dewasa di dalam usus penderita
3) Autoinfeksi
Larva rabditiform berubah menjadi larva filariform di usus atau di daerah sekitar anus (perianal). Bila
larva filariform menembus mukosa usus atau kulit perianal maka terjadi daur perkembangan di dalam
hospes
f) Diagnosis
Cara menegakkan diagnosis penyakit strongiloidiasis dapat dilakukan dengan ditemukannya Iarva
rabditiform dalam titrja segar, dalam biakan atau dalam aspirasi duodenum
g) Tata Laksana
h) Prognosis
C. Schistosoma sp.
Pada manusia terdapat 3 spesies penting: Schistosoma japonicum, Schistosoma mansoni dan
Schistosoma haematobium.
a) Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Rhabditophora
Order : Diplostomida
Family : Schistosomatidae
Genus : Schistosoma
Species : S. mansoni, S.japonicum, S.haematobium
b) Distribusi Geografik
Cacing ini ditemukan di RRC, Jepang, Filipina, Taiwan, Vietnam, Malaysia dan Indonesia.
Di Indonesia hanya ditemukan di Sulawesi Tengah yaitu daerah danau Lindu dan Lembah Napu.
Terdapat 70 juta anak usia sekolah dan 18 juta orang dewasa yang terinfeksi schistosomiasis di Afrika.
c) Morfologi
- Cacing dewasa jantan berwarna kelabu atau putih kehitam-hitaman, berukuran 9,5-19,5
mm x 0,9 mm, adannya berbentuk gemuk bundar
- Cacing dewasa betina badannya lebih halus dan panjang, berukuran 16,0 - 26,0 mm x 0,3
mm.
- Telur cacing Schistosoma mempunyai duri dan lokalisasi duri tergantung pada spesiesnya.
Telur berukuran 95 -135 x 50-60 mikron. Telur dapat menembus keluar dari pembuluh darah,
bermigrasi ke jaringan dan akhirnya masuk ke lumen usus atau kandung kemih u/ kemudian
ditemukan di dalam tinja atau urin. Telur menetas di dalam air dan larva yang keluar disebut
mirasidium.
d) Daur Hidup
- Cacing ini bertelur di dalam pembuluh vena kemudian bermigrasi ke poros usus (rektum) dan
kantong air seni (vesica urinaria).
- Kemudian telur keluar melalui feses dan urine. Telur cacing yang keluar dari tubuh inang akan
tumbuh menjadi mirasidium kemudian masuk ke dalam tubuh siput. Lalu, mirasidium akan
berubah mjd sporosis kemudian mjd serkaria
- Selanjutnya, serkarian dielapaskan o/ siput ke air dan bebas berenang. Lalu, akan menembus
dan berpenetrasi ke kulit sehingga menyebabkan schistosomiasis.
*Penderita schistosomiasis biasanya mengalami nyeri badan, anemia, dan disentri*
- Pada fase akut, keluhan atau gejala yang akan muncul adalah:
o Ruam kulit
o Demam
o Nyeri otot dan sendi
o Diare
o Sakit perut
o Lelah dan lemas
o Pusing
o Batuk
- Pada fase kronis, keluhan atau gejala yang akan muncul adalah:
o Nyeri perut
o Diare dan BAB berdarah
o Anemia
o Diare
o Batuk yang terus-menerus disertai batuk berdarah
o Sesak napas
o Sakit kepala
o Tungkai yang lemah atau lumpuh
e) Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya telur di dalam tinja, urine atau dlm jaringan
biopsi seperti biopsi rektum.
f) Tata Laksana
a. Niridazol 25 mg/kgBB per hari selama 10 hari berturut-turut (Obat ini efektif secara
oral u/ membunuh cacing dewasa dan telurnya)
b. Prazikuantel 35 mg/kg berat badan, diberikan 2 kali dalam satu hari
g) Prognosis
Prognosisnya umumnya ad bonam (cukup baik). Menurut WHO 75% penderita
schistosomiasis dapat sembuh dengan pemberian prazikuantel.
REFERENSI
- Parasitologi FK UI
- https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/10595/12523182_QISTI.R.pdf?sequence=14
&isAllowed=y
- http://repository.unimus.ac.id/3120/4/BAB%20II%20%281%29.pdf
- http://repository.unimus.ac.id/3158/4/BAB%20II.pdf
- http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/548/2/BAB%20II.pdf