Anda di halaman 1dari 36

By :

Ikha Rahardiantini S.Si.Apt


“ Ilmu yang mempelajari parasit yang berupa cacing

Helmint dibagi :
1. Nemathelminthes (cacing gilik)
(nema=benang/bulat)
-Nematoda

2. Platyhelminthes (cacing pipih)


- Trematoda (cacing daun)
- Cestoda (cacing pita)
 Mrp spesies terbesar di antara cacing yg
hidup sbg parasit
 Cacing ini berbeda dalam habitat, daur
hidup dan hubungan hospes parasit
 Morfologi
- Besar dan panjang beragam (mm – meter)
- mempunyai kepala, ekor, dinding & rongga badan, sistem
pencernaan, ekskresi dan alat reproduksi , bertelur/vivipar.
Morfologi
 Besar dan panjang beragam (mm – meter)

 mempunyai kepala, ekor, dinding & rongga badan,


sistem pencernaan, ekskresi dan alat reproduksi ,
bertelur/vivipar

 Dapat mengeluarkan telur 20-200.000/hari dari


badan hospes melalui tinja

 Bentuk infektif dpt memasuki badan manusia


dengan cara:
1. Tertelan
2. Vektor
 Berdasarkan Tempat Hidup Nematoda
dibagi ke dalam 2 golongan:

1. Nematoda Usus
2. Nematoda Jaringan
 Ascaris lumbricoides (cacing gelang)
 Enterobius vermicularis (cacing kremi)
 Taxocara canis dan Taxocara cati
 Hookworm (cacing tambang)
- Necator americanus  manusia

- Ancylostoma duodenale manusia


- Ancylostoma braziliense  kucing, anjing

- Ancylostoma ceylanicum  anjing, kucing


 Trichuris trichiura (cacing cambuk)
 Strongyloides stercoralis
 Hospes: manusia
 Penyakit: askariasis
 Morfologi dan siklus hidup
 Cacing jantan: 10-30 cm
 Betina 22-35 cm 100.000-200.000
 Dlm lingkungan yang sesuai telur dibuahi
menjadi bentuk infektif 3 minggu
 Siklus hidup:
Jika telur infektif tertelan didlm usus telur
menetas larva keluar dr telur menembus
dinding usus  masuk ke vena porta hatimelalui
darahjantung paru-parumenembus dinding
kapiler  alveoli  larva menuju trakea, laring,
faring, lambung dan akhirnya ke usus.
 Sesudah berganti kulit larva brkembang mjd cacing
dewasa
Diagnosis
 Bisa lgs ditntukan jika ditemukan cacing

dewasa atau telur cacing dlm tinja


penderita.

 Cacingdewasa mungkin jg keluar dr mulut


dan lubang hidung

 Larva dpt ditemukan pd dahak penderita


 Pengobatan
4 jenis obat : -pirantel, - levamizol,
- mebendazol, - albendazol
 Hospes : Manusia
 Nama penyakit: enterobiosis, oksiuriasis
 Distribusi geografik

lebih banyak ditemukan di daerah dingin dan


daerah panas
Daerah dingin jarang mandi/mengganti
baju dalam
Morfologi
 Cacing berwrna putih dgn kutikula leher
melebar
 Cacing betina 13 mm, jantan 5 mm
 Telur tdk berwarna, tembus sinar n berisi
larva hidup
Siklus hidup
 infx tjd dgn tertelannya telur infektif yg
berembrio, yg segera mnetas di usus
 Larva lalu berkembang mjd cacing dewasa
jantan n betina
 Cacing betina mletakkn telurnya di sekitar
anus, segera mjd telur infektif yg berembrio.
Gejala Klinis

 Gatal sekitar dubur, nyeri perut dan diare


 Obat –obat cacing yg biasa dipakai:
mebendazol dan pirantel

 Mencegah penyebaran enterobiasis:


1. mandi pagi & mencuci daerah anal
2. Ganti pakaiansedikitnya 1 kali sehari
3. mencegah anak mnghisap jari
 Hospes T. canis anjing
 Hospes T. cati kucing
 Distribusi geografik
di Jakarta pada anjing 38,5%, Pada kucing 26,0%
 Morfologi
T.canis: jantan 3,6-8, cm: betina 5,7-10 cm
T.cati Jantan 2,5-7,8; betina: 2,5-14,0 cm
Bentuknya menyerupai A. lubricoides muda
Necator americanus dan Ancylostoma duodenale
 Sejarah

Cacing tambang di Eropa dulu ditemukan pd


pekerja tambang
 Penyebab nekatoriasis/ankilostomiosis

 Distribusi Geografik
 Di daerah khatulistiwa: pertambangan dan
perkebunan
 Prevalensi di Indonesia (pedesaan) sekitar 40%
Morfologi dan Daur Hidup

 Cacing dewasa di rongga usus mulut melekat


pada mukosa dinding usus
N. americanus 9000 telur/hari (bentuk S)
A. duodenale 10000 telur/hari (bentuk C)
 Daur Hidup

Telur bersama tinja dlm tanahmenetas mjd larva


rabditiform (2 hari) infektif stlah brganti kulit 2 X
dlm waktu 1 mnggu brkmbang mjd larva filariform
infektif  menembus kulitkapiler darah
jantung parubronkustrakhealaringdan
akhirnya mnjd dewasa di usus halus

 Infeksi terjadi bila larva menembus kulit


 Diagnosis: telur dalam tinja

Epidemiologi
 Di Indonesia (pedesaan) perkebunan pekerja
 Kebiasaan defekasi di tanah dan pemakaian tinja
sebagai pupuk
 Menghindari infeksi sandal/sepatu
 Hospes; manusia trikuriasis
 Morfologi
- Betina kira-kira 5 cm, jantan 4 cm
- Bentuknya mirip biji melon, warna coklat
anterior

Posterior

Betina Jantan
Daur hidup
Telur infektif yg mencemari tanah tertelan
bersama mknan masuk dlm usus

 Cacing ini memasukkan kepalanya ke dalam usus


timbul iritasi
 Epidemiologi/Penyebaran
Penyebaran penyakit karena tanah terkontaminasi
dengan tinja.
- Disebabkan oleh Wuchereria brancrofti,
Brugia malayi, dan Onchocerca volvulus

 W.bancrofti bentuknya sprti rambut berwarna


putih susu, pnjg cacing jantan 4 cm, betina
10cm.

 Brugia malayi, pnjg jantan 23cm, betina


55cm.

 O. volvulus jantan 4 cm, betina 50cm.


 Cacing ditularkan dr penderita ke org lain
dgn perantara serangga melalui gigitannya.

 Serangga penular W.bancrofti dan B. malayi


adlh nyamuk.

 O. Volvulus ditularkan Simulium (lalat)

 Hospes W.bancrofti adlh manusia.


 Tersebar di daerah trpis, mis: Afrika Timur.

 Pengobatan saat ini dpt use dietilkarbamazin


dan ivermektin

Anda mungkin juga menyukai