• Manusia adalah host yang optimum untuk semua Nematoda. Sepanjang hidupnya
hanya memerlukan satu host kecuali filarioidea yang memerlukan serangga
sebagai intermediate host
• Bila Nematoda hanya membutuhkan satu host, mereka terdapat dalam tractus
digestivus dan mulai tumbuh.
• Telur yang keluar dari tubuh host mengalami perubahan dan pertumbuhan
sebelum masuk ke host baru. Dalam hal Trichinella, babi merupakan host yang
optimum, manusia merupakan alternatif host, tetapi cacing tersebut baik larva
mau pun bentuk dewasanya melalui host yang sama.
Mode of infection (cara penularan)
1. Per oral :
a. Telur yang telah berisi embryo mengkontaminasi makanan dan minuman :
- Ascaris -Enterobius - Trichuris
b. Embryo yang sedang tumbuh di dalam intermediate host (cyclops):
- Dracunculus
c. Embryo dalam kista (encysted embryo) di dalam daging babi :
- Trichinella
2. Per cutan (menembus kulit)
3. Serangga pengisap darah : - Filarioidea
4. Perinhalasi (saluran nafas) :
Debu yang mengandung telur yang telah berisi embryo
- Ascaris lumbricoides
- Enterobius vermicularis
Pembagian Nematoda
• Soil Transmitted Helminth adalah golongan cacing usus (Nematoda Usus) dimana
dalam perkembangannya/penularannya membutuhkan tanah untuk menjadi
bentuk infektif.
Yang termasuk dalam golongan ini adalah :
• 1. Ascaris lumbricoides (usus halus)
• 2. Ancylostoma duodenale (usus halus)
• 3. Necator americanus (usus halus)
• 4. Strongyloides stercoralis (usus halus)
• 5. Trichuris trichiura (usus besar)
A. ASCARIS LUMBRICOIDES
Nama Umum: Cacing gelang
Distribusi Geografis
Diseluruh dunia terutama didaerah tropis termasuk Indonesia. Di Indonesia
rata-rata lebih dari 70% penduduk terutama di pedesaan terinfektir oleh
cacing ini.
Habitat: Usus halus manusia.
Morfologi
Ascaris lumbricoides Jantan
Telur Hookworm tak dapat dibedakan antara spesies bahkan dengan telur Strongyloides
stercoralis sekalipun.
• - Bentuknya oval/lonjong
• - Ukuran 40 x 65 mikron, tak berwarna
• - Dindingnya tipis transparans
• - Pada waktu keluar bersama faeces biasanya masih
berupa unsegment ovum atau berisi 2-8 blastomere
yang akan berkembang lebih lanjut.
Morfologi Jenis Cacing Tambang
Bagian anterior end dari Necator
Bagian anterior end dari americanus
Ancylostoma duodenale
1. Necator americanus :
Bentuk langsing, silindris
• Ukuran jantan : 7-9 mm panjang, 0,3 mm diameter.
• Ukuran betina : 9-11 mm panjang, 0,4 mm diameter.
Dalam keadaan istirahat/relaxsasi bagian anterior tubuhnya melengkung berlawanan
dengan lengkungan tubuh sehingga menyerupai huruf "S".
Pada buccal cavity (rongga mulut) mempunyai gigi yang berbentuk semilunar ----> 2
pasang "cutting plates" :
- sepasang diventral agak besar
- sepasang didorsal agak lebih kecil.
betina: tak mempunyai caudal spine
jantan: punya bursa copulatrix pada ujung posterior tubuhnya yang digunakan untuk
memegang cacing betina pada waktu kopulasi. Didalam bursa terdapat spiculae yang
homolog dengan penis
2. Ancylostoma duodenale :
5. Tiba di habitat.
- Setelah sampai di usus halus larva melepaskan kulitnya lalu melekatkan diri
pada mucosa/vili usus, tumbuh dan mengadakan deferensiasi sexuil sampai menjadi
dewasa dan terbentuk mulut yang sempurna.
- Waktu yang dibutuhkan memulai infeksi melalui kulit sampai cacing dewasa
betina menghasilkan telur kurang lebih 5 minggu atau lebih.
- Infeksi juga bisa terjadi melalui mulut dimana filariform larva tertelan dan
langsung sampai ke usus dan tumbuh menjadi dewasa tanpa melalui lung migration
Gejala klinis yang timbul
1. Akibat larva :
• a. Akibat masuknya larva menembus kulit ---> timbul gejala gatal-gatal/dermatitis, disertai rasa
panas oedema dan erythema dan pembentukan papula. Gejala ini biasanya disebut dengan "Ground
itch".
• b. Creeping eruption/cutaneus larva migrans.
• Akibat masuknya filariform larva dari non Human hookworm.
• c. Selama periode larva di paru, menimbulkan gejala- gejala
- bronchitis
- bronchopneumonia
- eosinophillia
• Akibat cacing dewasa :
• a. Anaemia :
• - terjadi karena perdarahan khronis akibat dari :
* darah yang dihisap oleh cacing (+ 0,03-0,3cc darah/cacing dewasa/hari)
* luka bekas gigitan cacing yang terus berdarah.
• Bila tak diimbangi dengan intake makanan yang cukup akan terjadi anaemia defisiensi Fe. Pada
pemeriksaan darah tepi nampak gambaran anaemia hypochromic microcytair.
• b. Malnutrition
3. Strongyloides stercoralis
Penyakitnya disebut:
-Strongyloidiasis
-Strongyloidosis
Distribusi Geografis:
Mula-mula ditemukan di daerah iklim panas tetapi akhirnya ditemukan juga
didaerah iklim sedang dan dingin. Biasanya distribusi dan pertumbuhannya paralel
dengan distribusi dan penyebaran cacing tambang.
MORFOLOGI
Adult free-living female
Free-living adult male S. stercoralis. S. stercoralis. Eggs within the
The presence of the spicule (red arrow) female’s body
Gambar parasiticform dewasa dari Strongyloides stercoralis betina
Ada dua generasi dari Strongyloides stercoralis, yaitu genarasi parasitik dan free
living generasi.
Generasi parasitik mempunyai morphologi yang lebih besar daripada generasi non-
parasitik (free living).
Generasi parasitik:
• Cacing betina dewasa berbentuk langsing silinder, panjang kurang lebih
2,5 milimeter dengan tubuh semi transparans tak berwarna.
Oesophagusnya memanjang sepanjang 1/3 sampai 2/5 bagian anterior
tubuh, mirip bentuk oesophagus filariform larva cacing tambang
(filariform type of oesophagus). Ujung posteriornya runcing, dengan anus
yang terletak sedikit agak ke ventral dari ujung posterior. Cacing jantan
filariform, panjang 0,7 milimeter tak mempunyai caudal alae, tapi
mempunyai 2 spiculae di dekat ujung posteriornya melengkung ke ventral
dan runcing. Oesophagus rhabditoid type.
Generasi yang hidup bebas (free living):
Cacing jantan serupa dengan generasi yang parasitis. Cacing betina
mempunyai ukuran tubuh yang lebih pendek dan relatif lebih gemuk (panjang
sekitar 1 milimeter). Cacing yang gravid nampak berisi telur-telur dalam
uterusnya dan vulva yang terbuka dekat pertengahan tubuh. Kadang-kadang
nampak seperti buah petai. Oesophagus rhabditoid type.
Telur :
•Bentuknya seperti telur Hookworm, ukuran 50 X 30 mikron dan langsung menetas di
dalam
•lumen usus menjadi rhabditoid larva.
Larva :
Rhabditiform larva :
- panjangnya 200 - 250 mikron silindris
- rongga mulut pendek
- oesophagus rhabditiform type yaitu muscular di bagian anterior kemudian ada seperti
sabuk di tengah dan bulbus di bagian posterior,
- genital premordial relative besar terletak di sisi ventral tubuh .
Gambar Rhabditiform larva Dari
Strongyloides stercoralis
Habitat :
Generasi parasitik hidup dalam usus halus manusia terutama di
duodenum dan juejunum. Yang betina hidup dalam mucosa dan yang
jantan dalam lumen usus.
Filariform larva
Ujung Posterior Filariform larva dari
Filariform larva dari Strongyloides S. stercoralis
stercoralis
Siklus Hidup Strongyloides stercoralis
Siklus hidup yang lengkap dapat terdiri satu atau lebih dari fase-fase di bawah ini
pada saat yang sama atau tidak.
1. Indirect development (pertumbuhan tak langsung)
•Berdasarkan atas pertumbuhan bentuk bebas (free living) di atas tanah dan baru
mengadakan perubahan menjadi bentuk parasitik bila keadaan tak
memungkinkan lagi untuk hidup bebas (rhabditoid larva- dewasa- telur-
rhabditoid larva- dewasa dan seterusnya).
2. Direct development :
• Terjadi dalam tubuh manusia, yang dimulai dari masuknya filariform larva
ke dalam tubuh manusia yang siklusnya sesuai dengan siklus hidup hidup
cacing tambang. Filariform larva yang masuk menembus kulit akan
mengikuti aliran darah dan sampai di paru-paru (lung migration) dan
seterusnya seperti cacing tambang dan akan menjadi dewasa di dalam usus
halus. Baik bentuk yang parasitik mau pun yang free living setelah kawin
dan yang betina menghasilkan telur, telur tersebut dengan segera menetas
menjadi rhabditiform larva dalam beberapa jam sehingga jarang kita
temukan telurnya dalam faeces penderita. Larva akan dikeluarkan bersama
faeces ke dunia luar untuk mengikuti kehidupan yang free living atau
parasitik lagi bila keadaan tersebut tak memungkinkan.
Auto infection :
Dalam keadaan tertentu mungkin terjadi pembentukan filariform larva dalam
lumen usus, sehingga terjadi autoinfection secara internal dimana filariform larva
menemukan dinding usus atau pun melalui perianal dari penderita yang sama. Pada
auto-infection dapat terjadi reinfeksi yang persistent atau hyper-infeksi.
Gejala Klinis :
Gejala klinis yang timbul mirip dengan gejala klinis oleh karena hookworm
infection, di kulit, paru-paru, perut dan sebagainya juga adanya eosinophilia
dan anaemia yang tidak khas.
4. Trichuris trichiura / Trichocephalus trichura
(CACING CAMBUK)
Cacing jantan :
•Panjang 2-4 mm, dengan penampang 0,1-0,2 mm 1/3 posterior tubuh melengkung kearah
ventral dan terdapat spiculae 1 buah. Tidak mempunyai bursa copulatrix. Cacing jantan
jarang ditemukan, dan biasanya mati setelah kopulasi
Cacing betina:
•Panjang 8-12 mm, dengan penampang 0,3-0,5 mm 1/3 posterior tubuh meruncing dan
badan yang kaku. Vulva terletak kurang lebih 2/3 anterior tubuh. Cacing betina gravid
setelah bertelur akan mati dalam waktu kurang lebih 2-3 minggu.
TELUR
Cara Infeksi
• Penularan terjadi bila tertelan telur infektif baik melalui makanan
maupun minuman yang terkontamiminasi. Telur banyak juga ditemukan
dalam debu yang dikumpulkan dari lantai, meja, kursi, alas kasur dsb.
Selain melalui makan/minum infeksi dapat juga terjadi perinhalasi.
• Auto infection
• Infeksi terjadi melalui tangan (yang mengandung telur akibat menggaruk
daerah anus yang terasa gatal) ke mulut. Proses ini sering terjadi pada
anak-anak.
• Retrofection (Retrogade infection)
Terjadi bila telur di daerah perianal menetas sehingga keluar larva yang
kemudian akan masuk melalui anus menuju colon untuk tumbuh menjadi
cacing-cacing dewasa muda
2. Trichinella spiralis (THE TRICHINA WORM /
CACING TRICHINA)
Penyakit: Trichinosis, Trichinelliasis atau Trichinellosis
Distribusi Geografis:Kosmopolitan
•Habitat: Cacing dewasanya hidup parasitik pada mukosa usus halus
(duodenum/jejunum) atau menembus kripta-kripta usus dari definitif hostnya
(babi, tikus, manusia). Larva yang dikeluarkan cacing betina setelah kopulasi,
dapat ditemukan berada dalam otot bergaris dan membentuk kista.
Morfologi dan Siklus Hidup:
Cacing dewasa:
Merupakan nematoda terkecil yang menginfektir manusia.
a. Jantan :
- Panjang 1,4 - 1,6 milimeter diameter 0,04 mm
- Bagian anterior lebih ramping dan berisi stichosome oesophagus.
- Ujung posterior lebih tumpul dan mempunyai 2 conical papillae.
- Cacing jantan jarang dapat ditemukan karena biasanya mati sesudah kopulasi.
b. Betina :
- Panjang 3-4 milimeter, diameter 0,06 milimeter
- Bagian anterior lebih ramping dibanding posterior.
- Vulva terletak 1/5 bagian anterior tubuh.
- Betina yang gravid nampak mengandung larva dalam uterusnya.
- Cacing betina berumur lebih panjang daripada yang jantan (5-7 minggu).
larva Trichinella spiralis di otot
Larva :
•Panjangkurang lebih 100 mikron, tinggal
melingkar di dalam kista dalam otot bergaris.
•Arah kista biasanya sejajar dengan serat
longitudinal otot, dan terutama pada otot-otot
yang aktivitasnya tinggi (kadar glycogen
rendah) seperti: otot diagfragma, m.
deltoideus, m. gastrocnemius, m. pectoralis
major, m. intercostalis dsb.
•Kistaterbentuk dari hasil reaksi jaringan host
terhadap parasit.
•Di dalam kista larva tumbuh terus dan
Otot yang mengandung kista berisi larva hidup mengadakan deferensiasi sexual. Pada
ini infektif untuk host lain yang memakannya. manusia larva dalam kista dapat bertahan
sampai beberapa bulan/tahun, dan ukurannya
Satu siklus hidup dapat terjadi dalam tubuh satu
dapat menjadi 10 X semula (kurang lebih 1
host. Jadi satu host dapat menjadi definitif host
mm). Dalam satu kista umumnya berisi satu
dan intermediate host sekaligus. larva.
Sedangkan untuk melanjutkan dan melengkapi
siklus hidupnya membutuhkan paling sedikit dua
host.
Siklus hidup Trichinella spiralis
• Daging (otot) yang mengandung kista berisi larva, dimakan host A
• Dalam lambung kista pecah, larva keluar menuju duodenum dan tumbuh
menjadi dewasa dalam mukosa duodenum kurang lebih dalam dua hari
Fertilisasi
• Cacing jantan mati, cacing betina melahirkan larva menembus dinding usus.
• Larva ikut aliran darah sampai ke otot.
• Larva membentuk kista dalam otot bergaris.
• Daging dimakan oleh host B, siklus akan berlanjut lagi.
Morfologi:
Cacing dewasa:
- Panjang bagian anterior lebih kecil dari pada posterior.
- Mempunyai stichosome oesophagus.
Jantan:
- Panjang 1,5-3,9 mm, diameter 23-24 um.
- Bagian posterior mempunyai tonjolan kulit ke arah lateral.
- Mempunyai spicula tertutup sheat yang panjang.
Betina:
- Panjang 2,3 - 5,3 mm, diameter 29-47 um
Telur:
- Peanut shape ukuran : 38-42 X 20-25 um
- Dinding pitted berwarna kuning/kuning kehijauan
- Mempunyai bipolar plug permukaannya datar
- Isi : yolk granule sampai larva]
Siklus Hidup:
Mempunyai Intermediate host ikan air tawar.
Manusia merupakan natural host satu-satunya. Pada percobaan di
Laboratorium Gerbil, Kera dan Burung dapat bertindak sebagai Definitif host.
Telur dikeluarkan bersama-sama faeces, biasanya masih belum berisi
embryo, masuk ke dalam air, 1-2 minggu kemudian telur sudah infektive.
Telur tersebut dimakan ikan (intermediate host), telur menetas keluar larva.
Bila definitive host makan ikan yang mengandung larva tersebut maka larva
menuju ke usus kecil dan menjadi dewasa (generasi I).
Cacing dewasa melakukan copulasi dan akhirnya melahirkan larva, setelah
hari ke 22 larva menjadi dewasa (generasi II). Bentuk dewasa generasi II ini
melakukan copulasi kemudian bertelur. Telurnya dikeluarkan bersama-sama
tinja.
Seluruh siklus hidup memerlukan waktu 7-8 minggu.
Gejala Klinis:
Mal absorbtion syndrome, terjadi diarrhoea yang berat, cepat terjadi
hedidrasi, perut tegang dan sakit. Kematian dapat terjadi pada kasus yang
berat.
4. Angiostrongylus cantonensis
(THE RAT LUNGWORM)
Pada Manusia Menyebabkan:
Eosinophilic meningo encephalitis
Distribusi Geografis:
Kepulauan Pasifik, Asia Tenggara
Habitat:
Betina dan jantan dewasa tinggal di arteria pulmonalis tikus (Bandicot
indica, Rattus norwegicus, Rattus rattus).
Morfologi dan Siklus Hidup
• Cacing dewasa panjangnya 17-25 milimeter
• Dalam tubuh Definitif host (tikus) cacing betina gravid bertelur kemudian telur ikut
aliran darah sampai ke kapiler jaringan paru sebagai emboli kemudian menetas
keluar larva stadium I menembus dinding alveoli, lewat trachea, larynx, tertelan
kesaluran pencernaan, keluar bersama faeces ke air. (hidup ± 6 hari) menembus
kulit intermediate host (dari golongan Molusca /bekicot) dari spesies Achatina fulica
atau Pila polita. Di dalam Intermediate host larva mengalami moulting 2 kali
menjadi larva stadium III, bila bekicot yang mengandung larva tersebut dimakan
tikus larva menembus dinding usus, ke peredaran darah ke arteria pulmonalis tikus
tumbuh menjadi dewasa.
Infeksi pada manusia terjadi karena :
• Larva yang tertelan tak dapat tumbuh dewasa menembus dinding usus, ikut
sirkulasi darah sampai ke otak, dapat menimbulkan keradangan pada otak dan
meningen terjadi meningo encephalitis dengan tanda-tanda reaksi systemic,
eosinophilia, Gejala neurologis meningeal, Gejala oculer biasanya dijumpai 2
minggu setelah gejala CNS (cacing mencapai mata melalui N.opticus), mungkin
berupa oedema palpebra, exopthalmus dan gangguan visus
Gejala Klinis :
Larva yang tertelan tak dapat tumbuh dewasa menembus dinding usus, ikut
sirkulasi darah sampai ke otak, dapat menimbulkan keradangan pada otak
dan meningen terjadi meningo encephalitis dengan tanda-tanda reaksi
systemic, eosinophilia, Gejala neurologis meningeal, Gejala oculer biasanya
dijumpai 2 minggu setelah gejala CNS (cacing mencapai mata melalui
N.opticus), mungkin berupa oedema palpebra, exopthalmus dan gangguan
visus
5. Gnathostoma spinigerum
Distribusi Geografis
Thailand, Vietnam, India, Malaysia, Indonesia, Jepang, Philiphina, Tiongkok.
Penyakit: Gnathostomiasis
Habitat: Cacing dewasa hidup dalam tumor dinding usus carvnivora (kucing,
anjing, singa).
Morfologi :
Cacing dewasa panjangnya bervariasi;
jantan : 11-25 milimeter
betina : 25-54 milimeter
Mempunyai 3 stadium larva. Manusia dapat terinfektir oleh larva stadium 3 yang
bentuknya serupa dengan dewasa, kepala membulat, pada bagian kepala
dikelilingi oleh 4 baris kait yang melingkar (seperti ring).
Telur:
Bentuk oval ; 65-70 μ X 38-40μ., Transparant, Mempunyai 1 mucoid plug,
Dinding pitted dan berisi Un-embryonated ovum.
Siklus Hidup
• 1. Gnathostoma spinigerum dewasa tinggal pada tumor dinding usus dari kucing atau
anjing
• 2. Telur dikeluarkan oleh cacing dewasa dari tempat lesi tersebut yang kemudian
keluar bersama faeces masuk kedalam air. Didalam air telur berkembang
embryonated yang kemudian menetas keluar larva stadium I.
• 3. Larva stadium I bergerak bebas di dalam air dan bila tertelan oleh intermediate
host I (cyclops) maka di dalam tubuh cyclops berkembang menjadi larva stadium II.
• 4. Bila cyclops tersebut dimakan oleh Intermediate Host II (ikan, katak atau ular)
maka larva stadium II akan berkembang menjadi larva stadium III dalam tubuh
binatang-binatang tersebut.
• 5. Bila Intermediate host II dimakan oleh Definitif host maka larva akan tumbuh
menjadi cacing dewasa. Manusia terinfektir bila makan Intermediate host II yang
kurang sempurna memasaknya. Tetapi dalam tubuh manusia tak dapat berkembang
menjadi dewasa (tetap stadium III) dan mengadakan migrasi.
Pathogenese, Pathologi, Gejala Klinis
Infeksi yang terjadi didalam reservoir host; cacing dewasa melingkar di dalam tumor
dari usus, disebut Gnathostomiasis interna. Hal tersebut tidak pernah terjadi di
dalam tubuh manusia.