Anda di halaman 1dari 49

CACING TAMBANG

(ANCYLOSTOMA DUODENALE
DAN
NECATOR AMERICANUS )

SAHAT M. OMPUSUNGGU
Ancylostoma duodenale

Sinonim
 Agchylostoma duodenale,
 Ankylostomum duodenale,
 Uncinaria duodenalis,
Hospes dan Penyakit
 Manusia, kadang-kadang: simpanse, gorilla, gibbon dan
kera lain, juga anjing, babi, harimau dan singa.
 Peny: akilostomiasis, unsinariasis, infeksi cacing
tambang Dunia Lama.
Distribusi Geografis
 Distribusi kedua spesies tsb tumpang tindih.
 Dibandingkan dgn N. americanus, A. duodenale t’sebar
di daerah yg temperaturnya lbh sedang; t’dpt di
Eropah, Asia, Afrika, Kepulauan Pasifik dan Amerika.
Morfologi dan habitat
 Tinggal di jejunum, jarang di duodenum; pd infeksi berat
bisa pd sekum.
 Cacing dewasa silindris, putih kemerahan
 Lbh besar dan lbh kuat dp N. americanus
 Kepalanya melengkung halus ke dorsal, jadi tdk sampai
menyerupai kait seperti kepala N. americanus.
 Mulut t’ltk di sblh dorsal tubuh bag anterior lalu ke
belakang sbg kapsula bukalis; pd sisi ventral mulut t’dpt
3 pasang gigi yg t’diri dari 2 pasang gigi ventral dan satu
pasang gigi asesoris (tambahan) di dorsal; jlh dan
bentuk gigi ini dipakai utk m’bedakan dgn spesies lain.
♀:  10-13 x 0,6 mm dgn mukron di ujung ekor.
 memp sepasang organ genital di ⅓ posterior tubuh;
 anusnya sangat dekat dgn ekor;
 lubang vagina t’letak di posterior p’tengahan tubuh,
jadi b’beda dgn N. americanus.
♂:  8-11 x 0,4-0,5 mm .
 bursa kopulatriks yg khas t’ltk di ujung ekor;
ukuran dan bentuknya b’beda dgn N. americanus.
pd A. duodenale spt payung terbuka.
 hanya memp satu set organ genital dgn duktus
ejakulatorius yg dikelilingi oleh glandula prostata dan
berpintu ke kloaka;
 kedua spikulanya sama panjang (kira-kira 2 mm) dgn
ujung yg tajam dan tanpa kait.
Bag anterior A. duodenale Mulut A. duodenale

Mulut A. duodenale
Bursa copulatrix
Bag posterior cacing betina A. duodenale
cacing jantan
A. duodenale
A. duodenale: A. Pandangan anterodorsal kepala; B. Pandang-
an lateral bursa copulatorium; C. Pandangan arah atas bursa.
1 = gigi ventral luar; 2 = gigi ventral dalam; 3 = gigi tambahan;
 gigi dorsal; 4 = rusuk ventral; 5 = rusuk anterolateral; 6 = ru-
suk mediolateral; 7 = rusuk posterolateral; 8 = rusuk anterodor-
sal; 9 = rusuk dorsal; S = spikula; K = kloaka.
Perbedaan mulut dan bursa copulatrix A. duodenale dan
N. americanus
Pandangan posterior lateral bursa copulatrix
cacing dewasa A. duodenale
Pandangan dorsal rusuk-rusuk bursa copulatrix
cacing dewasa A. duodenale
A. duodenale: struktur bagian dalam; M = pandangan ventral
cacing jantan; F = pandangan lateral cacing betina; B = cap-
sula buchalis; 1 = esofagus; 2 = palilla cervicalis; 3 = usus;
4 = glandula cervicalis (glandula tambahan); 5 = testis; 6 = ve-
sicula seminalis; 7 = ductus ejaculatorius; 8 = prostata; 9 =
spicula; 10 = bursa copulatorium; 11 = cloaca; 12 = porus ex-
cretorius; 13 = glandula
Struktur bagian cephalica; 14 =dewasa
dalam cacing ovarium; 15 = uterus;
A. duodenale
16 = vulva; 17 = anus; 18 = spina (duri).
Larva A. duodenale. 1 = larva rhabditiform dlm tinja; D = usus;
E = esofagus; 2 = bagian anterior larva rhabditiform; E = esofa-
gus; B = bulbus esophagealis; 3 = larva filariform, selubung-
nya jelas kelihatan.
Siklus Hidup
 Cacing betina A. duodenale menghasilkan 10.000-20.000
telur (2 kali jlh telur N. americanus ) / ekor / hari ; telur
kedua pesies identik dan b’kembang dlm tanah dgn cara
dan siklus yg sama.
 Cara infeksi: terutama dgn cara larva menelan larva
filariform, kadang-kadang perkutan/ menembus kulit,
pada N. americanus secara pekuran .
 Telur keluar b’sama tinja → berkembang dlm tanah →
menetas → keluar larva rabditiform → ganti kulit m’jadi
larva filariform → larva filariform tertelan → menembus
dinding usus → ikut aliran darah/limfe → jantung →
paru-paru → trakea → faring → tertelan → dewasa di
usus halus; atau: setlh menembus dd usus → tetap di
dd usus (tdk masuk ke aliran darah) → dewasa di dd
usus → ke rongga usus.
Siklus hidup
cacing tambang
Diagnosis
 Klinis: anemia kronis daerah endemis, namun anemia
bisa juga krn malnutrisi, malaria & amubiasis.
 Parasitologis: menemukan telur dlm tinja.
 Pemeriksaan langsung.
 Teknik penentuan jlh telur cacing per gram tinja
(metoda Kato Katz) tdk selalu diperlukan, kecu-
ali bila ingin diketahui hsl efikasi p’obatan atau
hub antara jlh cacing dgn anemia (1 ekor cacing
betina m’roduksi 500 telur / hari per gram tinja).
 Teknik modifikasi Harada Mori: utk menetaskan
telur agar larva filariform dpt diidentifikasi.
 Serologis: IHA (Indirect Haemagglutination) test dan CF
(Complement Fixation), namun bukan utk diagnosis
rutin.
Pengobatan
 Obat t’hdp cacing dewasa:
 Mebendazol: dewasa dan anak > 2 thn, 100 mg 2
kali sehari selama 3 hari.
 Albendazol: dewasa, dosis tunggal 400 mg dan
tdk boleh kepada anak-anak < 2 thn.
 Pirantel pamoat: dosis tunggal, utk dewasa 11
mg/kg BB, maks 1 g; utk bayi 11 mg/kg BB (mak-
simum1 g).
 Tiabendazol: dewasa dan anak > 2 thn, 25 mg/kg
BB selama 2 hari (maksimum 3 g/hari).
 T’hdp penderita anemia berat, hrs m’dahulukan p’obatan
anemia dp cacing-cacing dewasa, mis dgn p’berian zat
besi; p’obatan cacing tanpa p’be-rian zat besi hrs
dihindari krn kematian bisa terjadi bukan krn cacingnya
namun karena anemia.
Epidemiologi
 Kondisi yg cocok utk telur: suhu hangat (25 oC), rimbun,
lembab dan tanah agak b’pasir.
 Larva filariform:
berkembang baik pd tanah yg ditutupi tanaman;
mati oleh kekeringan, banjir dan sinar matahari;
di daerah tropis bisa hidup 3-6 minggu atau 15 minggu;
suhu optimal 25-35 oC;
mampu memanjat tanah liat berpasir setinggi 60-90 cm,
namun gerakan lateralnya t’batas sejauh 30 cm.
Epidemiologi
 Prevalensi t’gantung pd (termasuk cacing yg ditularkan
melalui tanah lainnya):
• Kemiskinan dan kemelaratan.
• Sanitasi yg jelek dan sumber air yg terbatas.
• Kualitas tanah dan cuaca.
• Higiene perorangan dan lingkungan yg jelek.
• Perilaku hidup sehat yg jelek.
Epidemiologi
 Infeksi cacing tambang dipengaruhi oleh temperatur dan
curah hujan; curah hujan < 4 inci/thn tdk pernah m’alami
infeksi berat.
 Larva peka terhadap kekeringan dan curah hujan tinggi.
 Temperatur > 85 oF akan m’bunuh larva dan < 7 oF akan
mp’lambat p’tumbuhan atau menyebabkan kematian;
p’bekuan akan m’bunuh telur dan larva.
 Sifat tanah yang mendukung: tanah liat berpasir, tingkat
kebasahan yg baik, vegetasi sedang; tanah liat keras tdk
m’untungkan.

Epidemiologi
 Semua umur dan ras manusia adalah peka.
 Pekerjaan berperan; petani dan orang lapangan lebih
terpapar dp penghuni perkotaan.
 Kebiasan buang air besar di sekitar rumah m’p’be-sar
insidensi, t’utama pd anak-anak.
 Pemakaian alas kaki bisa mengurangi insidensi.
 Berp jns hewan (anjing dan babi) dan kumbang tahi dpt
b’tindak sbg penyebar telur melalui pasase saluran usus
tanpa kerusakan telur; ayam dan sa-pi akan merusak
telur stlh t’telan.
 Kebiasaan mengunyah buah pinang dan meludah (orang
Asia) bisa mengurangi jumlah cacing.
 Insidensi bisa tinggi tetapi jlh cacing sedikit dan
manifestasi klinis ringan, diduga ada kaitannya dgn
kebiasaan mengunyah tembakau.
Necator americanus
Sinonim
» Uncinaria americana,
» Ancylostoma americanum,
» Necator africanus,
» Necator argentinus.
Hospes dan Nama Penyakit
» Manusia, kadang-kadang: simpanse, gorila, rhino-ceros
dan kera lain serta babi.
» Peny: nekatoriasis, unsinariasis dan infeksi cacing
tambang Dunia Baru.
Distribusi Geografis
» Distribusi kedua spesies tsb tumpang tindih.
» N. americanus predominan di Amerika, Afrika Sub-
Sahara, Asia Tenggara, China dan Indonesia, sedangkan
A. duodenale predominan di Timur Tengah, Afrika Utara,
India dan Eropa seb Selatan.
Morfologi dan habitat
» Tinggal di jejunum, jarang di duodenum; pd infeksi berat
bisa pd sekum.
» Cacing dewasa silindris, kuning keabu-abuan, merun-
cing di anterior dgn kepala yg melengkung tajam ke arah
dorsal.
» Rongga mulut (kapsula bukalis) besar, mempunyai 2
pasang lempeng pemotong (di ventral, dan dorsal), 1
gigi dorsal dan sepasang lanset di dasar rongga.
» ♀:  ukuran 9-11 x 0,4 mm.
 vulva terletak di anterior pertengahan tubuh,
sepasang vagina, oviduk, ovarium.
♂:  ukuran 7-9 x 0,3 mm.
 Sepasang testis, ke vesikula seminalis, duktus
ejakulatorius, kloaka.
 Di seblh kloaca terdapat bursa kopulatriks mirip
rusuk, mempunyai 2 spikula menyerupai bulu keras
dgn ujung seperti kait.
 Bentuk bursa kopulatriks Necator berbeda dgn
Ancylostoma dan rusuknya membelah hingga
ke dasar.
Telur: 60 (61-76) x 40 (36-42) μ, transparan, dinding tipis,
oval dgn ujung membulat.
Larva rabditiform: 280-300 x 17 μ.
Aspek perbedaan Ancylostoma duodenale Necator americanus
Dewasa:
- Ukuran jantan 8-11 x 0,45 mm 5-9 x 0,3 mm
- Ukuran betina 10-13 x 0,6 mm 9-11 x 0,35 mm
- Bentuk Lengkungan landai; Kepala kecil, melengkung tajam ke dorsal
kepala sejajar dengan tubuh (berlawanan dgn lengkungan tubuh)
- Kapsula bukalis Memanjang seperti buah pir Hampir seperti bola
- Mulut Mengandung 2 pasang gigi Mengandung 2 pasang lempeng pemotong
Betina: - Ekor Duri tajam, sering tidak ada Tanpa duri
- Vulva Di posterior pertengahan tubuh Di anterior pertengahan tubuh
Jantan:
- Bursa kopulatriks Melebar, lebar > panjang Sempit, panjang > lebar
- Rusuk dorsal Celahnya dangkal, ujung tiap Celahnya sangat dalam,
celah terbagi tiga ujung tiap celah terbagi dua
- Spikula Ujungnya tidak menyatu dan Ujungnya biasanya menyatu dan
tidak mempunyai kait ujungnya seperti kait
Produksi telur 25.000 butir/ekor betina/hari 10.000 butir/ekor betina/hari
Aspek perbedaan Ancylostoma duodenale Necator americanus
Telur Tidak dapat dibedakan Tidak dapat dibedakan
Larva stadium-1&2 Tidak dapat dibedakan Tidak dapat dibedakan
Larva stadium-3:
- Ukuran panjang Badan 660 μ, seluruhnya 720 μ Badan 590 μ, seluruhnya 660 μ
- Ekor Panjang dan tumpul (85 μ) Pendek dan runcing (63 μ)
- Selubung Garis-garisnya kutikuler Garis-garisnya jelas, terutama
dan tidak jelas di ujung posterior
- Usus
- Tidak ada batas antara Batas antara esofagus dan
esofagus dan usus usus jelas
- Esofagus Seperti tombak tetapi tidak Seperti tombak dan kelihatan,
serasi;ujungnya tidak serasi, ujung anterior seperti
berpencar cerobong berduri
dorsal

dorsal dorsal

ventral ventral
Bagian anterior lempeng pemotong
N. americanus
(kepala melengkung Mulut Necator americanus
tajam ke dorsal) (2 pasang lempeng
pemotong di rongga
mulut)
Ancylostoma duodenale Necator americanus
A: Ancylostoma duodenale. Ujung anterior menunjukkan gigi
pemotong. B: Necator americanus. Ujung anterior
menunjukkan bagian alat mulut dengan pelat pemotong.
(Sumber: CDC)
ventral

Kiri (H): potongan anterodorsal mulut N. americanus memper-


lihatkan lempeng pemotong ventral (V) yang besar
dan lempeng dorsal (D) yang kecil;
Tengah (M): pandangan lateral ujung ekor jantan, dimana
bursa copulatrix terlihat dalam; 6 & 7 = rusuk lateral;
 = kontak kedua rusuk.
Kanan (F): pandangan lateral ujung ekor betina, duri di
ujung hilang; A = anus
spicula

Rusuk dan pandangan dorsal bursa copulatrix cacing


dewasa N. americanus
Larva rhabditiform cacing tambang

Rongga bucalis yang


panjang (khas pada
larva rhabditiform
cacing tambang
Cacing tambang

Trichostrongylus

Stongyloides

Rhabditis

Perbedaan 4 jenis larva rabditiform: H = cacing tambang; T =


Trichostrongylus; S = Strongyloides; R = Rhabditis (cacing tanah);
C = rongga mulut; E = oesofagus; P = sel primordium (sel bakal).
Buccal cavity paling pendek pada S. stercoralis. Esofagus yang mem
punyai pembesaran adalah pada Rabditis.
S.s C.t Trichostrongylus

Perbedaan larva rabditiform nematoda


pada feses.
- Larva S. stercoralis mempunyai rongga
mulut (buccal cavity) pendek, sedangkan
pada larva cacing tambang panjang.
- Sel primordiumS. stercoralis paling besar.
A. duodenale

N. americanus
M = rongga mulut; O = oesofagus; E = porus excretorius; I = usus;
P = sel primordium; A = anus; H = selubung
Perbedaan larva filariform cacing tambang
Rincian A. duodenale (1) N. americanus (2)
Tubuh Tipis dan panjang Tebal dan pendek
Rongga bukalis Tertutup tdk jelas Seperti tombak
Bakal genital (P) Di posterior usus (I) Di pertengahan usus
Ekor Perlahan meruncing Tiba-tiba meruncing
di belakang anus di belakang anus,
(A), ujung tumpul. ujung tajam.
Ruang di antara Sempit Lebih lebar
selubung (H) dan
Larva rabditiform
cacing tambang

Larva filariform Necator americanus


2 hari bila lingkungan cocok

Berbagai bentuk telur cacing tambang; pada tinja, telur-telur


tersebut berkembang dari no. 1 menjadi no. 6 dalam waktu 1
atau 2 hari bila kondisi lingkungan bagus.
Telur cacing tambang
Siklus Hidup
 Stadium infektifnya adalah larva filariform (larva stadium
3).
 Cara infeksi pada N. americanus umumnya secara
transkutan, pada Ancylostoma duodenale terutama dgn
menelan larva filariform,
 Telur keluar b’sama tinja → b’kembang dlm tanah →
menetas di tanah → keluar larva rhabditiform → ganti
kulit m’jadi larva filariform → larva filariform menembus
kulit → ikut aliran darah → jantung → paru-paru →
trakea → faring → tertelan → dewasa di usus halus.
 Larva filariform N. americanus bisa menembus mukosa
mulut, dan bila tertelan, akan mati di dlm lambung; larva
A. duodenale tidak mati melewati lambung.
Siklus Hidup
cacing tambang
(N. americanus
dan A. duodenale
O = oral pada A.d;
C = transkutan
pada N.a;
R = rabditiform;
F = filariform.
H = selubung
Siklus hidup
cacing tambang
Klinis
 Di kulit tempat masuknya larva, timbul itching (gatal
kemerahan) shg disbt ground itch (creeping eruption).
 Migrasi larva melalui paru-paru menyebabkan batuk dan
nyeri kerongkongan.
 Enteritis dgn kristal Charcot Leyden (hsl pemecahan
eosinofil) dan eosinophilia adalah ciri khas stadium
awal.
 Anemia mikrositik hipokromik krn cacing tambang
mampu m’isap darah 3 ml (ringan) - 100 ml (berat) atau ±
2 ml / hari tiap 100 telur per gram tinja).
Kuku jari tangan penderita Kuku jari kaki penderita
anemia karena infeksi cacing anemia karena infeksi cacing
tambang tambang

Creeping eruption
karena infeksi
cacing tambang
Klinis, Diagnosis,
Pengobatan,Pencegahan,
Epidemiologi
Sama dengan A. duodenale

Anda mungkin juga menyukai