Anda di halaman 1dari 9

ACARA IV

AKTIVITAS MIKROBA

4.1. Pendahuluan

4.1.1. Latar Belakang

Tanah merupakan suatu komponen penting dalam modal dasar pertanian.


Sifat, ciri, dan tingkat kesuburannya sangat dipengaruhi oleh sifat kimia, fisika, dan
biologi tanah. Biologi tanah adalah ilmu yang mempelajari mahluk-mahluk hidup di
dalam tanah karena ada makhluk hidup yang tumbuh dan berkembang di dalam tanah.
Satuan komponen tanah tersebut disebut sebagai Living System. Tanah di dalamnya
terdapat berbagai macam jenis biota tanah, antara lain mikroba (bakteri, fungi,
aktinomycetes, mikroflora, dan protozoa) serta fauna tanah. Masing-masing biota
tanah mempunyai fungsi yang khusus.
Mikroba sangat berperan dalam membantu pertumbuhan tanaman melalui
penyediaan hara (mikroba penambat N, pelarut P), penghasil hormon sebagai pemicu
tumbuh tanaman, dan pengendali hama penyakit. Respirasi mikroba tanah merupakan
suatu proses yang terjadi karena adanya kehidupan mikroba yang melakukan aktifitas
hidup dan berkembangbiak dalam suatu massa tanah. Mikroba dalam setiap
aktifitasnya membutuhkan O2 atau mengeluarkan CO2 yang dijadikan dasar untuk
pengukuran respirasi tanah. Laju respirasi maksimum terjadi setelah beberapa hari
atau beberapa minggu populasi maksimum mikroba dalam tanah, karena banyaknya
populasi mikroba mempengaruhi keluaran CO2 atau O2 yang dibutuhkan mikroba.
Pengukuran respirasi tanah lebih mencerminkan aktifitas metabolik mikroba daripada
jumlah, tipe, atau perkembangan mikroba tanah.

4.1.2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan pada praktikum kali ini adalah untuk mengamati ada tidaknya aktivitas
mikroba yang terkandung dalam tanah. Manfaat praktikum ini adalah praktikan dapat
mengetahui bahwa indikator tanah yang subur memiliki tingkat respirasi organisme
yang tinggi dibandingkan tanah yang tidak subur.
4.2. Tinjauan Pustaka

Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat


kecil, bersel tunggal (uniselular) dan bersel banyak (multiselular). Manfaat mikroba
dalam pertanian belum disadari sepenuhnya karena pandangan terhadap mikroba
lebih terfokus secara selektif pada mikroba patogen yang menimbulkan penyakit pada
tanaman. Respirasi tanah merupakan suatu proses yang terjadi karena adanya
kehidupan mikroorganisme yang melakukan aktivitas hidup dan berkembangbiak
dalam suatu masa tanah, dalam setiap aktivitas mikroorganisme membutuhkan
adanya O2 atau mengeluarkan CO2 yang dijadikan dasar dalam suatu pengukuran
respirasi tanah (Cahyono dkk, 2013). Beberapa indikator tanah yang kurang subur
memiliki jumlah angka CO2 lebih besar daripada tanah yang subur dikarenakan
aktivitas mikroorganisme pada keduanya berbeda. Penyebab terjadinya ketidak
suburan tanah yaitu tidak ada atau kurangnya kandungan oksigen sehingga
mikroorganisme aerob berubah menjadi anaerob yang akan membentuk asam tertentu
yang sangat berbahaya bagi tanah (Hidayah dan Aditya, 2010). Respirasi mikroba
pada umumnya merupakan indikator bahwa tanah tersebut besifat subur. Aktivitas
biologi tanah misalnya yaitu respirasi mikroba dapat digunakan sebagai indikator
kesuburan tanah dan lebih dapat merefleksikan keberadaan kehidupan atau aktivitas
mikroba tanah, dibandingkan dengan estimasi total C mikroba yang ada ditanah
(Antonius dan Agustiyani, 2011).
Pengukuran aktivitas mikroba tanah dilakukan untuk menentukan banyaknya
mikroba di dalam tanah saat melakukan respirasi yaitu menghasilkan CO2. Parameter
yang diamati dalam aktivitas mikroba tanah adalah jumlah CO2 yang dihasilkan oleh
mikroba tanah. Faktor yang mempengaruhi aktivitas mikroba tanah adalah pH tanah,
bahan organik tanah, kapasitas tukar kation dan total mikroba. Jika pH tanah masam,
bahan organik di tanah rendah, kapasitas tukar kation tanah rendah dan total mikroba
tanah sedikit maka aktivitas mikroba tanah mengalami penurunan (Sinaga dkk.,
2015). Indikasi aktivitas mikroba menurun adalah pH tanah yang masam, begitu pula
jika bahan organik sebagai suplai makanan atau energi yang sedikit di tanah akan
menurunkan aktivitas mikroba. Nilai kapasitas tukar kation yang rendah maka tanah
akan tidak subur dan membuat aktivitas mikroba semakin menurun. Aktivitas
mikroba yang tinggi berhubungan dengan banyaknya populasi mikroba dan bahan
organik sebagai sumber energi (Hanafiah, 2009).
4.3. Materi dan Metode

Praktikum Ilmu Tanah dengan acara Respirasi Mikroba dilaksanakan pada hari
Jumat, 09 Maret 2019 di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan Tanaman dan
Laboratorium Ekologi dan Produksi Tanaman, Fakultas Peternakan dan Pertanian,
Universitas Diponegoro, Semarang.

4.3.1. Materi

Bahan yang digunakan dalam praktikum respirasi mikroba adalah larutan


NaOH, larutan BaCl2, indikator PP, dan larutan HCl. Alat yang digunakan adalah
tabung film sebagai wadah NaOH, paralon untuk tempat meletakkan tabung film
dalam tanah, cetok untuk menggali tanah, pipet untuk mengambil larutan NaOH,
erlenmeyer sebagai wadah untuk NaOH di titrasi, dan digital titrator untuk menitrasi
secara otomatis.

4.3.2. Metode

Metode yang digunakan dalam praktikum respirasi mikroba adalah larutan


NaOH dimasukkan ke dalam tabung film sebanyak 10 ml. Tanah subur dan tidak
subur digali. Paralon dimasukkan ke dalam lubang galian kemudian tabung film
dimasukkan dalam keadaan tutup tabung terbuka. Tabung diinkubasi selama 2 jam.
Setelah 2 jam, sampel NaOH diambil sebanyak 5 ml dengan pipet dan dimasukkan
dalam tabung erlenmeyer. Larutan NaOH ditambahkan 2,5 ml larutan BaCl 2 dan 2
tetes indikator PP. Larutan dititrasi dengan HCl sampai berubah warna menjadi putih
dan dicatat volume titrasi.

4.4. Hasil dan Pembahasan

Tabel 4. Hasil Pengamatan Respirasi Mikroba


Sampel Tanah Titrasi HCl (ml) CO2 terikat NaOH (mgrek)
Subur 1,497 11,066
Kurang Subur 1,121 19,333
Sumber: Data Primer Praktikum Ilmu Tanah, 2019.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa sampel


tanah yang kurang subur memiliki jumlah angka CO 2 lebih besar daripada tanah yang
subur dikarenakan aktivitas mikroorganisme pada keduanya berbeda. Hal ini tidak
sesuai dengan pendapat Hidayah dan Aditya (2010) yang menyatakan bahwa
penyebab tanah tidak subur yaitu tidak adanya oksigen sehingga mikroorganisme
aerob berubah menjadi anaerob yang akan membentuk asam tertentu yang sangat
berbahaya bagi tanah. Hasil praktikum yang diperoleh tidak sesuai dengan artikel
ilmiah yang didapat, kemungkinan yang terjadi adalah faktor human error. Respirasi
mikroba merupakan indikator yang menunjukkan bahwa tanah tersebut besifat subur.
Hal ini sesuai dengan pendapat Antonius dan Agustiyani (2011) yang menyatakan
bahwa aktivitas biologi tanah misalnya yaitu respirasi mikroba dapat digunakan
sebagai indikator kesuburan tanah dan lebih dapat merefleksikan keberadaan
kehidupan atau aktivitas mikroba tanah, dibandingkan dengan estimasi total C
mikroba yang ada ditanah. Respirasi mikroba merupakan suatu proses yang terjadi
antara mikroorganisme dengan tanah yang berkaitan dengan O2 dan CO2 sedangkan
hasil tabel menunjukkan jumlah ikatan CO2 pada tanah tidak subur lebih tinggi
dibandingkan tanah yang subur. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Cahyono dkk.
(2013) yang menyatakan bahwa respirasi tanah merupakan suatu proses yang terjadi
karena adanya kehidupan mikroorganisme yang melakukan aktivitas hidup dan
berkembangbiak dalam suatu masa tanah, dalam setiap aktivitas mikroorganisme
membutuhkan adanya O2 atau mengeluarkan CO2 yang dijadikan dasar dalam suatu
pengukuran respirasi tanah.
Aktivitas respirasi mikroba di tanah subur lebih banyak daripada yang tidak
subur karena bahan organiknya dan jumlah mikroba lebih tinggi. Berdasarkan
praktikum yang sudah dilakukan, terjadi kesalahan pada pemilihan tanah subur dan
tidak subur yang mengakibatkan perbandingan jumlah bahan organik dan mikroba
pada tanah subur lebih rendah dibandingkan pada tanah yang tidak subur, sehingga
mengakibatkan aktivitas mikroba pada tanah subur lebih rendah dibandingkan tanah
yang tidak subur. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Hanafiah (2009) yang
menyatakan bahwa banyaknya populasi mikroba dan bahan organik berhubungan
dengan aktivitas mikroba yang tinggi. Faktor yang mempengaruhi aktivitas mikroba
tanah adalah pH tanah, bahan organik tanah, kapasitas tukar kation dan total mikroba.
Rendahnya angka kapasitas tukar kation dan pH tanah yang masam akan
menghambat mikroba melakukan respirasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Sinaga
dkk. (2015) yang menyatakan bahwa jika pH tanah masam, bahan organik di tanah
rendah, kapasitas tukar kation tanah rendah dan total mikroba tanah sedikit maka
aktivitas mikroba tanah mengalami penurunan.
4.5. Simpulan dan Saran

Berdasarkan hasil praktikum respirasi mikroba dapat disimpulkan bahwa tanah


yang subur memiliki daya respirasi mikroba yang rendah dibandingkan tanah yang
tidak subur. Perbandingan dari hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa respirasi
mikroba didalam tanah tidak subur lebih tinggi dibandingkan tanah yang subur, hal
ini dikarenakan sampel tanah yang digunakan tidak memenuhi kriteria panduan yang
digunakan. Saran terhadap praktikum respirasi mikroba selanjutnya yaitu dengan
memilih tanah yang tepat pada tingkat kesuburannya agar tidak mendapatkan
keseimbangan data..
DAFTAR PUSTAKA

Antonius, S, dan D. Agustiyani. 2011. Pengaruh pupuk organik hayati yang


mengandung mikroba bermanfaat terhadap pertumbuhan dan hasil panen
tanaman semangka serta sifat biokimia tanahnya pada percobaan lapangan di
Malinau-Kalimantan Timur. J. Hayati. 16 (1): 203-206.
Cahyono, B., S. Yusnaini, A. Niswati, dan M. Utomo. 2013. Pengaruh sistem olah
tanah dan aplikasi mulsa bagas terhadap respirasi tanah pada lahan pertanaman
tebu (Saccharum officinarum L.) PT Gunung Madu Plantations. J. Agrotek
Tropika. 1 (2): 208-212.
Hanafiah, K. A. 2009. Dasar - Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Hidayah, E. N, dan W. Aditya. 2010. Potensi dan pengaruh tanaman pada pengolahan
air limbah domestik dengan sistem constructed wetland. J. Teknik Lingkungan.
2 (2): 11-18.
Sinaga, B. I. L. J., M. Sembiring, dan A. Lubis. 2015. Dampak ketebalan abu
vulkanik erupsi gunung sinabung terhadap sifat biologi tanah di kecamatan
naman teran kabupaten karo. J. Agroekoteknologi.3 (3): 159-163.
LAMPIRAN

Lampiran 6. Respirasi Mikroba

Tanah Subur
Ditanam hari Jum’at, 21 April 2019 pukul 13.56
Diambil hari Jum’at, 21 April 2019 pukul 14.50
Tanah Kurang Subur
Ditanam hari Jum’at, 21 April 2019 pukul 14.04
Diambil hari Jum’at, 21 April 2019 pukul 14.50

Sampel Titrasi HCl (ml) CO2 terikat NaOH (mgrek)


Subur 1,497 11,066
Kurang Subur 1,121 19,333
Sumber : Data Primer Praktikum Ilmu Tanah, 2018.

Sampel tanah subur

- HCl Titrasi = 14,97 ml


- 0,1 HCl = 0,1 x 14,97 ml
= 1,497 (b)
-NaOH Awal = 0,4 x 5 ml
= 2 ml (c)
-NaOH bereaksi dengan CO2 = (c) – (b)
= 2 – 1,497
=0,503 (d)
-CO2 yang terikat NaOH = ½ x (d) x 44 mgrek
= ½ x 0,503 x 44 mgrek
= 11,066 ml
Lampiran 6. (lanjutan)

Sampel kurang subur


- HCl Titrasi = 11,21
- 0,1 HCl = 0,1 x 11,21 ml
= 1,121 (b)
-NaOH Awal = 0,4 x 5 ml
= 2 ml (c)
-NaOH bereaksi dengan CO2 = (c) – (b)
= 2 – 1,121 ml
=0,879 (d)
-CO2 yang terikat NaOH = ½ x (d) x 44 mgrek
= ½ x 0,879 x 44 mgrek
= 19,333 ml

Anda mungkin juga menyukai