Anda di halaman 1dari 23

Laporan Praktikum Hari,tanggal : Rabu, 08 September 2021

Biologi Tanah Dosen : Indri Hapsari Fitriyani, S.P, M.Si


Asisten Praktikum :
1. Angelin Septitania Sirait (A14170005)
2. Dede Risna Ayu Ajhari (A14180013)
3. Anra Talpa (A14190065)

PENETAPAN POPULASI TOTAL MIKROB TANAH DAN


TOTAL FUNGI TANAH

Nama : SHAFA SALSABILA LESMANA


NIM : A1401201024
Kelompok :1
Hari Praktikum : Rabu

DIVISI BIOTEKNOLOGI TANAH


DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
IPB UNIVERSITY
2021
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Biodiversitas suatu kawasan dapat menggambarkan fungsi dari diversitas
lokal atau habitat tertentu dan struktur yang ada di dalamnya. Biodiversitas tanah
menjadi salah satu bentuk diversitas alfa yang sangat berperan dalam
mempertahankan sekaligus meningkatkan fungsi tanah dalam menopang kehidupan
di dalam dan di atasnya. Tanah sebagai habitat bagi berbagai jenis organisme yang
hidup di dalamnya. Antara tanaman dengan organisme tanah terjadi suatu hubungan
saling ketergantungan satu sama lain yang sangat erat. Keberadaan fauna tanah
sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, salah satunya bahan organik dalam tanah
(Adnyana 2013). Keberadaan fauna juga dapat dijadikan sebuah parameter dari
penentuan kualitas tanah. Selain itu, fauna tanah digunakan sebagai bioindikator
kesuburan tanah yang tentunya memiliki jumlah yang relatif melimpah (Ibrahim
2014). tanah. Kelompok fauna tanah ini sangat banyak dan beranekaragam
jenisnya, mulai dari protozoa, rotifera, nematoda, annelida, mollusca, arthropoda,
hingga vertebrata kecil (Affan 2017).
Biomassa mikroorganisme berperan sebagai indeks dari kesuburan tanah.
Tanah yang banyak mengandung berbagai macam mikroorganisme, secara umum
dapat dikatakan bahwa tanah tersebut memiliki sifat fisik dan kimia yang baik.
Tingginya populasi dan beragamnya mikroorganisme, mungkin hanya ditemukan
pada tanah yang memiliki kesesuaian terhadap mikroorganisme tanah untuk
tumbuh, berkembang dan aktif. Tersedianya unsur hara yang cukup, pH tanah yang
sesuai, aerasi dan drainase yang baik, dan sumber energi (bahan organik) yang
cukup menjadi faktor yang harus dipenuhi agar mikroorganisme tanah dapat
tumbuh dan berkembang (Iswandi et al.1995 dalam Susilawati et al. 2013).
Menurut Subowo (2014), populasi organisme tanah juga ditentukan oleh
kualitas vegetasi di atasnya. Sebaliknya, aktivitas organisme dalam tanah juga akan
mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang pada akhirnya akan menentukan
produktivitas lahan tempat mereka hidup. Suin (2012) menyatakan, bahan organik
tanah sangat menentukan kepadatan populasi organisme tanah salah satunya adalah
fauna tanah, dimana semakin tinggi kandungan organik tanah maka akan semakin
beranekaragam jenis fauna tanah. Aspek kesuburan tanah ditandai oleh baiknya
sifat biologi tanah. Salah satu unsur yang penting dari sifat biologi tanah adalah
populasi bakteri. Fauna tanah pada lahan pertanian maupun tanaman tahunan
(perkebunan) mampu membuat liang dalam tanah yang membuat peningkatan
infiltrasi, perkolasi dan mengurangi erosi serta mempertebal lapisan olah.
Penelitian tentang makrofauna tanah yang terdapat pada jenis lahan tertentu
masih belum banyak diketahui. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Imawan,
2013) yaitu penelitian makrofauna lebih terfokus pada vegetasi pohon, sedangkan
(Aminullah, 2014) melakukan penelitian pada daerah pertanian apel saja. Sehingga
dari beberapa penelitian belum ada yang mengkaji tentang keanekaragaman fauna
tanah di berbagai jenis tanah dengan menggunakan metode tertentu. Berdasarkan
latar belakang tersebut, praktikan ingin mengetahui keanekaragaman fauna tanah di
berbagai jenis tanah dengan menggunakan metode cawan hitung.

1.2 Tujuan:
Praktikum ini bertujuan mengetahui dan melakukan penetapan populasi mikrob
tanah dan fungi tanah dengan metode cawan hitung.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Tanah merupakan habitat berbagai macam mikroorganisme. Tanah juga
merupakan sumber daya alam yang berfungsi dalam keberlangsungan hidup
mahluk hidup. Bukan hanya fungsinya sebagai tempat berjangkarnya tanaman,
penyedia sumber daya penting dan tempat berpijak tetapi. Selain itu, tanah juga
merupakan ekosistem bagi fauna tanah (Mukrin et al. 2019). Kesuburan tanah
sangat penting untuk proses pertumbuhan tanaman karena asupan nutrisi bagi
tanaman disediakan oleh tanah. Salah satu penentu kesuburan tanah adalah aspek
biologi tanah. Kualitas biologi tanah akan meningkat dengan adanya keberadaan
dari mikroorganisme tanah terutama pada rhizosfer.
Wicaksono et al. (2015) menyatakan, mikroorganisme merupakan
kelompok organisme yang memiliki ukuran mikroskopis atau berukuran kecil.
Umumnya, jumlah mikroorganisme dalam tanah jauh lebih banyak, jika
dibandingkan dengan di udara maupun di dalam air. Mikroorganisme melakukan
berbagai aktivitas yang saling berinteraksi dengan faktor biotik maupun faktor
abiotik. Peran mikroorganisme dalam tanah sangat besar terutama dalam proses
dekomposisi bahan organik menjadi unsur hara dan dalam bentuk gas seperti CO2.
Mikroorganisme tanah merupakan faktor penting dalam ekosistem tanah, karena
berpengaruh pada ketersediaan hara tanaman. Selain itu, mikroorganisme juga
merupakan agen perombak bahan organik yang masuk ke dalam tanah, yang
mengubah ke dalam bentuk senyawa anorganik, sehingga tanaman dapat
menggunakannya lagi. Biomassa mikroorganisme ini memegang peranan penting
dalam memelihara kesuburan tanah dan dalam siklus karbon, nitrogen, fosfor dan
sulfur (Susilawati et al. 2013).
Beberapa organisme tanah mampu meningkatkan kesuburan tanah melalui
hasil organisme pelarut fosfat ataupun penambat N-bebas yang hidup bebas ataupun
yang hidup bersimbiosis secara mutualistis dengan tanaman. Fauna tanah yang
hidup dalam tanah dengan menggali lubang dan mencampur tanah dapat
memperbaiki aerasi dan kesuburan tanah, kesuburan tanah sangat dipengaruhi oleh
adanya bahan organik di dalam tanah tersebut (Nurrahman et al. 2015). Bahan
organik tanah (BOT) berfungsi penting dalam memerbaiki sifat fisik, sifat kimia,
dan biologi tanah-tanah mineral dan kadar BOT mempengaruhi tingkat kesuburan
tanah secara langsung. Aktivitas mikroorganisme tanah merupakan suatu proses
yang terjadi karena adanya kehidupan mikroorganisme yang melakukan aktivitas
hidup dalam suatu massa tanah. Aktivitas mikroorganisme tanah berbanding lurus
dengan jumlah total mikroorganisme di dalam tanah, jika total mikroorganisme
tinggi maka aktivitas mikroorganisme juga semakin tinggi.
Selain total mikroorganisme tanah, ada beberapa faktor lain yang
mempengaruhi tingginya aktivitas mikroorganisme di dalam tanah, antara lain:
bahan organik tanah, kadar air, reaksi tanah dan pH tanah. Jumlah total
mikroorganisme sangat berguna dalam menentukan tempat mikroorganisme dalam
hubungannya dengan sistem perakaran, sisa bahan organik dan kedalaman profil
tanah (Mukrin et al. 2019). Menurut Arisandi et al. (2017), bakteri merupakan
mikroorganisme bersel tunggal dengan panjang berkisar antara 0,5-10 µ dan lebar
0,5-2,5 µ. Karakteristik bakteri dapat dilihat dari bentuknya yaitu, bulat (cocci),
batang (spirilli), koma (vibrios). Tambahan struktur bakteri yang terpenting
diketahui cambuk (flagella), kapsul (capsule) dan endospora (endospore). Flagella
merupakan struktur tambahan di bagian luar sel yang berbentuk cabuk halus yang
tidak terlihat di bawah miskroskop kecuali menggunakan teknik perwarnaan
khusus. Menurut Sabdaningsih (2013), koloni merupakan suatu kumpulan individu
sejenis yang tumbuh bersama-sama. Populasi koloni bakteri di daerah perakaran
tanaman lebih banyak dibandingkan dengan populasi di daerah tanah tanpa
perakaran tanaman. Hal ini dikarenakan perkembangan mikroba dipengaruhi oleh
aktivitas metabolisme akar tanaman. Jumlah bakteri dalam tanah bervariasi karena
perkembangan mereka sangat bergantung dari kedaan tanah itu sendiri.
Ekamaida (2017) menyatakan, proses pengisolasian bakteri dilakukan
dengan metode pengenceran (dillution method). Sampel tanah ditimbang sebanyak
1 gram kemudian dilarutkan dalam 9 mL akuades steril, lalu dihomogenisasi
menggunakan vortex, selanjutnya diambil 1 mL larutan dari tabung reaksi dan
dimasukkan ke dalam 9 mL akuades steril pada tabung reaksi lain sehingga
diperoleh tingkat pengenceran 10-1. Menurut Anggakara (2013), faktor
pengenceran (FP) merupakan angka yang menunjukkan waktu suatu larutan harus
diencerkan untuk mendapatkan konsentrasi yang lebih rendah. Metode yang
digunakan untuk menghitung jumlah koloni adalah metode cawan hitung. Cawan
yang dipilih dan dihitung adalah cawan petri yang mengandung koloni antara 30-
300, jumlah ini didapat jika melakukan pengenceran dengan tepat. Jika tidak ada,
maka dipilih yang mendekati 300. Prinsip dari metode ini adalah jika sel mikroba
yang masih hidup ditumbuhkan dalam media, maka mikroba tersebut akan
berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan kemudian
dihitung tanpa menggunakan mikroskop. Rumus menghitung jumlah koloni adalah
sebagai berikut (Omar et al. 1996 dalam Ekamaida 2017) :
1
∑ 𝑠𝑒𝑙 (CFU) = Jumlah koloni yang diamati 𝑥
𝐹𝑃
Kadri et al. (2015) menyatakan, prinsip isolasi adalah memisahkan suatu
jenis mikrob dan lainnya yang berasal daricampuran bermacam-macam mikrob
tanah. Isolasi fungi dan bakteri tanah dilakukan dengan metode pipet dan cawan
petri dengan pengenceran 10-6. Dengan perhitungan koloni mikroba dengan
menggunakan Colony Counter pada jumlah bekteri dan fungi yang dapat tumbuh
pada media yang sebelumnya di inkubasikan. Satuan yang digunakan dalam
perhitungan ini adalah CFU atau dikenal dengan colony forming unit. Prinsip dari
metode ini adalah perhitungan secara tidak langsung yang didasarkan pada
anggapan bahwa setiap sel yang dapat hidup akan berkembang menjadi suatu koloni
yang merupakan satu indeks bagi jumlah organisme yang dapat hidup yang terdapat
pada sampel (Mukrin et al. 2019)
Metode tuang adalah salah satu metode yang dilakukan dengan cara
memasukkan sampel yang telah diencerkan terlebih dahulu ke dalam cawan petri
dish yang dituangi dengan medium (Almundy 2011). Metode cawan hitung
menggunakan prinsip menumbuhkan sel- sel mikroba yang masih hidup pada suatu
media sehingga membentuk koloni yang dapat dilihat secara langsung
menggunakan bantuan colony counter (Yunita et al. 2015). Metode Most Probable
Number (MPN) merupakan metode perhitungan sel terutama untuk perhitungan
bakteri coliform berdasarkan jumlah perkiraan terdekat. Metode MPN digunakan
medium cair di dalam tabung reaksi, perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah
tabung positif. Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan mengamati
timbulnya kekeruhan, atau terbentuknya gas di dalam tabung (Jiwintarum et al.
2017).
III METODE
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini terbagi menjadi dua
bagian dalam penetapan total mikrob tanah dan fungi tanah.
A. Total mikrob tanah
Ada dua media pertumbuhan total mikrob tanah yaitu :
• Agar Ekstrak Tanah (per liter media)
Bahan Alat
Agar 20 gram Autoklaf
K2HpO4 0.5 gram Corong buchner
Dextrose 0.1 gram Labu erlmeyer
Ekstrak tanah 1 liter Timbangan
Kapas
• Agar Nutrient (Nutrient Agar)
Bahan Alat
Agar 15 gram Autoklaf
Peptone 2 gram Timbangan
NaCl 5 gram Labu erlmeyer
Ekstrak tanah 1 liter Kapas
Yeast extract 2 gram
Beef extract 1 gram

Prosedur Total Mikrob Tanah


Bahan Alat
Tanah 10 gram Cawan Petri
Media biakan Nutrient Agar (28 g/liter) Labu erlmeyer
Larutan fisiologi 8.5 NaCl per liter Pipet
Bunsen
Tabung Reaksi
Label
Shaker
Timbangan
Prosedur Total Fungi Tanah Laminar Air Flow

Bahan
K2HPO4 1 gram
MgSO4 . 7H2O 0.05 gram
Peptone 5 gram
Dextrose 10 gram
Agar 5 gram
Aquadest 1000 mL
3.2 Prosedur
3.2.1. Prosedur Total Mikrob Tanah

Timbang sebanyak 10 Seri pengenceran dibuat


Larutan selanjutnya
gram tanah, kemudian dengan memipet 9 mL
dikocok menggunakan
masukkan ke dalam larutan fisiologis ke
shaker dengan
tabung erlemenyer 250 dalam tabung reaksi, lalu
kecepatan 50 rpm
mL berisi larutan ditutup dengan kapas
(pengenceran 10-1)
fisiologis sebanyak 90 kemudian autoklaf pada
selama 30 menit
mL temperatur 120℃ selama
20 menit

Tuangkan media NA
sekitar 10-15 mL ke
dalam cawan petri

Pindahkan 1 mL suspensi Pipet sebanyak 1 mL larutan


dari pengenceran 10-5 dan tanah (pengenceran 10-1) ke
10-6 (duplo) ke dalam dalam tabung reaksi yang
cawan petri di dekat berisi larutan fisiologis, dan
Bunsen. terjadilah pengenceran 10-2,
lakukan hingga pengenceran
yang dibutuhkan (10-5 dan 10-
6
) di dalam laminar air flow
Putar cawan petri (LAF)
kea rah kanan dan
kiri agar merata

Cawan petri
diletakkan terbalik
dalam inkubator, agar Pengamatan dapat
uap air tidak dilakukan setelah 3-7
menempel hari inkubasi
3.2.2. Prosedur Total Fungi Tanah (Pembuatan Agar Martin)

Larutkan semua bahan Sterilkan media


Larutkan sebanyak 300
ke dalam aquades dengan autoklaf
mg Streptomycin ke
dengan cara dengan suhu 120℃
dalam 100 mL aquades
memanaskan secara selama 15 menit
perlahan

Tambahkan sebanyak 1 mL
Streptomycin ke dalam 100
mL media yang telah cukup
Media yang telah steril,
dingin
selanjutnya disimpan
dalam kulkas sebelum
digunakan

Media digoyangkan dengan


hati-hati hingga tercampur
dengan baik
3.2.3. Prosedur Total Fungi Tanah

Siapkan tanah yang Masukkan ke dalam cawan


akan dipakai dan Pipet 1 mL suspense dari petri lalu tuangkan media
dibuat seri pengenceran 10-4 dan sebanyak 12 mL yang
pengenceran sampai pengenceran 10-5 temperaturnya 42℃
10-5

Lalu diinkubasi selama Kemudian cawan Goyangkan perlahan


3-7 hari dibalikkan, apabila telah agar tercampur rata
memandat
IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Keberadaan fauna dalam tanah sangat bergantung pada ketersediaan energi


dan sumber makanan untuk melangsungkan hidupnya, seperti bahan organik yang
semuanya berkaitan dengan aliran siklus karbon dalam tanah. Teknik pengenceran
di cawan merupakan suatu cara yang biasa digunakan dalam menghitungkan dan
mempelajari populasi bakteri tanah yang beragam serta perubahan populasinya.
Pengenceran merupakan sebuah prosedur pembuatan larutan dari larutan yang lebih
pekat ke larutan yang lebih encer melalui penambahan sejumlah pelarut pada
larutan dengan volume dan konsentrasi tertentu (Hikmayanti dan Utami 2019).
Pengenceran dapat dilakukan ketika mengamati jumlah populasi mikrob dan fungi,
yaitu dengan melakukan pengenceran pada medium atau tempat mikrob atau fungi
yang telah disediakan. TPC (total plate count) merupakan teknik penghitungan
yang digunakan pada praktikum kali ini. Proses pengenceran sendiri memiliki
tujuan yang sesuai dengan pernyataan Ariyanti dan Suprapti (2016) yang
menyatakan, tujuan dari pengenceran adalah mengurangi dan meniminalkan jumlah
mikroba yang tersedia, sehingga semakin banyak tingkat pengenceran, maka akan
semakin sedikit jumlah mikrob yang dihasilkan. Pada proses pengenceran
dilakukan di dalam cawan petri dish, dengan digunakan larutan fisiologis yaitu
NaCl. Media yang cocok agar bakteri dapat bertahan hidup yaitu pada larutan
isotonis terhadap sel bakteri. Apabila sel bakteri berada dalam larutan hipotonis,
maka sel bakteri akan pecah karena masuknya cairan ke dalam sel plasmoptisa
(Fatmariza et al. 2017).
Pada praktikum ini, digunakan medium padat yaitu agar. Proses prosedur
mikrob tanah menggunakan medium agar nutrient, sedangan prosedur fungi tanah
menggunakan agar martin. Medium yang digunakan untuk bakteri atau mikrob
tanah dan fungi berbeda-beda, hal ini dikarenakan masing-masing mikrob atau
fungi tanah memiliki karakteristik medium yang berbeda untuk proses
pertumbuhannya, seperti agar martin yang hanya digunakan untuk perhitungan
jumlah populasi fungi tanah. Hal ini karena agar martin merupakan medium yang
baik untuk proses pertumbuhan fungi serta dapat menghambat pertumbuhan bagi
mikrob tanah. Selain itu, agar martin mengandung streptomycin yang sifatnya mirip
seperti antibiotik, yang dapat menghambat serta mematikan bakteri, sehingga
pertumbuhan fungi tetap berjalan dengan baik (Munandar 2016).
Yunita et al. (2015) menyatakan, pada pengamatan jumlah mikrob dan fungi
tanah menggunakan metode cawan hitung. Metode ini merupakan salah satu
metode dengan prinsip menumbuhkan sel mikroba pada medium agar sehingga sel
tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung
dengan mata telanjang tanpa harus menggunakan mikroskop. Selain itu,
pengukuran pH tanah sangat penting dalam ekologi fauna tanah karena keberadaan
dan kepadatan fauna tanah sangat bergantung pada pH tanah (Suin 2012).
Keberadaan fungi tanah juga sangat berperan dalam kelangsungan hidup manusia,
hewan, tumbuhan dan mikroorganisme lainnya. Hal tersebut dikarenakan fungi
sebagai agen utama dalam proses penguraian (dekomposisi) suatu bahan organik
yang terdapat di alam (Rahayu 2015). Fungi merupakan mikroorganisme tidak
berklorofil berbentuk hifa, bersel tunggal, eukariotik, berdinding selnya tersusun
dari kitin atau selulosa serta berproduksi secara seksual dan aseksual. Kadri et al.
(2015), penetapan jumlah fungi dan mikrob tanah dilihat dari koloni yang terbentuk.
4.1 Penetapan Total Mikrob Tanah
Pada praktikum penetapan total mikrob tanah digunakan tiga jenis tanah
yaitu, tanah kebun, tanah rumput dan tanah sampah. Proses penetapan ini
dilakukan dengan menggunakan media biakan yaitu, agar nutrient. Faktor
pengenceran yang digunakan dalam percobaan penetapan total mikrob tanah
adalah faktor pengenceran 10-5 dan faktor pengenceran 10-6. Pada percobaan ini
telah ditetapkan bobot kering mutlak (BKM) sebesar 5,34. Berdasarkan hasil
perhitungan CFU/BKM tanah dalam menetapkan total miktob tanah, didapatkan
jumlah tertinggi yang terdapat pada jenis tanah sampah dengan faktor
pengenceran 10-6, sedangkan pada faktor pengenceran 10-5 menghasilkan total
mikrob tanah yang sedikit.
Tabel 1 jumlah total mikrob tanah
Hari ke- Rata-rata sel
Jenis Tanah FP Ulangan BKM Jumlah sel jumlah sel CFU/BKM
3 5 7 (CFU) (CFU) (spk/g)
1 11 23 30 30 x 105
10-5 36,5 x 105 6,84 x 105
Tanah 2 18 32 43 43 x 105
Kebun 1 1 3 20 20 x 106
10-6 2,25 x 106
2 3 4 4 4 x 106 12 x 106
1 2 6 13 13 x 105
10-5 2,34 x 105
Tanah 2 1 6 12 12 x 105 12,5 x 105
Rumput 5,34
1 2 8 10 10 x 106
10-6 2,15 x 106
2 5 13 13 13 x 106 11,5 x 106
1 1 7 15 15 x 105
10-5 3,18 x 105
Tanah 2 8 12 19 19 x 105 17 x 105
Sampah 1 7 15 20 20 x 106
10-6 2,72 x 106
2 2 5 9 9 x 106 14,5 x 106

Berdasarkan hasil perhitungan jumlah total mikrob tanah yang disajikan


pada tabel 1 menunjukkan bahwa, jumlah populasi bakteri tanah dapat dilihat pada
estimasi 3 lokasi tempat pengamatan jenis tanah yang berbeda antara tanah kebun,
tanah rumput dan tanah sampah. Hasil pengujian dilakukan dengan duplo yang
diamati mulai dari hari ke-3, 5 dan 7. Bakteri sendiri memiliki peranan yang sangat
penting dalam keberlangsung makhluk hidup. Bila bakteri berada pada medium
yang sesuai maka pertumbuhan bakteri akan berkembang pesat. Pada praktikum ini
digunakan agar nutrient 28 g/L dengan pengenceran 10-5 dan pengenceran 10-6.
Diketahui bahwa pertumbuhan bakteri terbanyak ada pada pengenceran 10-6. Hasil
perkembangan populasi mikroba dihitung dalam satuan CFU per BKM tanah.
Hasil perhitungan jumlah total mikrob tanah dapat dilihat pada tabel 1,
diketahui bahwa tanah sampah memiliki nilai CFU/BKM tanah yang relatif besar
yaitu sebesar 3,18 x 105 spk/g dan 2,72 x 106 spk/g, perolehan nilai ini lebih besar
dibandingkan pada jenis tanah kebun maupun tanah rumput karena total
mikroorganisme tanah pada penggunaan jenis tanah sampah juga tinggi yaitu,
dengan rata-rata jumlah sel bakteri 17 x 105 CFU/g tanah dan 14,5 x 106 CFU/g
tanah. Selain itu, karena pada tanah sampah memiliki bahan organik cukup tinggi
dan bakteri lebih banyak hidup di tempat dengan kemasaman sedang dengan bahan
organik yang tinggi. Sedangkan CFU/BKM terendah bakteri terdapat pada
penggunaan jenis tanah rumput yaitu, sebesar 2,34 x 105 CFU/g tanah dan 2,15 x
106 CFU/g tanah, hal ini dikarenakan total mikroorganisme tanah pada penggunaan
jenis tanah rumput sangat rendah, yaitu rata-rata jumlah sel bakteri sebesar 12,5 x
105 CFU dan 11,5 x 106 CFU. Tinggi rendahnya aktivitas mikroorganisme tanah
juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti: bahan organik tanah, reaksi tanah (pH),
kadar air tanah dan cara penggunaan lahan (Wicaksono et al. 2015).
Jika dilihat pada tabel 1 didapatkan bahwa faktor pengenceran (FP)
berpengaruh pada jumlah mikrob tanah yang dihasilkan per harinya. Semakin encer
larutan, maka akan semakin sedikit jumlah koloni mikrob tanah yang tumbuh.
Faktor yang mempengaruhi jumlah mikrob dari ketiga jenis tanah pada umumnya
jumlah bakteri dijumpai dilapisan atas atau vegetasinya. Jumlah yang bisa dijumpai
didalam tanah berkisar antara 3-4 milyar tiap gram tanah kering dan berubah dengan
musim (Sopardi 1983 dalam Mukrin et al. 2019). Jumlah, jenis, dan aktivitas
mikrobia dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain tersedianya
energi dan sumber hara, kondisi fisik, kimia, serta biologi tanah. Sebaliknya
aktivitas mikrobia tanah sangat membantu tersedianya unsur hara yang diperlukan
oleh tanaman. Tanah yang subur mengandung sejumlah mikroorganisme, populasi
yang tinggi ini menggambarkan adanya suplai makanan atau energi yang cukup
ditambah lagi dengan temperatur yang sesuai, ketersediaan air yang cukup, kondisi
ekologi lain yang mendukung perkembangan mikroorganisme pada tanah tersebut.
Jumlah mikroorganisme sangat berguna dalam menentukan tempat organisme
dalam hubungannya dengan sistem perakaran, sisa bahan organik dan kedalaman
profil tanah.
Selain itu tanah yang terlalu masam dapat menghambat perkembangan
miroorganisme dalam tanah. Populasi bakteri tumbuh sangat cepat ketika
disertakan dengan gizi dan kondisi lingkungan yang memungkinkan untuk
berkembang. Melalui pertumbuhan ini, berbagai jenis bakteri kadang-kadang akan
menghasilkan koloni yang khas dalam penampilan. Setiap bakteri memiliki
temperatur optimal dimana mereka dapat tumbuh sangat cepat dan memiliki
rentang temperatur dimana mereka dapat tumbuh. Pembelahan sel sangat sensitif
terhadap efek kerusakan yang disebabkan temperatur; betuk yang besar dan aneh
dapat diamati pada pertumbuhan kultur pada temperatur yang lebih tinggi dari
temperatur yang mendukung tingkat pertumbuhan yang sangat cepat (Wibowo
2012).
Populasi bakteri di daerah perakaran tanaman lebih banyak dibandingkan
dengan populasi di daerah tanah tanpa perakaran tanaman. Hal ini dikarenakan
perkembangan mikroba dipengaruhi oleh aktivitas metabolisme akar tanaman.
Widodo dan Kusuma (2018) menyatakan, kesuburan tanah juga dipengaruhi oleh
ketersediaan hara atau C organik tanah, rendahnya ketersediaan hara mencerminkan
rendahnya kesuburan tanah sehingga keberadaan mikrob tanah sebagai perombak
bahan organik sangat menentukan ketersediaan hara dalam menyuburkan tanah.
Semakin tinggi kandunga bahan organik dalam tanah maka tanah tersebut akan
semakin subur begitu juga sebaliknya. Hal ini sesuai dengan hasil perhitungan
dalam praktikum, yang didapatkan bahwa pada jenis tanah sampah total mikrob
tanah dihasilkan paling tinggi.
4.2 Penetapan Total Fungi Tanah
Pada praktikum penetapan total fungi tanah digunakan media biakan berupa
agar martin. Faktor pengenceran dilakukan pada pengenceran 10-4 dan pengenceran
10-5. Berdasarkan tabel hasil perhitungan, didapatkan nilai penetapan total fungi
tertinggi terdapat pada jenis tanah sampah dengan hasil perhitungan CFU/BKM
sebesar 9,18 x 104 spk/g dan 3,84 x 105 spk/g. Fungi sendiri memiliki peranan yang
sangat penting dalam keberlangsung makhluk hidup. Bila fungi berada pada
medium yang sesuai maka pertumbuhan fungi akan berkembang pesat. Pada
praktikum diketahui bahwa pertumbuhan fungi terbanyak ada pada pengenceran 10-
5
. Hal ini sesuai dengan literatur yang diperoleh bahwa, pada tanah sampah
mengandung bahan organik yang tinggi dan sesuai dengan habitat yang baik untuk
fungi (Almundy 2011).
Tabel 2 jumlah total fungi tanah

Hari ke- Rata-rata


Jenis Tanah FP Ulangan BKM Jumlah sel sel jumlah CFU/BKM
3 5 7 (CFU) sel (CFU) (spk/g)
1 0 0 2 2 x 104
10-4 16,5 x 104 3,09 x 104
2 0 5 31 31 x 104
Tanah Kebun 1 0 7 16 16 x 105
10-5 1,69 x 105
2 0 2 2 2 x 105 9 x 105
1 3 15 26 26 x 104
10-4 3,93 x 104
2 4 11 16 16 x 104 21 x 104
Tanah Rumput 1 5,34 2 8 9 9 x 105
10-5 2,06 x 105
2 2 8 13 13 x 105 11 x 105
1 6 31 46 46 x 104
10-4 9,18 x 104
2 12 31 52 52 x 104 49 x 104
Tanah Sampah
1 4 13 18 18 x 105
10-5 3,84 x 105
2 7 16 23 23 x 105 20,5 x 105

Berdasarkan hasil perhitungan CFU/BKM tanah dalam menetapkan total


fungi tanah, didapatkan jumlah tertinggi yang terdapat pada jenis tanah sampah
dengan faktor pengenceran 10-5, sedangkan pada faktor pengenceran 10-4
menghasilkan total fungi tanah yang relatif sedikit. Pada tabel 2 dapat terlihat
bahwa, perhitungan jumlah total fungi tanah ini dilakukan pada hari ke-3, ke-5
hingga ke-7. Didapatkan jumlah total fungi yang paling banyak terdapat pada
pengenceran 10-5. Hal ini dikarenakan semakin tinggi tingkat pengenceran maka
semakin sedikit jumlah mikroba dan fungi yang tumbuh dalam media (Kadri et et
al. 2015). Sel mikroorganisme dalam suspensi akan tumbuh menjadi koloni setelah
inkubasi dan merupakan dugaan dari jumlah mikroorganisme dalam suspensi
tersebut. Berdasarkan hal tersebut digunakakn istilah Colony Forming Units (CFU)
per gram tanah. Koloni yang tumbuh berasal dari suspensi hasil pengenceran.
Jumlah koloni fungi terbanyak pada tanah sampah dengan faktor pengenceran 10-5
yaitu sebesar 49 x 104 CFU. Hal ini dikarenakan, lingkungan yang berupa sumber
energi dan kelembaban tanah sampah yang sesuai untuk pertumbuhan fungi
(Almundy 2011). Tanah sampah yang memiliki kandungan bahan organik belum
terdekomposisi tinggi beserta sampah anorganik, CFU bakteri, mikrob, serta fungi
pada tanah akan tinggi, hal ini sesuai dengan data hasil praktikum.
Pada tabel 2 terdapat tiga jenis tanah yaitu tanah kebun, tanah rumput, dan
tanah sampah. Terdapat pula FP atau faktor pengenceran yang dilakukan dengan
tujuan agar perkembangan mikroba dan fungi tidak melebihi batas cawan sehingga
lebih mudah dalam melakukan perhitungan. BKM atau bobot kering mutlak adalah
massa tanah setelah dilakukan pengovenan 105°C selama 24 jam dan nilainya
sebesar 5,34 gram. Secara keseluruhan data tersebut, terlihat bahwa tanah sampah
memiliki CFU tertinggi dan tanah kebun terendah pada jumlah total fungi.
Tanah kebun pada total fungi tanah memiliki jumlah sel rata-rata sebanyak
16,5 x 104 pengenceran 10-4 dan sebesar 9 x 105 pada pengenceran 10-5. Tanah ini
menempati urutan ketiga untuk perhitungan total jumlah fungi tanah. Tanah rumput
pada total fungi memiliki jumlah sel rata-rata 21 x 104 CFU pada pengenceran 10-4
dan 11 x 105 CFU pada pengenceran 10-5. Tanah ini menempati urutan ketiga pada
jumlah fungi. Hal ini karena pada tanah rumput memiliki aktivitas cacing tanah
yang lebih rendah dibandingkan jenis tanah kebun. Keberadaan cacing tanah sangat
penting dalam memberikan aerasi serta bahan organik maupun hara yang berasal
dari tubuhnya untuk keberadaan mikroorganisme tanah baik fungi maupun mikrob
(Fadilah et al. 2017). Maka, makin berkurang jumlah cacing tanah, jumlah mikrob
dan fungi pun menurun.
Tanah sampah pada total fungi tanah menempati urutan tertinggi. CFU rata-
rata mikrob adalah 49 x 104 pada pengenceran 10-4 dan 20,5 x105 pada pengenceran
10-5. Ada banyak jenis fungi dan bakteri yang dapat ditemukan dalam tumpukan
sampah (Almundy 2011). Bentuk koloni pada fungi berbentuk hifa berwarna putih.
Suatu koloni pada bakteri dan fungi tidak semua sel dapat bertahan hidup. Jumlah
koloni dapat bertambah atau mengalami penurunan yang disebabkan oleh faktor
kondisi lingkungan yang tidak mendukung pertumbuhan dan metabolisme. Selain
itu, diduga pada masing-masing lokasi pada jenis tanah mempunyai perbedaan
keadaan iklim, vegetasi yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme tanah.
Selain itu, pH tanah sangat mempengaruhi perkembangan mikroorganisme di
dalam tanah. Pada pH 5-5,7 bakteri dan fungi pengurai bahan organik dapat
berkembang dengan baik selain itu, tiga sisi dari tanah yang bersifat masam yaitu
unsur hara makro tidak tersedia dalam jumlah cukup tetapi sebaliknya unsur hara
makro yang bersifat racun bagi tanaman justru tersedia dalam jumlah yang banyak
(Arisandi et al. 2017).
V PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa,
tingkat kesuburan tanah ditentukan oleh biomassa atau mikroorganisme tanah. Cara
penggunaan lahan yang bervariasi akan mempengaruhi aktivitas dan populasi
mikroorganisme tanah. Keberadaan fauna tanah yang terdapat pada suatu lahan atau
jenis tanah disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya ketersediaan bahan
organik. Bahan organik tanah menentukan total mikroorganisme di dalam tanah,
jika semakin tinggi bahan organik di dalam tanah, maka total mikroorganisme tanah
juga semakin tinggi. Populasi mikrob dan fungi tanah yang tinggi akan
menggambarkan ketersediaan suplai makanan yang cukup karena dapat
mendukung perkembangan mikroorganisme pada jenis tanah tertentu. Jumlah total
mikrob tanah tertinggi terdapat pada jenis tanah sampah dan terendah terdapat pada
jenis tanah rumput, sedangkan jumlah fungi tanah tertinggi terdapat pada jenis
tanah sampah dan terendah terdapat pada jenis tanah kebun. Semakin encer
pengenceran maka semakin sedikit koloni yang akan dihasilkan.

5.2 Saran
Saran untuk praktikum ini semoga kita dapat memahami atau mengerti
mengenai pengetahuan mendalam tentang biologi tanah. Sehingga kita
mendapatkan pengetahuan yang luas. Harapan saya dapat terjun langsung untuk
melakukan praktikum ke lapangan, namun jika tidak memungkinkan dapat
melaksanakannya secara offline video tutorial untuk menunjang perkuliahan serta
mewakili informasi yang seharusnya didapatkan saat praktikum langsung ke
lapang. Jika melakukan praktikum secara langsung yaitu dalam melakukan
prosedur praktikum alangkah baiknya untuk mempertimbangkan hal-hal kecil yang
mungkin akan menimbulkan ketidakpastian dan ketidakakuratan dalam proses
perhitungan. Selain itu, dalam proses penuangan media dalam cawan, pemindahan
isi larutan, menutup cawan petri dish, dan proses inkubasi alangkah baiknya
dilakukan secara hati-hati dan steril agar tidak ada zat kontaminan yang nantinya
dapat mengganggu bahkan merusak hasil percobaan dan pengamatan yang
dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Adnyana IGAP. 2013. Kesesuaian lahan kuantitatif untuk tanaman mangga di


Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng (tinjauan geografi pertanian). E
Jurnal Media Komunikasi Geografi (MKG) [diunduh 2021.11.09]; 14(2)
DOI: http://dx.doi.org/10.23887/mkg.v14i2.2198.
Affan AM. 2017. Aktivitas masyarakat sekitar cagar alam Manggis Gadungan,
Desa Manggis, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri (Studi Adaptasi Pasca
Penutupan Hutan). Jurnal Antro [diunduh 2021.11.09]; 6(1): 26-38.
Almundy P. 2011. Isolasi mikroba penghasil antibiotika dari tanah kompos Unsri
Indralaya menggunakan media ekstrak tanah. Jurnal Penelitian Sains
[diunduh 2021.09.07]; 14(3): 27-30.
DOI: https://doi.org/10.26554/jps.v14i3.213.
Anggara P, Sudarno, Wardhana IW. 2013. Pengaruh pengenceran dan pengadukan
terhadap produksi biogas pada limbah industri kecil pengasapan ikan
dengan menggunakan ekstrak rumen sapi sebagai starter. Jurnal Teknik
Lingkungan [diunduh 2021.11.09]; 2(3): 1-8.
Ariyanti M, Suprapti. 2016. Cemaran mikrobiologis biji kakao asal Sulawesi Barat
dan Tenggara dan kaitannya dengan keamanan pangan. Jurnal
Standardisasi [diunduh 2021.13.09]; 18(1): 53-62.
Arisandi A, Tamam B, Yuliandari R. 2017. Jumlah koloni pada media kultur bakteri
yang berasal dari Thallus dan perairan sentra budidaya Kappaphycus
Alvarezii di Sumenep. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan [diunduh
2021.08.09]; 9(1): 57-64. DOI: http://dx.doi.org/10.20473/jipk.v9i1.7633.
Ekamaida. 2017. Menghitung total bakteri pada tanah organik limbah rumah
tangga dan tanah anorganik dengan metode TPC. Jurnal Penelitian
[diunduh 2021.09.09]; 4(2): 87-91.
Fadilah U, Waluyo J, Subehan W. 2017. Efektivitas cacing tanah (Lumbricus
rubellus Hoff.) dalam degregasi karbon organik sampah sayur pasar
Tanjung Jember. Jurnal Berkala Saintek [diunduh 2021.13.09]; 5(1): 1-6.
Fatmariza M, Inayati N, Rohmi Rohmi. 2017. Tingkat kepadatan media nutrient
agar terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aures. Jurnal Analisis
Medika Biosains (JAMBS) [diunduh 2021.12.09]; 4(2): 69-73.
DOI: https://doi.org/10.32807/jambs.v4i2.88.
Hikmayanti M, Utami L. 2019. Analisis kemampuan multiple representasi siswa
kelas XI MAN 1 Pekanbaru pada materi titrasi asam basa. Jurnal Riset
Pendidikan Kimia (JRPK) [diunduh 2021.10.09]; 9(1): 52-57. DOI:
https://doi.org/10.21009/JRPK.091.07.
Ibrahim, Hasan. 2014. Keanekaragaman mesofauna tanah daerah pertanian apel
Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai bioindicator
kesuburan tanah [skripsi]. Malang (ID): Universitas Muhammadiyah
Malang.
Imawan H. 2013. Keanekaragaman makrofauna tanah pada vegetasi pohon Pinus
(Pinus merkusii) di Kesatuan Pemangkuhan Hutan (KPH) wisata alam
Coban Rondo Kecamatan Pujon Kabupaten Malang [skripsi]. Malang (ID):
Universitas Muhammadiyah Malang.
Jiwintarum Y, Agrijanti. Septiana. Most Probable Number (MPN) Coliform dengan
variasi volume media Lactose Broth Single Strength (LBSS) dan Lactose
Broth Double Strength (LBDS). Jurnal Kesehatan Prima [diunduh
2021.12.09]; 11(1): 11-17.
Kadri AN, Gelgel KTP, Suarjana IGK. 2015. Perbedaan cara penyebaran suspense
terhadap jumlah bakteri pada media Eosin Methylene Blue Agar. Jurnal
Indonesia Medicus Veterenus [diunduh 2021.11.10]; 4(3): 205-212.
Mukrin, Yusran, Toknok B. 2019. Populasi fungsi dan bakteri tanah pada lahan
agroforestri dan kebun campuran di Ngata Katuvua Dongi-Dongi
Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah. Jurnal Forest Sains
[diunduh 2021.09.08]; 16(2): 77-84.
Munandar, Kukuh. 2016. Pengenalan Laboratorium IPA-Biologi Sekolah cetakan
ke-1. Bandung (ID): Refika Aditama.
Nurrohman E, Rahardjanto A, Wahyuni S. 2015. Keanekaragaman makrofauna
tanah di Kawasan perkebunan coklat (Theobroma cacao L.) sebagai
bioindikator kesuburan tanah dan sumber belajar biologi. Jurnal Pendidikan
Biologi Indonesia [diunduh 2021.11.09]; 1(2): 197-208. DOI:
https://doi.org/10.22219/jpbi.v1i2.3331.
Rahayu LA. 2015. Identifikasi dan deskripsi fungi penyebab penyakit pada tanaman
kacang panjang (Vigna sinensis L.) [skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah.
Sabdaningsih A, Budiharjo A, Kusdiyantini E. 2013. Isolasi dan karakterisasi
morfologi koloni bakteri asosiasi alga merah (Rhodophyta) dari perairan
Kutuh Bali. Jurnal Biologi [diunduh 2021.10.09]; 2(2): 11-17.
Subowo G. 2014. Pemberdayaan organisme tanah untuk pertanian ramah
lingkungan. Bogor (ID): IAARD Press.
Suin MN. 2012. Ekologi Hewan Tanah. Bandung (ID): Bumi Aksara.
Supardi, Goeswono. 1983. Sifat dan ciri tanah. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Susilawati, Mustoyo, Budhisurya E, Anggoro RCW, Simanjuntak BH. 2013.
Analisis kesuburan tanah dengan indicator mikroorganisme tanah pada
berbagai sistem penggunaan lahan di Plateu Dieng. Jurnal Ilmu
Pengetahuan : Agric [diunduh 2021.09.09]; 25(1): 64-72.
Wicaksono T, Gagiman S, Umran I. 2015. Kajian aktivitas mikroorganisme tanah
pada beberapa cara penggunaan lahan di desa Pal IX Kecamatan Sungai
Kakap Kabupaten Kubu Raya. Pontianak (ID): Universitas Tanjungpura.
Widodo KH, Kusuma Z. 2018. Pengaruh kompos terhadap sifat fisik tanah dan
pertumbuhan tanaman jagung di inceptisol. Jurnal Tanah dan Sumberdaya
Lahan [diunduh 2021.11.09]; 5(2): 959-967.
Yunita M, Hendrawan Y, Yulianingsih R. 2015. Analisis kuantitatif mikrobiologi
pada makanan penerbangan (Aerofood ACS) Garuda Indonesia berdasarkan
TPC (Total Plate Count) dengan metode pour plate. Jurnal Keteknikan
Pertanian Tropis dan Biosistem [diunduh 2021.10.09]; 3(3): 237-248.
LAMPIRAN

Tabel 4. jumlah total mikrob tanah


Hari ke- Rata-rata sel
Jenis Tanah FP Ulangan BKM Jumlah sel jumlah sel CFU/BKM
3 5 7 (CFU) (CFU) (spk/g)
1 11 23 30 30 x 105
10-5 36,5 x 105 6,84 x 105
Tanah 2 18 32 43 43 x 105
Kebun 1 1 3 20 20 x 106
10-6 2,25 x 106
2 3 4 4 4 x 106 12 x 106
1 2 6 13 13 x 105
10-5 2,34 x 105
Tanah 2 1 6 12 12 x 105 12,5 x 105
Rumput 5,34
1 2 8 10 10 x 106
10-6 2,15 x 106
2 5 13 13 13 x 106 11,5 x 106
1 1 7 15 15 x 105
10-5 3,18 x 105
Tanah 2 8 12 19 19 x 105 17 x 105
Sampah 1 7 15 20 20 x 106
10-6 2,72 x 106
2 2 5 9 9 x 106 14,5 x 106

Perhitungan total mikrob tanah pada jenis tanah kebun


Diketahui :
FP = 10-5 FP = 10-6
BKM = 5,34 BKM = 5,34
Jumlah sel ulangan 1 hari ke-7 = 30 Jumlah sel ulangan 1 hari ke-7 = 20
Jumlah sel ulangan 2 hari ke-7 = 43 Jumlah sel ulangan 2 hari ke-7 = 4
Ditanya :
a. Jumlah sel (CFU)
b. Rata-rata sel jumlah sel (CFU)
c. CFU/BKM
Jawab :
a. Jumlah sel (CFU) ulangan 1 Jumlah sel (CFU) ulangan 2
1 1
∑ 𝑠𝑒𝑙 (CFU) = Koloni 𝑥 ∑ 𝑠𝑒𝑙 (CFU) = Koloni 𝑥
𝐹𝑃 𝐹𝑃

1 1
= 30 𝑥 10−5 = 43 𝑥 10−6

= 30 𝑥 105 CFU = 43 𝑥 106 CFU

Jumlah sel (CFU) ulangan 1 Jumlah sel (CFU) ulangan 2


1 1
∑ 𝑠𝑒𝑙 (CFU) = Koloni 𝑥 ∑ 𝑠𝑒𝑙 (CFU) = Koloni 𝑥
𝐹𝑃 𝐹𝑃
1 1
= 20 𝑥 10−6 = 4 𝑥 10−6

= 20 𝑥 106 CFU = 4 𝑥 106 CFU


b. Rata-rata sel jumlah sel (CFU) Rata-rata sel jumlah sel (CFU)
𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 2 1 𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 2 1
𝑥̅ = 𝑥 𝐹𝑃 𝑥̅ = 𝑥 𝐹𝑃
2 2
30+43 1 20+4 1
𝑥̅ = 𝑥 10−5 𝑥̅ = 𝑥 10−6
2 2
73 1 24 1
𝑥̅ = 𝑥 10−5 𝑥̅ = 𝑥 10−6
2 2

𝑥̅ = 36,5 𝑥 105 CFU 𝑥̅ = 12 𝑥 106 CFU

c. CFU/BKM CFU/BKM
𝐶𝐹𝑈 𝐶𝐹𝑈
CFU/BKM = 𝐵𝐾𝑀 CFU/BKM = 𝐵𝐾𝑀
36,5 𝑥 105 12 𝑥 106
= =
5,34 5,34
5
= 6,84 x 10 spk/g = 2,25 x 106 spk/g

Perhitungan total mikrob tanah pada jenis tanah rumput


Diketahui :
FP = 10-5 FP = 10-6
BKM = 5,34 BKM = 5,34
Jumlah sel ulangan 1 hari ke-7 = 13 Jumlah sel ulangan 1 hari ke-7 = 10
Jumlah sel ulangan 2 hari ke-7 = 12 Jumlah sel ulangan 2 hari ke-7 = 13
Ditanya :
a. Jumlah sel (CFU)
b. Rata-rata sel jumlah sel (CFU)
c. CFU/BKM
Jawab :
a. Jumlah sel (CFU) ulangan 1 Jumlah sel (CFU) ulangan 2
1 1
∑ 𝑠𝑒𝑙 (CFU) = Koloni 𝑥 ∑ 𝑠𝑒𝑙 (CFU) = Koloni 𝑥
𝐹𝑃 𝐹𝑃

1 1
= 13 𝑥 10−5 = 12 𝑥
10−5

= 13 𝑥 105 CFU = 12 𝑥 105 CFU

Jumlah sel (CFU) ulangan 1 Jumlah sel (CFU) ulangan 2


1 1
∑ 𝑠𝑒𝑙 (CFU) = Koloni 𝑥 ∑ 𝑠𝑒𝑙 (CFU) = Koloni 𝑥
𝐹𝑃 𝐹𝑃
1 1
= 10 𝑥 10−6 = 13 𝑥 10−6

= 10 𝑥 106 CFU = 13 𝑥 106 CFU


b. Rata-rata sel jumlah sel (CFU) Rata-rata sel jumlah sel (CFU)
𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 2 1 𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 2 1
𝑥̅ = 𝑥 𝐹𝑃 𝑥̅ = 𝑥 𝐹𝑃
2 2
13+12 1 10+13 1
𝑥̅ = 𝑥 10−5 𝑥̅ = 𝑥 10−6
2 2
25 1 23 1
𝑥̅ = 𝑥 10−5 𝑥̅ = 𝑥 10−6
2 2

𝑥̅ = 12,5 𝑥 105 CFU 𝑥̅ = 11,5 𝑥 106 CFU

c. CFU/BKM CFU/BKM
𝐶𝐹𝑈 𝐶𝐹𝑈
CFU/BKM = 𝐵𝐾𝑀 CFU/BKM = 𝐵𝐾𝑀
12,5 𝑥 105 11,5 𝑥 106
= =
5,34 5,34
5
= 2,34 x 10 spk/g = 2,15 x 106 spk/g

Perhitungan total mikrob tanah pada jenis tanah sampah


Diketahui :
FP = 10-5 FP = 10-6
BKM = 5,34 BKM = 5,34
Jumlah sel ulangan 1 hari ke-7 = 15 Jumlah sel ulangan 1 hari ke-7 = 20
Jumlah sel ulangan 2 hari ke-7 = 19 Jumlah sel ulangan 2 hari ke-7 = 9
Ditanya :
a. Jumlah sel (CFU)
b. Rata-rata sel jumlah sel (CFU)
c. CFU/BKM
Jawab :
a. Jumlah sel (CFU) ulangan 1 Jumlah sel (CFU) ulangan 2
1 1
∑ 𝑠𝑒𝑙 (CFU) = Koloni 𝑥 ∑ 𝑠𝑒𝑙 (CFU) = Koloni 𝑥
𝐹𝑃 𝐹𝑃

1 1
= 15 𝑥 = 19 𝑥
10−5 10−5

= 15 𝑥 105 CFU = 19 𝑥 105 CFU

Jumlah sel (CFU) ulangan 1 Jumlah sel (CFU) ulangan 2


1 1
∑ 𝑠𝑒𝑙 (CFU) = Koloni 𝑥 ∑ 𝑠𝑒𝑙 (CFU) = Koloni 𝑥
𝐹𝑃 𝐹𝑃
1 1
= 20 𝑥 10−6 = 9 𝑥 10−6

= 20 𝑥 106 CFU = 9 𝑥 106 CFU


b. Rata-rata sel jumlah sel (CFU) Rata-rata sel jumlah sel (CFU)
𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 2 1 𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 2 1
𝑥̅ = 𝑥 𝐹𝑃 𝑥̅ = 𝑥 𝐹𝑃
2 2
15+19 1 20+9 1
𝑥̅ = 𝑥 10−5 𝑥̅ = 𝑥 10−6
2 2
34 1 29 1
𝑥̅ = 𝑥 10−5 𝑥̅ = 𝑥 10−6
2 2

𝑥̅ = 17 𝑥 10 CFU 5 𝑥̅ = 14,5 𝑥 106 CFU

c. CFU/BKM CFU/BKM
𝐶𝐹𝑈 𝐶𝐹𝑈
CFU/BKM = 𝐵𝐾𝑀 CFU/BKM = 𝐵𝐾𝑀
17 𝑥 105 14,5 𝑥 106
= =
5,34 5,34
= 3,18 x 105 spk/g = 2,72 x 106 spk/g

Tabel 5. jumlah total fungi tanah


Hari ke- Rata-rata
Jenis Tanah FP Ulangan BKM Jumlah sel sel jumlah CFU/BKM
3 5 7 (CFU) sel (CFU) (spk/g)
1 0 0 2 2 x 104
10-4 16,5 x 104 3,09 x 104
2 0 5 31 31 x 104
Tanah Kebun 1 0 7 16 16 x 105
10-5 1,69 x 105
2 0 2 2 2 x 105 9 x 105
1 3 15 26 26 x 104
10-4 3,93 x 104
2 4 11 16 16 x 104 21 x 104
Tanah Rumput 1 5,34 2 8 9 9 x 105
10-5 2,06 x 105
2 2 8 13 13 x 105 11 x 105
1 6 31 46 46 x 104
10-4 9,18 x 104
2 12 31 52 52 x 104 49 x 104
Tanah Sampah
1 4 13 18 18 x 105
10-5 3,84 x 105
2 7 16 23 23 x 105 20,5 x 105

Perhitungan total fungi tanah pada jenis tanah kebun


Diketahui :
FP = 10-4 FP = 10-5
BKM = 5,34 BKM = 5,34
Jumlah sel ulangan 1 hari ke-7 = 2 Jumlah sel ulangan 1 hari ke-7 = 16
Jumlah sel ulangan 2 hari ke-7 = 31 Jumlah sel ulangan 2 hari ke-7 = 2
Ditanya :
d. Jumlah sel (CFU)
e. Rata-rata sel jumlah sel (CFU)
f. CFU/BKM
Jawab :
d. Jumlah sel (CFU) ulangan 1 Jumlah sel (CFU) ulangan 2
1 1
∑ 𝑠𝑒𝑙 (CFU) = Koloni 𝑥 ∑ 𝑠𝑒𝑙 (CFU) = Koloni 𝑥
𝐹𝑃 𝐹𝑃

1 1
= 2 𝑥 10−4 = 31 𝑥 10−4

= 2 𝑥 104 CFU = 31 𝑥 104 CFU

Jumlah sel (CFU) ulangan 1 Jumlah sel (CFU) ulangan 2


1 1
∑ 𝑠𝑒𝑙 (CFU) = Koloni 𝑥 ∑ 𝑠𝑒𝑙 (CFU) = Koloni 𝑥
𝐹𝑃 𝐹𝑃
1 1
= 16 𝑥 10−5 = 2 𝑥 10−5

= 16 𝑥 105 CFU = 2 𝑥 105 CFU

e. Rata-rata sel jumlah sel (CFU) Rata-rata sel jumlah sel (CFU)
𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 2 1 𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 2 1
𝑥̅ = 𝑥 𝐹𝑃 𝑥̅ = 𝑥 𝐹𝑃
2 2
2+31 1 16+2 1
𝑥̅ = 𝑥 10−4 𝑥̅ = 𝑥 10−5
2 2
33 1 18 1
𝑥̅ = 𝑥 10−4 𝑥̅ = 𝑥 10−5
2 2

𝑥̅ = 16,5 𝑥 104 CFU 𝑥̅ = 9 𝑥 105 CFU

f. CFU/BKM CFU/BKM
𝐶𝐹𝑈 𝐶𝐹𝑈
CFU/BKM = 𝐵𝐾𝑀 CFU/BKM = 𝐵𝐾𝑀
16,5 𝑥 104 9 𝑥 105
= =
5,34 5,34
= 3,09 x 104 spk/g = 1,69 x 105 spk/g

Perhitungan total fungi tanah pada jenis tanah rumput


Diketahui :
FP = 10-4 FP = 10-5
BKM = 5,34 BKM = 5,34
Jumlah sel ulangan 1 hari ke-7 = 26 Jumlah sel ulangan 1 hari ke-7 = 9
Jumlah sel ulangan 2 hari ke-7 = 16 Jumlah sel ulangan 2 hari ke-7 = 13
Ditanya :
a. Jumlah sel (CFU)
b. Rata-rata sel jumlah sel (CFU)
c. CFU/BKM
Jawab :
a. Jumlah sel (CFU) ulangan 1 Jumlah sel (CFU) ulangan 2
1 1
∑ 𝑠𝑒𝑙 (CFU) = Koloni 𝑥 ∑ 𝑠𝑒𝑙 (CFU) = Koloni 𝑥
𝐹𝑃 𝐹𝑃

1 1
= 26 𝑥 10−4 = 16 𝑥 10−4

= 26 𝑥 104 CFU = 16 𝑥 104 CFU

Jumlah sel (CFU) ulangan 1 Jumlah sel (CFU) ulangan 2


1 1
∑ 𝑠𝑒𝑙 (CFU) = Koloni 𝑥 ∑ 𝑠𝑒𝑙 (CFU) = Koloni 𝑥
𝐹𝑃 𝐹𝑃
1 1
= 9 𝑥 10−5 = 13 𝑥 10−5

= 9 𝑥 105 CFU = 13 𝑥 105 CFU

b. Rata-rata sel jumlah sel (CFU) Rata-rata sel jumlah sel (CFU)
𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 2 1 𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 2 1
𝑥̅ = 𝑥 𝐹𝑃 𝑥̅ = 𝑥 𝐹𝑃
2 2
26+16 1 9+13 1
𝑥̅ = 𝑥 10−4 𝑥̅ = 𝑥 10−5
2 2
42 1 22 1
𝑥̅ = 𝑥 10−4 𝑥̅ = 𝑥 10−5
2 2

𝑥̅ = 21 𝑥 104 CFU 𝑥̅ = 11 𝑥 105 CFU

c. CFU/BKM CFU/BKM
𝐶𝐹𝑈 𝐶𝐹𝑈
CFU/BKM = 𝐵𝐾𝑀 CFU/BKM = 𝐵𝐾𝑀
21 𝑥 104 11 𝑥 105
= =
5,34 5,34
4
= 3,93 x 10 spk/g = 2,06 x 105 spk/g

Perhitungan total fungi tanah pada jenis tanah sampah


Diketahui :
FP = 10-4 FP = 10-5
BKM = 5,34 BKM = 5,34
Jumlah sel ulangan 1 hari ke-7 = 46 Jumlah sel ulangan 1 hari ke-7 = 18
Jumlah sel ulangan 2 hari ke-7 = 52 Jumlah sel ulangan 2 hari ke-7 = 23
Ditanya :
a. Jumlah sel (CFU)
b. Rata-rata sel jumlah sel (CFU)
c. CFU/BKM
Jawab :
a. Jumlah sel (CFU) ulangan 1 Jumlah sel (CFU) ulangan 2
1 1
∑ 𝑠𝑒𝑙 (CFU) = Koloni 𝑥 ∑ 𝑠𝑒𝑙 (CFU) = Koloni 𝑥
𝐹𝑃 𝐹𝑃
1 1
= 46 𝑥 10−4 = 52 𝑥 10−4

= 46 𝑥 104 CFU = 52 𝑥 104 CFU

Jumlah sel (CFU) ulangan 1 Jumlah sel (CFU) ulangan 2


1 1
∑ 𝑠𝑒𝑙 (CFU) = Koloni 𝑥 ∑ 𝑠𝑒𝑙 (CFU) = Koloni 𝑥
𝐹𝑃 𝐹𝑃
1 1
= 18 𝑥 10−5 = 23 𝑥 10−5

= 18 𝑥 105 CFU = 23 𝑥 105 CFU

b. Rata-rata sel jumlah sel (CFU) Rata-rata sel jumlah sel (CFU)
𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 2 1 𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1+𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 2 1
𝑥̅ = 𝑥 𝐹𝑃 𝑥̅ = 𝑥 𝐹𝑃
2 2
46+52 1 18+23 1
𝑥̅ = 𝑥 10−4 𝑥̅ = 𝑥 10−5
2 2
98 1 41 1
𝑥̅ = 𝑥 𝑥̅ = 𝑥 10−5
2 10−4 2

𝑥̅ = 49 𝑥 104 CFU 𝑥̅ = 20,5 𝑥 105 CFU

c. CFU/BKM CFU/BKM
𝐶𝐹𝑈 𝐶𝐹𝑈
CFU/BKM = 𝐵𝐾𝑀 CFU/BKM = 𝐵𝐾𝑀
49 𝑥 104 20 𝑥 105
= =
5,34 5,34
4
= 9,18 x 10 spk/g = 3,84 x 105 spk/g

Anda mungkin juga menyukai