RESUME VIDEO
Pulau Rupat merupakan salah satu pulau terluar yang terdapat di Kabupaten
Bengkalis Provinsi Riau yang berbatasan langsung dengan Negara Malaysia. Secara
administratif, Pulau Rupat berbatasan di sebelah utara dengan Selat Malaka, sebelah
selatan berbatasan dengan Kota Dumai, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten
Rokan Hilir dan Kota Dumai serta sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan
Bengkalis. Pulau Rupat berada di sebelah timur Pulau Sumatera dengan luasnya
mencapai sekitar 1.500 km2. Pulau Rupat terdiri dari 2 kecamatan yaitu Kecamatan
Rupat dan Kecamatan Rupat Utara. Kecamatan Rupat meliputi 10 desa/kelurahan dan
Kecamatan Rupat Utara meliputi 5 desa/kelurahan. Kabupaten Bengkalis mempunyai
letak yang sangat strategis, karena dilalui oleh jalur perkapalan internasional menuju
ke Selat Malaka. Bengkalis juga termasuk dalam salah satu program Indonesia
Malaysia Singapore Growth Triangle (IMS-GT) dan Indonesia Malaysia Thailand
Growth Triangle (IMT-GT).
Secara kajian, kawasan Pulau Rupat dibagi menjadi dua kawasan utama yaitu
kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kecamatan Rupat Selatan sebagian besar
direncanakan untuk menjadi kawasan lindung (forest protected area), sedangkan
Kecamatan Rupat Utara dialokasikan untuk kawasan pengembangan pariwisata,
karena sumberdaya alam yang dimiliki dan kedekatan dengan negara-negara
tetangga. Objek wisata andalan di Pulau ini yaitu pantai, selain menawarkan
keindahan yang sangat menakjubkan, pantai ini juga tidak kalah indah dari pantai-
pantai yang ada di Indonesia pada umumnya. Visi eksplorasi pulau ini adalah menjadi
pusat produksi perkebunan dan perikanan yang terpadu dengan pengembangan
wisata, menjadi pusat dan penghubung jaringan jalur ekonomi Dumai-Rupat-
Bengkalis dan jalur Dumai- Rupat-Malaka, menjadi salah satu mata rantai uatama
dalur “Kerabat Melayu” Padang-Pekan Baru- Dumai-Rupat-Malaka disilang jalur
pelayaran Selat Malaka.
Tujuan dari ekspedisi di Pulau Rupat adalah untuk mempelajari dan mencari
kemungkinan sumber daya alam dan keanekaragaman hayati yang terdapat pada
pulau tersebut. Pulau Rupat berlokasi di Selat Malaka dan merupakan pantai
kebangaan dari 3 daerah di Pulau Rupat, yaitu Tanjung Medang, Tanjung Rhu,dan
Tanjung Punak. Tempat ini dapat dicapai dengan boat kecil yang dikenal dengan
nama ‘pompong’ dari Dumai. Perjalanan akan memakan waktu selama 15 menit
dengan boat dan 45 menit dengan kendaraan beroda dua. Jalur yang dilalui oleh boat
nasional dan pengunjung internasional karena keindahan pantai Rupat dan
pemandangan laut yang nyaman. Di pulau Rupat juga dapat ditemukan komunitas
suku terbelakang yang disebut dengan suku Akit yang melakukan berbagai atraksi
untuk menghibur pengunjung.
Total jumlah penduduk Pulau Rupat ± sebanyak 42.077 jiwa. Jumlah
penduduk pria dan wanita yang relatif seimbang di seluruh Pulau Rupat. Wilayah
KTM Pulau Rupat berbentuk dataran rendah dengan ketinggian maksimum sebesar
25 meter di atas permukaan laut. Pulau Rupat memiliki topografi yang datar dengan
kelas kemiringan lereng yang dominan adalah kelas 0-3%. Kondisi iklim di pulau ini
dipengaruhi oleh angin muson dengan sumberdaya fisik dari pulau ini yaitu marginal.
Pulau ini sangatlah menjaga kelestariannya yang dibuktikan dengan keragaman dari
ekosistem yang masih terjaga. Pulau Rupat mempunyai beberapa tipologi ekosistem,
di antaranya semak belukar, habitat hutan mangrove, dan habitat hutan sekunder.
Ekosistem semak belukar dan habitat hutan sekunder hampir dapat dijumpai di
seluruh wilayah pulau, sedangkan habitat hutan mangrove dijumpai di sepanjang
pesisir pulau. Ekosistem ini memiliki keterkaitan yang erat dengan vegetasi yang
tumbuh dan satwa yang dapat hidup di habitat tersebut. Sehingga pulau ini sangat
berpotensi dalam berbagai bidang, kekayaan, dan letaknya yang sangat strategis
sehingga diperlukan rancangan wilayah.
Pada umumnya, struktur komunitas masyarakat di Pulau Rupat masih
mempertimbangkan status sosial. Adat istiadat yang dianut penduduk setempat pada
umumnya adalah budaya Melayu dengan mata pencaharian sebagian besar penduduk
(70%) bekerja di bidang perikanan laut baik sebagai nelayan maupun buruh nelayan.
Selain itu, beberapa penduduk bermata pencaharian sebagai petani (kebun karet),
buruh tani, wirausaha dan sebagainya. Secara umum, perekonomian Pulau Rupat
mengalami defisit dalam hubungan perdagangan dengan luar daerah. Kebutuhan
rumah tangga, barang-barang hasil olahan pabrik dan produksi industri sepenuhnya
datang dari luar seperti Bengkalis atau Dumai maupun Malaka.
Di Pulau Rupat terdapat sarana pendidikan sampai jenjang SLTA. Jenjang
pendidikan Sekolah Dasar (SD) dikelola, baik oleh pemerintah maupun swasta.
Sementara itu, jenjang pendidikan yang lebih tinggi hanya disediakan oleh
pemerintah. Keadaan ini menggambarkan rendahnya tingkat partisipasi penduduk di
kedua kecamatan yang ada di Pulau Rupat akan pendidikan. Jenis sarana ibadah yang
terdapat di Pulau Rupat cukup beragam, yang menggambarkan keragaman agama
yang dianut oleh penduduk. Pada umumnya sumber air bersih yang digunakan oleh
masyarakat di Pulau Rupat adalah air hujan dan air tanah. Infrastruktur penampungan
air hujan biasanya dimiliki langsung oleh penduduk, sedangkan sarana yang
disediakan oleh pemerintah baru beberapa unit dan belum dapat memenuhi semua
kebutuhan masyarakat Pulau Rupat.
Master plan dalam upaya pembangunan kota terpadu mandiri disusun dengan
berkolaborasi oleh lembaga penelitian dan pemberdayaan masyarakat. Penyusunan ini
dilakukan oleh tim yang bekerja dilapang, Focus Group Disccussion (FGD),
presentasi dan kegiatan lainnya dengan stakeholder yang terkait dengan penggunaan
Pulau Rupat. Pada tahap pertama dilakukan peninjauan dari berbagai aspek
sumberdaya dan selanjutnya dilakukan analisis perencanaan dan pengembangan
wilayah. Rancangan wilayah dilakukan untuk menunjang pengembangan dan
pembangunan pulau yang akan dilaksanakan selama 3 periode. Ketiga periode ini
akan dilaksanakan dalam jangka waktu selama 5 tahun. Periode pertama
memfokuskan rencana konsolidasi dan investasi. Pada periode kedua, akan
dilaksanakan pembentukkan keseimbangan pusat-pusat produksi serta pada periode
ketiga, yaitu 5 tahun berikutnya merupakan tahapan didapatkannya keseimbangan
yang mencapai keefektifan dan keefisienan.
Rancangan wilayah yang direncanakan merupakan pengembangan pariwisata
yang dikembangkan pada daerah utara, pengembangan pertanian dan perikanan di
timur dan pengembangan transportasi pada daerah selatan. Namun lain halnya dengan
daerah tengah yang tetap dibiarkan sebagai cara untuk mempertahankan
keseimbangan ekosistem yaitu lahan gambut. Pembangunan KTM Pulau Rupat
merupakan program pembangunan multi sektor yang harus didukung oleh sektor-
sektor terkait lainnya, seperti masyarakat dan investor. Pembangunan KTM Pulau
Rupat harus terintegrasi dengan pembangunan daerah secara keseluruhan.
Pelaksanaannya perlu dilakukan pembagian peran antar sektor dan antar pemangku
kepentingan (stakeholder).