OLEH:
2106113863
AGROTEKNOLOGI-A
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
PEKANBARU
2023
BAB I
PENDAHULUAN
perbaikan teknologi tanaman padi, maka produksi per-satuan luas tidak akan
meningkat, maka petani akan beralih ke komoditi lain atau usaha lain sehingga luas
fisik secara besar-besaran sehingga lahan produktif untuk tanaman pangan semakin
konsisten, karena laju pertambahan penduduk lebih cepat dari peningkatan hasil
tergantung pada negara lain. Untuk mengatasi ketergantungan pangan dari negara
lain, pemerintah harus meningkatkan produksi padi nasional, salah satunya adalah
dengan cara meningkatkan hasil per-satuan luas tanaman padi sawah (intensifikasi).
Hal ini sejalan dengan program pemerintahan saat ini yaitu program
nasional adalah masih rendahnya hasil per-satuan luas tanaman padi di Indonesia.
Saat ini rata-rata hasil padi di Indonesia hanya sekitar 5,341 t ha-1 tahun 2015 (BPS,
2016) dan keadaan ini diperburuk lagi dengan luas panen yang cenderung menurun
tanaman pangan.
luas lahan sawah Indonesia pada tahun 1993 - 2000 (7 tahun) seluas 710.000 ha
atau setiap 2 tahunnya lahan sawah Indonesia menyusut 101,428 ha. Selanjutnya
menurut Biro Pusat Statistik (2016), terjadi kenaikan lahan sawah Indonesia seluas
238.264 ha selama 12 tahun (2003 – 2014) atau terjadi perluasan lahan sawah
kurang lebih 19.855 ha setiap tahun. Kenaikan tersebut tidak sebanding dengan
yakni dengan kondisi tanah anaerob (tanah tergenang) antara lain adalah: 1)
tersedotnya energi untuk sintesis etilen dan untuk perkembangan jaringan arenkim
yang menyuplai udara ke akar dalam tanah; 2) perkembangan akar padi tidak
optimal.
genetik tanaman dapat diekspresikan secara optimal. Budidaya SRI telah mulai
optimal.
The System of Rice Intensification (SRI) yang mulai dikembangkan di
Madagaskar pada awal 1980 oleh Father Henri de Laulanié pada dasarnya adalah
hasilnya. Metode SRI memfokuskan pada empat komponen utama yakni; 1) umur
pindah bibit muda, 2) penanaman 1 bibit per lubang, 3) jarak tanam longgar, dan 4)
padi sawah hingga 15 t ha-1 , di China 10-16 t ha-1 dan di Philippina rata-rata 7,2 t
ha-1 (Uphoff, 2003). Di Indonesia budidaya SRI telah memperlihatkan hasil yang
cukup tinggi, seperti di beberapa Kabupaten di Propinsi Jawa Barat, hasil padi SRI
Parungponteng) 12,48 t ha-1 GKP, Kabupaten Ciamis (Kec. Banjarsari) 13,76 t ha-
1 GKP, dan Kabupaten Garut 3 (Kec. Bayongbong) 12,00 t ha-1 GKP (Sutaryat,
2008). Hal yang sama terjadi juga di Sumatera Barat di mana hasil padi sawah
dengan SRI di Padang dan Padang Ganting tahun 2004 adalah masing-masing 8,5 t
Dari kelima faktor yang diterapkan dalam budidaya padi SRI ada tiga faktor
utama yang belum jelas dan tegas dalam penerapannya di lapangan, yaitu 1)
Kondisi tanah yang tidak tergenang seperti apa tepatnya. 2) Jarak tanam dengan
jumlah populasi yang tepat seperti apa sehingga hasil tanaman optimal. 3)
Frekuensi pengendalian gulma akan berbeda-beda pada kondisi yang berbeda, hal
ini berhubungan dengan jumlah pupulasi per-satuan luas, akan terjadinya dinamika
populasi gulma.
Berhubungan dengan budidaya padi SRI, pemberian bahan organik
merupakan salah satu faktor penting agar tanah mampu meningkatkan daya
menahan air sehingga air tidak mudah hilang dan dapat dimanfaatkan oleh tanaman.
Pemberian bahan organik pada tanah dapat membantu memperbaiki agregat tanah
air, dan bahan organik dapat membentuk gabungan dengan unsur hara mikro yang
mencegah hilangnya unsur tersebut akibat pencucian. Metode SRI mengandung dua
Ditinjau dari segi lingkungan, metode SRI merupakan budidaya padi sawah
dengan penggunaan air yang sangat efisien. Budidaya padi sawah dengan tanah
konvensional. Hal ini juga berhubungan antara sumber air terbatas dalam program
dan volume air yang sama akan menghasilkan luas persawahan lebih besar
menghasilkan areal 4 persawahan lebih luas dan hasil per-satuan luas lebih tinggi,
tanaman itu tumbuh, begitu juga pada budidaya padi SRI yang telah ditetapkan
kepadatan populasi budidaya padi sawah dengan metode SRI masih belum selesai.
menurut peneliti dari IRRI menyatakan banyak kelemahan yang ada dalam SRI,
menjadi hasil gabah padi menjadi berkurang. Jarak tanam atau kepadatan populasi
populasi tanaman padi sawah maka frekuensi pengendalian gulma semakin tinggi,
Oleh sebab itu, setiap melakukan kajian tentang berbagai kepadatan populasi
untuk sistem SRI yang direkomendasikan dilakukan sebanyak empat kali, hal ini
akan dapat meningkatkan hasil padi sekitar 2 t.ha-1 dibanding penyiangan lainnya.
Penyiangan pada budidaya SRI dilakukan dengan berbagai variasi, hal ini
tergantung dengan kondisi tanah dan iklim setempat. Berdasarkan uraian di atas,
penelitian diarahkan pada upaya peningkatan hasil tanaman padi dengan SRI
lingkungan tumbuh didekati dengan teknologi budidaya tanaman padi sawah seperti
tanaman padi juga dapat menjadi salah satu komoditas andalan penyumbang devisa
negara dari sektor non migas. Padi (Oryza sativa) merupakan salah satu tanaman
teknologi yang dapat diterapkan seperti sistem tanam konvensional, organik, mina
padi, jajar legowo, surjan, dan lainnya. Sistem pertanian yang kerap kali diterapkan
organik. Tanaman padi (Oryza sativa L.) adalah salah satu makanan pokok yang
kebutuhan msayrakat.
ketahanan pangan nasional ialah konversi lahan pertanian dan pemanfaatan sumber
daya air dan lahan dalam aktivitas non pertanian dapat menurunkan produksi
pertanian yang semakin sempit. Dalam kondisi ini sektor pertanain menghadapi
tepat. Pelaksanaan umur bibit dan sistem tanam serta penggunaan varietas unggul
padi yang tepat dan efektif dapat memberikan pertumbuhan tanaman yang efisien
dalam waktu yang cepat serta peningkatan produktivitas yang maksimal. aktivitas
petani padi yang memegan peranan penting dalam memelihara tanaman agar
perkembangan tanaman padi dapat tumbuh dengan baik serta petani bekerja dalam
teknologi dan perbaikan sistem yang sinergis antara setiap komponen teknologi
PTT yang dilaksanakan dengan cara spesifik lokasi dan partisipatif oleh petani.
disarankan untuk diterapkan di semua lokasi atau wilayah. Kabupaten Luwu adalah
secara umum mempunyai karakteristik bentang Alam yang terdiri atas pantai, pesisi
dan pegunungan yang berbentuk bukit maupun terjal. Hal ini membuat masyrakat
di Kabupaten Luwu mayoritas bergerak pada sektor pertanian salah satunya sektor
tanaman padi.
1.2 Tujuan
1.3 manfaat
BUDIDAYA KONVENSIONAL
tingginya dengan kualitas sebaik mungkin, untuk mendapatkan hasil yang sesuai
dengan harapan maka, tanaman yang akan ditanam harus sehat dan subur. Tanaman
yang sehat ialah tanaman yang tidak terserang oleh hama dan penyakit, tidak
mengalami defisiensi hara, baik unsur hara yang diperlukan dalam jumlah besar
maupun dalam jumlah kecil. Sedangkan tanaman subur ialah tanaman yang
Teknik bercocok tanam yang baik sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil
yang sesuai dengan harapan. Hal ini harus dimulai dari awal, yaitu sejak 20
dilakukan persemaian sampai tanaman itu bisa dipanen. Dalam proses pertumbuhan
tanaman hingga berbuah ini harus dipelihara yang baik, terutama harus diusahakan
agar tanaman terhindar dari serangan hama dan penyakit yang sering kali
menurunkan produksi.
yang dilakukan oleh petani untuk memperoleh hasil produksi padi yang tinggi tanpa
merubah sistem tanam padi itu sendiri, diantaranya adalah pengaturan jarak tanam
yang tepat sesuai kondisi tanah, penggunaan bibit unggul, pemupukan yang tepat
serta sanitasi lingkungan sawah. Penggunaan jarak tanam pada dasarnya adalah
memberikan kemungkinan tanaman untuk tumbuh dengan baik tanpa mengalami
banyak persaingan dalam hal mengambil air unsur-unsur hara, dan cahaya matahari.
Jarak tanam yang tepat penting dalam pemanfaatan cahaya matahari secara optimal
untuk proses fotosintesis dalam jarak tanam yang tepat, tanaman akan memperoleh
ruang tumbuh yang seimbang. Pengertian sistem tanam padi konvensional atau
lebih dikenal dengan sistem tanam padi biasa adalah sistem tanam padi yang di
terapkan oleh petani dengan mengatur sama jaraknya antar baris tanaman sehingga
tanaman terlihat berbaris rapi dan lahan terisi penuh (Anas, 2011).
Teknik penanaman ini sudah lama diterapkan oleh kebanyakan petani tanpa
menggunakan pola seperti teknik penaman padi yang yang telah berkembang saat
ini yaitu sistem tanam jajar legowo. Pada proses penanaman bibit padi dilakukan
dengan cara mundur menggunakan alat bambu 21 atau kayu yang sudah ditentukan
jarak antar baris tanaman agar tanaman berbaris dengan rapi dan teratur.
lahan dengan ditanami padi dan mengatur jarak tanamnya tergantung dari varietas
padi yang digunakan. Jarak antar tanaman dapat di variasi tergantung dari tingkat
kesuburan tanah dan jenis benih padi yang digunakan yaitu 20 x 20 cm, 22,5 x 22,5
cm dan 25 x 25 cm.
Sidoagung adalah 25 x 25 cm. Tujuan dari sistem tanam ini adalah untuk
memperoleh hasil produksi padi yang tinggi dibarengi dengan perawatan tanaman
seperti pemupukan dan obat-obatan secara rutin. Sistem tanam ini masih diminati
oleh kebanyakan petani karena pertimbangan tertentu dan manfaat yang dirasakan.
Sistem Tanam Padi Konvensional Penerapan sistem tanam ini dilakukan oleh
petani dengan mengatur jarak tanaman yang sama antar barisan maupun antar
secara optimal serta 22 mudah dalam mengendalikan gulma. Selain itu diperlukan
juga perawatan yang tepat melalui pemberian asupan pupuk yang berimbang pada
menanggulangi hama agar memperoleh hasil produksi dan produktivitas padi yang
tinggi.
Adapun manfaat dari penerapan sistem tanam padi konvensional atau biasa
adalah sebagai berikut : 1) Tenaga kerja yang dibutuhkan relatif tidak banyak 2)
Jumlah benih padi yang dibutuhkan tidak banyak karena tidak adanya tanaman
sisipan 3) Pada proses penanaman lebih praktis dan tidak memakan waktu lama.
menunjang, seperti curah hujan yang tinggi. Kondisi tersebut dapat mengurangi
yang rendah dengan produksi yang rendah secara kuantitas maupun kualitas (Arif
2006).
Suhu dan kelembaban udara tinggi sepanjang tahun cenderung
SRI, kependekan dari System of Rice Intensification adalah salah satu inovasi
metode budidaya padi yang dikembangkan sejak 1980-an oleh pastor sekaligus
1961.
pertama kali muncul di jurnal Tropicultura tahun 1993. Saat itu, SRI hanya dikenal
setempat dan penyebarannya terbatas. Sejak akhir 1990-an, SRI mulai mendunia
sebagai hasil usaha tidak pantang menyerah Prof. Norman Uphoff, mantan direktur
Tahun 1999, untuk pertama kalinya SRI diuji di luar Madagaskar yaitu di
China dan Indonesia. Sejak itu, SRI diuji coba di lebih dari 25 negara dengan hasil
panen berkisar 7-10 t/ha. Konsep dasar SRI adalah: (a) pindah tanam satu bibit per
lubang, usia sangat muda (7-14 hari setelah semai) dengan jarak tanam longgar (30
petak sawah.
Apabila konsep dasar dan metoda SRI diterapkan secara benar, maka akan
diperoleh panen padi lebih besar walaupun dengan mengurangi input eksternal (air,
pupuk kimia dan sebagainya). Tahun 1997, Dr. Uphoff memberikan presentasi SRI
Madagaskar. Tahun 1999, Badan Penelitian Tanaman Padi (Indonesian Agency for
dengan metode SRI sebesar 6.2 t/ha sedangkan hasil dari petak kontrolnya 4.1 t/ha,
berbagai tahapan : a. SRI Kimia Penerapan SRIdengan pemberian pupuk kimia dan
pemberian pupuk kimia dan organik serta pestisida organik. c. SRI Organik
Prinsip Budidaya Padi Metode SRI 1. Tanam bibit muda berusia kurang dari
12 hari setelah semai (hss) ketika bibit masih berdaun 2 helai. 2. Tanam bibit satu
lubang satu bibit dengan jarak tanam lebar 30x30 em, 35x35 em 9tau lebih jarang
lagi. 3. Pindah tanam harus segera mungkin (kurang 30 menit) dan harus hati-hati
agar akar tidak putus dan ditanam dangkal. 4. Pemberian air maksimum 2 em
- 3 kali dengan interval 10 hari. Sedapat mungkin menggunakan pupuk organik dan
pestisida organik.
Keunggulan Metode SRI 1. Tanaman hemat air, selama pertumbuhan dari
mulai tanam sampai panen pemberian air maksimum 2 em paling baik maeak-
maeak sekitar 5 mm dan ada periode pengeringan sampai tanah retak (irigasi
terputus). 2. Hemat biaya, hanya butuh benih 5 kglha, tidak butuh biaya peneabutan
bibit, tidak butuh biaya pindah bibit, tenaga tanam berkurang, dan lain-lain. 3.
Hemat waktu ditanam bibit muda 5 - 12 hari setelah semai, dan waktu panen akan
Ramah lingkungan, seeara bertahap penggunaan pupuk kimia (urea, Sp36, KCI)
metode tanam padi SRI yang baik, maka lahan diolah seperti menanam padi metode
sawah akan merata. parit Pada petak SRI perlu dibuat parit keliling dan melintang
petak untuk membuang kelebihan air. Letak dan jumlah parit pembuang
disesuaikan dengan bentuk dan ukuran petak, serta dimensi saluran irigasi.
dengan menggunakan air biasa. Perendaman ini bertujuan untuk melunakkan sekam
dilakukan selama 24 sampai 48 jam. penganginan benih, Benih yang telah direndam
kemudian diangkat dan dimasukkan ke dalam karung yang berpori-pori atau wadah
tertentu dengan tujuan untuk memberikan udara masuk ke dalam benih padi, dan
kemudian disimpan di tempatyang lembab. Penganginan dilakukan selama 24 jam.
pemilihan benihyang balk Untuk mendapatkan benih yang bermutu baik atau
bernas, dengan metode SRi, harus terlebih dahulu diadakan pengujian benih.
dalam ember/panei, kemudian berikan garam dan aduk sampai larut. Masukkan
telur itik bebek yang mentah ke dalam larutan garam ini. Jika telur itik belum
eukup apabila posisi telur itik mengapung pada permukaan larutan garam.·
Masukkan benih padi yang akan diuji ke dalam ember/panei yang berisi larutan
garam. Aduk benih padi selama kira-kira satu menit. Pisahkan benih yang
mengambang dengan yang tenggelam. Benih yang tenggelam adalah benih yang
bermutu baik atau bernas. Benih yang baik atau bernas ini, kemudian dieuei dengan
air biasa samRai bersih. Dengan indikasi bila digigit, benih sudah tidak terasa
garam.
dilakukan dengan mempergunakan nare atau tampah atau besek atau juga di
Pembuatan media persemaian dengan metode SRI dapat dilakukan dengan langkah-
Iangkah sebagai berikut: 1. Mencampur tanah, pasir dengan pupuk organik dengan
perbandingan 1:1:1. Sebelum nare atau tampah tempat pembibitan diisi dengan
tanah, pasir yang sudah dieampur dengan pupuk organik terlebih dahulu dilapisi
dengan daun pisang dengan harapan untuk mempermudah pembuatan dan menjaga
kelembaban tanah, kemudian tanah dimasukkan dan disiram dengan air sehingga
tanah menjadi lembab. Benih yang sudah dianginkan ini, ditaburkan ke dalam nare
yang berisi tanah. Setelah benih ditabur, kemudian ditutup dengan lapisan tanah
yang tipis. Persemaian dapat diletakkan pada tempat-tempat tertentu yang aman
dari gangguan ayam atau binatang lain. Selama masa persemaian, pemberian air
dapat dilakukan setiap hari agar media tetap lembab dan tanaman tetap segar.
dengan memakai caplak agar jarak tanam pada areal persawahan menjadi lurus dan
rapi sehingga mudah untuk disiang. Caplak berfungsi sebagai penggaris dengan
x 35 em, atau jarak tertentu lainnya. Penyaplakan dilakukan seeara memanjang dan
melebar. Setiap pertemuan garis hasi Igaris penyaplakan adalah tempat untuk
dengan langkah-Iangkah sebagai berikut: Bibit yang ditanam harus berusia muda,
yaitu kurang dari 12 hari setelah semai yaitu ketika bibit masih berdaun 2 helai.
Bibit padi ditanam tunggal atau satu bibit perlubang. Penanaman harus dangkal
dengan kondisi tanah sawah saat penanaman tidak tergenang air. Teknis Budidaya
SRI pemupukan, Dalam pelaksanaan uji coba metode SRI di areal binaan PT HM
setempat.
Pemberian air, dengan cara terputus-putus (intermitten) dengan ketinggian air
di petakan sawah maksimum 2 em, paling baik maeak-maeak (0,5 em). Pada
periode tertentu petak sawah harus dikeringkan sampai peeah-peeah. Pemberian air
mempergunakan alat penyiang jenis landak atau rotary weeder seperti yang
dikembangkan DISIMP, atau dengan alat jenis apapun dengan tujuan untuk
atau mempergunakan rotary weeder, selain dapat mencabut rumput, juga dapat
agar tercipta kondisi aerob di dalam tanah yang dapat berpengaruh baik bagi akar-
akar tanaman padi yang ada di dalam tanah. Penyiangan minimal 3 kali. Penyiangan
pertama dilakukan pada umur 10 hari setelah tanam dan selanjutnya penyiangan
kedua dilakukan pada umur 20 HST. Penyiangan ketiga pada umur 30 HST dan
mempergunakan varietas benih yang sehat dan resisten terhadap hama dan
serangan hama dan penyakit belum dapat diatasi. Lokasi SRI organic, Pengendalian
hama trip, mempergunakan pestisida nabati yang terbuat dari daun sere dan bawang
wereng, mempergunakan pestisida nabati dan hewani yang terbuat dari daun
Teknis Budidaya SRI panen, Panen dilakukan setelah tanaman tua ditandai
dengan menguningnya bulirsecara merata. Bulir padi juga tidak akan berair apabila
dicoba untuk digigit. Panen dengan metode SRIbiasanya lebih awal dibandingkan
kelebihan yakni hemat air (selama fase vegetatif lahan dalam keadaan macak-
macak atau dalam kapasitas lapang sampai retak rambut), masuk fase generatif
menjelang panen. Hemat biaya produksi, karena hemat benih. Benih digunakan
lebih sedikit yakni 7 kg/ha, sementara cara konvensional benih dibutuhkan lebih
banyak yakni 30-45 kg/ha. Hemat air, air hanya dibutuhkan pada fase generatif,
karena lahan tidak selalu dalam keadaan tergenang. Keadaan yang tidak tergenang
selama fase vegetatif merupakan pengendalian hama keong karena keong tidak
akan muncul akibat lahan tidak tergenang. Umur pindah bibit lebih awal, membuat
tanaman lebih leluasa tumbuh dan berkembang membuat anakan terbentuk sampai
12 kali sehingga terjadi anakan eksponensial. Jarak tanam lebih lebar membuat
iklim mikro menjadi lebih baik, akibatnya tanaman tumbuh dan berkembang
dengan sempurna. Hal ini akan dapat meningkatan produksi mencapai 8-10 ton/ha.
hasil 50-200% dengan hasil 8 ton bahkan sampai 10 ton; lebih hemat air,
penghematan air sampai dengan 50% dan produktifitas yang lebih tinggi per
volume air; perbaikan mutu tanah dan pemakaian pupuk yang lebih efisien baik
pupuk organik maupun sintetik; kebutuhan benih lebih sedikit 5-10 kg/ha, benih
Kesulitan dalam penerapan metode SRI pada masyarakat adalah; sulit dalam
pengontrolan air, apalagi kalau hari hujan lebat; tenaga kerja diperlukan lebih
banyak dibandingkan dengan cara konvensional, padahal tenaga kerja yang sudah
telaten dapat mengurangi jumlah tenaga kerja; petani belum terbiasa menanam bibit
umur muda yang hanya satu batang per lubang tanam; jika lahan tergenang maka
bibit akan mudah dimakan keong, oleh sebab itu lahan diusahakan dalam keadaan
lembab agar keong tidak aktif. Namun hal ini dapat dilakukan dengan teknik
pengelolaan yang baik. Tenaga kerja dapat berkurang kalau dikelola dengan baik,
seperti waktu tanam yang biasanya dibutuhkan sebanyak 32 orang per hari, dengan
metode SRI menjadi 28 orang per hari. Penyiangan gulma dikelola sedini mungkin,
akibatnya gulma tidak merajalela tumbuh sehingga tanaman bebas dari gulma.
Selain itu, dengan menggunakan pupuk organik dan musuh alami membuat
tanaman sehat dan lahan menjadi ramah lingkungan. Dengan penggunaan pupuk
Komponen SRI Pada praktek metode SRI perlu dilakukan 4 komponen yang
saling menyatu yaitu; pemindahan bibit lebih awal (7-15 hss), bibit ditanam satu
batang per lubang tanam, dengan jarak tanam minimal 25 cm x 25 cm, dan kondisi
lahan dalam keadaan macak-macak. Selain itu, perlu penambahan bahan organik
oleh bahwa pemindahan bibit lebih awal sekitar 8-12 hari akan lebih baik bagi
pertumbuhan tanaman padi yang disemai pada lahan basah. Penelitian terbaru
dengan persemaian kering dalam wadah yang dialas dengan daun pisang ataupun
plastik lebih baik pada umur 9-13 hss. Penambahan bahan organik berupa kompos
tani yang ada di kota Padang dan daerah Kabupaten dan kota lainnya di Sumatera
Barat. Pada tahun 2006 dan 2007 juga dilakukan demplot di Kabupaten Padang
Pariaman dan Solok memberikan hasil 7,5 ton/ha dan 8,0 ton/ ha. Penerapan
demplot yang dilakukan dengan dana DP2M Dikti dengan skim pengabdian
Sibermas tahun 2009 memberikan hasil sebesar 8,2 ton/ ha di kota Padang dengan
6-7,5 ton/ha. Hasil ini jauh diatas hasil petani, di mana rata-rata produksi padi Kota
Padang 4,5 ton/ha. Pada tahun 2010 meningkat hasil padi menjadi 9 ton/ha di
jerami yang diolah sendiri oleh kelompok tani. Dengan menggunakan pupuk
kompos jerami dapat mengurangi pupuk anorganik. Sejak tahun 2000, metode SRI
telah dicobakan di Jawa Barat dan sampai sekarang petani disekitarnya sudah
budidaya padi.
Intensification) dua kali saja, hal ini tidak menambah biaya pemeliharaan tanaman.
Namun kalau gulma terlambat disiangi maka biaya penyiangan akan menjadi 4 kali
lipat. Biaya produksi akan tertutupi dengan hasil yang berlipatganda. Pada metode
SRI yang menggunakan pupuk organik akan membuat lahan lebih subur dan musuh
alami lebih banyak sehingga serangan hama ataupun penyakit akan berkurang.
Mina Padi-SRI Mina padi biasanya dilaksanakan pada lahan sawah yang tergenang
dengan menambahkan ikan ke dalam sawah. Hal ini biasa dilakukan oleh petani.
Namun dengan metode mina padi-SRI yang lahannya tetap dalam keadaan lembab,
namun saluran air disekitar penanaman padi selalu digenangi air sehingga ikan
dilepaskan pada saluran air saja. Saluran dibuat sedalam 25 cm dengan lebar 50 cm
- 100 cm, sehingga ikan lebih leluasa hidup dan berkembang pada saluran air yang
terdapat di samping kiri dan kanan lahan yang ditanami padi. Metode ini mirip
dengan jajar legowo, namun salurannya diperdalam dan diperlebar. Jarak tanam
tanaman padi. Bentuk demplot mina padi-SRI dapat dilihat pada gambar berikut
ini. Gambar 3.3 Bentuk Aplikasi Mina Padi-SRI Bab 3 – Metode SRI 19 Kondisi
mina padi-SRI ini akan membuat lahan tetap dalam keadaan lembab, sehingga
pertumbuhan tanaman akan lebih bagus karena perakaran berkembang dengan baik.
Biasanya akar akan sehat dan bewarna putih kekuningan. Akar akan bernafas dalam
keadaan aerob karena oksigen cukup tersedia dalam tanah. Mina padi-SRI
menguntungkan sekali karena pada pelaksanaan metode SRI selama ini saluran air
yang selalu tergenang tidak dimanfaatkan. Namun dengan adanya ikan yang
dilepaskan pada saluran air maka akan meningkatkan produktivitas lahan, sehingga
saling menuntungkan. Hasil yang didapatkan menjadi dua kali lipat, hasil dari
gabah dan hasil dari ikan. Disamping itu, ikan akan memakan mikroorganisme
pengganggu tanaman, sehingga tanaman padi menjadi lebih sehat dan hasil akan
meningkat. Kotoran ikan dan makanan ikan seperti pelet juga akan menambah
unsur hara bagi tanaman padi. Namun alangkah lebih baiknya kalau pada saluran
air tersebut juga ditanam atau dipelihara azola, karena azola dapat menambat N
Selain dari berbagai upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan hasil
tanaman padi, maka pengegenagan lahan sebelum tanam akan mengurangi resiko
tumbuhnya gulma pada lahan. Setelah sawah dibajak maka dilakukan penggenagan
akan membuat gulma lambat tumbuh dan berkembang. Pada penggenagan lahan
sedikit. Hal ini dapat membantu pengendalian gulma pada metode SRI. Budidaya
tanaman padi melalui metode SRI pada dasarnya hampir sama dalam pengolahan
lahannya dengan cara konvensional, hanya saja perbedaannya pada saat penanaman
lahan dalam keadaan macakmacak, selain itu, penggunaan benih, pengairan, dan
yang bersifat partisipatif yang disesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi, yang
cocok untuk kondisi setempat yang dapat meningkatkan hasil gabah dan mutu beras
terpadu, hara terpadu, air terpadu, dan gulma terpadu telah dipraktekkan beberapa
komponen teknologi inovatif terbaik sesuai dengan kondisi biofisik lahan dan
sosial-ekonomi-budaya petani setempat. Oleh karena itu PTT bukanlah suatu paket
dan produktivitas padi melalui pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara serta
spesifik lokasi, keterpaduan dan, sinergis antar beberapa komponen teknologi yang
tersedia. Sementara itu komponen teknologi dalam PTT secara garis besar terdiri
dari Komponen Dasar dan Komponen Pilihan. Komponen-komponen teknologi
tersebut masih belum sepenuhnya diadopsi secara benar oleh petani karena berbagai
faktor. Untuk itu dalam brosur ini diuraikan kembali secara mendalam komponen
teknologi padi utamanya padi sawah di lahan irigasi hara serta organisrne
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) telah menginisiasi aplikasi
PTT lahan sawah irigasi sejak 1999 di Sukamandi. Peningkatan hasil padi yang
diperoleh dengan penerapan PTT berbeda menurut tingkat dan skala luasan usaha.
Pada tingkat penelitian dan demontrasi dengan luasan terbatas (l-2,5 ha) melalui
model PTT hasil padi dapat meningkat rata-tara 37%. Peningkatan tersebut
kemudian berkurang menjadi sekitar 27% dan 16%, masing masing di tingkat
pengkajian dengan luasan sekitar 1-5 ha dan di tingkat implementasi dengan luasan
50-100 ha.
Selain itu, dengan PTT hasil gabah dan kualitas beras juga meningkat; biaya
hal yang harus digali untuk medapatkan output produksi yang lebih tinggi. Sebagai
contoh, penggunaan benih varietas unggul yang sehat dengan vigor tinggi akan
menghasilkan tanaman dengan distribusi akar yang lebih balk sehingga mampu
menyerap air dan unsur hara pada lapisan tanah lebih dalam. Demikian pula dengan
Petunjuk teknis lapang PTT Padi Sawah lrigasi intensifikasi tanaman padi
memperhatikan penggunaan sumber daya alam secara bijak. Melalui usaha ini
diharapkan kebutuhan beras nasional dapat dipenuhi, pendapatan petani padi dapat
didasarkan pada empat prinsip, Pertama, PTT bukan merupakan teknologi maupun
paket teknologi, tetapi merupakan suatu pendekatan agar sumber daya tanaman,
lahan dan air dapat dikelola sebaik-baiknya. Kedua, PTT memanfaatkan teknologi
partisipatif yang berarti petani turut sefta menguji dan memilih teknologi yang
sesuai dengan keadaan setempat dan kemampuan petani mela I ui proses pem
varietas padi unggul atau varietas padi berdaya hasiltinggi dan atau bernilai
dan atau pupuk kandang sebagai pupukdan pembenah tanah. Pengelolaan bibit dan
tanaman padi sehat melalui pengaturan tanah tebar benih penggunaan benih
serempak yang bernas (berisi peo penanaman bibit yaitu antara 1-3 pengaturan
petani, dan suatu teknologi, Upaya untuk tanaman padi yang didilakukan secara
baik, merupakan suatu usaha efisiensi masukan produksi sumber daya alam secara
kebutuhan beras nasional, tani padi dapat ditingkatkan, terlanjutkan, dan empat
prinsip.
Pertama, paket teknologi, tetapi sumber daya tanaman, lahan Kedua, PTT
kesesuaian teknologi dengan onomi petani. Keempat, PTT petani turut serta
bertahap. Urutan PTT adalah: benih unggul atau varietas padi berdaya tinggi
dengan mutu bibit baik. spesifik lokasi. ganik dan atau pupuk kandang ,tanah, padi
sehat. Petunjuk teknis Lapang PTT Padi sawah lrigasi, pengaturan tanam sistim
legowo, tugel, maupun sistem tebar benih langsung, penggunaan bibit dengan daya
tumbuh tinggi, cepat dan serempak yang diperoleh melalui pemisahan benih padi
bernas (berisi penuh), penanaman bibit umur muda dengan jumlah bibit terbatas
yaitu antara 1-3 bibit per lubang, pengaturan pengairan dan pengeringan berselang,
alat perontok gabah mekanis ataupun mesin. Penerapan PTT dalam intensifikasi
untuk menunjang peningkatan hasil padi seperti Supra Insus. Food and Agriculture
petani secara bertahap dapat memilih komponen teknologi yang paling sesuai
dengan keadaan setempat maupun kemampuan petani, dan efisiensi biaya produksi
produktivitas tanaman padi yang dilakukan melalui program Supra Insus (SI)
dilakukan secara umum dengan menerapkan teknologi Insus Paket D yang meliputi
10 jurus, yaitu:
Petunjuk teknis Lapang PTT Padi Sawah lrigasi, Penyiapan tanah secara
(OPT) dengan konsep PHT. Penggunaan pestisida secara teratur dan efisien.
Penerapan pola tanam, Perbaikan pasca panen, Populasi tanaman >200.000/ha. PTT
sinergis. Sebagai contoh/ pemakaian benih bermutu dan berlabel dalam SI dirinci
menjadi pemakaian varietas unggul, benih bermutu, bibit muda, dan populasi
(PUTS), dan penggunaan bahan organik, Pengendalian OPT dan PHT dalam SI
penyakiterpadu. Penggunaan air secara teratur dan efisien dalam SI dirinci menjadi
sosial dalam pengadaan dan distribusi sarana produksi serta pemasaran hasil yaitu
ketersediaan sarana produksi, modal kerja petani, dan harga yang tinggi. Namun,
sistem komando yang top down dirasakan sangat kental dalam pelaksanaan SI tidak
dipenakan menambah biaya, Tujuan SRI dan PTT meningkatkan produk berbeda
dan pengelola SRI adalah sebagai berteknologi yang diyakin , tanam benih
Gulma Terpadu (PGf) Menggunakan landak dan bila perlu menggunakan herbisida
Kelompok studi petani, individu, demplot 6,9 -8,5 t/ha. Mesin perontok dan gebot
penyakit, dan penggunaan bahan organik yang disertai dengan penerapan beberapa
komponen teknologi yang saling menunjang (penyiangan dengan alat gasrok,
pengairan berselang,
Petunjuk teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi penggunaan bibit tunggal,
panen rata-rata 19% dan pendapatan petani 15%. Sinergi antar komponen , variasi
dan masukan dari petani :terapkan teknologi utama PTT nya seluas 100 ha, sejalan
dengan teknologi alternatif pada petak lihan bagi petani dan petugas rnotif ini
unggul baru yang sesuai dengan karakteristik lahan, lingkungan dan keinginan
petani setempat. Petunjuk kknis Lapang PTT Padi Satah lrigasi Benih bermutu
(kemurnian dan daya kecambah tinggi). Bibit muda (< 21 HSS). Jumlah bibit 1-3
batang per lubang dan sistem tanam jajar legowo 2;L, 4;1 dan lainnya dengan
Daun (BWD). Pemupukan P dan K berdasarkan status hara tanah, PUTS atau petak
omisi serta pemecahan masalah kesuburan tanah apabila terjadi, Bahan organik
(kompos jerami 5 t/ha atau pupuk kandang 2tlha). Pengairan berselang (intermittent
secara terpadu (PHT). Panen beregu dan pasta panen menggunakan alat perontok,
untuk pemecahan masalah setempat atau spesifik lokasi. Kedua, teknologi untuk
perbaikan cara budi daya yang lebih etrsrem. Dalam pelaksanaannya tidak semua
komponen teknologi diterapkan sekaligus, terutama di lokasi yang memiliki
masalah spesifik, Namun ada 3-4 komponen teknologi yang dapat diterapkan
bersamaan (compulsory) sebagai penciri model PTT, yaitu: Varietas unggul baru
yang sesuai lokasi. Benih bermutu (bersertifikat danvigortinggi), Bibit muda cepat
dan alami. susunan komponen teknologi dan masalah di daerah tersebut bersifat
dinamis, perbaikan dan perubahan, bervariasi dan masukan dari petani terapkan
teknologi utama PTT nya seluas -100 ha, Sejalan teknologi alternatif petak pilihan
bagi petani dan petugas rnotif ini dipersiapkan untuk komponen teknologi yang
kurang peragaan.
Benih bermutu (bersertifikat dan vigor tinggi), Bibit muda (< 6,0 CuSQ
selama 2 menit, biasanya disatukan dengan ZnSO* bila tanah juga kahat Zn Bibit
padi dicelupkan sebalum ditanam pada larutan solo CUSO' selama 2 menit Tidak
perlu diberi Cu Keracunan besi (Fe). Keracunan besi pada tanaman padi terjadi
karena tingginya konsentrasi Fe dalam larutan tanah. Tanaman muda yang baru
ditanam di lapang sering terpengaruh oleh tingginya konsentrasi ion fero (Fe '.)
setelah lahan digenangi, Warna hitam Fe-Sulfida di akar merupakan tanda kondisi
sangat reduktif dan tanaman keracunan Fe, Drainase dapat menanggulangi. Bahan
Organik Pupuk organik dalam bentuk yang telah dikomposkan berperan penting
dalam perbaikan sifat kimia, fisika dan biologi tanah serta sumber nutrisi tanaman.
dilakukam oleh beberapa macam mikroba balk dalam kondisi aerob maupun
Petunjuk Tbknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi bahan kompos antara lain
berasal limbah organik seperti sisa sisa tanaman (jerami, batang, dahan), sampah
rumah tangga, Secara umum kandungan nutrisi hara dalam pupuk organik tergolong
rendah dan agak lambat tersedia, sehingga diperiukan dalam jumlah cukup banyak
cara pembuatan kompos, pengomposan dapat dilakukan secara anaerob dan aerob.
Cara anaerob memerlukan waktu 1,5 sampai 2 bulan dan sering menghasilkan
kompos dengan bau kurang sedap/ karena suhu yang dihasilkan kurang tinggi
baku secara berlapis-lapis mulai dengan sisa tanaman, kemudian pupuk kandang,
abu sekam atau abu dapur ke dalam lubang yang telah disiapkan sebelumnya yang
dasarnya telah dipadatkan agar tidak terjadi rembesan air. Ukuran lubang dapat
disesuaikan menurut ketersediaan tenaga kerja dan bahan baku yang tersedia,
sekitar 0,5-0,8 ton kompos guna sekitar 0,2 sampai 0,3 ha lahan, 2, Tutup bagian
atas dan semprotkan kompos, lubang setelah satu bulan, Biarkan berlangsung
pengomposan.Cara aerob: Bahan baku komponen dengan larutan atau dengan ciri
bila kepalan dilepas. Bahan baku digunakan kemudian ditutup. Suhu kompos
dipekisaran 40-5O oC, jika suhunya turun, Setelah 3-5 hari kompos siap untuk
digunakan.
Lapang PTT Padi Sawah Irigasi, Tutup bagian atas permukaan dengan tanah setebal
5-10 cm dan semprotkan air sebanyak 30 liter pada permukaan kompos setiap 10
hari dan aduklah seluruh bahan dalam lubang setelah satu bulan pengomposan.
Biarkan berlangsung selama 1,5-2 bulan agar proses pengomposan dapat sempurna.
lignolitik yang berperan sebagai decomposer, antara lain Biodec, Stardec, atau EM-
4. Cara aerob: Bahan baku kompos disusun berlapis kemudian disiram dengan
larutan mikroba hingga mencapai kebasahan 30-40%, atau dengan ciri bila dikepal
dengan tangan air tidak keluar dan bila kepalan dilepas bahan baku akan mekar.
Bahan baku digundukkan sampai ketinggian 15-20 cm, kemudian ditutup dengan
karungoni atau karung plastic. Suhu kompos diperiksa setiap hari, pertahankan suhu
pada kisaran 40-50oC, jika suhu lebih tinggi, kompos dladuk sampai suhunya turun
dan ditutup kembali, Setelah 3-5 hari bahan baku sudah menjadi kompos (bokashi)
irrigation) adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang
secara bergantian.
Kondisi seperti ini ditujukan antara lain untuk: limbah organik seperti sisa
an), sampah rumah tangga, hara dalam pupuk organik tersedia, sehingga diperlukan
secara anaerob dan aerob. 1,5 sampai 2 bulan dan bau kurang sedap, sehingga tidak
mematikan berlapis-lapis mulai dengan sisa ladang, abu sekam atau abu disiapkan
sebelumnya yang tidak terjadi rembesan air, menurut ketersediaan tenaga dia,
misalnya lubang ukuran, cukup untuk memproses sekitar 0,2 sampai 0,3 ha Irigasi,
menghemat air irigasi sehingga areal yang dapat diairi menjadi lebih luas . memberi
penimbunan asam organik dan gas H,S yang menghambat perkembangan akar
mengurangi jumlah anakan yang tidak produksi hari. Lakukan pengairan tanah.
Pemberian air dilakukan tanah tidak > 15 cm, Paralon Berlubang yang dapat diairi
menjadi, akar tanaman untuk lat berkembang lebih dalam, besi organik dan gas H,S
yang bermanfaat yang tidak produktif (tidak rah dan mempercepat waktu masuk ke
dalam tanah (lapisan keong mas, mengurangi t dan penggerek batang, dan r padi
karena hama tikus. ran dalam satu musim jenuh air dan petakan sawah Pengelolaan
air selanjutnya 3 hari. Tinggi genangan pada datar 3 cm dan selama 2 hari lahan air.
Lahan sawah diairi, Sairan ini berlangsung sampai r malai sampai pengisian
biji. tanaman dipanen, petakan, Petunjuk kknis Lapang PTT Padi Sawah lrigasi
musim tanam. Apabila sumber air tidak cukup menjamin selama satu musim, maka
lakukan pengairan bergilir selangan periode lebih lama sampai selang > 5_hari.
berpasir dan cepat menyerap air, waktu pergiliran pengairan harus diperpendek,
Pralon berlubang dapat digunakan untuk membantu monitoring muka air yang
berada di bawah permukaan tanah, Pemberian air dilakukan tidak melewati ketika
muka air bawah tanah tidak > 15 cm, Pengendalian Gulma Secara Terpadu, gulma
mekanis seperti dengan gasrok sangat diajurkan, oleh karena cara ini sinergis
dengan pengelolaan lainnya, Namun cara ini hanya efektif dilakukan apabila
kondisi air dipetakan sawah macak-macak atau tanah jenuh air. Keuntungan
dengan penyiangan biasa dengan tangan. . Meningkatkan udara di dalam tanah dan
kali, dimulai pada saat tanaman berumur 10-15 HST dan/atau diulangi secara
berkala 10-25 hari kemudian. . Dilakukan pada saat kondisi tanah macak-macak,
dengan ketinggian air 2-3 cm. . Gulma yang terlalu dekat dengan tanaman dicabut
dengan tangan, . Dilakukan dua arah yaitu di antara dan di dalam barisan tanaman,
Pengendalian Hama dan penyiangan mengurangi hasil dan Oleh karena itu untuk
sehingga pengguna Hama dan penyakit turut yaitu tikus, Hawar Daun Bakteri,
Tikus Sawah tepat waktu. Kegiatan tanam (pengendal serendah mungkin yang
kompos pupuk menggunakan herbisida gulma sudah tinggi, seperti dengan gasrok
sangat sinergis dengan pengelolaan, efektif dilakukan apabila kondisi lahan atau
tanah jenuh air, akan landasan umur 10-15 HST, dimulai pada saat tanaman
diulangi secara berkala 10-25 tanah macak-macak, dengan tanaman dicabut dengan
merupakan cekaman biotis yang dapat mengurangi hasil dan bahkan dapat
menyebabkan gagal panen, Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil panen yang
optimum dalam budidaya padi, perlu dilakukan usaha pengendalian hama dan
penyakit. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan pendekatan pengendalian
pengendalian dapat ditetapkan. Hama dan penyakit utama pada lahan sawah irigasi
befturut turut yaitu tikus, wereng coklat, penggerek batang, tungro, Hawar Daun
ekologi jenis tikus, dilakukan secara dini, intensif dan terus menerus
tepat waktu dan Bondoyudo atau tahan dibersihkan, Buang tanaman nenjadi sumber
virus hijau penular virus dengan lendasikan bila saat tanaman ditanam ditemukan
1 tanaman, (HDB) t tetapi sesuai kebutuhan. Penanganan Panen dan pasca panen
Ketepatan waktu memotong padi sangat menentukan kualitas butir padi, dan
kualitas beras. panen terlalu cepat dapat menimbulkan persentase butir hijau tinggi
yang berakibat sebagian biji padi tidak terisi atau rusak saat digiring. panen
terlambat menyebabkan hasil berkurang kareni outir padi mudah lepas dari malai
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam kegiatan panen dan pasca panen:
Potong padi dengan sabit gerigi, 30-40 cm di atas permukaan tanah. Sabit rupanya
masih merupakan satu satunya alat potong yang digunakan pemanen. potong bagian
tanaman padi 30-40 cm dari permukaan tanah. Pemotongan terlalu atas dekat malai
sedikit mengurangi kehilangan hasil, tapi padi sulit dirontok. pemotongan tanaman
paditerlalu rendah saat panen dapat menyebabkan kerontokan gabah tinggi. Panen
oleh kelompok pemanen. panen padi dilakukan oleh kelompok pemanen. Bila
sudah ada kelompok pemanen, panen yang dilakukan secara berkelompok akan
lebih baik dari pada panen yang dilakukan perorangan (keroyokan) Panen oleh
Petunjuk kknis Lapang PTT Padi Sawah lrigasi. Proses perontokan gabah.
Perontokan padi dilakukan segera setelah padi dipotong agar kualitas gabah dan
beras giling tinggi. Perontokan lebih dari 2 hari menyebabkan ke rusakan beras
Disamping itu gabah yang tertular lama disimpan di sawah berwarna kusam, tidak
sebersih dan sekuiring gabbai yang baik dirontok, Penggunan alas dari Plastik atau
terpal sebelum tase perontokan gabah. Untuk mengurangi kehilangan hasil harus
diusahakan agar tersedia plastik atau terpal yang dapat digunakan sebagai alas
tanaman padi yang baru dipotong dan ditumpuk sebelum dirontok. Pada musim
hujan, biasanya padi yang sudah dipotong tidak dapat segera dirontok, dan kalau
tertunda beberapa hari kehilangan hasil akan tinggi, kualitas gabah dan beras yang
dihasilkan akan turun. Pengeringan, Jemur gabah di atas lantai jemur. . Ketebalan
gabah 5-7 cm. Lakukan pembalikan setiap 2 jam sekali. . Pada musim hujan,
tinggi, perhatikan waktu panen, sanitasi (kebersihan), dan kadar air gabah (12-
kurang dari 14% untuk konsumsi dan kurang dari 13% untuk benih, Gabah yang
sudah disimpan dalam penyimpanan, jika akan digiling, dikeringkan terlebih dahulu
PTT bukanlah teknologi inovatif dalam usaha-usaha tani padi melalui dalam
dinamika. Apabila sistem PTT adalah proses lebih baik dan lebih rapi diharapkan
mampu usahatani padi mendunia dengan tetap menjamin Sifat PTT yang sama
dengan pendekatan sebelumnya seperti dimana teknologi yang umum di mana saja
inisiasi petugas (petani dan petugas heteknologi yang akan didan sesuai dengan
Kebutuhan pupuk organik dan pestisida untuk padi organik metode SRI dapat
sebagai pupuk dilakukan dengan memanfaatkan kotoran hewan, sisa tumbuhan dan
Lokal) buatan sendiri, begitu pula dengan pestisida dicari dari tumbuhan behasiat
sebagai pengendali hama. Dengan demikian biaya yang keluarkan menjadi lebih
meningkat, kondisi ini akan lebih sulit bagi petani konvensional untuk dapat
fisik, kimia maupun biologi tanah, sehingga pengolahan tanah untuk metode SRI
menjadi lebih mudah dan murah, sedangkan pengolahan tanah yang menggunakan
pupuk anorganik terus menerus kondisi tanah semakin kehilangan bahan organik
dan kondisi tanah semakin berat, mengakibatkan pengolahan semakin sulit dan
banyak per lubang tanamnya dan penggunakan jarak tanam yang sempit.
Sedangkan pada metode SRI, jumlah bibit per lubang hanya satu dengan jarak
tanam yang lebar. Sistem SRI merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
produksi padi hingga 2 – 4 kali lebih banyak metode Konvensional. Hal ini berarti
bahwa produksi padi SRI bisa mencapai 8 – 12 ton per hektar sedangkan produksi
meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha tani padi melalui perbaikan sistem,
komponen dan bersifat spesifik lokasi yang ditentukan berdasarkan hasil PRA
sesuai dengan tantangan yang dihadapi dalam menerapkan PTT dan selaras dengan
komputer, PTT adalah prosesor generasi terbaru dengan kemampuan lebih baik dan
nasional dengan tetap menjamin keberlanjutan sistem produksi. Sifat PTT yang
spesifik lokasi dan paftisipatif sangat berbeda dengan pendekatan yang digunakan
umum di mana saja serta dilaksanakan sepenuhnya dengan inisiasi petugas (top
down).
Sedangkan dalam penerapan PT[ petani dan petugas harus duduk bersama
memilih komponen teknologi yang akan diterapkan sesuai dengan keinginan petani
yang intensif diperlukan agar petani dapat menerapkan PTT dengan benar.
Metode SRI merupakan salah satu metode inetnsifikasi pada budidaya
tanaman padi yang dapat meningkatkan hasil sampai dua kali lipat. Metode ini
sudah diterapkan di negara Indonesia, namun belum banyak petani yang memahami
tentang SRI sehingga hanya segelintir petani saja yang dapat menerapkannya di
maka metode mina padi-SRI merupakan salah satu metode yang dapat
Pemanfaatan lahan yang tersedia mendapatkan dua hasil yakni panen padi
dan ikan. Selain itu, penambahan bahan organik ke lahan juga telah banyak
menjadikan tanah lebih subur. Pemanfaatan kompos jerami sangat baik bagi
struktur tanah. Selain itu, pada daerah yang banyak tersedia titonia, sebaiknya
lahan. Sumber daya alam yang tersedia dapat dimanfaatkan guna memperbaiki
struktur tanah sehingga lahan menjadi subur. Titonia belum banyak dimanfaatkan
orang karena belum mengetahui akan manfaat dari titonia tersebut. Kompos jerami
ditambah tironia dan pupuk kandang sapi dengan dekomposer jamur trichoderma
dapat meningkatkan keseburan tanah, hasil tanaman karena tanaman menjadi sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, S.S. 2006. Irigasi dan Drainase. Bahan Kuliah. Program Pasca Sarjana. Teknik
Pertanian UGM.
Balai Irigasi. 2008. Penelitian Irigasi Hemat Air pada Budidaya padi dengan
Metode SRI di Laboratorium Lapangan, MT II. Pusat Litbang Sumber Daya
Air, Balai Irigasi. Bekasi.
Barison, J., N. Uphoff. 2011. Rice yields and its relation to root growth and nutrient-
use efficiency under SRI and conventional: an evaluation in Madagascar.
Paddy Water Environ. 9:65-78.
Cai, Ximing dan Mark W. Rosegrant. 2003. World Water Productivity: Current
Situation and Future Options. Water Productivity in Agriculture: Limits and
Opportunities for Improvement. CAB International Publishing, UK.
Clemmens, A.J. dan D.J. Molden. 2007. Water uses and productivity of irrigation
systems. Irrigation Sicence 25:247-261.
Cornell International Institute for Food Agriculture and Development, and China
National Hybrid Rice Research and Development Center.
Cyio, M.B. 2008. Efektivitas bahan organik dan tinggi genangan terhadap
perubahan Eh, pH, dan status Fe, P, Al terlarut pada tanah Ultisol. J.
Agroland. 15:257- 263.
De Datta, S. K. 1981. Principles and Practice of Rice Production. John Wiley and
Sons New York.
Gani, A. Triny . S.K., Jatiharti, A. Wardhana, I.P., Las, I. 2002. The system of rice
Intensification in Indonesia. In Asessments of the System of rice
Intensification. Proceedings of an International Conference, Sanya, China,
April 1-4. 2002. Cornell International Institute for Food Agriculture and
Development.
Hameed, K.A., A.K.J. Mosa, F.A. Jaber. 2011. Irrigation water reduction using
System of Rice Intensification compared with conventional cultivation
methods in Iraq. Paddy Water Environ. 9:121-127.
Kartaatmadja, S. dan A.M. Fagi. 2000. Pengelolaan Tanaman Terpadu: Konse dan
Penerapan . Dalam A.K. Makarim et.al. (eds). Tonggak Kemajuan Teknologi
Produksi Tanaman Pangan : Konsep dan Strategi Peningkatan Produksi
Pangan. Simposium Penelitian Tanaman Pangan IV. P. 75 - 89.
Martin, H. J., W.H. Leonard and tamp. 1976. Principles of field crop production.
Mac. Millan Publishing. Co. Inc. New York.
Minh, L.Q., T.P. Tuong, M.E.F. van Mensvoort, J. Bouna. 1998. Soil and water
table management effects on aluminium dynamic in an acid sulphate soil in
Vietnam. Agric. Ecosys. Environ. 68:255-262.
Noor, A., Khairuddin, D.I. Saderi. 2007. Keragaan beberapa varietas unggul padi
di lahan pasang surut sulfat masam. Dalam Prosiding Seminar Nasional
Pertanian Lahan Rawa: Revitalisasi Kawasan PLG dan Lahan Rawa Lainnya
untuk Membangun Lumbung Pangan Nasional, Kuala Kapuas, 3-4 Agustus
2007.
Noor, M., A. Maas, T. Notohadikusomo. 2005. Kajian sifat kimia air lindian dari
pembasahan dan pengeringan tanah sulfat masam Kalimantan Selatan. J. Ilmu
Tanah Lingkungan 5:55-62.
Razie, F. 2009. Effect of nitrogen fixing bacteria (NFB) in increasing rice yields
and growth on tidal areas of South Kalimantan. p. 205-211.
Waqar A. Jehangis, H. Turral dan I. Masih. 2004. Water productivity of rice crop
in irrigated areas. Proceeding of the 4th International Crop science Congress,
Brisbane, Australia.
Yuan Longping and Peng Jiming, China National Hybrid, Rice Research and
Development Centre, Sebastien Rafaralahy and Justin Rabenandrasana.
Association Tefi Saina, Madagascar.