Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“Terapan Geomorfologi Terhadap Pertanian Di Indonesia”


Di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Geomorfologi Indonesia

Dosen pengampu:
Dr. Sidharta Adyatma, M.Si

Disusun oleh:
Winanda Nathania
2110115220001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2023

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................2
BAB I
PENDAHULUAN............................................................................................3
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................3

1.2 Tujuan......................................................................................................................4

BAB Il
PEMBAHASAN...............................................................................................5
2.1 Konsep Dasar Geomorfologi dalam Pertanian.........................................................5

2.2 Faktor-faktor Geomorfologi yang Memengaruhi Pertanian......................................6

2.3 Jenis Tanah dan Pertanian........................................................................................8

2.4 Peranan Sistem Irigasi dalam Pertanian..................................................................13

2.5 Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Pertanian......................................................14

2.6 Dampak Erosi pada Pertanian................................................................................15

BAB IlL
PENUTUP......................................................................................................18
Kesimpulan..................................................................................................................18

Saran.............................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................19

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertanian memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia,
menyediakan sebagian besar penduduk dengan makanan, bahan baku industri dan
pekerjaan. Namun kegiatan pertanian juga dapat menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan, seperti:  Degradasi lahan, erosi, kerusakan saluran air dan
penurunan produktivitas pertanian. Geomorfologi, ilmu yang mempelajari
bentang alam dan proses yang membentuknya, dapat memberikan pemahaman
yang mendalam tentang karakteristik fisik dan geologis suatu wilayah. Penerapan
konsep geomorfologi pada kegiatan pertanian penting untuk optimalisasi
budidaya, pengelolaan sumber daya air, pencegahan erosi, dan menjaga
keberlanjutan pertanian.

Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman geologi, topografi,


dan iklim. Hal ini menghasilkan berbagai jenis tanah dari dataran rendah hingga
pegunungan tinggi dan berbagai jenis tanah dengan karakteristik dan kesuburan
yang berbeda. Dalam konteks ini, pemahaman geomorfologi yang baik sangat
penting untuk memahami kondisi dan potensi lahan pertanian di seluruh wilayah
Indonesia. Dalam prakteknya, penerapan geomorfologi di bidang pertanian
Indonesia masih terbatas dan belum diadopsi secara luas. Kurangnya pemahaman
tentang pentingnya faktor geomorfologi dalam pertanian dan keterbatasan
pengetahuan teknis merupakan beberapa tantangan yang dihadapi oleh petani dan
profesional pertanian. Oleh karena itu, penelitian dan pemahaman lebih lanjut
tentang penerapan geomorfologi dalam kegiatan pertanian di Indonesia menjadi
sangat penting dan penting. Tujuan dari makalah ini adalah untuk menjelaskan
pentingnya penerapan konsep geomorfologi pada kegiatan pertanian di Indonesia.
penulis juga memberikan contoh nyata bagaimana konsep ini dapat diterapkan
pada praktik pertanian di Indonesia. Melalui pemahaman yang lebih baik tentang
geomorfologi dan penerapannya di bidang pertanian, diharapkan dapat mencapai
pertanian yang lebih berkelanjutan dan efisien di Indonesia. 

3
1.2 Tujuan

Makalah ini memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai:

 Menjelaskan konsep dasar geomorfologi dan bagaimana konsep ini dapat


diterapkan dalam aktivitas pertanian di Indonesia.
 Membahas pentingnya pemahaman tentang jenis tanah dalam pertanian.
 Menyoroti peran tata air dalam pertanian dan pentingnya pengelolaan yang
baik.
 Menjelaskan dampak erosi terhadap pertanian dan pentingnya konservasi
tanah.
 Menyoroti peran pemetaan lahan dalam perencanaan pertanian.
Melalui tujuan-tujuan tersebut, makalah ini diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman tentang pentingnya penerapan konsep geomorfologi dalam aktivitas
pertanian di Indonesia. Dengan memperkuat pengetahuan dan kesadaran akan
faktor-faktor geomorfologi, diharapkan dapat mendorong praktik pertanian yang
lebih efisien, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan di Indonesia.

4
BAB Il
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Geomorfologi dalam Pertanian


Kajian geomorfologi saat ini telah menemukan terapannya dalam berbagai
bidang dan dianggap memiliki arti penting untuk berbagai tujuan. Salah satu
geomorfologi terapan yang dapat digunakan adalah sebagai perencanaan
pengembangan wilayah khususnya untuk lahan pertanian. Kajian morfometri
lereng sangat diperlukan pada daerah pertanian agar dapat menjadi pertimbangan
yang sangat penting dalam upaya pengelolaan lahan pertanian dengan
dilakukannya konservasi tanah sebagai usaha mencegah kerusakan tanah akibat
erosi. Pada tanah-tanah yang mempunyai kemiringan yang curam, erosi dapat
terjadi pada lapisan tanah permukaan yang berakibat terkikis dan hanyutnya
bagian-bagian tanah yang merupakan makanan bagi tanaman sehingga dapat
menurunkan kesuburan tanah. Adapun faktor penyebab dan yang mempengaruhi
besarnya laju erosi terdapat lima faktor, yaitu: (a) faktor iklim, (b) faktor tanah,
(c) faktor bentuk kewilayahan (topografi), (d) faktor tanaman penutup tanah
(vegetasi), dan (e) faktor kegiatan/perlakuan-perlakuan manusia (Dean et al.
1993).

Pada saat ini geomorfologi telah menjadi ilmu terapan. Terapannya dalam
berbagai bidang muncul secara bertahap dan dianggap penting untuk berbagai
tujuan. Salah satu terapan geomorfologi adalah perencanaan dan pengembangan
pedesaan bidang pertanian, kehutanan yang berkaitan dengan penggunaan lahan
melalui evaluasi lahan (Adhitya, 2008). Peranan geomorfologi dalam evaluasi
lahan merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Fungsi evaluasi lahan untuk memberikan pengertian tentang
hubungan antara kondisi lahan dan penggunaanya serta memberikan pada
perencana sebagai manfaat dan alternatif penggunaan lahan yang diharapkan akan
berhasil. Salah satu manfaat dari bagian ilmu geomorfologi sebagai evaluasi
kesesuaian lahan (Adhitya, 2008) Aspek utama yang digunakan dalam pendekatan
geomorfologi adalah bentuklahan yang telah banyak digunakan sebagai dasar

5
analisis untuk kajian terapan seperti kemampuan lahan dan kesesuaian lahan
untuk menentukan daerah yang rentan terhadap bencana alam seperti banjir dan
tanah longsor. Setiap bentuk lahan dapat dibagi menjadi satuan yang lebih sempit
yang disebut satuan lahan dengan unsur pembeda dan penciri adalah bentuklahan,
jenis tanah, lereng dan penggunaan lahan (Khikmawan Jiwandaru 2017).

Suprapto Dibyosaputro (1999) mengemukakan bahwa manusia dalam


upayanya memanfaatkan lahan untuk meningkatkan produktivitas pertanian,
kadang hanya memandang penghasilan (income) dari hasil kegiatanya. Campur
tangan manusia terhadap pengelolaan sumberdaya lahan dalam wujud
pemanfaatan dan pengelolaan tanah yang mencakup penterasan, pencangkulan
penanaman, penebangan kayu pada lahan-lahan yang mempunyai kemiringan
lereng miring hingga terjal tanpa memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah
dan air akhirnya dapat menimbulkan masalah baru seperti terjadinya berbagai
macam gerak massa (mass movement). Informasi geomorfologi suatu daerah
menjadi pertimbangan yang sangat penting dalam upaya pengelolaan daerah yang
bersangkutan, salah satunya adalah konservasi tanah sebagai upaya untuk
rehabilitasi lahan (Kurnianto 2019). Konservasi tanah diartikan sebagai
penempatan setiap bidang tanah sebagai cara penggunaan yang sesuai dengan
bidang kemampuan tanah tersebut dan cara memperlakukanya sesuai dengan
persyaratan yang di perlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Dalam penilaian
tanah dapat dirumuskan dalam sistem klasifikasi kemampuan lahan yang
ditujukan untuk : 1) Mencegah kerusakan tanah oleh erosi; 2) Memperbaiki tanah
yang telah rusak; 3) memelihara serta meningkatkan produktivitas tanah supaya
dapat digunakan dengan tetap lestari. Dengan demikian maka konservasi tanah
tidaklah berarti penundaan penggunaan tanah atau pelarangan penggunaan tanah
tetapi penyesuaian macam penggunaanya dengan kemampuan tanah dan
memberikan perlakuan yang sesuai dengan syarat- syarat yang di diperlukan, agar
dapat berfungsi secara lestari (Sitanala Arsyad,1989).

6
2.2 Faktor-faktor Geomorfologi yang Memengaruhi Pertanian
Geomorfologi adalah studi tentang bentuk dan karakteristik permukaan bumi.
Faktor-faktor geomorfologi dapat memiliki dampak signifikan pada pertanian.
Berikut adalah beberapa faktor geomorfologi yang memengaruhi pertanian:

1. Topografi: Topografi merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi


pertanian. Lereng, kemiringan, dan bentuk permukaan bumi dapat
mempengaruhi drainase air, erosi tanah, dan distribusi air. Lereng yang curam
dapat menyebabkan erosi tanah yang lebih tinggi, sementara lereng yang datar
atau cekung dapat menyebabkan genangan air. Pertanian yang efektif sering kali
mempertimbangkan penempatan tanaman yang sesuai dengan topografi, serta
implementasi teknik konservasi tanah dan air yang tepat.
2. Drainase: Sistem drainase alami, seperti sungai, sungai kecil, dan parit,
mempengaruhi kemampuan lahan untuk mengalirkan kelebihan air. Drainase
yang buruk dapat menyebabkan genangan air, kelebihan kelembaban, atau
akumulasi garam di tanah. Dalam pertanian, perencanaan drainase yang baik
sangat penting untuk mencegah kerusakan tanaman akibat kelebihan air.
3. Jenis Tanah: Jenis tanah yang berbeda memiliki karakteristik fisik, kimia, dan
drainase yang berbeda pula. Misalnya, tanah berpasir cenderung memiliki
drainase yang baik tetapi kemampuan menyimpan air yang rendah, sementara
tanah lempung memiliki kemampuan menyimpan air yang baik tetapi drainase
yang lambat. Pertanian yang sukses mempertimbangkan jenis tanah yang ada di
area tersebut dan memilih tanaman yang sesuai dengan karakteristik tanah yang
ada.
4. Bentuk Lahan: Bentuk lahar, seperti lereng vulkanik dan dataran banjir lahar,
dapat memberikan tanah yang sangat subur dan kaya mineral. Tanah-tanah ini
sering kali mendukung pertanian yang produktif. Namun, keberadaan lahar juga
dapat menyebabkan risiko erosi dan longsor, sehingga perlu dilakukan tindakan
konservasi yang tepat.
5. Ketinggian: Ketinggian suatu daerah dapat mempengaruhi iklim mikro dan
suhu. Pertanian di daerah yang lebih tinggi mungkin menghadapi suhu yang

7
lebih rendah dan musim tumbuh yang lebih pendek. Ini dapat mempengaruhi
jenis tanaman yang dapat ditanam dan metode pertanian yang dapat digunakan.
6. Ketersediaan Air: Faktor geomorfologi seperti sungai, danau, atau airtanah
dapat mempengaruhi ketersediaan air bagi pertanian. Pertanian yang
berkelanjutan mempertimbangkan aspek ini dan mengelola sumber daya air
dengan bijaksana.
7. Erosi Tanah: Kemiringan dan tekstur tanah yang salah dapat meningkatkan
risiko erosi tanah. Erosi tanah dapat menghilangkan lapisan humus yang penting
dan merusak struktur tanah, sehingga mengurangi kesuburan dan produktivitas
lahan pertanian.

Pertanian yang berkelanjutan dan produktif mempertimbangkan faktor-


faktor geomorfologi ini dan mengadopsi teknik pertanian yang sesuai dengan
kondisi setempat untuk meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan
potensi pertanian.

2.3 Jenis Tanah dan Pertanian


Tanah berperan penting dalam menunjang proses produksi pertanian. Jenis
tanah di satu daerah berbeda dengan daerah lainnya tergantung dari komponen
yang ada di dalamnya. Umumnya petani mengenal jenis tanah seperti tanah
merah, tanah lempung, tanah pasir, dll. Adanya klasifikasi tersebut sebagai cara
untuk membedakan dan menentukan jenis tanah yang cocok untuk perkembangan
suatu tanaman. Dalam budidaya pertanian, tanah yang ideal untuk perkembangan
tanaman jika memenuhi syarat seperti memiliki tingkat kelembapan yang baik,
kondisi pH tanah netral (pH tanah 7), memiliki banyak kandungan unsur organik,
tidak ada lapisan padas dan tidak memadat saat ditanami.
Tanah pada dasarnya memiliki sifat dan karakter yang berbeda satu sama
lain sehingga jenis tanaman yang ditanam juga berbeda. Jenis tanah dapat
dibedakan berdasarkan proses terbentuknya, sebaran dan jenis tanaman yang
cocok ditanam.

Berikut beberapa jenis tanah yang cocok digunakan dalam budidaya tanaman :

8
1. Tanah Organosol

Tanah organosol terbentuk dari pelapukan bahan organik yakni berasal dari
pelapukan tanaman yang mati. Tanah ini banyak ditemukan di daerah rawa rawa
dan daerah yang digenangi air. Tanah organosol terbagi menjadi dua jenis tanah
yaitu tanah humus dan gambut. Tanah humus merupakan tanah yang subur
dengan ciri-ciri mengandung bahan organik tinggi sehingga warna tanah ini
menjadi hitam. Tanah ini cocok ditanami padi, nanas dan kelapa. Persebaran
humus di Indonesia meliputi daerah Kalimantan, Sumatera, Papua, Jawa dan
sebagian wilayah dari Sulawesi. Tanah gambut tidak sesubur tanah humus. Tanah
gambut berasal dari pembusukan bahan organik yang berlangsung dalam keadaan
tergenang sehingga tanah menjadi anaerob dan bersifat asam. Tanah gambut dapat
ditanami tanaman kelapa sawit, karet, palawija, nanas, dll. Persebaran tanah
gambut di Indonesia meliputi wilayah Kalimantan, Sumatera dan Papua.

9
2. Tanah Litosol

Tanah litosol berasal dari sisa sisa aktivitas gunung berapi.  Ciri-ciri tanah
litosol yaitu memiliki tekstur berbatu-batu, kandungan bahan organik masih
rendah, kedalaman dangkal dan sering terjadi erosi. Tanah ini cocok untuk
ditanami palawija dan rumput ternak. Wilayah penyebaran tanah latosol meliputi
Sumatera, Sulawesi, Maluku, Jawa, Nusa Tenggara dan Papua.

3. Tanah Latosol

Tanah Latosol berasal pelapukan batuan sedimen dan metamorf. Tanah ini
memiliki ciri-ciri warna merah bata karena kandungan zat besi dan aluminium, pH
tanah mendekati netral sehingga bisa diatur kesuburannya dengan sedikit
penambahan pupuk. Jenis tanaman yang cocok di tanami tanah latosol diantaranya

10
cengkeh, tebu, kopi, kelapa sawit, karet, kakao, padi, palawija, buah dan sayuran.
Tanah latosol tersebar di wilayah Lampung, Sumatra Utara, Kalimantan, Jawa
Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Papua.

4. Tanah Alluvial

Tanah alluvial merupakan jenis tanah yang banyak digunakan dalam


budidaya tanaman karena subur dan memiliki kandungan bahan organik yang
tinggi. Tanah alluvial terbentuk dari  endapan lumpur. Ciri khas tanaman alluvial
yaitu berwarna coklat hingga kelabu dengan struktur tanah sedikit lepas-lepas.
Jenis tanaman yang cocok ditanam yaitu padi, palawija, tembakau, jagung, tebu,
buah-buahan dan jenis tanaman lainnya. Persebaran tanah alluvial hampir di
seluruh wilayah Indonesia meliputi Kalimantan, Sumatra, Sulawesi, Jawa dan
Papua.

5. Tanah Regosol

11
Tanah regosol terbentuk dari material yang dikeluarkan letusan gunung
berapi yang belum mengalami perkembangan sempurna. Ciri-ciri tanah regosol
yaitu mengandung bahan organik yang rendah, tekstur kasar, tidak dapat
menampung air dan mineral yang dibutuhkan tanaman dengan baik. Tanaman
yang cocok ditanami tanah regosol yaitu jenis tanaman palawija yang tidak terlalu
banyak membutuhkan air. Tanah ini banyak ditemukan diwilayah Sumatera, Jawa
dan Nusa Tenggara.

6. Tanah Grumusol

Ciri-ciri tanah grumusol yaitu memiliki warna gelap, tekstur yang kering
dan mudah pecah terutama disaat musim kemarau. Tanah grumusol biasa berada
pada daerah dengan topografi datar hingga bergelombang dengan ketinggian 300
meter diatas permukaan laut. Tanaman yang cocok ditanami tanah ini yaitu kayu
jati, jagung, tebu, tembakau, kapas, kedelai dan padi. Persebaran tanah grumusol
meliputi wilayah Nusa Tenggara Timur, Jawa Timur (Ngawi, Madiun) dan Jawa
tengah (Demak. Jepara, Pati, Blora dan Rembang). Ciri-ciri tanah grumusol yaitu
memiliki warna gelap, tekstur yang kering dan mudah pecah terutama disaat
musim kemarau. Tanah grumusol biasa berada pada daerah dengan topografi datar
hingga bergelombang dengan ketinggian 300 meter diatas permukaan laut.
Tanaman yang cocok ditanami tanah ini yaitu kayu jati, jagung, tebu, tembakau,
kapas, kedelai dan padi. Persebaran tanah grumusol meliputi wilayah Nusa

12
Tenggara Timur, Jawa Timur (Ngawi, Madiun) dan Jawa tengah (Demak. Jepara,
Pati, Blora dan Rembang). https://www.hextarfertilizerindonesia.com/mengenal-
jenis-dan-karakter-tanah-untuk-pertanian/

2.4 Peranan Sistem Irigasi dalam Pertanian

Irigasi merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan usaha


tanidalam arti luas. Sejalan dengan era reformasi dan otonomi daerah, maka saat
ini telah ada pengaturan baru yang mengatur tentang irigasi, yaitu pengelolaan
diserahkan kepada petani. Namun demikian pemerintah tetap berkewajiban untuk
membantu petani terutama dalam bimbingan teknis dan keuangan sampai mampu
mengelolanya secara mandiri. Irigasi didefinisikan sebagai suatu cara pemberian
air, baik secara alamiah ataupun buatan kepada tanah dengan tujuan untuk
memberi kelembaban yang berguna bagi pertumbuhan tanaman. Secara garis
besar, tujuan irigasi dapat digolongkan menjadi 2 (dua) golongan, yaitu : Tujuan
Langsung, yaitu irigasi mempunyai tujuan untuk membasahi tanah berkaitan
dengan kapasitas kandungan air dan udara dalam tanah sehingga dapat dicapai
suatu kondisi yang sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan tanaman yang
ada di tanah tersebut. Tujuan Tidak Langsung, yaitu irigasi mempunyai tujuan
yang meliputi : mengatur suhu dari tanah, mencuci tanah yang mengandung
racun, mengangkut bahan pupuk dengan melalui aliran air yang ada, menaikkan
muka air tanah, meningkatkan elevasi suatu daerah dengan cara mengalirkan air
dan mengendapkan lumpur yang terbawa air, dan lain sebagainya.(Ardi 2015)

Adapun manfaat dari suatu sistem irigasi, adalah :

1. Untuk membasahi tanah, yaitu pembasahan tanah pada daerah yang curah
hujannya kurang atau tidak menentu.
2. Untuk mengatur pembasahan tanah, agar daerah pertanian dapat diairi
sepanjang waktu pada saat dibutuhkan, baik pada musim kemarau maupun
musim penghujan.
3. Untuk menyuburkan tanah, dengan mengalirkan air yang mengandung
lumpur & zat – zat hara penyubur tanaman pada daerah pertanian tersebut,

13
sehingga tanah menjadi subur.
4. Untuk kolmatase, yaitu meninggikan tanah yang rendah / rawa dengan
pengendapan lumpur yang dikandung oleh air irigasi (Rachmad, 2009).

Lahan sawah dengan irigasi teknis yaitu jaringan irigasi dimana saluran
pemberi terpisah dari saluran pembuang agar penyediaan dan pembagian air ke
dalam lahan sawah tersebut dapat sepenuhnya diatur dan diukur dengan mudah.
Biasanya lahan sawah irigasi teknis mempunyai jaringan irigasi yang terdiri dari
saluran primer dan sekunder serta bangunannya dibangun dan dipelihara oleh
pemerintah. Ciri-ciri irigasi teknis: Air dapat diatur dan diukur sampai dengan
saluran tersier serta bangunan permanennya.

2.5 Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Pertanian


Pengelolaan sumber daya air terpadu (Integrated Water Resources
Management – IWRM) dipahami sebagai “proses yang mempromosikan
pengembangan dan pengelolaan air, tanah dan sumber daya terkait yang
terkoordinasi, untuk memaksimalkan hasil ekonomi dan sosial yang dihasilkan.
Manfaat dapat mencakup kenikmatan sumber daya melalui penggunaan rekreasi
atau keuntungan finansial yang dihasilkan dari penggunaan air untuk tujuan
ekonomi. Efisiensi Ekonomi berarti membawa manfaat terbesar bagi jumlah
pengguna sebaik mungkin dengan sumber keuangan dan air yang tersedia. Ini
mensyaratkan pilihan yang paling ekonomis efisien dipilih. Nilai ekonomi tidak
hanya tentang harga, akan tetapi harus mempertimbangkan biaya dan manfaat
sosial dan lingkungan saat ini dan masa depan. Keberlanjutan Ekologis
mengharuskan ekosistem perairan diakui sebagai pengguna dan bahwa alokasi
yang memadai dilakukan untuk mempertahankan fungsi alaminya. Mencapai
kriteria ini juga mensyaratkan bahwa penggunaan lahan dan perkembangan yang
berdampak negatif terhadap sistem ini dihindari atau dibatasi. Secara operasional,
sehingga pendekatan IWRM melibatkan penerapan pengetahuan dari berbagai
disiplin ilmu serta wawasan dari beragam pemangku kepentingan untuk
merancang dan menerapkan solusi yang efisien, adil dan berkelanjutan terhadap
masalah air dan pembangunan. Dengan demikian, IWRM adalah alat

14
perencanaan dan pelaksanaan partisipatif yang komprehensif untuk mengelola dan
mengembangkan sumber daya air dengan cara yang menyeimbangkan kebutuhan
sosial dan ekonomi, dan ini menjamin perlindungan ekosistem bagi generasi
mendatang. Penggunaan air yang banyak berbeda – untuk pertanian, untuk
ekosistem yang sehat, untuk masyarakat dan mata pencaharian – menuntut
tindakan terkoordinasi. Pendekatan IWRM adalah proses yang terbuka dan
fleksibel, mempertemukan pengambil keputusan di berbagai sektor yang
berdampak pada sumberdaya air, dan membawa semua pemangku kepentingan
untuk menetapkan kebijakan dan membuat keputusan yang seimbang dan
seimbang sebagai respon terhadap tantangan air yang dihadapi.

2.6 Dampak Erosi pada Pertanian


Erosi tanah menyebabkan lapisan permukaan tanah bagian atas menjadi
menipis. Terjadinya erosi tanah tersebut akan memberikan dampak yang cukup
besar, baik itu pada tempat asal terjadinya erosi. Dampak dari erosi tanah on site
biasanya akan dapat dirasakan secara langsung oleh pihak yang mengelola tanah
tersebut, yaitu penurunan tingkat produktivitas tanah. Produktivitas tanah yang
menurun dapat ditandai oleh beberapa hal seperti :

- Hilangnya kesuburan tanah akibat hanyutnya pertikel-partikel atau mineral-


mineral dalam tanah, sehingga sulit dijadikan lahan untuk bercocok tanam.

- Peningkatan biaya penggunaan pupuk - Penurunan hasil panen

- Penurunan kemampuan tanah dalam menyerap air (infiltrasi). Hal ini nantinya
dapat mengakibatkan peningkatan limpahan air di permukaan tanah dan pada
akhirnya dapat terjadi banjir. - Terjadinya perubahan struktur tanah

- Lahan menjadi tandus - Perubahan profil tanah

Dampak dari erosi adalah menipisnya lapisan permukaan tanah bagian atas, yang
akan menyebabkan menurunnnya kemampuan lahan (degradasi lahan). Akibat
lain dari erosi adalah menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air

15
(infiltrasi). Penurunan kemampuan lahan meresapkan air ke dalam lapisan tanah
akan meningkatkan limpasan air permukaan yang akan mengakibatkan banjir di
sungai. Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan pada
akhirnya akan mengendap di sungai (sedimentasi) yang selanjutnya akibat
tingginya sedimentasi akan mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga akan
memengaruhi kelancaran jalur pelayaran. Erosi dalam jumlah tertentu sebenarnya
merupakan kejadian yang alami, dan baik untuk ekosistem. Misalnya, kerikil
secara berkala turun ke elevasi yang lebih rendah melalui angkutan air. erosi yang
berlebih, tentunya dapat menyebabkan masalah, semisal dalam hal sedimentasi,
kerusakan ekosistem dan kehilangan air secara serentak. Banyaknya erosi
tergantung berbagai faktor. Faktor Iklim, termasuk besarnya dan intensitas hujan /
presipitasi, rata-rata dan rentang suhu, begitu pula musim, kecepatan angin,
frekuensi badai. faktor geologi termasuk tipe sedimen, tipe batuan, porositas dan
permeabilitasnya, kemiringan lahan. Faktor biologis termasuk tutupan vegetasi
lahan, makhluk yang tinggal di lahan tersebut dan tata guna lahan oleh manusia.
Umumnya, Umumnya, dengan ekosistem dan vegetasi yang sama, area dengan
curah hujan tinggi, frekuensi hujan tinggi, lebih sering kena angin atau badai
tentunya lebih terkena erosi. sedimen yang tinggi kandungan pasir atau silt,
terletak pada area dengan kemiringan yang curam, lebih mudah tererosi, begitu
pula area dengan batuan lapuk atau batuan pecah. porositas dan permeabilitas
sedimen atau batuan berdampak pada kecepatan erosi, berkaitan dengan mudah
tidaknya air meresap ke dalam tanah. Jika air bergerak di bawah tanah, limpasan
permukaan yang terbentuk lebih sedikit, sehingga mengurangi erosi permukaan.
Sedimen yang mengandung banyak lempung cenderung lebih mudah bererosi
daripada pasir atau silt. Dampak sodium dalam atmosfer terhadap erodibilitas
lempung juga sebaiknya diperhatikan

Faktor yang paling sering berubah-ubah adalah jumlah dan tipe tutupan
lahan. pada hutan yang tak terjamah, mineral tanah dilindungi oleh lapisan humus
dan lapisan organik. kedua lapisan ini melindungi tanah dengan meredam dampak
tetesan hujan. lapisan-lapisan beserta serasah di dasar hutan bersifat porus dan

16
mudah menyerap air hujan. Biasanya, hanya hujan-hujan yang lebat (kadang
disertai angin ribut) saja yang akan mengakibatkan limpasan di permukaan tanah
dalam hutan. bila Pepohonan dihilangkan akibat kebakaran atau penebangan,
derajat peresapan air menjadi tinggi dan erosi menjadi rendah. kebakaran yang
parah dapat menyebabkan peningkatan erosi secara menonjol jika diikuti denga
hujan lebat. dalam hal kegiatan konstruksi atau pembangunan jalan, ketika lapisan
sampah / humus dihilangkan atau dipadatkan, derajad kerentanan tanah terhadap
erosi meningkat tinggi (Yasmanidar 2019).

17
BAB IlL
PENUTUP

Kesimpulan
manusia dalam upayanya memanfaatkan lahan untuk meningkatkan
produktivitas pertanian, kadang hanya memandang penghasilan (income) dari
hasil kegiatanya. Campur tangan manusia terhadap pengelolaan sumberdaya lahan
dalam wujud pemanfaatan dan pengelolaan tanah yang mencakup penterasan,
pencangkulan penanaman, penebangan kayu pada lahan-lahan yang mempunyai
kemiringan lereng miring hingga terjal tanpa memperhatikan kaidah-kaidah
konservasi tanah dan air akhirnya dapat menimbulkan masalah baru seperti
terjadinya berbagai macam gerak massa (mass movement). Informasi
geomorfologi suatu daerah menjadi pertimbangan yang sangat penting dalam
upaya pengelolaan daerah yang bersangkutan, salah satunya adalah konservasi
tanah sebagai upaya untuk rehabilitasi lahan. faktor geomorfologi yang
memengaruhi pertanian:

 Topografi,
 Drainase,
 Bentuk Lahan,
 Ketinggian,
 Ketersediaan Air,
 Erosi Tanah,

Saran
Makalah ini bertujuan untuk memberikan pandangan umum tentang
penerapan geomorfologi dalam aktivitas pertanian di Indonesia. Anda dapat
melengkapi setiap bagian dengan informasi yang lebih rinci, contoh kasus nyata,
18
dan referensi terbaru untuk mendukung argumen yang disampaikan.

DAFTAR PUSTAKA
Ardi, 2013. 2015. “I r i g a s I.” UU No.7 tahun 2004 tentang Sumberdaya Air:
46–94.

Dean, Dennis R. et al. 1993. Explorations in Economic History 24(6): ETG 5-1-
ETG 5-17. https://doi.org/10.1016/j.eeh.2020.101342.

Khikmawan Jiwandaru. 2017. “KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK


TANAMAN MAHONI(Swietenia Mahagoni) DI KECAMATAN
PEKUNCEN KABUPATEN BANYUMAS.” : 6–27.

Kurnianto, Fahmi Arif. 2019. “Proses Geomorfologi Dan Kaitannya Dengan


Tipologi Wilayah.” Majalah Pembelajaran Geografi 2(2): 131–47.

Yasmanidar. 2019. “Dampak Erosi Terhadap Lahan Pertanian.” Cybext


Kementrian Pertanian: 1–4.
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/89602/DAMPAK-EROSI-
TERHADAP-LAHAN-PERTANIAN/.

19

Anda mungkin juga menyukai