Anda di halaman 1dari 8

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBERDAYA LAHAN

STUDI KASUS TENTANG PRODUKTIVITAS LAHAN PERBUKITAN DI


YOGYAKARTA

Disusun oleh:

Nama : kurniawan setyaji

NIM : 165040201111053

Kelas :M

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS PERTANIAN

MALANG
I. PENDAHULUAN

Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat di daerah Yogyakarta telah mendorong


petani untuk membuka lahan kering berlereng sebagai lahan usaha tani. Lemahnya penerapan
teknik konservasi tanah menyebabkan terjadinya erosi dan degradasi lahan serta munculnya
lahan kritis yang mencapai 158.600 ha, hamper 90% lahan kering berlereng telah di buat
bangku teras, namun kondisi dan struktur teras belum sempurna sehingga erosi tanah dan
aliran permukaan menjadi tidak terkendali. Hal ini menimbulkan beberapa masalah antara lain
kerusakan lahan dan lingkungan yang semakin luas, pengelolaan lahan yang tidak sesuai
dengan kemampuannya, serta produktivitas lahan yang rendah akibat terjadinya degradasi
lahan.

Masalah utama di lahan kering berlereng adalah terjadinya erosi tanah bila tidak disertai
tindakan konservasi. Erosi sangat merugikan produktivitas lahan karena dalam jangka waktu
yang sigkat, tanah lapisan atas yang subur akan menghilang dan produksi akan menurun
meskipun dilakukan pemupukan lengkap. Kerusakan tanah karena hilangnya unsur hara dapat
diperbaiki dengan menambah pupuk yang tepat, tetapi kerusakan akibat hilangnya fungsi
produksi memerlukan rehabilitasi yang relatif lama

Lahan kritis ini dikhawatirkan semakin meluas karena lahan kritis ini berdampak buruk
terhadap wilayah tersebut yang mana dapat menimbulkan longsor pada musim hujan serta
kekeringan di musim kemarau. Penerapan usaha tani konservasi di harapkan dapat
mengendalikan erosi, mengawetkan lengas tanah, dan meningkatkan hasil pertanian, upaya ini
merupakan bagian untuk memperbaiki pengelolaan lahan di daerah tersebut
II. KONDISI UMUM WILAYAH

Propinsi Yogyakarta yang mempunyai areal seluas 318.560 ha (Badan Litbang


Pertanian 1997) dan sebagian besar berupa lahan pertanian. Areal sawah
berpengairan sekitar 20% dan sisanya merupakam lahan kering yang sumber
pengairannya tergantung pada curah hujan (Abdullah et al. 2003), lahan kritis
diperkirakan mencapai 158.60 ha (Badan Litbang Pertanian 1997) yang tersebar di tiga
zona agroekosistem. Agroekosistem II berupa perbukitan kapur pegunungan seribu di
di kabupaten gunung kidul, dan agroekosistem III meliputi perbukitan baturagungm,
kabupaten gunung kidul, perbukitan Dlingo, kabupaten bantul, dan perbukitan sentolo
dan manoreh, kabupaten kulonprogo (Abdullah et al. 2003)
Lahan kritis ini dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor endogen dan
eksogen (Notohadiprawiro 1978). Khusus untuk lahan kering di daerah ini , faktor
endogen meliputi sifat bahan induk tanah, sifat tanah, dan bentuk fisiologi lahan,
sedangkan faktor eksogen adalah iklim terutama curah hujan dan musim kering yang
jelas (Abdullah et al. 2003) .
Kondisi biofisik lahan sangat beragam, tanah utama tergolong pada ordo Entisol,
Alfisol, Inseptisol, dan Andosol (pusat penelitian tanah dan agroklimat 1993). Yang
berasal dari bahan induk kapur. Tanah umumnya misikin bahan organik dan unsur hara
khususnya N, P, K sehingga produktivitas lahan tergolong sangat rendah, kondisi
biofisik lahan di zona II dan III dicirikan oleh solum tanah yang dangkal, sebagian
horizon B telah hilang akibat erosi, lereng relatif curam, tekstur pasir atau fragmentasi,
dan terdapat singkapan batuan di permuakaan. Meskipun sebagian besar lahan telah
diteras , lahan masih rawan erosi dan longsor karena tampingan teras umumnya tegak,
tanpa tanaman penguat, dan kondisi saluran pembuangan air belum baik, keadaan ini
merupakan kendala bagi perbaikan tanah sebagai tempat tumbuh tanaman dan fungsi
produksi (Abdullah et al. 2003)
III. PEMBAHASAN

 STRATEGI MANAGEMEN KAWASAN


Strategi menegemen pada kawasan II dan III yaitu dengan cara
memeperbaiki teras yang semula datar dan diperbaiki menjadi teras yang
miring, perbaikan sistem drainase atau pembuangan air yang semula tidak ada
dan di beri alur pembuangan air di setiap lokasi petak lahan, penggunaan pola
tanam yang semula tidak dilakukan dan sekarang terlokasikan, penanaman
tanaman tahunan, dan penanaman tanaman penguat agar meminimalisir
terjadinya erosi seperti rerumputan yang mana tanaman rerumputan juga dapat
bermanfaat untuk petani yang memiliki ternak
 KINERJA KONSERVASI TANAH DAN AIR
Kinerja konservasi dan air baik teknik maupun vegetative menurut
Suwardji et al. (1997) menunjukan adanya perbaikan nyata (table 1):
Tingkat adopsi kurang jika melakukan konservasi mekanik dan vegetative,
tetapi tidak sesuai dengan ketentuan teknik konservasi, tingkat adopsi terhadap
kinerja konservasi tanah dan air pada lahan konservasi di setiap zona
agroekosistem tergolong sedang dan baik

 NILAI INDUK EROSI


Berilkut nilai indeks erosi di beberapa agroekosistem di Yogyakarta:

Lokasi yang telah dilengkapi dengan teras yang miring, saluran


pembuangan air, perubahan pola tanam telah menunurunkan nilai erosi,
penurunan nilai erosi terkecil terdapat pada wilayah zona II, terutama
disebabkan oleh faktor pengelolaan tanaman yang lebih kecil dibandingkan
dengan zona lainnya
 EFEKTIVITAS TANAMAN RUMPUT UNTUK MENGURANGI EROSI
Berikut adalah table pengaruh tanaman rumput terhadap erosi di lahan
kritis Yogyakarta

Tanaman rumput yang telah di tanam secara campuran pada bibir teras
paling efektif mengendalikan erosi (35-40%) , pembuatan teras disertai dengan
penanaman tanaman rumput sebagai penguat teras yang rapat dapat menekan
laju erosi
IV. KESIMPULAN

 Kesimpulan
Managemen pada lahan kritis di Yogyakarta lebih efektif yang mana mengubah
sistem tanam menggunakan pola tanam, penanaman tanaman tahunan, dan
penanaman tanaman rumput sebagai penguat tanah untuk meminimalisir terjadinya
erosi lebih efektif, sehingga penurunan tingkat erosi semakin kecil, pada sistem pola
tanam dapat meningkatkan hasil produksi di karenakan lahan dapat lebih produktiv
dalam menyuplai nutrisi bagi tanaman

 Saran
Managemen pada lahan tersebut harus dipertahankan, apabila dapat atau
menemukan sistem managemen yang lebih efektif dari sebelumnya harus
direlokasikan untuk pertanian keberlanjutan yang lebih maju
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah abas Id., Solaeman Y., Abdurachman A. 2003. Keragaman dan Dampak Penerapan
Sistem Usaha Tani Konservasi Terhadap Tingkat Produktivitas Lahan Perbukitan
Yogyakarta. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor

Badan Litbang Pertanian Bagian Proyek Penelitian Terapan Sistem DAS Kawasan Perbukitan
Kritis, Yogyakarta. 1997. Laporan Tahunan 1996/97. Bagian Proyek Penelitian
Terapan Sistem DAS Kawasan Perbukitan Kritis . Yogyakarta 97 hlm

Notohadiprawiro, T. 1978. Lahan Sumber Daya atau Serba Gatra dan Lingkungan Hidup
manusia. Jurusan Ilmu Tanah Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Suwardjo, Hendiarto, B. Prawirodiputo, Z. Mahmud. 1997. Evaluasi Kinerja dan Dampak


Teknologi Sistem Usaha Tani Konservasi Lahan Kering Kawasan Perbukitan Kritis.
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai