Disusun Oleh:
2) Teknologi Adaptasi
a. Teknologi panen hujan.
Teknologi ini merupakan salah satu alternatif teknologi pengelolaan air
dengan prinsip menampung kelebihan air pada musim hujan dan
memanfaatkannya pada musim kemarau untuk mengairi tanaman. Teknologi
panen hujan yang sudah banyak diterapkan adalah embung dan dam parit.
b. Teknologi irigasi.
Teknologi irigasi yang sudah dikembangkan untuk mengatasi cekaman air
pada tanaman adalah sumur renteng, irigasi kapiler, irigasi tetes, irigasi macak-
macak, irigasi bergilir, dan irigasi berselang. Penerapan teknik irigasi tersebut
bertujuan memenuhi kebutuhan air tanaman pada kondisi ketersediaan air yang
sangat terbatas dan meningkatkan nilai daya guna air.
c. Penyesuaian waktu dan pola tanam.
Penyesuaian waktu dan pola tanam merupakan upaya yang sangat strategis
guna mengurangi atau menghindari dampak perubahan iklim akibat pergeseran
musim dan perubahan pola curah hujan. Kementerian Pertanian telah menerbitkan
Atlas Peta Kalender Tanam Pulau Jawa skala 1:1.000.000 dan 1:250.000. Peta
tersebut disusun untuk menggambarkan potensi pola dan waktu tanam bagi
tanaman pangan, terutama padi, berdasarkan potensi dan dinamika sumber daya
iklim dan air (Las et al. 2007). Peta kalender tanam disusun berdasarkan kondisi
pola tanam petani saat ini (eksisting), dengan tiga skenario kejadian iklim, yaitu
tahun basah (TB), tahun normal (TN), dan tahun kering (TK). Dalam
penggunaannya, peta kalender tanam dilengkapi dengan prediksi iklim untuk
mengetahui kejadian iklim yang akan datang, sehingga perencanaan tanam dapat
disesuaikan dengan kondisi sumber daya iklim dan air.
3. CONTOH KASUS
Dari contoh kasus diatas tersebut saat ini sektor pertanian Indonesia
dihadapkan pada ancaman dampak perubahan iklim yang terjadi secara global.
Ketahanan pangan nasional berpeluang terpengaruh jika sistem pertanian
Indonesia tidak disiapkan dengan baik. Adapun, beberapa dampak perubahan
iklim antara lain adalah cuaca ekstrem, seperti hujan lebat, kekeringan, gelombang
panas, dan badai tropis. Hal itu dinilai dapat mempengaruhi proses tanam dan
hasil pertanian nasional.
Menurut Kepala Penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS)
Felippa Ann Amanta, Cuaca ekstrem dapat sangat berdampak pada sektor
pertanian. Kekeringan yang ekstrem dan curah hujan yang tinggi dapat berdampak
buruk pada hilangnya produktivitas tanaman. Dari perubahan iklim ini dapat
mengganggu ketersediaan pangan dan mengancam ketahanan pangan. Secara
sederhana, berkurangnya produksi akan mengakibatkan harga pangan menjadi
lebih mahal. Kenaikan harga dapat berdampak pada akses, keterjangkauan dan
pemanfaatan pangan. Tingginya harga makanan bergizi merupakan faktor terbesar
yang menghalangi konsumsi rumah tangga yang lebih besar dan lebih sehat,
berdasarkan data WFP 2017. Volatilitas harga berdampak signifikan bagi
ketahanan pangan Indonesia, karena konsumen dapat mengubah konsumsinya
untuk merespons kenaikan harga. Sebab, ketika menghadapi kenaikan harga,
konsumen mengurangi konsumsi makanan bergizi atau bahkan jumlah
keseluruhan makanan mereka.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Perubahan pola hujan telah terjadi di beberapa wilayah di Indonesia sejak
beberapa dekade terakhir, seperti awal musim hujan yang mundur pada beberapa
lokasi, dan maju di lokasi lain. Peningkatan suhu udara global selama 100 tahun
terakhir rata-rata 0,57°C (Runtunuwu dan Kondoh 2008). Boer (2007)
menggambarkan perubahan suhu udara di Jakarta dalam periode 1860- 2000 yaitu
1,40°C pada bulan Juli dan 1,04°C pada bulan Januari. Kenaikan permukaan air
laut juga berdampak serius pada sektor pertanian. Dampak paling nyata adalah
penciutan lahan pertanian di pesisir pantai (Jawa, Bali, Sumatera Utara, Lampung,
Nusa Tenggara Barat, dan Kalimantan), kerusakan infrastruktur pertanian, dan
peningkatan salinitas yang merusak tanaman (Las 2007).
1) Dampak Iklim Terhadap Pertanian
Tiga faktor utama yang terkait dengan perubahan iklim global, yang
berdampak terhadap sektor pertanian adalah:
a. perubahan pola hujan,
b. meningkatnya kejadian iklim ekstrim (banjir dan kekeringan), dan
c. peningkatan suhu udara dan permukaan air laut (Salinger 2005).
2) Upaya Menghadapi Perubahan Iklim dapat dilakukan melalui teknik strategi
mitigasi atau dengan teknologi adaptasi.
DAFTAR PUSTAKA
Masturi, Hasanawi, Asyrafinafilah, dkk. 2021. Sinergi Dalam Pertanian Indonesia
untuk Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim. Jurnal Inovasi Penelitian :
page 2085-2094.
Elza Surmaini, Eleonora Runtunuwu, dan Irsal Las, 2021. Upaya Sektor Pertanian
Dalam Menghadapi Perubahan Iklim. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.
Hidayati, I. N., & Suryanto, S. (2015). Pengaruh perubahan iklim terhadap
produksi pertanian dan strategi adaptasi pada lahan rawan kekeringan.
Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan, 16(1), 42-52.
Herlina, N., & Prasetyorini, A. (2020). Pengaruh perubahan iklim pada musim
tanam dan produktivitas jagung (Zea mays L.) di Kabupaten Malang.
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 25(1), 118-128.
Surmaini, E., Runtunuwu, E., & Las, I. (2011). Upaya sektor pertanian dalam
menghadapi perubahan iklim. Jurnal Litbang Pertanian, 30(1), 1-7.