Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

MANAJEMEN SUMBERDAYA ALAM

REVIEW JOURNAL CLIMATE CHANGE

Oleh :

Ahmad Faiq Mahfuzh 20180210124


Merlinda Astuti 20180210132
Fendra Afria 20180210150

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019
Berdasarkan literatur yang saya baca dari jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan
Masyarakat, 4 (1), March 2017 - 81 M. Mustangin terdapat pendapat dari Boateng & Boateng
(2015) bahwa perubahan iklim merupakan masalah kebijakan publik terbesar di zaman ini.
Mengenai perubahan iklim, United States Global Climate Change Programme (dalam Okoli &
Ifeakor, 2014) mengungkapkan bahwa perubahan iklim didefinisikan sebagai reaksi ekstrem
fenomena cuaca yang menciptakan dampak negatif pada sumber daya pertanian, sumber daya
air, kesehatan manusia, penipisan lapisan ozon, vegetasi dan tanah, yang menyebabkan dua
kali lipat dari konsentrasi karbondioksida dalam ekosistem. Sedangkan menurut pendapat
Francis (2014) menyebutkan bahwa perubahan iklim adalah perubahan sifat statistik dari
sistem iklim. Hal ini juga perubahan cuaca bumi termasuk perubahan suhu, angin. Perubahan
iklim secara langsung berdampak negatif kepada manusia dan lingkungan sekitarnya.

Menurut literatur dari jurnal Dampak Perubahan Iklim Terhadap Perilaku dan
Pendapatan Petani (the impact of climate change to farmers’ behavior and revenue) Elly
Rasmikayati dan Endah Djuwendah dikatakan bahwa pemanasan global selama abad terakhir
telah mengakibatkan perubahan iklim yang telah menjadi isu paling penting dalam kebijakan
pembangunan dan global governance pada abad ke 21. Sebagian besar dari kejadian bencana
tersebut merupakan bencana lingkungan hidup seperti angin puting beliung, banjir dan tanah
longsor, yang sangat dipengaruhi oleh gejala perubahan iklim (Suharko, 2014).

Pemanasan global selama abad terakhir telah mengakibatkan perubahan iklim yang
sangat berpengaruh terhadap sektor pertanian karena sektor ini sangat memiliki ketergantungan
yang tinggi terhadap kondisi iklim. Perubahan iklim lebih rentan terjadi di negara-negara yang
sedang berkembang dibandingkan dengan negara-negara maju karena predominansi sektor
pertanian tadah hujan, kelangkaan modal untuk melakukan langkah-langkah adaptasi, baseline
iklim yang lebih hangat, serta ekspose yang lebih tinggi terhadap kejadian-kejadian ekstrim
(Chapagain dkk., 2009; Mertz dkk., 2009).

Laporan kajian IPCC yang ke-5 menyatakan bahwa PI akan tetap berlangsung bahkan
meningkat sehingga berdampak terhadap kondisi sosial-ekonomi dan lingkungan. Negara
berkembang sangat berdampak karena faktor keterpaparan secara geografis, ketergantungan
pada sektor yang sensitif terhadap iklim, pendapatan rendah, dan kapasitasnya dalam
melakukan adaptasi yang rendah (Stern,2008).

Para pemerhati di bidang iklim, sebagian besar memandang bahwa PI merupakan


penyebab migrasi penduduk dan terjadinya konflik. Kemiskinan dan ketergantungan pada
sektor pertanian yang diperparah oleh badai, banjir, dan kekeringan menyebabkan 12-17 juta
penduduk Banglades (Pakistan Timur sebelum 1971) pindah ke India sejak tahun 1950-an. PI
dikategorikan sebagai threat multiplier atau ancaman pengganda (CNA-MAB, 2007) yang
akan menyebabkan meningkatnya peristiwa kekeringan, kelaparan, dan migrasi sehingga dapat
memicu lebih banyak konflik selama beberapa dekade.

PI turut berkontribusi terhadap peningkatan kejadian bencana hidrometeorologi (banjir,


kekeringan, tanah longsor, puting beliung, hingga gelombang pasang) yang merupakan 98,5%
total bencana di Indonesia.

PI terjadi secara global namun dampak yang ditimbulkannya bervariasi secara lokal.
Indikasi terjadinya PI di Indonesia dapat dilihat dari adanya peningkatan cuaca ekstrim (banjir
dan kekeringan), peningkatan suhu udara, maju mundurnya musim, dan perubahan jumlah
volume hujan (Aldrian dkk, 2011). Salah satu penyebab meningkatnya kejadian banjir dapat
dilihat dari pengamatan di Stasiun Meteorologi Hasanudin (Makassar), dimana intensitas hujan
20 mm/hari meningkat sebesar 0,05% per tahun. Indikasi lainnya adalah secara umum suhu di
Indonesia baik suhu minimum, rata-rata, dan maksimum memiliki tren yang meningkat sebesar
0.03 °C per tahun (BMKG, 2018).

PI di Indonesia juga telah dirasakan baik secara langsung (fisik) maupun secara tidak
langsung (nonfisik). Secara fisik, indikasi dan dampak PI telah dirasakan oleh berbagai lapisan
masyarakat yang meliputi: Peningkatan intensitas curah hujan menyebabkan perubahan
ketahanan dari berbagai komoditas pertanian khas tropis, anomali iklim dan musim
menyebabkan berbagai macam dampak, yaitu penurunan produksi pertanian, perkebunan,
perikanan, gangguan transportasi maupun gangguan pada beberapa spesies hewan dan
tumbuhan, Meningkatnya kekeringan memicu kasus kebakaran hutan di beberapa wilayah di
Indonesia, peningkatan temperatur permukaan menimbulkan perbedaan tekanan udara antar
tempat sehingga memicu kenaikan frekuensi kejadian angin puting beliung, Kejadian iklim
ekstrim, di saat El-Nino maka kekeringan mengancam areal pertanian; sebaliknya di saat La
Nina sering mengakibatkan banjir; dan Terjadinya rob yaitu muka laut meluber ke daratan
akibat gelombang pasang.

Perubahan iklim menyebabkan dampak terhadap agroekosistem. Sebagai contoh di


Nepal, dampak utama perubahan iklim bagi para petani adalah kekeringan. Tahap pembibitan
padi merupakan hal yang sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Namun, telah ada
beberapa petani yang dapat mengatasinya dengan cara mengganti varietas lokal dengan varietas
hibrida atau unggul yang tahan terhadap perubahan iklim. Menurut Tao et al ( 2008 ) bukti
dampak perubahan iklim terhadap produksi tanaman sangat menarik perhatian selama beberapa
dekade terakhir. Sebagai contoh di Nepal tepatnya di wilayah bagian timur pada tahun 2006,
kekeringan menyebabkan berkurangnya hasil panen sebesar 30 %, sedangkan banjir besar yang
terjadi di wilayah Barat dan Barat jauh dapat menghancurkan padi di ladang (Malla, 2008).
Variasi pola curah hujan spasial serta temporal akan berdampak negatif pada tanaman padi saat
musim panas di Nepal, terkhusus tanaman yang 100 % bergantung pada curah hujan untuk
irigasi (Kharel et al, 2018).
Diubahnya strategi adapatasi sistem pertanian yang digunakan untuk menghadapi
perubahan iklim terhadap produksi beras di Nepal dapat mengakibatkan perubahan sistem
pertanian yang akan melibatkan perubahan waktu tanam (67,6%), perubahan varietas padi
(17,6%), tipe tanaman (2,9%), tipe penggunaan lahan (5,9%) serta perubahan area komando di
bawah padi (5,9%) (Gahatraj et al, 2018)
Sama seperti di Nepal, di Indonesia sendiri contohnya perubahan iklim mempunyai
dampak terhadap agroekosistem. Menuurut para petani dampak perubahan iklim berpengaruh
terhadap ketidakpastian awal musim tanam, cuaca serta kejadian ekstrim yang dirasakan nyata
sampai sangat nyata , persepsi ini juga dirasakan petani di Tanzania, Kenya, Afrika Selatan
(Ogalleh et al, 2012). Namun, sebagian besar petani menganggap banjir dan erosi tidak secara
nyata dampak dari perubahan iklim. Asap hasil pembakaran bahan bakar dari kendaraan
bermotor yang menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya peningkatan emisi
karbondioksida dimana akan menimbulkan perubahan iklim.
Perubahan iklim menghasilkan cekaman panas serta dapat menurunkan kualitas
produk (Adiyoga & Basuki, 2018). Suhu yang semakin panas akibat perubahan iklim
menyebabkan musuh alami sulit berkembang, sehingga akan terjadi peningkatan serangan
hama dan tidak menutup kemungkinan akan munculnya hama baru. Musim hujan atau kemarau
yang berkepanjangan sebagai dampak dari perubahan iklim ini akan menyebabkan turunnya
hasil produksi per satuan luas.
DAFTAR PUSTAKA
Adiyoga, W., Basuki, R S. 2018. Persepsi Petani Sayuran Tentang Dampak Perubahan Iklim
Di Sulawesi Selatan. Jurnal Hortikultura. 28 (1): 133-146
Aldrian, E., Karmini, M., Budiman., 2011, Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim di Indonesia, Pusat
Perubahan Iklim dan Kualitas Udara Kedeputian Bidang Klimatologi, Jakarta: BMKG,
Boateng, C. ., & Boateng, S. . (2015). Tertiary institutions in Ghana curriculum
coverage on climate change: Implications for climate change awareness.
Journal of Education and Practice, 6(12), 99–106. Retrieved from
http://www.iiste.org/Journals/index.ph p/JEP/article/view/21886
Chapagain, B.K., Subedi, R., dan Paudel, N.S., 2009. Exploring Local Knowledge
of Climate Change: Some Reflections. Journal of Forest and Livelihood.
8:108-112.
Francis, N. P. (2014). Climate change and implication for senior secondary school
financial accounting curriculum development in Nigeria. Journal of
Education and Practice, 5(26), 153–157. Retrieved from
http://www.iiste.org/Journals/index.ph p/JEP/article/view/15957
Gahatraj, S., Jha, R K., Singh, O P. 2018. Impact Of Climate On Rice Production
And Strategies For Adaption In Chitwan Nepal. Journal Of Agriculture
and Natural Resources. 1(1) : 114-121
Kharel, L., Ghimire, S. K., Shrestha, J. , Kunwar, C. B., & Sharma, S. (2018).
Evaluation of rice genotypes for its response to added fertility levels and
induced drought tolerance during reproductive phase. Journal of
AgriSearch. 5(1):13-18.
Malla, G. 2008. Climate change and it's impact on Nepalese agricultre. The
Journal of Agriculture and Environment. 9 : 62-71.
Ogalleh, S A., Vogl, C R, Eitzinger., J & Hauser, M. 2012. Local Perceptions And
Responses To Climate Change And Variability: The Case Of Laikipia
District, Kenya. Sustainability. 4 (12): 3302-3325
Okoli, J. N., & Ifeakor, A. C. (2014). An overview of climate change and food
security: Adaptation strategies and mitigation measures in Nigeria. Journal
of Education and Practice, 5(32), 13–19. Retrieved from
http://www.iiste.org/Journals/index.ph p/JEP/article/view/16708
Stern, Nicholas., 2008, ‘The Economics of Climate Change’. American Economic Review, Vol. 98 (2),
hh. 1-37. DOI: 10.1257/aer.98.2.1, tersedia di http://pubs.aeaweb.org/doi/pdfplus/10.1257/
aer.98.2.1, diakses pada 20 Juni 2018.
Suharko., 2014. Pencegahan Bencana Lingkungan Hidup Melalui Pendidikan
Lingkungan. Jurnal Manusia dan Lingkungan, 21(2):254-260.
Tao, F., Yokozawa, M., Liu, J., & Zhang, Z. 2008. Climate-crop yield
relationship at provincial scale in China and the impact of recent climate
trends. Climate Research. 38 : 83-94.

Anda mungkin juga menyukai