Oleh :
Menurut literatur dari jurnal Dampak Perubahan Iklim Terhadap Perilaku dan
Pendapatan Petani (the impact of climate change to farmers’ behavior and revenue) Elly
Rasmikayati dan Endah Djuwendah dikatakan bahwa pemanasan global selama abad terakhir
telah mengakibatkan perubahan iklim yang telah menjadi isu paling penting dalam kebijakan
pembangunan dan global governance pada abad ke 21. Sebagian besar dari kejadian bencana
tersebut merupakan bencana lingkungan hidup seperti angin puting beliung, banjir dan tanah
longsor, yang sangat dipengaruhi oleh gejala perubahan iklim (Suharko, 2014).
Pemanasan global selama abad terakhir telah mengakibatkan perubahan iklim yang
sangat berpengaruh terhadap sektor pertanian karena sektor ini sangat memiliki ketergantungan
yang tinggi terhadap kondisi iklim. Perubahan iklim lebih rentan terjadi di negara-negara yang
sedang berkembang dibandingkan dengan negara-negara maju karena predominansi sektor
pertanian tadah hujan, kelangkaan modal untuk melakukan langkah-langkah adaptasi, baseline
iklim yang lebih hangat, serta ekspose yang lebih tinggi terhadap kejadian-kejadian ekstrim
(Chapagain dkk., 2009; Mertz dkk., 2009).
Laporan kajian IPCC yang ke-5 menyatakan bahwa PI akan tetap berlangsung bahkan
meningkat sehingga berdampak terhadap kondisi sosial-ekonomi dan lingkungan. Negara
berkembang sangat berdampak karena faktor keterpaparan secara geografis, ketergantungan
pada sektor yang sensitif terhadap iklim, pendapatan rendah, dan kapasitasnya dalam
melakukan adaptasi yang rendah (Stern,2008).
PI terjadi secara global namun dampak yang ditimbulkannya bervariasi secara lokal.
Indikasi terjadinya PI di Indonesia dapat dilihat dari adanya peningkatan cuaca ekstrim (banjir
dan kekeringan), peningkatan suhu udara, maju mundurnya musim, dan perubahan jumlah
volume hujan (Aldrian dkk, 2011). Salah satu penyebab meningkatnya kejadian banjir dapat
dilihat dari pengamatan di Stasiun Meteorologi Hasanudin (Makassar), dimana intensitas hujan
20 mm/hari meningkat sebesar 0,05% per tahun. Indikasi lainnya adalah secara umum suhu di
Indonesia baik suhu minimum, rata-rata, dan maksimum memiliki tren yang meningkat sebesar
0.03 °C per tahun (BMKG, 2018).
PI di Indonesia juga telah dirasakan baik secara langsung (fisik) maupun secara tidak
langsung (nonfisik). Secara fisik, indikasi dan dampak PI telah dirasakan oleh berbagai lapisan
masyarakat yang meliputi: Peningkatan intensitas curah hujan menyebabkan perubahan
ketahanan dari berbagai komoditas pertanian khas tropis, anomali iklim dan musim
menyebabkan berbagai macam dampak, yaitu penurunan produksi pertanian, perkebunan,
perikanan, gangguan transportasi maupun gangguan pada beberapa spesies hewan dan
tumbuhan, Meningkatnya kekeringan memicu kasus kebakaran hutan di beberapa wilayah di
Indonesia, peningkatan temperatur permukaan menimbulkan perbedaan tekanan udara antar
tempat sehingga memicu kenaikan frekuensi kejadian angin puting beliung, Kejadian iklim
ekstrim, di saat El-Nino maka kekeringan mengancam areal pertanian; sebaliknya di saat La
Nina sering mengakibatkan banjir; dan Terjadinya rob yaitu muka laut meluber ke daratan
akibat gelombang pasang.