Anda di halaman 1dari 13

Ekologi

Bentanglahan

CHANGE OF STRUCTURE
BY

CLIMATE FACTOR
KELOMPOK 5:

MARYAM FITRIANA 21/489534/PMU/10977

MEDINAH N.K 22/501893/PMU/11252

BERNADETHA H.V 22/495879/PMU/11072

YOGA DWI A.K 22/500828/PMU/11168

SEKOLAH PASCASARJANA
MAGISTER PENGELOLAAN LINGKUNGAN
OUTLINE
Perubahan Struktur
1
Bentanglahan

2 Faktor iklim: Curah Hujan

Faktor iklim: Suhu dan Bagaimana


3 perubahan iklim
Kelembaban
berpengaruh?
4 Faktor iklim: Tekanan
udara dan angin

5 Bagaimana pengelolaanya?
Bagaimana bisa terjadi?

PERUBAHAN STRUKTUR
BENTANGLAHAN
Struktur dan fungsi bentanglahan dapat
berubah karena berbagai faktor. Perubahan
dapat terjadi pada area yang sangat kecil
maupun sangat besar dan dalam rentang waktu
yang pendek maupun panjang (Peters et al. 2013).

Sebagai contoh: kesenjangan (gap) yang


disebabkan oleh 1 pohon tumbang di hutan
selama badai kecil dan bersifat sementara,.
Sedangkan seluruh hutan mungkin rata karena
badai dan membutuhkan waktu puluhan hingga
berabad-abad untuk pulih.
Pola Perubahan Bentanglahan
Perubahan struktur pada bentanglahan dapat menghasilkan beberapa bentuk
spasial dan temporal. Patch dapat menyusut atau mengembang, atau hilang
seluruhnya. Dinamika suksesi pada patch dapat menyebabkan pergeseran
mosaik dari patch sepanjang waktu (Peters et al. 2004).

Gambar 1. Pola umum perubahan bentanglahan (panah menunjukkan arah


penyebaran) (Debra et al., 2013).

Faktor yang berpengaruh:


Endogen (tektonik dan vulkanik)
Eksogen (tenaga/aktivitas manusia dan tenaga alam)
Iklim (dalam kaitannya dengan perubahan iklim)
Pada skala besar, iklim adalah faktor utama yang berpengaruh terhadap komposisi
dan produktivitas hutan (Shugart dan Urban 1989).

"Perubahan iklim akan menghasilkan perubahan hutan. Perubahan ini juga selalu
terjadi sebagai respons terhadap perubahan iklim" (Davis dan Zabinski 1992)

Apa saja?
Hujan Suhu Angin

Beberapa faktor yang diinduksi iklim atau perubahan iklim telah


Dampaknya? terbukti dengan cepat mengubah karakteristik hutan, meskipun
dampaknya berlangsung secara bertahap, faktor ini dapat
mengubah keanekaragaman hayati suatu daerah.
HUJAN
Salah satu dampak dari perubahan iklim
adalah ketidaktentuan musim dan
meningkatnya curah hujan pada saat musim
penghujan. Kedua dampak tersebut dapat
menyebabkan meningkatnya potensi
kejadian banjir dan longsor yang dapat
mengurangi luasan lahan (Utami, 2019) .

Perubahan yang dapat terjadi akibat banjir


tergenangnya dan rusaknya perumahan,
fasilitas umum, sawah dan tegalan, dan
jalan (Wiweka & Suwarsono, 2011)

Salah satu pemicu terjadi longsor adalah


adanya hujan lebat yang datang tiba-tiba,
sehingga tanah tidak mampu lagi menahan
hantaman air hujan dan tergelincir ke
bawah (Nugroho, Sukojo, & Sari, 2010)
Tanah Longsor si Puncak Pass, Kecamatan Cipanas,

Kabupaten Cianjur 2018

Tipologi tanah longsor yang terjadi di sekitar kawasan Puncak Pass


Resort adalah longsoran bahan rombakan (debris slide) jenis rotasi,
yaitu gerakan massa tanah yang membentuk cekungan seperti tapal
kuda dengan mahkota longsor berada di tebing jalan raya.

Seluruh daerah longsor adalah bagian dari hutan pinus yang


didelineasi warna hijau dengan luas sebesar 2.14 hektar, setelah
longsor luas hutan pinus berkurang menjadi 1.6 hektar (Naryanto, dkk
2019).

Bentanglahan sesudah longsor


ANGIN

Sirkulasi pergerakan massa udara karena adanya perbedaan suhu, dapat


menyebabkan perbedaan tekanan. Demikian, udara berpindah secara alami dari
tempat bertekanan tinggi ke tempat bertekanan rendah. Aliran udara tersebut dapat
dihalangi oleh bentuk permukaan bumi seperti pegunungan, atau dipercepat oleh
relief yang lain seperti lembah. Selain itu, aliran udara tersebut juga dapat
bertumbukan dengan aliran udara yang lain (Ibnul, 2008).

Perubahan iklim juga dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang tidak stabil sebagai contoh
sering terjadi badai, suhu udara yang ekstrim, serta arah angin yang berubah drastis
(Ratnaningayu dalam Hidayati, 2015).

Angin Puting Beliung di Kabupaten Sidenreng Rappang

Terdapat beberapa dampak


angin puting beliung yang
dapat menimbulkan banyak
sekali kerusakan yang tidak
ringan bahkan ada yang
menimbulkan kerugian yang
tidak sedikit yang akan
mengganggu ruang publik
untuk kehidupan salah satunya
merusak lahan pertanian
warga (BNPB, 2016).

Peta Tingkat Bahaya Angin Puting Beliung


Image INSTAGRAM/livingonearth

SUHU DAN KELEMBABAN


Perubahan iklim yang terjadi salah satunya meningkatkan
suhu dan menurunkan tingkat kelembaban,
sehingga iklim menjadi semakin panas dan kering.

Titik Api/panas

Kebakaran Hutan
Terbakarnya hutan dan lahan gambut merupakan sinyal nyata

ancaman hilangnya gambut basah di Riau.


Bentuk Pengelolaan
Pengelolaan Bentanglahan Upaya mitigasi perubahan
Melakukan penanaman
Keterlibatan iklim
hutan dalam skala besar Berdampak Menggunakan sumber
Pemeliharaan terhadap

energi yang terbarukan


tegakan dan pengawasan

Membatasi penggunaan
secara terpadu untuk

kendaraan berbahan bakar


menanggulangi kerusakan
fosil
Mengurangi hutan homogen

Menerapkan 3R dalam
untuk meningkatkan

pengelolaan sampah
keragaman hayati Berkolaborasi
Mengurangi penggunaan
Pengawasan dan penegakan

Integrasi plastik
hukum serta kebijakan
Pengaturan tata guna lahan
Melibatkan masyarakat
Keterpaduan
untuk menekan angka alih
setempat dalam

Keberlanjutan fungsi lahan yang tidak


pengelolaan & pelestarian
sesuai peruntukan dan daya
dukungnya
Referensi
Peters D.P.C., Sarah C. G., Scott L. C., James R. G. 2013. Landscape Diversity. In: Encyclopedia of Biodiversity (Second
Edition). Academic Press. Cambridge. pp 476-487.
Shugart, H. H. and Urban D. L. 1989. Factors affecting the relative abundances of forest tree species. In: Grubb PJ,
Whittaker JB (eds) Toward a more exact ecology. Blackwell Scientifi c Publications, Oxford, pp 249–273.
Davis, M. B. and Zabinski C. 1992. Changes in geographical range resulting from greenhouse warming: effects on
biodiversity in forests. In: Peters RL, Lovejoy TE (eds) Global warming and biological diversity. Yale University Press,
New Haven, pp 297–308.
Iverson, L. R., Anantha M. P., Stephen N. M., and Matthew P. P. 2014. Chapter 2: Climate as an agent of change in forest
landscapes. In: Forest Landscapes and Global Change: Challenges for Research and Management. Springer Science and
Business Media New York. pp 29-49
Utami, D. N. (2019). Kajian dampak perubahan iklim terhadap degradasi tanah. Jurnal Alami: Jurnal Teknologi Reduksi
Risiko Bencana, 3(2), 122-131.
Wiweka, W., & Suwarsono, S. (2011). Pengkajian Relasional Risiko Banjir Dengan Bentuk Lahan Berdasarkan Citra Satelit
Penginderaan Jauh di Daerah Sungai Bengawan Solo Bagial Hilir. Jurnal Teknik Hidraulik, 2(2), 125-140.
Nugroho, J. A., Sukojo, B. M., & Sari, I. L. (2010). Pemetaan Daerah Rawan Longsor dengan Penginderaan Jauh dan
Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus: Kawasan Hutan Lindung Kabupaten Mojokerto). Geoid, 5(2), 110-117.
Connecticut Environment Energy. (2021). How Climate Change Impacts Forests. Diakses pada tanggal 24 September
2022 dari https://portal.ct.gov/DEEP/Forestry/Climate-Change/How-Climate-Change-Impacts-Forests.
Moore, Andrew. (2021). 5 Ways Climate Change Impacts Forests. Diakses pada tangga 24 September 2022 dari
https://cnr.ncsu.edu/news/2021/08/5-ways-climate-change-impacts-forests/
Worland, J. (2015). How Climate Change Is Making Wildfires Worse. Diakses pada tanggal 25 September 2022 dari
https://time.com/3959260/climate-change-wildfires/
Naryanto, H. S., Prawiradisastra, F., Kristijono, A., & Ganesha, D. (2019). Penataan Kawasan Pasca Bencana Tanah
Longsor di Puncak Pass, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur Tanggal 28 Maret 2018. Jurnal Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management), 9(4), 1053-1065.
Hidayati, I. N., & Suryanto, S. (2015). Pengaruh perubahan iklim terhadap produksi pertanian dan strategi adaptasi pada
lahan rawan kekeringan. Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan, 16(1), 42-52.
Qayim, I (2008) Ekologi Hutan Tropis. In: Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya. Universitas Terbuka, Jakarta, pp. 1-36.
Syafitri, A. N., Maru, R., & Invanni, I. ANALISIS TINGKAT BAHAYA BENCANA ANGIN PUTING BELIUNG BERBASIS SISTEM
INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG. Jurnal Environmental Science, 3(2).

Anda mungkin juga menyukai