Anda di halaman 1dari 10

EKOLOGI TUMBUHAN

HUBUNGAN ANTARA VEGETASI DAN FAKTOR LINGKUNGAN:


TANAH

DISUSUN OLEH:
SUSANTI (2130106055)

DOSEN PENGAMPU:
Dr.DWI RINI KURNIA FITRI, M.Si

JURUSAN TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAHMUD YUNUS BATUSANGKAR
SUMATERA BARAT
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 1
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 2
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 2
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
A. Pengaruh Ketinggian ....................................................................................................... 3
B. Pengaruh Kemiringan ..................................................................................................... 4
C. Pengaruh Keterbukaan .................................................................................................... 4
D. Phytogeografi .................................................................................................................. 4
E. Faktor Edafik (Tanah) ..................................................................................................... 5
BAB III KESIMPULAN............................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 9

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Vegetasi (dari bahasa Inggris: vegetation) dalam ekologi adalah istilah untuk
keseluruhan komunitas tetumbuhan. Vegetasi merupakan bagian hidup yang tersusun
dari tetumbuhan yang menempati suatu ekosistem. Beraneka tipe hutan, kebun, padang
rumput, dan tundra merupakan contoh-contoh vegetasi. Analisis vegetasi biasa
dilakukan oleh ilmuwan ekologi untuk mempelajari kemelimpahan jenis serta
kerapatan tumbuh tumbuhan pada suatu tempat. Persebaran Tumbuhan ditentukan oleh
faktor geologis, geografis (seperti ketinggian dan garis lintang) dan curah hujan.
Lingkungan merupakan kumpulan dari faktor hidup (biotik) dan tidak hidup
(abiotik). Faktor biotik mencakup makhluk hidup, seperti tumbuhan, hewan, dan
manusia. Faktor abiotik mencakup semua faktor lingkungan fisika dan kimia, seperti
cahaya matahari, suhu, air, kelembaban, suhu, dan tanah. Kedua faktor tersebut saling
berhubungan dan mempengaruhi antara yang satu dengan yang lain. Salah satu dari
bentuk saling berhubungan dan mempengaruhi tersebut adalah hubungan antara
tumbuhan dengan faktor lingkungan. Salah satu bagian yang berkaitan dengan
tumbuhan adalah vegetasi dan salah satu faktor lingkungan adalah cahaya dan suhu.
Oleh karena itu, pada makalah akan dibahas tentang hubungan antara vegetasi
dengan salah satu faktor lingkungan yaitu Tanah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengaruh ketinggian terhadap tumbuhan
2. Bagaimanakah pengaruh kemiringan terhadap tumbuhan
3. Bagaimanakah pengaruh keterbukaan terhadap tumbuhan
4. Apa yang dimaksud dengan Phytogeografi
5. Bagaimana faktor edafik (tanah)
C. Tujuan
1. Menjelaskan pengaruh ketinggian terhadap tumbuhan
2. Menjelaskan pengaruh kemiringan terhadap tumbuhan
3. Menjelaskan pengaruh keterbukaan terhadap tumbuhan
4. Menjelaskan Phytogeografi
5. Menjelaskan apa saja faktor edafik (tanah)

2
BAB II

PEMBAHASAN

Pada dasarnya ada dua konsep tanah yang berbeda, yaitu (1) tanah sebagai bahan
lepas (as a material) atau soil material, dan (2) tanah sebagai tubuh alam (natural bodies)
atau soils. Dalam konsep pertama, tanah merupakan bahan (material) yang mengandung
mineral, bahan organik dan biota tanah. Tanah pada konsep ini banyak digunakan oleh
para agronomis, insinyur teknik, praktisi hortikultura bahkan para ahli kimia, fisika dan
mikrobiologi tanah (Muhajir Utomo,2016:14)
A. Pengaruh Ketinggian
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman baik faktor biotik
maupun abiotik. Dua faktor pembatas utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan
produksi tanaman adalah ketinggian tempat dan kemiringan lereng. Pengaruh ketinggian
tempat yang berbeda tidak terlepas dari adanya perbedaan suhu udara. Peningkatan
akumulasi fotosintat pada organ akar diduga sebagai bentuk adaptasi tanaman terhadap
kondisi lingkungan di dataran tinggi, seperti suhu yang rendah. Sebaliknya di dataran
rendah, akibat adanya suhu tinggi maka laju laju respirasi (tajuk maupun akar) melebihi
laju fotosintesis yang dilakukan kanopi yang kemudian berakibat dengan adanya
keterbatasan karbohidrat dalam tanaman. Dalam keadaan tersebut, akar memiliki prioritas
yang lebih rendah dibandingkan tajuk, sehingga karbohidrat lebih banyak diakumulasi
pada organ tajuk dibandingkan akar.
Temperatur tanah menurun dengan meningkatnya ketinggian. Atmosfer kurang rapat
pada elevasi-elevasi yang lebih tinggi karena itu kurang dapat mengabsorbsi dan
memegang panas. Lembah lembah dan jurang-jurang dapat lebih banyak terkena bahaya
hawa dingin dibandingkan lereng lereng didekatnya yang berada beberapa ratus meter
lebih tinggi.
1.Pengaruh Ketinggian Terhadap Tekanan
Tekanan zat cair nertambah jika kedalamannya bertambah dan sebaliknya, tekanan zat
cair akan berkurang jika kedalamannya berkurang. Di udara juga akan berlaku demikian,
semakin dekat ke permukaan bumi tekanan udara semakin kecil.
2.Pengaruh Ketinggian Terhadap Kelembaban Udara
Kelembaban udara berbeda-beda karena temperatur di permukaan bumi berbeda.
Perbedaan ini dipengaruhi oleh letak lintang, ketinggian, dan waktu (pagi, siang, dan
malam). Semakin ke utara atau ke selatan 4 khatulistiwa, kelembaban semakin menurun.
Semakin tinggi permukaan bumi, maka semakin tinggi pula suhu kelembaban udara.
3. Pengaruh Ketinggian Terhadap Kadar Oksigen
Atsmofer bumi mengandung oksigen sekitar 210 ml/liter. Kadar yang terlarut
bervariasi, tergantung pada suhu. Tekanan udara di pergunungan lebih rendah yang
disebabkan adanya penurunan tekanan akibat posisi gunung yang berbeda jauh lebih
tinggi dari dataran rendah. Untuk suatu temperatur yang relatif tetap, maka masa udara
di daerah pegunungan akan lebih rendah diakibatkan penurunan tekanan. Oleh sebab itu
kandungan oksigen pun akan menjadi lebih rendah.

Di daerah tropis secara umum dicirikan oleh keadaan iklim yang hampir seragam.
Namun dengan adanya perbedaan geografis seperti perbedaan ketinggian tempat di atas

3
permukaan laut (dpl) akan menimbulkan perbedaan cuaca dan iklim secara keseluruhan
pada tempat tersebut, terutama suhu, kelembaban dan curah hujan. Unsur-unsur cuaca
dan iklim tersebut banyak dikendalikan oleh letak lintang, ketinggian, jarak dari laut,
topografi, jenis tanah dan vegetasi. Pada dataran rendah ditandai oleh suhu lingkungan,
tekanan udara dan oksigen yang tinggi. Sedangkan dataran tinggi banyak mempengaruhi
penurunan tekanan udara dan suhu udara serta peningkatan curah hujan. Laju penurunan
suhu akibat ketinggian memiliki variasi yang berbeda-beda untuk setiap tempat (Daniar
Rafiatul Azkiyah dan Tohari,2019:5-8)
B. Pengaruh Kemiringan
Kemiringan lereng merupakan faktor yang perlu diperhatikan, sejak dari penyiapan
lahan pertanian, usaha penanamannya, pengambilan produk-produk serta pengawetan
lahan. Lahan yang mempunyai kemiringan dapat lebih mudah terganggu atau rusak,
lebih-lebih bila derajat kemiringannya besar. Tanah yang mempunyai kemiringan >15%
dengan curah hujan yang tinggi dapat mengakibatkan longsor tanah.
Lereng yang semakin curam dan semakin panjang akan meningkatkan kecepatan
aliran permukaan dan volume air permukaan semakin besar, sehingga benda yang bisa
diangkut akan lebih banyak. Salah satu upaya untuk mengurangi tingkat bahaya erosi
pada kemiringan lahan dengan cara pembuatan teras.
Semakin curam suatu lereng maka akan mempengaruhi pertumbuhan. Hal ini yang
menyebabkan lahan yang mempunyai kemiringan dapat lebih mudah terganggu atau
rusak karena dipengaruhi oleh curah hujan yang dapat menyebabkan kelongsoran tanah
dan tanah-tanah lapisan atas yang subur akan terhanyut (Andrian,2014:2-7)
C. Pengaruh Keterbukaan
Radiasi matahari adalah faktor utama di antara faktor iklim yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tidak hanya sebagai sumber energi utama di
bumi, sinar matahari juga merupakan faktor pengendali unsur iklim lainnya (suhu,
kelembaban, curah hujan, dan angin). Ada tiga unsur radiasi matahari yang berpengaruh
terhadap tanaman, yaitu: intensitas, kualitas, dan lama penyinaran. Ketiga unsur tersebut
berbeda antar berbagai tempat di bumi. Intensitas Radiasi Matahari Intensitas radiasi
matahari adalah banyaknya energi yang diterima oleh suatu tanaman per satuan luas, dan
per satuan waktu tertentu. Biasanya diukur dengan satuan kal/cm2/hari.
Kerusakan dan Keterbukaan lahan dalam penebangan merupakan hal yang tidak bisa
dihindari. Kerusakan dan keterbukaan lahan ini disebabkan karena adanya proses
penebangan dan penyaradan. Area yang terbuka akibat penebangan merupakan luasan
daerah yang terbuka akibat penebangan pohon berikut rebahnya vegetasi lain disekitar
pohon yang ditebang, Sedangkan area yang terbuka akibat penyaradan merupakan luasan
lahan yang terbuka akibat bulldozer atau bekas lintasan batang kayu yang disarad (
Sugito,2012).
D. Phytogeografi
Data ekologi tidak berhubungan langsung dengan tumbuhan, tetapi interaksi
tumbuhan dengan lingkungannya. Interaksi tersebut terjadi antara tumbuhan dengan
lingkungan abiotik (tanah, udara, suhu, dan kelembapan) dan lingkungan biotik. Data
utama ekologi untuk kepentingan taksonomi adalah distribusi tumbuhan berdasarkan
letak dipermukaan bumi (phytogeografi), adaptasi tumbuhan, dan variasi takson. Studi

4
ekologi memberi petunjuk bahwa keadaan ciri morfologi berkorelasi dengan faktor
lingkungan seperti cahaya, kesuburan tanah, dan kelembapan. Sumbangan ekologi
terhadap taksonomi juga dalam mencari informasi dari faktor lingkungan, yaitu mengapa
terjadi ketidaksinambungan terhadap struktur, fungsi, dan distribusi tumbuhan.
Persebaran setiap jenis tumbuhan yang menyusun flora dipengaruhi oleh sejarah
tumbuhan masa lalu dan masa kini serta letak lintang dan bujur. Tumbuhan yang tumbuh
di daerah tropik jarang ditemukan di kawasan sub-tropik maupun daerah kutub.
Demikian juga sebaliknya. Kemampuan bermigrasi sangat tergantung pada efisiensi
pemencaran tumbuhan dan daya adaptasi terhadap lingkungan tempat hidup tumbuhan.
Setiap jenis tumbuhan yang berbeda umumnya mempunyai daerah persebaran yang
berbeda pula. Walaupun ada beberapa jenis tumbuhan menempati daerah persebaran
yang sama. Taksa yang menempati daerah-daerah geografis secara ekslusif disebut
Allopatrik. Taksa yang persebarannya disuatu daerah secara bersama-sama atau tumpang
tindih disebut Simpatrik atau Semi simpatrik. Pada tingkat jenis, pola persebaran
tumbuhan dapat memberikan informasi temtang jenis tumbuhan yang bersifat: (1)
Kosmopolit, penyabaran sangat luas; (2) Sirkumpolar, hanya menyebar di kutub utara
dan selatan; (3) sirkumboreal, tersebar hanya di daerah boreal; (4) Pantropik, menyebar
di dacah tropik dan subtropik (Hasanuddin,2018:70-71)
E. Faktor Edafik (Tanah)
Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai
tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan
menyuplai kebutuhan air dan udara, secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan
penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur
esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl), dan secara biologi
berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan
hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya
secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomas dan
produksi baik tanaman pangan, tanaman sayursayuran, tanaman holtikultura, tanaman
obat-obatan, industri perkebunan, dan kehutanan (M.Mus’af.2019:200).
Faktor-faktor tanah dalam penelaahan ekologi disebut juga faktor edafik (edaphic
factors). Pembahasan tentang faktor tanah tidak terbatas hanya berasal dari bahan induk
tapi juga mencakup masalah kandungan yang ada di dalamnya baik fisik maupun
biologis. Faktor-faktor edafik adalah faktor-faktor yang bergantung pada keadaan tanah,
kandungan air dan udara di dalamnya. Perbedaan-perbedaan pada tanah sering
merupakan penyebab utama terjadinya perubahan vegetasi dalam daerah iklim yang
sama. Oleh sebab itu, faktor edafik mempunyai arti yang sangat besar bagi tumbuhan.
Faktor edafik atau faktor tanah sangat berpengaruh besar terhadap pertumbuhan
tanaman. Hal ini disebabkan kebutuhan utama yang menjamin kehidupan tumbuhan
berasal dari tanah, seperti unsur hara, air, dan udara. Oleh sebab itu, tingkat kesuburan
tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan (M.Mus’af.2019:200-201).
Berikut merupakan beberapa faktor edafik yang biasanya diukur meliputi sifat
edafik secara fisik, kimiawi, atau biologi. Faktor tersebut diataranya yaitu:
1.Tekstur Tanah
Tekstur tanah, biasa juga disebut besar butir tanah, termasuk salah satu sifat tanah
yang paling sering ditetapkan. Hal ini disebabkan karena tektur tanah berhubungan
erat dengan pergerakan air dan zat terlarut, udara, pergerakan panas, berat volume
tanah, luas permukaan spesifik (specific surface), kemudahan tanah memadat

5
(compressibility) dan lain-lain. Tekstur tanah adalah perbandingan relatif (dalam
persen) antara fraksi pasir, debu dan liat. Tekstur tanah sangat penting kita ketahui
karena komposisi ketiga fraksi penyusun tanah menentukan sifat-sifat fisika, fisika
kimia dan sifat kimia tanah. Berdasarkan atas perbandingan: banyaknya butir-butir
pasir, debu dan liat maka tanah dikelompokkan ke dalam beberapa macam kelas
tekstur. Makin padat suatu tanah. merupakan tanah yang lebih baik. Misalnya pasir
padat. Selain campuran dari clay dan slit, tanah dapat pula bercampur dengan bahan
organik yang berpengaruh jelek terhadap tanah untuk pembangunan namun akan
bagus bagi tanaman (Suradji. 2009).
Tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada
tanah bertekstur halus, udara yang bertekanah tuga dapat mempengaruhi proses dari
aerasi tanah. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir umumnya lebih
mudah kekeringan dari pada tanah tanah bertekstur lempung atau liat.
2. Warna Tanah
Warna tanah merupakan sifat morfologi yang paling mudah dibedakan. Warna
merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah, misalnya: warna hitam menunjukkan
kandungan bahan organik tinggi. Warna merah menunjukkan adanya oksidasi bebas
(tanah-tanah yang teroksidasi). Warna abu-abu atau kebiruan menunjukkan adanya
reduksi. Warna tanah sering digunakan sebagai salah satu parameter untuk
mengklasifikasikan tanah. Hasil klasifikasi tanah selanjutnya digunakan sebagai dasar
penilaian kesesuaian lahan berbagai tanaman pertanian maupun tanaman kehutanan.
Dalam penelitian sumber daya tanah saat ini, Munsell soil color chart (MSCC)
digunakan sebagai standar. Warna dasaratau warna matriks dan warna karatan sebagai
hasil dari proses oksidasidan reduksi di dalam tanah.
3. Aerasi Tanah
Aerasi adalah perpindahan masa zai dari proses gas ke fase cair atau
sebaliknya, terjadi bila ada kontak antara permukaan cairan dengan udara.. Di dalam
praktek pengolahan air umumnya udara dan proses perpindahan gas umumnya diberi
istilah 'Acrasi. Gaya penggerak perpindahan massa dari udara ke dalam air atau
sebaliknya, dikendalikan oleh perbedaan konsentrasi zat di dalam air atau sebaliknya
dikendalikan oleh perbedaan konsentrasi zat di dalam larutan dan kelarutan gas pada
konsentrasi tertentu. Aerasi merupakan pengaliran udara ke dalam tanah untuk
menigkatkan kandungan oksigen dengan memancarkan air atau melewatkan
gelembung udara ke dalam tanah. Aerasi tanah adalah proses pertukaran O; dan CO
tanah dan atmosfer. Jenis-jenis gas lain yang termasuk dalam pertukaran ini adalah
bentuk volatil nitrogen N. NH, NO, NO, sulfur HS. SO₂ dan hidrokarbon CH. proses
aerasi tanah merupakan salah satu faktor terpenting dalam produktivitas tanah. Akar
tanaman menyerap oksigen dan melepaskan karbondioksida pada proses respirasi.
4. pH Tanah
pH merupakan kependekan dari potensial of hydrogen. Sedangkan pH tanah
adalah suatu standar pengukuran tingkat keasaman atau kebasaan pada suatu lahan.
Dengan mengetahui kadar pH dalam tanah, para petani (manusia) dapat menentukan
tanaman apa yang cocok untuk ditanam atau dibudidayakan karena setiap tanaman
memiliki karakteristik kebutuhan kadar pH yang berbeda-beda.

6
5. Materi Organik
Tanah Bahan organik merupakan bagian dari tanah yang merupakan suatu
sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang
yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk,
karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia (Kononova, 1966). Tanah
yang ideal tersusun atas komponen-komponen yaitu 45% mineral, 5% bahan
organik, dan 20-10% udara dan air (Yulipriyanto, 2010). Bahan organik terdiri dari
sisa tanaman di atas permukaan tanah yang masih dapat dikenali bentuknya, sisa
tanaman yang melapuk yang wujudnya tidak dapat dikenali lagi, mikroorganisme
berupa flora dan fauna yang berperan dalam proses dekomposisi beserta
produknya, serta humus yang merupakan hasil akhir dekomposisi bahan organik
(Yulipriyanto, 2010).

7
BAB III

KESIMPULAN

1.Ketinggian tempat sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Ketika kita


membicarakan ketinggian tempat, maka di dalamnya termasuk suhu udara, sinar
matahari, kelembaban udara dan angin.
2.Kemiringan lereng merupakan faktor yang perlu diperhatikan, sejak dari penyiapan
lahan pertanian, usaha penanamannya, pengambilan produk-produk serta
pengawetan lahan.
3.Radiasi matahari adalah faktor utama di antara faktor iklim yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
4.Fitogeografi atau geografi tumbuhan merupakan suatu bidang ilmu yang mencakup
persebaran geografi, habitat, sejarah serta faktor-faktor biologi yang terlibat dalam
kehidupan tumbuhan tersebut.
5.Faktor-faktor tanah dalam penelaahan ekologi disebut juga faktor edafik (edaphic
factors). Pembahasan tentang faktor tanah tidak terbatas hanya berasal dari bahan
induk tapi juga mencakup masalah kandungan yang ada di dalamnya baik fisik
maupun biologis.

8
DAFTAR PUSTAKA

Andrian, et al. 2014. Pengaruh Ketinggian Tempat dan Kemiringan Lereng Terhadap
Produksi Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Kebun Hapesong PTPN III
Tapanuli Selatan. Jurnal Online Argoteknologi, Vol 2 (3). Medan: USU PRESS
Azkiyah, Daniar Rafiatul dan Tohari. 2018. Pengaruh Ketinggian Tempat Terhadap
Pertumbuhan, Hasil dan Kandungan Steviol Glikosida pada Tanaman Stevia (Stevia
rebaudina). Jurnal Vegetalika, Vol 8(1). Yogyakarta: UGM PRESS
Hasanuddin.2018. Botani Tumbuhan Tinggi. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press
Mus’af.M.2019.Kondisi Kimia Tanah Pada Dua Level Ketinggian Tempat Di kawasan
Taman Nasional Lore Lindu Sulawesi Tengah. Jurnal Warta Rimba.Vol.7 (4)
Sugito. 2012. Ekologi Tumbuhan dan Tanaman Pertanian (Pengantar ke Agroekologi).
Padang: Angkasa Raya
Suradji. 2009.Ilmu Tanah.Bhatara Karya. Jakarta: Aksara.
Utomo, Muhajir. 2018. Ilmu Tanah (Dasar-dasar dan Pengelolaan) Edisi Pertama. Jakarta:
Kencana
Yuliprianto. 2010. Biologi Tanah dan Strstegi Penglolaannya. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai