Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM

MASA PEMERINTAHAN DAWLAH BANI UMAYYAH

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5

RAHMA APRIDIATI (2130106044)

VANNY ADRIANY (2130106059)

DOSEN PENGAMPU:

PISDONI MARDIANTO, M. Hum

JURUSAN TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAHMUD YUNUS

BATUSANGKAR

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul gambaran umum sejarah kebudayaan dan
peradaban islam dan arab pra islam sejarah peradaban islam, ini tepat pada waktunya. Adapun
tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bapak Pisdoni Mardianto,
M.Hum pada sejarah peradaban islam.

Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memahami tentang masa pemerintahan dawlah
bani umayyah Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak, selaku dosen pengampu mata
kuliah sejarah peradaban islam yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya menyadari,
makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Batusangkar, 12 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................1
C. Tujuan...............................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3
A. Sejarah Berdirinya Dawlah Bani Umayyah.................................................................................3
B. Bentuk Pemerintahan Dawlah Bani Umayyah, Orintasi Politiknya, Proses Pengangkatan
Cara Khalifahnya dan Kedudukan Khalifah Pada Masa Pemerintahan Dawlah Bani
Umayyah..........................................................................................................................................5
C. Nama-Nama Khalifah Dawlah Bani Umayyah Yang Berjasa Lengkap Dengan Usahanya
Masing-Masing................................................................................................................................7
D. Kesatuan Masyarakat Dari Unsur Politik, Ekonomi, Sistem Sosial dan Militer....................10
E. Interegnum Khalifah 'Umar ibn 'Abd Al 'Aziz Dalam Unsur Kebudayaan, Seperti
Pemerintahan, Ekonomi, Ilmu Pengetahuan, Sosial Kemasyrakatan......................................11
F. Meneladani Kesederhanaan dan Keshalihan Khalifah 'Umar bin 'Abd Al 'Aziz Dalam
Pemerintahannya...........................................................................................................................12
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................13
A. KESIMPULAN.............................................................................................................................13
B. SARAN..........................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................14

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dinasti Bani Umayyah merupakan dinasti yang berkuasa selama lebih kurang 90
tahun (41-132/661-750). Dinasti Umayyah merupakan kerajaan Islam pertama yang
didirikan oleh Muawiyah Ibn Abi Sufyan. Perintisan dinasti ini dilakukannya dengan cara
menolak pembantaian terhadap khalifah Ali bin Abi Thalib, kemudian ia memilih
berperang dan melakukan perdamaian dengan pihak Ali dengan strategi politik yang
sangat menguntungkan baginya.
Jatuhnya Ali dan naiknya Muawiyah juga disebabkan keberhasilan pihak khawarij
(kelompok yang membangkang dari Ali) membunuh khalifah Ali. meskipun kemudian
tampuk kekuasaan dipegang oleh putranya Hasan, namun tanpa dukungan yang kuat dan
kondisi politik yang kacau akhirnya kepemimpinannya pun hanya bertahan sampai
beberapa bulan. Pada akhirnya Hasan menyerahkan kepemimpinan kepada Muawiyah,
namun dengan perjanjian bahwa pemilihan kepemimpinan sesudahnya adalah diserahkan
kepada umat Islam. Perjanjian tersebut dibuat pada tahun 661 M/ 41 H dan dikenal
dengan am jama'ah karena perjanjian ini mempersatukan ummat Islam menjadi satu
kepemimpinan, namun secara tidak langsung mengubah pola pemerintahan menjadi
kerajaan.
Meskipun begitu, munculnya Dinasti Umayyah memberikan babak baru dalam
kemajuan peradaban Islam, hal itu dibuktikan dengan sumbangan sumbangannya dalam
perluasan wilayah, kemajuan pendidikan, dan kebudayaan.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan sejarah berdirinya dawlah bani umayyah?
2. Jelaskan bentuk pemerintahan Dawlah Bani Umayyah, orintasi politiknya, proses
pengangkatan cara khalifahnya dan kedudukan khalifah pada masa pemerintahan
Dawlah Bani Umayyah?
3. Jelaskan nama-nama khalifah Dawlah Bani Umayyah yang berjasa lengkap dengan
usahanya masing-masing?
4. Jelaskan kesatuan masyrakat dari unsur politik, ekonomi, sistem sosial dan militer?

1
5. Jelaskan interegnum khalifah 'Umar ibn 'Abd al 'Aziz dalam unsur kebudayaan,
seperti pemerintahan, ekonomi, ilmu pengetahuan, sosial kemasyrakatan?
6. Jelaskan sikap yang bisa diteladani dari kesederhanaan dan keshalihan khalifah 'Umar
bin 'Abd al 'Aziz dalam pemerintahannya?

C. Tujuan
1. Mengetahui sejarah berdirinya dawlah bani umayyah.
2. Mengetahui bentuk pemerintahan Dawlah Bani Umayyah, orintasi politiknya, proses
pengangkatan cara khalifahnya dan kedudukan khalifah pada masa pemerintahan
Dawlah Bani Umayyah.
3. Mengetahui nama-nama khalifah Dawlah Bani Umayyah yang berjasa lengkap
dengan usahanya masing-masing.
4. Mengetahui kesatuan masyrakat dari unsur politik, ekonomi, sistem sosial dan militer.
5. Mengetahui interegnum khalifah 'Umar ibn 'Abd al 'Aziz dalam unsur kebudayaan,
seperti pemerintahan, ekonomi, ilmu pengetahuan, sosial kemasyrakatan.
6. Mengetahui sikap yang bisa diteladani dari kesederhanaan dan keshalihan khalifah
'Umar bin 'Abd al 'Aziz dalam pemerintahannya.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Dawlah Bani Umayyah
Wafatnya khalifah Ali bin Abi Thalib pada tanggal 20 Ramadhan tahun 40 H/661
M, karena terbunuh oleh tusukan pedang beracun saat sedang beribadah di masjid Kufah,
oleh kelompok Khawarij yaitu Abdurrahman bin Muljam, menimbulkan dampak politis
yang cukup berat bagi kekuatan umat Islam khususnya para pengikut setia Ali (Syi’ah).
Oleh karena itu, tidak lama berselang umat Islam dan para pengikut Ali bin Abi Thalib
melakukan sumpah setia (bai’at) atas diri Hasan bin Ali untuk di angkat menjadi khalifah
pengganti Ali bin Abi Thalib.
 Proses pengangkatan itu dilakukan dihadapan banyak orang. Mereka yang
melakukan sumpah setia ini (bai’at) ada sekitar 40.000 orang jumlah yang tidak sedikit
untuk ukuran pada saat itu. Orang yang pertama kali mengangkat sumpah setia adalah
Qays bin Sa’ad, kemudian diikuti oleh umat Islam pendukung setia Ali bin Abi Thalib.
Pengangkatan Hasan bin Ali di hadapan orang banyak tersebut ternyata tetap saja
tidak mendapat pengakuan dari Muawiyah bin Abi Sufyan dan para pendukungnya.
Dimana pada saat itu Muawiyyah yang menjabat sebagai gubernur Damaskus juga
menobatkan dirinya sebagai khalifah. Hal ini disebabkan karena Muawiyah sendiri sudah
sejak lama mempunyai ambisi untuk menduduki jabatan tertinggi dalam dunia Islam.
Namun Al-Hasan bin Ali sosok yang jujur dan lemah secara politik. Ia sama sekali
tidak ambisius untuk menjadi pemimpin negara. Ia lebih memilih mementingkan
persatuan umat. Hal ini dimanfaatkan oleh muawiyah untuk mempengaruhi massa untuk
tidak melakukan bai’at terhadap Hasan Bin Ali. Sehingga banyak terjadi permasalahan
politik, termasuk pemberontakan– pemberontakan yang didalangi oleh Muawiyah bin
Abi Sufyan. Oleh karena itu, ia melakukan kesepakatan damai dengan kelompok
Muawiyah dan menyerahkan kekuasaannya kepada Muawiyah pada bulan Rabiul Awwal
tahun 41 H/661. Tahun kesepakatan damai antara Hasan dan Muawiyah disebut Aam
Jama’ah karena kaum muslimin sepakat untuk memilih satu pemimpin saja, yaitu
Muawiyah ibn Abu Sufyan.
Menghadapi situasi yang demikian kacau dan untuk menyelesaikan persoalan
tersebut, khalifah Hasan bin Ali tidak mempunyai pilihan lain kecuali perundingan

3
dengan pihak Muawiyah. Untuk itu maka di kirimkan surat melalui Amr bin Salmah Al-
Arhabi yang berisi pesan perdamaian.
Setelah kesepakatan damai ini, Muawiyah mengirimkan sebuah surat dan kertas
kosong yang dibubuhi tanda tanggannya untuk diisi oleh Hasan. Dalam surat itu ia
menulis “Aku mengakui bahwa karena hubungan darah, Anda lebih berhak menduduki
jabatan kholifah. Dan sekiranya aku yakin kemampuan Anda lebih besar untuk
melaksanakan tugas-tugas kekhalifahan, aku tidak akan ragu berikrar setia kepadamu.”
Itulah salah satu kehebatan Muawiyah dalam berdiplomasi. Tutur katanya begitu
halus, hegemonik dan seolah-olah bijak. Surat ini salah satu bentuk diplomasinya untuk
melegitimasi kekuasaanya dari tangan pemimpin sebelumnya. Penyerahan kekuasaan
pemerintahan Islam dari Hasan ke Muawiyah ini menjadi tonggak formal berdirinya
kelahiran Dinasti Umayyah di bawah pimpinan khalifah pertama, Muawiyah ibn Abu
Sufyan.
Proses penyerahan dari Hasan bin Ali kepada Muawiyah bin Abi Sufyan dilakukan
di suatu tempat yang bernama Maskin dengan ditandai pengangkatan sumpah setia.
Dengan demikian, ia telah berhasil meraih cita-cita untuk menjadi seorang pemimpin
umat Islam menggantikan posisi dari Hasan bin Ali sebagai khalifah. Meskipun
Muawiyah tidak mendapatkan pengakuan secara resmi dari warga kota Bashrah, usaha ini
tidak henti-hentinya dilakukan oleh Muawiyah sampai akhirnya secara defacto dan dejure
jabatan tertinggi umat Islam berada di tangan Muawiyah bin Abi Sufyan.
Dengan demikian berdirilah dinasti baru yaitu Dinasti Bani Umayyah (661-750 M)
yang mengubah gaya kepemimpinannya dengan cara meniru gaya kepemimpinan raja-
raja Persia dan Romawi berupa peralihan kekuasaan kepada anak-anaknya secara turun
temurun. Keadaan ini yang menandai berakhirnya sistem pemerintahan khalifah yang
didasari asas “demokrasi” untuk menentukan pemimpin umat Islam yang menjadi pilihan
mereka. Pada masa kekuasaan Bani umayyah ibukota Negara dipindahkan muawiyah dari
Madinah ke Damaskus, tempat Ia berkuasa Sebagai gubernur sebelumnya.1

1
Fatmawati. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Batusangkar: STAIN Batusangkar Press,
hal: 183
4
B. Bentuk Pemerintahan Dawlah Bani Umayyah, Orintasi Politiknya, Proses
Pengangkatan Cara Khalifahnya dan Kedudukan Khalifah Pada Masa
Pemerintahan Dawlah Bani Umayyah
1. Bentuk Pemerintahan Dawlah Bani Umayyah
Bani Umayyah merupakan penguasa Islam yang telah merubah sistem
pemerintahan yang demokratis menjadi monarchi (sistem pemerintahan yang
berbentuk kerajaan). Kerajaan Bani Umayyah diperoleh melalui kekerasan, diplomasi
dan tipu daya, tidak dengan pemilihan atau suara terbanyak sebagaimana dilakukan
oleh pemimpin sebelumnya, yaitu khalafaur rasyidin. Meskipun mereka tetap
menggunakan istilah Khalifah, namun mereka memberikan interpretasi baru untuk
mengagungkan jabatannya. Mereka menyebutnya “Khalifah Allah” dalam pengertian
“penguasa” yang diangkat oleh Allah. Kekuasaan Bani Umayyah berlangsung selama
90 tahun (680-750 M). Pada masa Daulah Bani Umayyah banyak kemajuan yang
telah dicapai. Ekspansi yang terhenti pada masa Khalifah Usman dan Ali dilanjutkan
oleh Dinasti ini. Sehingga kekuasaan Islam betul-betul sangat luas.
2. Orientasi Politiknya
Kekhalifahan Muawiyah diperoleh dengan bermacam-macam cara dan srategi,
bahkan dengan menggunakan kekerasan, deplomasi dan tipu daya, tidak dengan
pemilihan dan suara terbanyak. Suksesi kepemimpinan sejara turun-menurun dimulai
ketika Muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia
terhadapnya. Muawiyah bermaksud mencontoh manarchi di Persia dan Bazantium.
Dia memang tetap menggunakan istilah Khalifah, namun dia memberikan
interpristasi baru dari kata-kat untuk mengagungkan jabatan tersebut. Dia menyebut
“Khalifah Allah” dalam pengertian “penguasa” yang diangkat oleh Allah SWT.2
Selama Bani Umayyah memerintah banyak terjadi kebijakan politik yang
dilakukan pada masa pemerintahannya seperti:
a. Pemisahan kekuasaan

2
Sunanto, Musyrifah. 2011. Sejarah Islam Klasik. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, hal: 40-41

5
Pemisahan kekuasaan terjadi antara kekuasaan agama (spiritual pawer),
dengan kekuasaan politik (timporer pawer). Sebelumnya pada masa Khalifah
Rasidin belum terjadi pemisahan antara kekuasaan politik dan kekuasaa agama.
Pemisahan kekuasaan yang dilakukan oleh Muawiyah dapat dipahami karena
Muawiyah sebagai penguasa pertama Negara ini bukanlah orang yang ahli dalam
bidang keagamaan, sehingga masalah keagamaan tersebut diserahkan kepada
‘Ulama. Oleh karena itu dikota-kota besar dibentuk para qhadi/hakim, pada
umumnya para. Hakim menghukum sesuai dengan ijtihatnya yang sesuai dengan
landasan Al-Qur’an dan Hadist.
b. Pembagian Wilayah
Dalam hal pembagian wilayah, pada masa pemerintahan yang di pimpin
oleh Muawiyah terjadi perubahan yang besar. Pada masa Khalifah Umar bin
Khatab, terdapat lapan provinsi. Maka pada masa pemerintahan yang dipimpin
Muawiyah menjadi sepuluh provinsi, seperti: Syiria dan Palisrtina, Kuffah dan
Irak, Basrah, Persia, Sijistan, Khurasan, Bahrain, Oman, Najd dan Yamamah,
Armenia, Hijaz, Karman dan India, Egyp, Afrikiyyah (Afrika utara), Yaman dan
Arab Selatan dan Andalus.
Setiap provinsi tetap dikepalai oleh Gubernur yang bertanggung jawab
langsung terhadap Khalifah. Gubernur berhak menunjukkan wakilnya di daerah
yang lebih kecil dan mereka dinamakan dengan ‘Amil. Belanja daerah tiap-tiao
provinsi didapatkan dari sumber yang ada di daerah itu sendiri. Sisa dari
keuangan di daerah dikirimkan ke ibu kota untuk mengisi kas atau Bait Al-Mal
Negara.
3. Proses Pengangakatan Cara Khalifahnya dan Kedudukan Khalifah Pada Masa
Pemerintahan Dawlah Bani Umayyah
Pengangkatan Mu’awiyah ibn abi sufyan sebagai pemegang pucuk pemerintah
berlangsung melalui proses yang panjang, bermula dari terbunuhnya Khalifah Utsman
bin Affan dan digantikan oleh Ali bin Abu Thalib. Mu'awiyah mempunyai ambisi
untuk menggantikan Utsman karena Ali telah dibaiat. Meskipun demikian,
Mu'awiyah bin Abu Sufyan tidak kehabisan akal dalam merongrong pemerintahan
Khalifah keempat ini. la menuntut balas atas kematian Utsman, yang mengakibatkan

6
meletusnya suatu pertempuran dahsyat yang dikenal dalam sejarah dengan perang
siffin. Ketika Ali sudah hampir memenangi peperangan tersebut, Mu'awiyah bin Abu
Sufyan bersama kelompok mengusulkan gencatan senjata dan menyelesaikan
persoalan dengan tahkim (menggunakan hakim)
Semenjak terjadinya peristiwa tahkim itu sebagian pasukan Ali memisahkan diri
karena tidak setuju dengan tahkim tersebut. Kelompok yang memisahkan diri ini
menamakan dirinya kelompok Khawarij. Sebaliknya, tentara Mu'awiyah bin Abu
Sufyan masih kuat tetap utuh. Akhirnya kemenangan jatuh ditangan Mu'awiyah bin
Abu Sufyan terutama karena kematian Ali ditangan salah seorang kaum Khawarij,
yang bernama Abdur Rahman bin Muljam pada januari 661. Mu'awiyah
menggunakan kesempatan ini untuk menyusun strategi dengan baik dalam rangka
mengambil alih kekosongan pemerintahan.
Pada masa dinasti Umayyah, khalifah atau amir al-mukminin bertugas hanya
sebagai khalifah dalam bidang temporar (politik), sedangkan urusan keagamaan di
urus oleh para ulama. Hal ini berbeda dengan Amir Al- Mukminin pada masa
Khulafahurrasyidin yang mana khalifah di samping kepala politik juga kepala agama.
Pada masa Umayyah ini khalifah di angkat secara terun temurun dari keluarga
Umayyah.

C. Nama-Nama Khalifah Dawlah Bani Umayyah Yang Berjasa Lengkap Dengan


Usahanya Masing-Masing
1. Mu’awiyah ibn Abi Sufyan (41-60 H / 661-680 M)
Selama menjadi Gubernur Syiria, Mu'awiyah sangat aktif memperluas wilayah
Islam, sehingga seluruh wilayah Syiria akhirnya bisa menjadi wilayah Islam, bahkan
dia pula yang mempelopori terbentuknya Angkatan Laut Tentara Islam. Sejalan
dengan itu, Mu'awiyah juga bisa menciptakan kedamaian dan kemakmuran, sehingga
masyarakat Syiria sangat menyenangi kepemimpinannya.
2. Yazid ibn Mu’awiyah (60-64 H / 680-683 M)
Memperkuat struktur administrasi khalifah, memperkuat sistem kemiliteran
suriah, dan memperbaiki sistem keuangan.
3. Mu’awiyah Ibn Yazid (64 H / 684 M)

7
Jasa-jasa atau usaha khalifah Mu'awiyyah ibn Yazid diantaranya adalah,
meletakkan pusat pemerintahan di Syam (Syiria), menata administrasi dengan baik,
membentuk angkatan militer, membuat tempat percetakan uang, mensejahterakan
rakyat, membuat anjungan masjid yang berguna sebagai pengaman, dan membuat
istana untuk khalifah.
4. Marwan ibn al Hakam (64-65 H / 684-685 M)
Menyelamatkan posisinya dan mengembalikan suku-suku dalam wilayahnya,
meredam gerakan-gerakan di Syam yang hendak mengangkat Kholid ibn Yazid,
mengalahkan gerakan Khowarij dan Syi'ah, menghentikan gerakan Al Dhahak ibnu
Qois dan An Nukman ibnu Basyir, mengangkat puteranya Abdul Aziz sebagai
gubernur di Syam, meredam gerakan Mus'ah ibnu Zubair di Palestina.
5. ‘Abd al Malik ibn Marwan (65-86 H / 685-705 M)
Mengamankan negerinya dari pemberontakan dan memperluas wilayah.
6. Al Walid ibn ‘Abd al Malik (86-96 H / 705-715 H)
Mendirikan sekolah tinggi kedokteran pada tahun 88 H / 706 M, memerintahkan
para dokter untuk melakukan riset, membiayai segala biaya yang keluar untuk
kepentingan riset para dokter, menggaji para dokter yang bertugas dengan imbalan
yang cukup baik, menyediakan dana khusus bagi para penderita kusta, dan
melarangnya untuk menjadi pengemis di jalanan.
7. Sulayman ibn ‘Abd al Malik (96-99 H / 715-717 M)
Begitu menjabat khalifah, banyak perubahan yang dilakukan Sulayman ibn 'Abd
al Malik. Yang terbesar adalah pergantian beberapa pejabat penting pemerintah.
8. ‘Umar ibn ‘Abd al ‘Aziz (99-101 H / 717-720 M)
Khalifah Umar bin Abdul Aziz menghidupkan balik syariat islam yang sesuai
menggunakan ajaran yang terdapat di pada Al Qur'an serta sunah nabi. Selain itu,
Khalifah Umar bin Abdul Aziz mengutus perwakilan sebagai delegasi buat
mengawasi kinerja dari seluruh para gubernur di berbagai wilayah menggunakan
tujuan supaya seluruh gubernur permanen menerapkan kebenaran serta keadilan di
waktu memimpin.
9. Yazid ibn ‘Abd al Malik (101-105 H / 720-724 M)

8
Dalam pengambilan kebijakan, Yazid cenderung mengambil jalan berbeda
dengan yang diambil sepupu sekaligus pendahulunya, 'Umar bin 'Abdul 'Aziz, seperti
kembali mengedepankan pendekatan militer untuk menekan perlawanan di dalam
negeri dan perluasan wilayah kekhalifahan, mengembalikan hak istimewa Bani
Umayyah, dan mengganti gubernur-gubernur lama. Dalam beberapa hal, kebijakan
yang diambil Yazid membuahkan hasil, seperti kemenangan pihak Umayyah dalam
beberapa pertempuran, baik dengan pihak luar maupun pemberontak. Namun capaian
tersebut tidak berbanding lurus dengan penerimaan masyarakat atas pemerintahahan
Umayyah, dan justru menyemai bibit-bibit perlawanan yang tumbuh di masa
selanjutnya.
10. Hisyam ibn ‘Abd Malik (105-125 H / 724-743 M)
Menata administrasi pemerintahan dan keuangan yang sangat baik, membangun
irigasi-irigasi untuk kepentingan pertanian dan penyediaan air minum, membangun
tempat-tempat pendidikan untuk mempermudah mendalami ilmu pengetahuan umum
atau agama, mengembangkan usaha-usaha peternakan, mengganti gubernur Irak dan
wilayah timur yang berbuat zalim diganti orang yang dapat dipercaya, mengambil
keputusan untuk asimilasi antara orang Arab dengan Khurasan untuk hidup damai,
dan membangun tempat kerajinan sutera.
11. Al Walid ibn Yazid ibn ‘Abd al Malik (125-126 H / 743-744 M)
Al-Walid menaruh perhatian besar pada pengembangan militer. Dia membangun
angkatan laut terkuat pada masa Umayyah dan menjadi kunci penting penaklukan
Iberia. Pada tahun 711, pasukan kekhalifahan telah menyeberang Selat Gibraltar dan
di bawah kepemimpinan dari Musa bin Nushair dan Thariq bin Ziyad, pasukan
Umayyah yang terdiri dari bangsa Arab dan Berber mulai menaklukkan kawasan
tersebut. Tahun 716, Umayyah sudah berhasil menguasai Iberia dan sebagian Franka
(Prancis)
12. Yazid ibn al Walid ibn ‘Abd al Malik (126 H / 744 M)
Kebijakan pertama yang ia lakukan adalah mengurangi jumlah bantuan sosial dan
mengembalikannya pada anggaran biasa seperti pada masa khalifah Hisyam ibn
Abdul Malik. Kebijakan itu menyebabkan ia dikenal dengan julukan An-Naqish (sang
pengurang).

9
13. Ibrahim ibn al walid ibn ‘Abd al Malik (126-127 H / 744 M)
Saat itu ia menjabat gubernur empat wilayah, yaitu Armenia, Kaukasus,
Azerbaijan, dan Mosul. Marwan tak hanya menolak baiat atas Ibrahim bin Walid,
namun juga mengerahkan 80.000 orang dari Armenia menuju Suriah. Itulah gerakan
terbesar yang dihadapi pemerintahan Ibrahim bin Walid.
14. Marwan ibn Muhammad (127-132 H / 744-750 M)
Marwan bin Muhammad merupakan Khalifah terakhir Dinasti Umayyah. Pada
masa pemerintahannya beliau mampu menumpas pemberontakan2 yang dilakukan
saat itu. meskipun tidak berhasil mengatasi gerakan Bani Abbasiyah yang
pendukungnya begitu kuat.3

D. Kesatuan Masyarakat Dari Unsur Politik, Ekonomi, Sistem Sosial dan Militer
1. Sistem politik dan ekonomi
Ekspansi wilayah Islam yang berlangsung dari abad tujuh sampai delapan
menghasilkan terintegrasinya daerah-daerah yang di taklukan itu dalam suatu
kesatuan sosial politik yang di sebut “Dunia Islam”. Sehingga menjadikan dunia
Islam itu menjadi kawasan ekonomi yang terpadu dalam suatu jaringan pasaran
bersama. Kemudian karna banyak nya kota bekas kerajaan yang di taklukan oleh
islam membuat masyarakat sangat beruntung dengan hadir nya pasar internasional.
2. Sistem sosial
Pada masa dinasti Umayyah ini kondisi sosial kurang bersatu atau kurang berjalan
dengan baik, karna orang arab menganggap diri nya lebih mulia dari orang-orang di
luar arab, sehingga orang-orang di luar arab di gelari “mawali”, dan membuat orang-
orang diluar arab merasa terasingkan karena asal kata mawali itu sendiri berasal dari
pengertian budak yang kemudian di merdekakan.
3. Sistem militer
Organisasi militer pada masa Umayyah ini tidak jauh berbeda dengan yang di
buat khalifah Umar bin Khatab, hanya saja lebih disempurnakan. Hanya berbeda,
kalau di masa Umar tentaranya sukarela, sedangkan di masa Umayyah kebanyakan di

3
Mufrodi Ali. 2007. Kejayaan Islam. Jakarta : Logos Wacana Ilmu, hal: 72-75

10
paksa atau setengah paksa. Untuk menjalani kewajiban ini di keluarkan semacam
undang-undang wajib militer” nidhamul tajnidil ijbari”.
Politik ketentaraan dari bani Umayyah, yaitu politik arab, dimana anggota tentara
harus lah terdiri dari orang-orang arab atau unsur arab, namun karena semakin
luasnya wilayah pada masa itu, maka mereka terpaksa meminta bantuan kepada kaum
barbari untuk menjadi tentara.4

E. Interegnum Khalifah 'Umar ibn 'Abd Al 'Aziz Dalam Unsur Kebudayaan, Seperti
Pemerintahan, Ekonomi, Ilmu Pengetahuan, Sosial Kemasyrakatan
Interegnum ini adalah masa beralihnya pemerintahan dari masa yang kejam,
menekan rakyat dan sebagainya kepada masa yang damai, lemah lembut dan makmur.
Pada masa pemerintahan Khalifah Umar ibn 'Abd al 'Aziz (99-101 H/717-720 M) terjadi
perubahan terhadap kebijaksanaan pemerintahan yang telah mapan selama ini. Khalifah
menerapkan prinsip keadilan terhadap seluruh Muslim, baik Arab ataupun non Arab dan
memperkenalkan hukum-hukum mengenai persamaan pemberian tunjangan keuangan
kepada kaum muslim tanpa memperhatikan asal-usul mereka. Hal ini jauh berubah dari
kebijaksanaan sebelumnya yang lebih mengutamakan orang Arab. 'Umar mengadakan
dialog dengan kaum Khawarij dan Syiah sehingga mereka puas dan tidak mengganggu
Dinasti Umayyah. Dia juga memecat para Gubernur dan para pejabat yang kejam,
menindas rakyat dan kurang memperhatikan kehidupan rakyatnya. Dengan demikian,
masa pemerintahan Khalifah 'Umar ibn 'Abd al 'Aziz ini terkenal sebagai masa peralihan
dan kemakmuran.
Namun masa 'Umar ibn 'Abd al 'Aziz yang damai dan makmur ini dimanfaatkan
oleh Bani Hasyim yang terdiri dari orang-orang syiah dan keluarga 'Abbas, untuk
membentuk gerakan bawah tanah. Gerakan inilah yang nantinya dapat menumbangkan
Dawlah Bani Umayyah pada tahun 132 H/750 M dan mendirikan Dawlah 'Abbasiyah.

4
Nizar, Samsul.2016. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana, hal: 60-61

11
F. Meneladani Kesederhanaan dan Keshalihan Khalifah 'Umar bin 'Abd Al 'Aziz
Dalam Pemerintahannya
1. Saat menjadi khalifah, Umar pernah mengambil paksa harta yang dimanfaatkan
keluarga khalifah karena melakukan abuse of power (penyalahgunaan kekuasaan) dan
menyerahkannya ke baitul mal.
2. Umar juga membuat kebijakan menghapus pegawai pribadi bagi khalifah. Umar
menekankan terjalinnya kedekatan hubungan antara pejabat dan rakyat.
3. Berhasil menciptakan kemakmuran.
Hal itu tergambar dari sulitnya mencari penerima zakat sehingga harta negara yang
berasal dari zakat sampai menggunung.
4. Di tengah ekonomi yang sedang terpuruk, pejabat negara perlu menjaga perasaan
rakyat. Sebagai khalifah, Umar memilih hidup sederhana dengan kendaraan dan
pakaian yang sederhana.
5. Kekayaan seseorang tidak bisa dijadikan dasar dalam menentukan strata sosial. Strata
sosial seseorang adalah sejauh mana orang tersebut memiliki keshalehan sosial.
6. Di tengah maraknya kasus korupsi, Umar memberi teladan bahwa seorang pemimpin
harus bersih dan selalu memegang prinsip kejujuran.
7. Kedekatan hubungan antara pemimpin dan rakyat perlu dibangun agar aspirasi rakyat
bisa diterima langsung.5

5
Nur, Muhammad. 2015. Pemerintahan Islam Masa Daulat Nabi Umayyah (Pembentukan,
Kemajuan, dan Kemunduran). Jurnal Khazanah Keagamaan, Vol.3, No. 1: 114

12
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Nama dinasti umayyah di ambil dari nama Umayyah bin Abd Al-syam muawiyah
bin abi sofian segenerasi pula dengan Ali bin Abi thalib, kakek abu syofian Umayyah
segenerasi dengan Abdul muthalib, maka muawiyah bin abi sofian segenerasi pula
dengan Ali bin Abi thalib .
Setelah pemerintahan Khulafaurrasyidin berakhir, maka Bani Umayyah muncul
yang dibentuk oleh Muawiyah bin Abi Sufyan. Bani Umayyah diakui secara resmi
melanjutkan khilafah Islam setelah berakhirnya sengketa antara Hasan bin Ali dengan
Muawiyah bin Abi Sofyan sebagai lambang penguasa Daulah Umayyah.

B. SARAN
Kami selaku penulis berharap semoga makalah ini dapat menjadi pedoman untuk
kita bersama, terkhusus bagi pembaca makalah ini, namun kami selaku penulis
menyarankan kepada pembaca agar sebagusnya mencari referensi lain untuk menambah
keyakinan kita dalam menimba ilmu, dan membuat ilmu yang kita pegang menjadi
kokoh. Sekian dari kami, banyak maaf atas segala kekhilafan.

13
DAFTAR PUSTAKA
Fatmawati. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Batusangkar: STAIN Batusangkar Press

Mufrodi Ali. 2007. Kejayaan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu

Nizar, Samsul.2016. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana

Nur, Muhammad. 2015. Pemerintahan Islam Masa Daulat Nabi Umayyah (Pembentukan,
Kemajuan, dan Kemunduran). Jurnal Khazanah Keagamaan, Vol.3, No. 1: 114

Sunanto, Musyrifah. 2011. Sejarah Islam Klasik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

14
LAMPIRAN

15
16
17
18
19
20
21
22

Anda mungkin juga menyukai