Anda di halaman 1dari 14

EKOLOGI TUMBUHAN

HUBUNGAN ANTARA VEGETASI DAN FAKTOR LINGKUNGAN:


CAHAYA DAN SUHU

DISUSUN OLEH:
SUSANTI (2130106055)

DOSEN PENGAMPU:
Dr.DWI RINI KURNIA FITRI,M.Si

JURUSAN TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAHMUD YUNUS BATUSANGKAR
SUMATERA BARAT
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
A. Kualitas cahaya ............................................................................................................... 3
B. Intensitas cahaya ............................................................................................................. 3
C. Titik kompensasi ............................................................................................................. 4
D. Heliofita dan Siofita ........................................................................................................ 4
E. Cahaya optimal bagi tumbuhan ...................................................................................... 5
F. Adaptasi tumbuhan terhadap cahaya .............................................................................. 5
G. Lama penyinaran ............................................................................................................. 6
H. Variasi suhu .................................................................................................................... 6
I. Suhu dan Tumbuhan ....................................................................................................... 7
J. Suhu dan Produktivitas ................................................................................................... 8
K. Thermoperiodis ............................................................................................................... 8
L. Suhu dan Dormansi ......................................................................................................... 8
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 12

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Vegetasi (dari bahasa Inggris: vegetation) dalam ekologi adalah istilah untuk
keseluruhan komunitas tetumbuhan. Vegetasi merupakan bagian hidup yang tersusun
dari tetumbuhan yang menempati suatu ekosistem. Beraneka tipe hutan, kebun, padang
rumput, dan tundra merupakan contoh-contoh vegetasi .Analisis vegetasi biasa
dilakukan oleh ilmuwan ekologi untuk mempelajari kemelimpahan jenis serta kerapatan
tumbuh tumbuhan pada suatu tempat. Persebaran Tumbuhan ditentukan oleh faktor
geologis, geografis (seperti ketinggian dan garis lintang) dan curah hujan.
Lingkungan merupakan kumpulan dari faktor hidup (biotik) dan tidak hidup
(abiotik). Faktor biotik mencakup makhluk hidup, seperti tumbuhan, hewan, dan
manusia. Faktor abiotik mencakup semua faktor lingkungan fisika dan kimia, seperti
cahaya matahari, suhu, air, kelembaban, suhu, dan tanah. Kedua faktor tersebut saling
berhubungan dan mempengaruhi antara yang satu dengan yang lain. Salah satu dari
bentuk saling berhubungan dan mempengaruhi tersebut adalah hubungan antara
tumbuhan dengan faktor lingkungan. Salah satu bagian yang berkaitan dengan tumbuhan
adalah vegetasi dan salah satu faktor lingkungan adalah cahaya dan suhu.
Oleh karena itu, pada makalah akan dibahas tentang hubungan antara vegetasi
dengan salah satu faktor lingkungan yaitu cahaya dan suhu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengaruh kualitas cahaya terhadap tumbuhan
2. Bagaimanakah pengaruh Intensitas cahaya terhadap tumbuhan
3. Apa yang dimaksud denganTitik Kompensasi
4. Apa yang dimaksud dengan Heliofita dan Siofita
5. Bagaimana Cahaya Optimal bagi Tumbuhan
6. Bagaimanakah Adaptasi Tumbuhan terhadap Cahaya
7. Bagaimana Lama Penyinaran
8. Apa yang menyebabkan terjadinya Variasi Suhu
9. Apa pengaruh Suhu dengan tumbuhan Tumbuhan
10. Apa pengaruh Suhu dan Produktivitas
11. Apa yang dimaksud dengan Thermoperiodis
12. Bagaimana pengaruh Suhu dan Dormansi
C. Tujuan
1. Menjelaskan Kualitas Cahaya
2. Menjelaskan Intensitas Cahaya
3. Menjelaskan Titik Kompensasi
4. Menjelaskan Heliofita dan Siofita
5. Menjelaskan Cahaya Optimal bagi Tumbuhan
6. Menjelaskan Adaptasi Tumbuhan terhadap Cahaya
7. Menjelaskan Lama Penyinaran
8. Menjelaskan Variasi Suhu

1
9. Menjelaskan Suhu dan Tumbuhan
10. Menjelaskan Suhu dan Produktivitas
11. Menjelaskan Thermoperiodis
12. Menjelaskan Suhu dan Dormansi

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Kualitas cahaya
Matahari memberikan energi yang meng gerakkan hampir seluruh ekosistem ,
meskipun hanya tumbuhan dan organisme fotosintetik lain yang menggunakan sumber
energi ini secara langsung Cahaya juga penting bagi perkembangan dan perilaku banyak
tumbuhan dan hewan yang sensitif terhadap fotoperiode , yaitu panjang relatif siang dan
malam hari. Fotoperiode merupakan suatu indikator yang lebih dapat dipercaya
dibandingkan dengan suhu, dalam memberi petunjuk mengenai kejadian musiman
seperti perbungaan atau perpindahan (Campbell,2004:273-274)
Kualitas cahaya adalah merupakan mutu cahaya yang diterima atau yang sampai
pada permukaan bumi yang dinyatakan dengan panjang gelombang. Panjang gelombang
cahaya yang dimanfaatkan oleh tanaman dengan pigmen klorofil A dan Klorofil B
adalah biru (425–450 nm) dan merah (600–700 nm). Umumnya kualitas cahaya tidak
memperlihatkan perbedaan yang mencolok antara satu tempat dengan tempat lainnya,
sehingga tidak selalu merupakan faktor ekologi yang penting. Meskipun demikian telah
dipahami adanya respon kehidupan terhadap berbagai panjang gelombang cahaya ini.
Di ekosistem daratan kualitas cahaya tidak mempunyai variasi yang berarti untuk
mempengaruhi fotosintesis, kecuali apabila kanopi vegetasi meneyrap sejumlah cahaya
maka cahaya yang sampai di dasar akan jauh berbeda dengan cahaya yang sampai di
kanopi, akan terjadi pengurangan cahaya merah dan biru. Dengan demikian tumbuhan
yang hidup di bawah naungan kanopi harus teradaptasi dengan kondisi cahaya yang
rendah energinya. Di ekosistem daratan kualitas cahaya tidak mempunyai variasi yang
berarti untuk mempengaruhi fotosintesis, kecuali apabila kanopi vegetasi meneyrap
sejumlah cahaya maka cahaya yang sampai di dasar akan jauh berbeda dengan cahaya
yang sampai di kanopi, akan terjadi pengurangan cahaya merah dan biru. Dengan
demikian tumbuhan yang hidup di bawah naungan kanopi harus teradaptasi dengan
kondisi cahaya yang rendah energinya
B. Intensitas cahaya
Intensitas cahaya bukan merupakan faktor terpenting yang membatasi
pertumbuhan tumbuhan lingkungan darat , tetapi penaungan oleh kanopi hutan membuat
persaingan untuk mendapatkan cahaya matahari di bawah kanopi tersebut menjadi
sangat ketat . Dalam lingkungan akuatik , intensitas dan kualitas cahaya membatasi
persebaran organisme fotosintetik . Setiap meter kedalaman air secara selektif menyerap
sekitar 45 % cahaya merah dan sekitar 2 % cahaya biru yang melaluinya . Sebagai
hasilnya , sebagian besar fotosintesis dalam lingkungan akuatik terjadi relatif di dekat
permukaan air . Akan tetapi , organisme fotosintetik itu sendiri menyerap banyak cahaya
yang menembus air , yang selanjutnya akan mengurangi intensitas dan kualitas cahaya
pada air di bawahnya (Campbell,2004:274)
Menurut Citra Wulandari dan Suwasono Heddy (2018:162) Intensitas cahaya
adalah banyaknya energi yang diterima oleh suatu tanaman per satuan luas dan per
satuan waktu (kal/cm/hari). Pada dasarnya intensitas cahaya matahari akan berpengaruh
nyata terhadap sifat morfologi tanaman. Hal ini dikarenakan intensitas cahaya matahari
dibutuhkan untuk berlangsungnya penyatuan CO2 dan air untuk membentuk

3
karbohidrat. Kepentingan Intensitas Cahaya 4 Intensitas cahaya dalam suatu ekosistem
adalah bervariasi. Kanopi suatu vegetasi akan menahan dann mengabsorpsi sejumlah
cahaya sehingga ini akan menentukan jumlah cahaya yang mampu menembus dan
merupakan sejumlah energi yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan dasar. Intensitas
cahaya yang berlebihan dapat berperan sebagai faktor pembatas. Cahaya yang kuat
sekali dapat merusak enzim akibat foto- oksidasi, ini menganggu metabolisme
organisme terutama kemampuan di dalam mensisntesis protein.
C. Titik kompensasi
Efisiensi pemanfaatan cahaya oleh tumbuhan terlihat dari kemampuannya
tumbuh pada intensitas cahaya rendah yang biasanya ditunjukkan oleh titik
kompensasi cahaya (Nugroho et al., 2011).
Dengan tujuan untuk menghasilkan produktivitas bersih, tumbuhan harus
menerima sejumlah cahaya yang cukup untuk membentuk karbohidrat yang memadai
dalam mengimbangi kehilangan sejumlah karbohidrat akibat respirasi. Apabila semua
faktor-faktor lainnya mempengaruhi laju fotosintesisdan respirasi diasumsikan konstan,
keseimbangan antara kedua proses tadi akan tercapai pada sejumlah intensitas cahaya
tertentu. Harga intensitas cahaya dengan laju fotosintesis (pembentukan karbohidrat),
dapat mengimbangi kehilangan karbohidrat akibat respirasi dikenal sebagai titik
kompensasi. Harga titik kompensasi ini akan berlainan untuk setiap jenis tumbuhan.
D. Heliofita dan Siofita
Tumbuhan yang teradaptasi untuk hidup pada tempat-tempat dengan intensitas
cahaya yang tinggi biasa disebut tumbuhan dengan intensitas cahaya yang tinggi biasa
disebut tumbuhan heliofita. Merupakan tumbuhan yang senang dengan cahaya yang
tinggi intensitasnya dan mempunyai titik kompensasi yang tinggi pula. Dalam tubuhnya
mempunyai sistem kimia yang aktif untuk membentuk karbohidrat dan juga
membongkarnya dalam respirasi. Sebaliknya tumbuhan yang hidup baik dalam situasi
jumlah cahaya yang rendah, dengan titik kompnesasi yang rendah pula, dikenal dengan
tumbuhan senang keteduhan atau siofita, metabolismenya lambat dan demikian juga
proses respirasinya.
Titik kompensasi heliofita dapat mencapai setinggi 4.200 luks tetapi utnuk
tumbuhan yang hidup di tempat teduh (siofita) titik kompensasinya bisa serendah 27
luks. Bahkan ganggang yang hidup dalam perairan dalam dan ganggang serta lumut
yang hidup dalam gua-gua dapat tumbuh dengan intensitas cahaya yang lebih lemah
samapai tidak melebihi cahaya bulan. Beberapa jenis tumbuhan mempunyai
karakteristika siofita ketika masih muda, yang kemudian berkembang ke karakeristika
heliofita apabila telah dewasa. Hal ini biasanya terjadi pada pohon-pohon dengan
anakannya yang harus tahan hidup di bawah peneduhan. Pada dasarnya kaitan antara
besar penyinaran dengan laju fotosintesis merupakan pangkal dari perbedaan heliofita
dengan siofita ini. Dalam hal ini peranan pembentukan pigmen hijau serta klorofil sangat
erat kaitannya dengan intensitas cahaya tadi. Pada tempat-tempat dengan penyinaran
yang penuh, cahaya berkecenderungan untuk merusak atau menghancurkan klorofil ini.
Dengan demikian kemampuan yang tinggi dalam pembentukan klorofil ini adalah
mutlak diperlukan bagi tumbuhan yang hidup di tempat terbuka. Apabila tumbuhan tidak
mampu menghasilkan klorofil untk mengimbangi klorofil yang hancur (akibat cahaya

4
yang terlalu tinggi intensitasnya) maka tumbuhan itu akan gagal dalam mempertahankan
dirinya.
Dengan demikian perbedaan kemampuan dalam pembentukan klorofil inilah
yang membedakan antara heliofita dengan siofita. Heliofita berkemampuan yang tinggi
dalam pembentukan klorofilnya sehingga dapat tahan di temapt terbuka, dan sebaiknya
siofita akan lebih efektif apabila berada di bawah naungan dan akan gagal apabila berada
pada daerah terbuka.
E. Cahaya optimal bagi tumbuhan
Proses pertumbuhan dari tumbuhan membutuhkan hasil fotosintesis yang
melebihi kebutuhan respirasi. Jadi kebutuhan minimum cahaya untuk proses
pertumbuhan ini baru terpenuhi apabila cahaya melebihi titik kompensasinya. Bagi
umumnya tumbuhan intensitas cahaya optimum untuk fotosintesis haruslah lebih kecil
dari intensitas cahaya matahari penuh apabila ditinjau dari sudut kebutuhan daun secara
individual. Meskipun demikian bila suatu tumbuhan besar hidup pada cahaya yang
penuh sebagian besar dari dedaunannya tidak dapat menerima cukup cahaya matahari
untuk fotosintesis secara maksimal akibat tertutup dedaunan di permukaan kanopinya.
Dengan demikian cahaya matahari penuh akan menguntungkan bagi daun-daun
di dalam kanopi untuk mencapai efektifitas fotosintesis secara total bagi tumbuhan untuk
mengimbangi kekurangan dari daun-daun yang berada dalam cahaya supra-optimal.
Intensitas cahaya optimum bagi tumbuhan yang hidup di habitat alami janganlah
diartikan betul-betul cahaya optimal untuk difotosintesis. Pada umumnya cahaya
matahari itu terlalu kuat atau terlalu lemah bagi organ-organ fotosintesis. Optimum
haruslah diartikan bahwa kombinasi tertentu dari faktor-faktor lingkungan lainnya, ingat
konsep holosinotik, akan memberikan pengaruh bersih dari kondisi cahaya dalam suatu
perioda tertentu lebih baik untuk proses fotosintesis dibandingkan dengan keadaan
lainnya.
F. Adaptasi tumbuhan terhadap cahaya
Beberapa tumbuhan mempunyai karakteristik yang dianggap sebagai
adaptasinya dalam mereduksi kerusakan akibat cahaya yang terlalu kuat atau supra-
optimal. Dedaunan yang mendapat cahaya dengan intensitas yang tinggi kloroplast
berbentuk cakram, posisinya sedemikian rupa sehingga cahaya yang diterima hanya oleh
dinding vertikalnya. Bahkan pada beberapa jenis tertentu letak daun secara keseluruhan
sering tidak berada dalam keadaan horisontal, hal ini untuk menghindar dari arah cahaya
yang tegak lurus pada permukaan daun dan ini berarti mengurangi kuat cahaya yang
masuk. Berkurangnya kadar klorofil pada intensitas cahaya yang tinggi mengandung
aspek yang menguntungkan, cahaya yang diserap atau diabsorpsi akan mempertinggi
energi yang diubah menjadi panas akibat efisiensi ekologi yang rendah. Hal ini akan
tidak saja menggenggui keseimbangan air tetapi juga akan mengganggu keseimbangan
fotosintesis dengan respirasi dalam tumbuhan. Telah banyak dipelajari bahwa umumnya
tumbuhan tropika intensitas cahaya yang diterima mempunyai hubungan langsung
dengan kadar anthocyanin. Pigmen ini yang biasanya terletak pada lapisan permukaan
dari sel berperan sebagai pemantul cahaya sehingga menghambat atau mengurangi
penembusan cahaya ke jaringan yang lebih dalam. Pigmen-pigmen yang berwarna
merah ini akan memantulkan terutama cahaya merah yang berkadar panas. Dengan
dipantulkannya cahaya merah ini maka akan mereduksi kemungkinan kerusakan-

5
kerusakan sel sebagai akibat pemanasan. Ternyata suhu di bawah lapisan berwarna
merah dari suatu buah mempunyai suhu lebih rendah jika dibandingkan dengan bagian
lainnya yang berwarna hijau. Beberapa ganggang yang bebas bergerak akan menghindar
dari cahaya yang terlalu kuat dengan jalan pergerakan secara vertikal, bermigrasi ke
kedalaman air .
G. Lama penyinaran
Lama penyinaran reltif antara siang dan malam dalam 24 jam akan
mempengaruhi fungsi dari tumbuhan secara luas. Jawaban dari organisme hidup
terhadap lamanya siang hari dikenal dengan fotoperiodisma. Dalam tetumbuhan
jawaban/ respon ini meliputi perbungaan, jatuhnya daun dan dormansi. Di daerah
sepanjang khatulistiwa lamanya siang hari atau fotoperioda akan konstan sepanjang
tahun, sekitar 12 jam. Di daerah temperata/ bermusim panjang hari lebih dari 12 jam
pada musim panas, tetapi akan kurang dari 12 jam pada musim panas, tetapi akan
kurang dari 12 jam pada musim dingin. Perbedaan yang terpanjang antara siang dan
malam akan terjadi di daerah dengan garis lintang tinggi.
Berdasarkan respon ini, tumbuhan berbunga dapat dikelompokkan dalam tiga
kelompok besar, yaitu:
1.Tumbuhan berkala panjang, yaitu tumbuhan yang memerlukan lamanya siang lebih
dari 12 jam untuk terjadinya proses perbungaan. Berbagai tumbuhan temperate
termasuk pada kelompok ini, seperti macam-macam gandum (wheat dan barley) dan
bayam.
2.Tumbuhan berkala pendek, kelompok tumbuhan yang memerlukan lamanya siang
lebih pendek dari 12 jam untuk terjadinya proses perbungaan, dalam kelompok ini
termasuk tembakau dan bunga krisan.
3.Tumbuhan berhari netral, yaitu tumbuhan yang tidak memerlukan perioda panjang
hari tertentu untuk proses perbungaannya, misal tomat dan dandelion.
Reaksi tumbuhan berskala panjang dan berskala pendek membatasi
penyebarannya secara latitudinal sesuai dengan kondisi fotoperiodanya. Apabila
beberapa tumbuhan terpaksa hidup di tempat yang kondisi fotoperiodanya tidak optimal,
maka pertumbuhannya akan bergeser pada pertumbuhan vegetatif. Misalnya bawang
merah, tumbuhan berkala pendek, akan menghasilkan bulbus/ umbi lapis-nya yang besar
apabila ditumbuhkan di daerah dengan fotoperioda yang panjang, hal ini memberikan
arti ekonomi tertentu dan banyak dilakukan oleh pakar hortikultura. Di daerah
khatulistiwa tingkah laku tumbuhan sehubungan dengan fotoperioda ini tidaklah
menunjukkan adanya pengaruh yang mencolok. Tumbuahan akan tetap aktif dan
berbunga sepanjang tahun asalkan faktor-faktor lainnya, dalam hal ini suhu, air, dan
nutrisi, tidak merupakan faktor pembatas (E-book ajar USU ,2006:56-58).
H. Variasi suhu
Suhu lingkungan merupakan faktor penting dalam sebaran organisme karena
pengaruhnya pada proses biologis dan ketidakmampuan sebagian besar organisme untuk
mengatur suhu tubuhnya secara tepat . Sel bisa pecah jika air yang terdapat di dalamnya
membeku pada suhu di bawah 0°C, dan protein pada sebagian besar organisme akan
mengalami denaturasi pada suhu di atas 45°C. Selain itu , sejumlah organisme dapat
memper tahankan suatu metabolisme yang cukup aktif pada suhu yang sangat rendah

6
atau pada suhu yang sangat tinggi. Adaptasi yang luar biasa memungkinkan beberapa
organisme hidup di luar kisaran suhu tersebut . Suhu internal suatu organisme sesung
guhnya dipengaruhi oleh pertukaran panas dengan lingkungannya, dan sebagian besar
organisme tidak dapat mempertahankan suhu tubuhnya lebih tinggi beberapa derajat di
atas atau di bawah suhu lingkungan sekitarnya (Campbell,2004:273).
Suhu merupakan salah satu faktor yang berperan sangat vital terhadap
pertumbuhan karena setiap spesies menghendaki suhu yang optimal untuk dapat beralih
dari fase vegetatif ke fase generatif . Kisaran suhu optimal sangat bervariasi untuk setiap
spesies tumbuhan yang dikategorikanberada pada suhu tinggi , sedang , dan rendah .
Secara umum , tumbuhan dapat melakukan adaptasi terhadap lingkungan tumbuhnya
sehingga tidak mengalami kesulitan untuk mendapatkan suhu yang optimal untuk
pertumbuhannya . Namun , permasalahan yang sering ditemukan dalam sistem budi
daya adalah kebutuhan suhu rendah untuk spesies tanaman budi daya yang berasal dari
subtropis dan dibudidayakan di daerah tropis.
Berbagai karakterisktik muka bumi penyebab variasi suhu:
1. Komposisi dan warna tanah, makin terang warna tanah makin banyak panas yang
dipantulkan, makin gelap warna tanah makin banyak panas diserap.
2. Kegemburan dan kadar air tanah, tanah yang gembur lebih cepat memberikan respon
pada pancaran panas daripada tanah yang padat, terutama erat kaintannya dengan
penembusan dan kadar air tanah, makin basah tanah makin lambat suhu berubah.
3. Kerimbunan tumbuhan, pada situasi dimana udara mampu bergerak dengna bebas
maka tidak ada perbedaan suhu antara tempat tebuka dengan tempat tertutup vegetasi.
Tetapi kalau angin tidak menghembus keadaan sangat berlainan, dengan kerimbunan
yang rendah sudah mampu mereduksi pemanasan tanah oleh pemancaran sinar
matahari. Ditambah lagi kelembaban udara di bawah rimbunan tumbuhan akan
menambah banyaknya panas yang dipakai untuk pemanasan uap air, akibatnya akan
menaikkan suhu udara. Pada malam hari panas yang dipancarkan kembali oleh tanah
akan tertahan oleh lapisan kanopi, dengan demikian fluktuasi suhu dalam hutan sering
jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan fluktuasi suhu di tempat terbuka/ tidak
bervegetasi.
4. Iklim, mikro perkotaan, perkembangan suatu kota menunjukkan adanya pengaruh
terhadap iklim mikro. Asap dan gas yang terdapat di udara kota sering mereduksi
radiasil. Partikel-partikel debu yang melayang di udara merupakan inti dari uap air
dalam proses kondensasinya, uap air inilah yang bersifat aktif dalam mengurangi
pengaruh radiasi matahari tadi.
5. Kemiringan lereng dan garis lintang, kemiringan lereng sebesar 50 dapat mereduksi
suhu, sebanding dengan 450 km perjalanan arah ke kutub. Variasi suatu berdasarkan
waktu/ temporal terjadi baik musiman maupun harian, kesemua variasi ini akan
mempengaruhi penyebaran dan fungsi tumbuhan (E-book ajar USU ,2006:56-58).
I. Suhu dan Tumbuhan
Kehidupan di muka bumi berada dalam suatu batas kisaran suhu antar 0ºC sampai
30ºC, dalam kisaran suhu ini individu tumbuhan mempunyai suhu minimum, maksimum,
dan optimum yang diperlukan untuk aktivitas metabolismenya. Suhu-suhu tadi yang
diperlukan organisme hidup dikenal dengan suhu kardinal. Suhu tumbuhan biasanya

7
kurang lebih sama dengan suhu sekitarnya karena adanya pertukaran suhu yang
terusmenerus antara tumbuhan dengan udara sekitarnya. Kisaran toleransi suhu bagi
tumbuhan sangat bervariasi, untuk tanaman di tropika, semangka, tidak dapat
mentoleransi suhu di bawah 15º – 18º C. Sebaliknya konifer di daerah temperata masih
bisa mentoleransi suhu sampai serendah minus 30º C. Tumbuhan air umumnya
mempunyai kisaran toleransi suhu yang lebih sempit jika dibandingkan dengan tumbuhan
di daratan. Secara garis besar semua tumbuhan mempunyai kisaran toleransi terhadap
suhu yang berbeda tergantung para umur, keseimbangan air dan juga keadaan musim.
J.Suhu dan Produktivitas
Laju respirasi dan fotosintesis dari tumbuhan haruslah terjadi sedemikian rupa
sehingga terdapat produktivitas bersih. Untuk tumbuhan umumnya suhu optimum untuk
respirasi lebih tinggi dari suhu optimum utnk fotosintesis. Di atas suhu tertentu respirasi
akan melebihi fotosintesis, maka akan terjadi kelaparan bagi tumbuhan tersebut. Hal
inilah yang berperan dalam membatasi penyebaran tumbuhan dari daerah dingin ke
daerah hangat.
K. Thermoperiodis
Thermoperiodism adalah suatu perlakuan suhu rendah secara periodik pada
tanaman budi daya yang memerlukan suhu rendah di malam hari dibandingkan dengan
suhu saat siang hari . Misalnya , tanaman tomat , untuk tumbuh optimum memerlukan
suhu siang hari berkisar 23º C dan malam hari sekitar 17 ° C.
Fluktuasi suhu ini menghasilkan keseimbangan optimum antara respirasi dan
fotosintesis. Beberapa jenis tumbuhan memerlukan suhu malam hari di bawah suhu
minimum tertentu untuk terjadinya perbungaan. Dan pada beberapa tumbuhan fluktuasi
teratur diperlukan untuk perkecambahan. Thermoperiodisma membatasi penyebaran
tumbuhan baik berdasarkan garis lintang maupun ketinggian tempat.
L. Suhu dan Dormansi
Dormansi merupakan suatu mekanisme untuk mempertahankan diri terhadap
suhu yang sangat rendah (membeku) pada musim dingin, atau kekeringan di musim
panas yang merupakan bagian penting dalam peijalanan hidup tumbuhan tersebut.
Dengan demikian, dormansi merupakan suatu reaksi atas keadaan fisik atau lingkungan
tertentu. Pemicu dormansi dapat bersifat mekanis, keadaan fisik lingkungan, atau
kimiawi. Dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme,
hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak mendukung
pertumbuhan normal. Dengan demikian, dormansi merupakan suatu reaksi atas keadaan
fisik atau lingkungan tertentu. Pemicu dormansi dapat bersifat mekanis, keadaan fisik
lingkungan, atau kimiawi. Pada beberapa jenis varietas tanaman tertentu, sebagian a tau
seluruh benih 8 menjadi dorman sewaktu dipanen, sehingga masalah yang sering
dihadapi oleh petani atau pemakai benih adalah bagaimana cara mengatasi dormansi
tersebut. Kondisi dormansi mungkin dibawa sejak benih masak secara fisiologis ketika
masih berada pada tanaman induknya atau mungkin setelah benih tersebut terlepas dari
tanaman induknya. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit
biji dan keadaan fisiologis dari embrio atau bahkan kombinasi dari kedua keadaan
tersebut. Benih dikatakan dorman apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak
berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah

8
memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan. Dormansi pada benih berlangsung
selama beberapa hari, semusim, bahkan sampai beberapa tahun tergantung pada jenis
tanaman dan tipe dari dormansinya (Sutopo, 2004).

9
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahwa yang mempengaruhi hubungan antar vegetasi dan faktor lingkungan,
yaitu:
1. Kualitas cahaya, dimana Umumnya kualitas cahaya tidak memperlihatkan perbedaan
yang mencolok antara satu tempat dengan tempat lainnya, sehingga tidak selalu
merupakan faktor ekologi yang penting. Meskipun demikian telah dipahami adanya
respon kehidupan terhadap berbagai panjang gelombang cahaya ini.
2.Intensitas Cahaya, dimana Intensitas cahaya atau kandungan energi merupakan
aspek cahaya yang terpenting sebagai faktor ingkungan, karena berperan sebagai
tenaga pengendali utama dari ekosistem.
3.Titik Kompensasi, dimana Titik ini menggambarkan intensitas cahaya yang memadai
untuk terjadinya fotosintesis, dan merupakan intensitas cahaya minimum yang
penting untuk pertumbuhan.
4.Heliofita dan Siofita, dimana Heliofita berkemampuan yang tinggi dalam
pembentukan klorofilnya sehingga dapat tahan ditempat yang terbuka, dan sebaiknya
siofita akan lebih efektif bila berada dibawah naungan dan akan gagal apabila berada
pada daerah terbuka.
5.Cahaya Optimal Bagi Tumbuhan, dimana Intensitas cahaya optimum bagi tumbuhan
yang hidup dihabitat alami janganlah diartikan betul-betul cahaya optimal untuk
fotosintesis. Pada umumnya cahaya matahari itu terlalu kuat atau terlalu lemah bagi
organ-organ fotosintesis.
6.Adaptasi tumbuhan terhadap cahaya, dimana Telah banyak dipelajari bahwa
umumnya tumbuhan tropika intensitas cahaya yang diterima mempunyai hubungan
langsung dengan kadar anthocyanin. Pigmen ini yang biasanya terletak pada lapisan
permukaan dari sel berperan sebagai pemantul cahaya sehingga menghambat atau
mengurangi penembusan cahaya ke jaringan yang berkadar panas.
7.Lama Penyinaran, dimana Lamanya penyinaran relatif antara siang dan malam dalam
24 jam akan mempengaruhi fungsi dari tumbuhan secara luas jawaban dari organisme
hidup terhadap lamanya siang hari dikenal dengan fotoperiodisma.
8.Variasi Suhu, dimana variasi dari suhu ini dalam ekosistem, misalnya dalam hutan
dan ekosistem perairan. Perbedaan yang nyata antara suhu pada permukaan kanopi
hutan dengan suhu dibagian dasar hutan akan terlihat dengan jelas.
9.Suhu dan Tumbuhan, dimana: Kehidupan dimuka bumi berada dalam suatu batas
kisaran 0ºC sampai 30º C, dalam kisaran suhu ini individu tumbuhan mempunyai
suhu minimum, maksimum, dan optimum yang diperlikan untuk aktivitas
metabolismenya. Suhu-suhu tadi yang diperlukan organisme hidup dikenal dengan
suhu kardinal.
10. Suhu dan Produktivitas, dimana Laju respirasi dan fotositesis dari tumbuhan
haruslah terjadi sedemikian rupa sehingga terdapat produktivitas bersil untuk
tumbuhan umumnya suhu optimum untuk respirasi lebih tinggi dari suhu optimum
untuk fotosintesis.
11. Thermoperiodis, dimana Thermoperiodisme membatasi penyebaran baik
berdasarkan garis lintang maupun ketinggian tempat.

10
12. suhu dan dormansi, dimana Dormansi tidak saja terjadi pada tumbuhan yang hidup
pada tumbuhan yang hidup didaerah beriklim hangat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A. 2004. Biologi. Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta : Erlangga


Nugroho AW., Junaidah, Azwar F., Muara J. 2011. Pengaruh Naungan dan Asal Benih
Terhadap Daya Hidup dan Pertumbuhan Ulin (Eusideroxylon zwagery T. et.B). Balai
Penelitian Kehutanan Palembang. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol.8. No.5.
Suci, Citra Wulan , Suwasono Heddy.2018. PENGARUH INTENSITAS CAHAYA
TERHADAP KERAGAAN TANAMAN PURING (Codiaeum variegetum). Jurnal
Produksi Tanaman, Vol 6 No 1, Januari 2018, hlm. 161 – 169
Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih (Edisi Revisi). Cetakan 6. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Tim Penyusun Buku Ajar.2006.Ekologi Tumbuhan.Universitas Sumatera Utara E-book: USU
file:///D|/ELearning/EKOLOGI%20%20TUMBUHAN/Textbook/BAHAN%20AJAR.
htm

12

Anda mungkin juga menyukai