Tentang
PENGARUH INTENSITAS CAHAYA TERHADAP
PERTUMBUHAN TANAMAN PADI
DISUSUN OLEH:
NAMA : JUMIYATI
KELAS : XII IPA 3
DIBIMBING OLEH:
Puji syukur kami ucapkan ke hadirat allah SWT yang telah memberikan keluasan
waktu dan kesehatan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan tugas mata pelajaran
Biologi yang diampuh oleh ibu sri ramdaninggsih,s.pd. jenis tugas yang di berikan adalah
pengamatan tentang pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Metode penugasan yang di
berikan adalah menyusun laporan pratikum tentang “Pengaruh Intensitas Cahaya
Terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi”
Melalui penugasan ini di harapkan para siswa dapat memahami tentang
pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang pada giliranya dapat diimplementasikan
dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu manfaat yang dapat di rasakan adalah
meningkatnya kompetensi pembelajaran para siswa yang sebagian besar merupakan
siswa yang ingin melanjutkan ke perguruab tinggi.
Semoga laporan ini dapat menjadi kerangka piker dalam mengambil suatu putusan
pembelajaran, pisau pemilah dalam pemecahan masalah dan bahkan sebagai bagiian hidup
yang integrative kritik dan saran perbaikan sangat kami harapkan.
DAFTAR ISI
Halaman
Cover ..................................................................................................................................
Kata Pengantar ....................................................................................................................
Daftar Isi .............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................................
B. Saran .......................................................................................................................
A. Cahaya Matahari
Eksistensi dari ekosistem terrestrial dapat dipertahankan keberlangsungannya
karena adanya radiasi matahari,atau lebih tepatnya karena adanya Photosynthetically
Active Radiation (PAR), yaitu panjang gelombang radiasi yang dipergunakan di dalam
proses fotosintesis (panjang gelombang antara 380 dan 720 nm). Cahaya matahari
merupakan faktor utama penentu fotosintesis global, sehingga terdapat hubungan
kuantitatif yang erat diantara penyerapan cahaya matahari dan produksi biomassa dunia.
Hubungan yang erat ini biasanya terlihat dengan lebih jelas pada komunitas tanaman
yang dibudidayakan, seperti tanaman pertanian, perkebunan, dan tanaman hortikultura.
Tanaman secara menakjubkan dapat beradaptasi pada berbagai kondisi
lingkungan cahaya, dari kondisi sangat gelap di bawah kanopi ekosistem hutan sampai
kondisi sangat terang di daerah gurun pasir dan puncak pegunungan.
Pada kondisi lingkungan cahaya yang rendah, tanaman harus dapat menyerap
cahaya dengan cukup untuk dapat tetap hidup. Untuk dapat melakukan hal ini, mereka
harus memaksimumkan terhadap jumlah cahaya yang diserap. Sebaliknya, pada kondisi
lingkungan cahaya yang tinggi, selain tanaman harus memaksimumkan kapasitas
penggunaan cahaya, mereka juga harus mempunyai kemampuan menangani kelebihan
cahaya ketika cahaya matahari yang mereka terima lebih besar dari kapasitas
fotosintesisnya. Sebagai akibat dari tekanan lingkungan ini tanaman mempunyai
beberapa mekanisme untuk dapat mengoptimumkan intersepsi, penyerapan, dan
penggunaan cahaya, berdasarkan lingkungan cahaya dimana mereka tumbuh dan
berkembang.
Sebagai contoh hubungan antara luasan daun tanaman dalam penggunaan
radiasi matahari yaitu pada tanaman ketimun (Cucumis sativus) , pertumbuhan daunnya
(yang ditunjukkan dengan indeks luas daun (LAI) atau leaf area index) bertambah
dengan meningkatnya cahaya matahari (Newton,1963). Meningkatnya indeks luas daun
ini disebabkan karena bertambah banyaknya jumlah sel daun
(ditunjukkan pada Gambaar 1). Ketebalan daun juga dipengaruhi oleh radiasi matahari,
dimana lapisan palisade daun semakin tebal dengan meningkatnya cahaya matahari
yang diterima oleh daun. Volume sel-sel daun ketumun tersebut berlipat dua besarnya
di bawah tingkat radiasi yang sangat tinggi( 3,11 X 10 -5 mm3 pada radiasi 3,2 MJ m-2 d-
1
, dibandingkan dengan 1,46 X 10 -5m m 3 pada radiasi 0,5 M J
m-2 d-1 ).
Gambar 1 Respon luas daun ketimun (Cucumis sativus) terhadap jumlah cahaya harian. Nilainya
mencapai maksimum pada saat cahaya mencapai 2,5 MJ m-2hari -1
Daun-daun yang mempunyai lapisan palisade yang lebih tebal ini akan
-2
mempunyai kapasitas fotosintesis yang lebih besar (per m ) pula, sehingga net
assimilation rate (NAR) atau laju asimilasi bersih akan lebih besar, dan relative growth
rate (RGR) atau laju tumbuh relative secara potensial bisa lebih tinggi. Jika tumbuh
pada kondisi radiasi matahari yang rendah, maka daun-daun ini akan menjadi lebih tipis
dan potensi laju tumbuh relative (RGR) nya akan menurun.
C. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Petak Terpisah (RPT)
pola RAK 2x3 dengan 3 ulangan, dengan 2 taraf intensitas cahaya yaitu I 1 = Intensitas
cahaya rendah (2209 foot-candles), dan I2 = Intensitas cahaya tinggi (4179 foot-
candles) dan 3 varietas yang digunakan yaitu V 1 (Varietas Situ Patenggang), V2
(Varietas Pula Gajah), V3 (Varietas Sanbei), dengan 6 kombinasi perlakuan yang
masing-masing diulang sebanyak 3 kali. Model matematika dari rancangan percobaan
ini adalah :
Xijk = µ + ρi + αj + δij + βk + (αβ)jk + εijk
Data yang didapat diolah dengan tabel anova dan diuji lanjut menggunakan BNJ 0.05%,
menggunakan program Microsoft office Excel 2007.
D. Pelaksanaan Penelitian
Tahap-tahap pelaksanaan dalam penelitian sebagai berikut: Persemaian benih
dilakukan dalam tray yang diisi campuran tanah dan kompos (3:1), bibit dipindahkan
umur 12 hari ke dalam pot yang berisi tanah ultisol, pemupukan urea (250 kg/ha)
diberikan 3 kali masing- masing 0,41 gram per pot pada saat tanam, umur 30 hari dan
60 hari setelah tanam (HST), SP36 (150 kg/ha) diberikan 1 kali pada saat tanam
sebanyak 0,75 gram per pot, dan KCl (100 kg/ha) diberikan 1 kali pada saat tanam
sebanyak 0,5 gram per pot. Pemeliharaan dilakukan dengan penyiraman pagi dan sore
hari, pencabutan gulma di sekitar areal tanam, dan pengendalian hama walang sangit
dengan menggunakan insektisida berbahan aktif Fipronil yang bermerek dagang Aneto
50 EC serta pemanenan dilakukan pada saat padi telah menunjukkan kriteria panen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Varietas yang menunjukkan tinggi tanaman paling tinggi adalah varietas 64 dan
berbeda nyata dengan tinggi tanaman varietas Ciherang. Ha ini sejalan dengan hasil
penelitian Efendi et al. (2012) melaporkan bahwa tinggi rendahnya tanaman dapat
dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan seperti iklim, tanah dan faktor
biotik yang dapat mempengaruhi sifat dari varietas tersebut.
Jumlah Anakan
Rata-rata jumlah anakan padi pada faktor intensitas cahaya dan varietas pada
umur 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 MST dapat dilihat pada Tabel 2.
A. Kesimpulan
Intensitas cahaya berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah malai dan
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 8 dan 9 MST, jumlah anakan umur 4,
5, 6, 7, 8, dan 9 MST, berat gabah per rumpun dan potensi hasil per hektar. Namun
perlakuan intensitas cahaya berpengaruh tidak nyata pada tinggi tanaman umur 4,5,6
dan 7 MST, umur berbunga, umur panen, panjang malai, berat 1000 butir gabah,
persentase gabah berisi, dan persentase gabah hampa. Varietas menunjukkan pengaruh
yang sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 4, 5, 7, dan 8 MST, umur berbunga,
umur panen, panjang malai, berat 1000 butir, berat gabah per rumpun, dan potensi hasil
per hektar. Perlakuan varietas juga berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 6
dan 9 MST, jumlah anakan umur 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 MST, serta jumlah malai. Namun
berpengaruh tidak nyata terhadap persentase gabah berisi dan persentase gabah hampa.
Terdapat interaksi yang nyata antara intensitas cahaya dan varietas terhadap tinggi
tanaman umur 4, 6, 8, 9 MST, dan jumlah malai. Interaksi terbaik terdapat pada
intensitas cahaya tinggi (4179 f.c) dengan varietas Sanbei. Varietas Sanbei mampu
beradaptasi pada intensitas cahaya berbeda.
B. Saran
Perlu dilakukan pengujian di lapangan terhadap varietas terpilih pada musim
tanam pada intensitas cahaya yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Alridiwirsah., H. Hanum., M. H. Erwin dan Y. Muchtar. 2015. Uji toleransi beberapa
varietas padi (Oryza sativa L.) terhadap naungan. Jurnal Pertanian Tropik. 2 (2):
93-101.
Anggraini, F., A. Suryanto dan N. Aini. 2013. Sistem tanam dan umur bibit pada
tanaman padi sawah (Oryza sativa L.) varietas inpari 13. Jurnal Produksi
Tanaman. 1 (2): 52- 60.
Djukri dan B. S. Purwoko. 2003. Pengaruh naungan paranet terhadap sifat toleransi
tanaman talas (Colocasia esculenta (L.) Schott). Ilmu Pertanian.10 (2): 17-25.
Efendi., Halimursyadah dan H.R. Simanjuntak. 2012. Respon pertumbuhan dan
produksi plasma nutfah padi lokal aceh terhadap sistem budidaya aerob. Jurnal
Agrista. 16(3): 114-121.
Prasekti, Y.H. 2015. Analisa ekonomi usaha penangkar benih padi ciherang (di
kelurahan tamanan kec. tulungagung kab. tulungagung). Jurnal Agribisnis
Fakultas Pertanian Unita. 11 (13): 1-11.
Probowati, R. A., B. Guritno dan T. Sumarni. 2014. Pengaruh tanaman penutup tanah
dan jarak tanam pada gulma dan hasil tanaman jagung (Zea mays L.). Jurnal
Produksi Tanaman. 2 (8): 639-647.
Reskynawati, K. 2014. Pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau (Vigna
radiata L.) pada berbagai tingkat naungan. Skripsi. Program Studi
Agroteknologi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Hasanuddin Makassar, Makassar.
Sugiono, D. dan N.W. Saputro. 2016. Respon pertumbuhan dan hasil beberapa
genotipe padi (Oryza sativa L.) pada berbagai sistem tanam. Jurnal Agrotek
Indonesia. 1 (2): 105- 114.
Suryadi., L. Setyobudi dan R. Soelistyono. 2013. Kajian intersepsi cahaya matahari
pada kacang tanah (Arachis hypogaea L.) diantara tanaman melinjo
menggunakan jarak tanam berbeda. Jurnal Produksi Tanaman. 1 (4): 333-341.