Anda di halaman 1dari 28

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cahaya matahari adalah sumber energi utama bagi kehidupan seluruh


makhluk hidup didunia. Bagi tumbuhan khususnya yang berklorofil, cahaya matahari
sangat menentukan proses fotosintesis. Fotosintesis adalah proses dasar pada
tumbuhan untuk menghasilkan makanan. Makanan yang dihasilkan akan
menentukan ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
Menurut (http://www.silvikultur.com) cahaya merupakan faktor penting terhadap
berlangsungnya fotosintesis, sementara fotosintesis merupakan proses yang menjadi
kunci dapat berlangsungnya proses metabolisme yang lain di dalam tanaman.

Pengaruh cahaya juga berbeda pada setiap jenis tanaman. Tanaman C4, C3,
dan CAM memiliki reaksi fisiologi yang berbeda terhadap pengaruh intensitas,
kualitas, dan lama penyinaran oleh cahaya matahari (Onrizal, 2009). Selain itu, setiap
jenis tanaman memiliki sifat yang berbeda dalam hal fotoperiodisme, yaitu lamanya
penyinaran dalam satu hari yang diterima tanaman. Perbedaan respon tumbuhan
terhadap lama penyinaran atau disebut juga fotoperiodisme, menjadikan tanaman
dikelompokkan menjadi tanaman hari netral, tanaman hari panjang, dan tanaman hari
pendek (http://thejeber.wordpress.com).

Kekurangan cahaya matahari akan mengganggu proses fotosintesis dan


pertumbuhan, meskipun kebutuhan cahaya tergantung pada jenis tumbuhan. Selain
itu, kekurangan cahaya saat perkembangan berlangsung akan menimbulkan gejala
etiolasi, dimana batang kecambah akan tumbuh lebih cepat namun lemah dan
daunnya berukuran kecil, tipis dan berwarna pucat ( tidak hijau ). Gejala etiolasi
tersebut disebabkan oleh kurangnya cahaya atau tanaman berada di tempat yang
gelap. Cahaya juga dapat bersifat sebagai penghambat (inhibitor) pada proses
pertumbuhan, hal ini terjadi karena dapat memacu difusi auksin ke bagian yang tidak
terkena cahaya (http://kampoengpintar.blogspot.com). Cahaya yang bersifat sebagai

1
inhibitor tersebut disebabkan oleh tidak adanya cahaya sehingga dapat
memaksimalkan fungsi auksin untuk penunjang sel sel tumbuhan sebaliknya,
tumbuhan yang tumbuh ditempat terang menyebabkan tumbuhan tumbuhan tumbuh
lebih lambat dengan kondisi relative pendek, lebih lebar, lebih hijau, tampak lebih
segar dan batang kecambah lebih kokoh (http://afriathinks.blogspot.com).

Dikarenakan sinar matahari sangat penting dan memberikan pengaruh besar


terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman, maka pada tugas kelompok kali
ini, akan dibahas lebih lanjut dan mendalam mengenai peranan dan pengaruh sinar
matahari terhadap pertumbuhan tanaman dari sudut pandang proses fisiologi,
pertumbuhan vegetatif, dan pertumbuhan generatif tanaman.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana peranan cahaya matahari terhadap kehidupan


2. Bagaimana proses tanaman mendapatkan energi?
3. Bagaimana pengaruh cahaya terhadap kehidupan tanaman?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui peranan cahaya matahari terhadap kehidupan.


2. Untuk mengetahui proses tanaman mendapatkan energi.
3. Untuk mengetahui pengaruh cahaya terhadap kehidupan tanaman.

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Matahari
Matahari atau surya merupakan bola gas dan sebagai sumber energi utama
bagi kehidupan di permukaan bumi.Kadang kala matahari disebut juga sebagai
reaktor terbesar karena bertindak sebagai sumber pembangkit tenaga (Byer and
Robert, 1959).Dalam realitasnya semua kehidupan dan aktivitas yang ada di
permukaan bumi sangat tergantung pada energi matahari, mulai dari bernapas bagi
organisme hidup sampai pada kegiatan untuk menghasilkan bahan, barang atau jasa.
Tanpa ada sinar matahari tentu tidak akan tersedia bahan makanan yang diproduksi
dari tumbuh-tumbuhan (produk nabati), hewan (produk hewani) dan perubahan dan
dinamika atmosfer sangat terkait dengan eksistensi matahari. Hubungan-hubungan
tersebut di atas tercermin dalam pengetahuan meteorologi dan klimatologi yang
hingga saat ini masih kita rasakan.
Begitu pentingnya peranan energi matahari dalam hubungannya dengan ilmu
atmosfer (meteorologi dan klimatologi) sehingga menyebabkan perlu pengkajian
lebih rinci tentang hakekat dan filosofinya. Meteorologi mempelajari tentang proses
pembentukan dan perubahan cuaca sedangkan klimatologi mempelajari tentang
bentukan unsur-unsur cuaca jangka panjang, semuanya dikendalikan oleh energi
matahari. Penyebaran atau dinamika unsur cuaca dan sifat-sifatnya erat kaitannya
dengan perputaran bumi pada poros atau sumbunya (rotasi) yang membutuhkan
waktu selama 24 jam (sehari semalam), bumi juga berputar mengelilingi matahari
pada bidang ekliptika setiap 365 hari dalam setiap tahunnya. Dari gerakan rotasi bumi
dapat menghasilkan apa yang disebut dengan hari sidus dan hari rat-rata waktu
matahari. Hari sidus adalah hari yang lamanya 23 jam 56 menit 4.09 detik yakni
posisi dimana bumi-mataahri-bintang tertentu letaknya berdampingan (sidus)
sedangkan hari yang biasanya kita sebut adalah hari almanak atau kalender yang
lamanya 24 jam.

3
Gerakan bumi mengelilingi matahari yang disebut revolusi bumi
membutuhkan waktu selama 365 hari, 5 jam dan 48.8 detik yang biasanya dibulatkan
menajdi 365,25 hari sehingga setiap 4 tahun genap menjadi (0,25 x 4 = 1 hari) yang
ditambahkan ke bulan februari sehingga setiap 4 tahun bulan Februari hanya
berjumlah 29 hari (28 + 1 =29). Perbedaan perputaran bumi tersebut menimbulkan
dua peristiwa yang berbeda terhadap permukaan bumi yakni adanya siang malam
(akibat rotasi) serta perubahan-perubahan cuaca (suhu udara, kelembaban udara,
angin, penguapan hingga kondensasi uap air di atmosfer). Sedangkan perputaran
bumi mengelilingi matahari (revousi matahari) menyebabkan terjadinya perbedaan
musim pada tempat-tempat di permukaan bumi, yakni musim panas (summer),
musim dingin (winter), musim gugur (autumn) dan musim semi (spring)terutama
pada wilayah lintang tinggi (sub tropik atau temperate dan kutub atau polar). Namun
pada wilayah tropik keempat musim ini tidak dikenal.Di daerah lintang rendah
(tropik) hanya ada dua musim yang terjadi yakni musim hujan dan musim kemarau
dan kadang-kadang ada musim peralihan antara kedua musim tersebut yang biasa
disebut sebagai musim pancaroba.
Bidang edar bumi mengelilingi matahari berupa elips atau bukan merupakan
lingkaran sempurna.Elips adalah suatu kurva bidang datar sedemikian rupa sehingga
sejumlah jarak dari setiap titik lingkaran dari dua buah fokus atau titik apinya konstan
atau tetap.Semakin dekat dengan fokus maka lingkarannya semakin bulat dan
sebaliknya semakin jauh dari fokus semakin lonjong elipsnya.
Menurut para ahli (astronomi-fisika), memiliki suhu permukaan sekitar
6000K (5727C), suhu pusatnya mencapai 20 40 jutaK, massa permukaannya
2 x 10 kg (300.000 x massa bumi), diameternya 110 x diameter bumi (1.4 juta
km) dan kecepatan cahayanya untuk sampai dipermukaan bumi adalah 3 x 10 cm s
(sekitar 300.000 km s). Energi dalam matahari diproses melalui proses fusi atau
pemecahan nuklir seperti halnya dalam pembuatan bom hidrogen yang mengubah
atom hydrogen menjadi atom helium (He), sebagai berikut :
4 H He + e .. (3.1)

4
Setiap 4 atom hidrogen dengan energy 1.008 (4 x 1.008) menghasilkan 1 atom helium
dengan tingkat energi 4.003 (1 x 4.003) dengan sisa energi sebesar 0.029.Nilai 0.029
tersebut merupakan kelebihan energi yang dilepaskan matahari untuk selanjutnya
dipancarkan ke segala arah terutama di permukaan bumi dalam bentuk radiasi.Dalam
perjalanannya, radiasi melewati ruang angkasa yang terbatas antara matahari-bumi.
Setiap detik matahari mengkonversi 4 juta ton H menjaadi He sebagai energi yang
dipancarkanmatahari ke sekelilingnya (bumi dan atmosfer).
2.2 Konsep Radiasi
Radiasi adalah pemindahan energi atau kalor atau heat transfer dari
permukaan matahari ke suatu tempat dipermukaan bumi yang dipancarkan dalam
bentuk gelombang elektromagnetik baik melalui perantara maupun tidak melalui
perantara. Cara ini merupakan pertukaran energi yang penting antara organisme
dengan lingkungannya. Dalam perjalanannya energi radiasi matahari memilki
karakteristik yang unik ke permukaan bumi dan dijelaskan dalam dua macam teori
yang saling berhubungan, yaitu :
a. Teori gelombang elektromagnetik, menyatakan bahwa cahaya merambat
melalui ruangan sebagai suatu gelombang. Jumlah gelombang yang merambat
melewati titik tertentu dalam interval tertentu yang disebut sebagai frekuensi.
b. Teori hokum menyatakan bahwa cahaya merambat dalam bentuk aliran
partikel yang disebut foton. Energi yang terkandung dalam satu foton disebut
satu kuantum.
2.3 Komponen Radiasi Surya
Radiasi surya dapat dinyatakan dalam berbagai komponen dan tiap komponen
mempunyai efek yang berbeda terhadap suatu permukaan. Komponen-komponen
tersebut adalah radiasi surya meliputi :
a. Intensitas Radiasi
Intensitas radiasi surya adalah jumlah energy yang dipancarkan oleh surya per
satuan waktu per satuan luas.Intensitas radiasi disebut juga kerapatan fluks radiasi.
b. Kualitas Radiasi

5
Kualitas radiasi membicarakan mengenai panjang gelombang sinar atau
tingkat energi yang dipancarkan oleh matahari. Sinar yang di pancarkan oleh
matahari adalah dalam bentuk gelombag elektromagnetik sebenarnya terdiri atas
berbagai panjang gelombang yakni dari 0.2 m 100 m, namun sekitar 99%
panjang gelombangnya berada diantara 0.3 dan 3.0/4.0 m. oleh karena itu, pancaran
radiasi matahari disebut juga sebagai radiasi gelombang pendek (short wave
radiation).
Berdasarkan persamaan Wien di atas maka dengan suhu permukaan sebesar
6000K, matahari dapat memberikan makssebesar 0.48 m. radiasi yang
dipancarkan oleh matahari bervariasi menurut panjang gelombang, dan berdasarkan
panjang gelombangnya maka radiasi (sinar) matahari dapat dibagi atas tiga kelompok
berkas sinar, yakni :
1. Sekitar 8% sebagai sinar ultraviolet (UV), 0.20 0.40 m
2. 40% sebagai sinar tampak (visible light), o.40 0.70 m
3. 52% sebagai sinar infra merah (near-infra red), > 0.70 m

c. Panjang Hari dan Lama Penyinaran


Panjang hari (N) adalah periode mulai terbit sampai terbenamnya surya dan
merupakan lama penyinaran maksimum yang dapat dicapai surya. Nilainya akan
berbeda menurut lintang dan waktu. Lama penyinaran (n) adalah lama surya bersinar
cerah yaitu bila intensitas yang dipancarkan paling rendah 0.3 cal cm min .
Semakin lama matahari bersinar semakin tinggi fluks energi yang diterima oleh suatu
tempat di permukaan bumi dan ini menandakan kuantitas energy yang dapat diserap.
Jumlah radiasi atau energi yang diserap permukaan bumi mempengaruhi laju
pertumbuhan sehingga menentukan tinggi rendahnya produksi yang akan dihasilkan.
2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intensitas Radiasi Surya
Jumlah atau banyaknya radiasi matahari yang sampai ke permukaan bumi
sebelum insolasi radiasi mengalami pemantulan (albedo) oleh keragaman bentuk
permukaan bumi disebut insolasi. Insolasi tersebut disebut juga sebagai radiasi global
yang bersumber dari dua bentuk pancaran, yaitu : radiasi langsung dari matahari dan

6
radiasi tidak langsung atau radiasi baur yang merupakan radiasi yang dipancarkan
oleh atmosfer.
Barry and Chorley (2010) menyatkan ada 4 faktor yang mempengaruhi pengurangan
atau rendahnya insolasi yaitu :
Intensitas radiasi yang dipancarkan oleh surya di permukaannya menyebabkan
perubahan atau fluktuasi kegiatan surya di permukaannya sehingga terjadi
fluktuasi tetapan surya sekitar 15% dalam kurun waktu tertentu.
Faktor-faktor astronomis, perubahan kedudukan bumi terhadap surya setiap
saat atau periode sebagai akibat adanya rotasi dan revolusi bumi. Adanya
rotasi menyebabkan siang dan malam sedangkan adanya revolusi pada daerah
lintang tinggi menyebabkan terjadinya perbedaan musim. Yakni musim semi,
musim panas, musim gugur dan musim dingin. Namun di indonesia hanya
terdapat dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau dan peralihan
dari keduanya.
Transparansi atmosfer menggambarkan keadaan atmosfer yang dapat di
tembus oleh radiasi matahari terutama radiasi tampak (visible light). Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa atmosfer mengandung berbagai
macam gas baik uap air udara kering maupun aerosol.
Pemantulan, radiasi matahari yang dipancarkan ke sekelilingnya (yang
mencapai atmosfer dan permukaan bumi) sebagian besar dengan 0.3 0.4
m setelah mencapai permukaan bumi dipantulkan kembali keruang angkasa
tanpa mengurangi perubahan panjang gelombang sehingga tidak memberikan
pengaruh lain pada permukaan bumi dan lingkungannya. Tingkat pemantulan
tidak sama untuk semua bentuk permukaan yakni sangat ditentukan oleh
kapasitas permukaan yang menerima radiasi. Berdasarkan karakteristik bentuk
permukaan maka pemantulan dibedakan atas dua bentuk yakni reflektivitas
dan albedo. Reflektivitas lebih ditekankan pada pemantulan sinar atau cahaya
tampak dari panjang gelombang tertentu sedangkan albedo menunjukkan
pemantulan yang terjadi pada semua panjang gelombang atau semua benda.

7
Di atmosfer awan merupakan pemantul (reflector) radiasi matahari
yang paling efektif, karena itu apabila atmosfer dalam kondisi berawan maka
hanya sebagian kecil jumlah radiasi matahari yang sampai kepermukaan
bumi.Sebaliknya air dengan kapasitas jenis yang tinggi terhadap penerimaan
panas merupakan pemantulan yang jelek namun merupakan penyerap atau
penerima radiasi matahari yang baik.Kedua bahan tersebut dapat mengurangi
jumlah radiasi yang terpancar kepermukaan bumi.Demikian juga tanah dan
vegetasi memiliki albedo yang bervariasi bergantung pada bentuk permukaan
benda tersebut.Tanah kering memiliki albedo yang lebih besar dibandingkan
dengan tanah basah demikian juga vegetasi memiliki albedo yang berbeda
menurut jenis vegetasi.
2.5 Radiasi Bumi dan Atmosfer
Radiasi bumi adalah radiasi yang dipancarkan oleh bumi ke sekelilingnya
(atmosfer dan angkasa) dalam bentuk gelombang elektromagnetik setelah bumi
menerima radiasi dari matahari dan menyerapnya sesuai dengan kapasitasnya.Bumi
menyerap energi radiasi matahari dalam bentuk gelombang pendek kemudian setelah
diserap sisa energi dipantulkan kembali ke atmosfer sebagai radiasi keluar bumi
dalam bentuk gelombang elektromagnetik namun panjang gelombangnya berubah
menjadi gelombang panjang.Perubahan energi tersebut menyebabkan geraknya
menjadi lambat dan menyebabkan peningkatan panas pada permukaan yang dapat
dirasakan yang disebut sebagai panas terasa serta peningkatan suhu permukaan bumi.
Permukaan bumi yang dipanaskan oleh penyerapan radiasi matahari akan
menjadi sumber radiasi gelombang panjang dan dinamakan radiasi bumi. Radiasi
infra merah yang dipancarkan oleh bumi di dalam atmosfer akan mengalami proses -
proses :
a. Penyerapan, dimana sebagai penyerap utama di dalam atmosfer adalah ozon,
karbondioksida dan awan.
b. Reradiasi, bagian radiasi bumi dan radiasi matahari yang diserap bersama - sama
memanaskan atmosfer. Pemanasan ini mendorong atmosfer memancarkan radiasi,
jadi atmosfer memancarkan kembali radiasi bumi yang diserapnya.

8
c. Penerusan, radiasi bumi yang diserap atmosfer adalah 95%, sedangkan sisanya 5%
diteruskan tanpa dipengaruhi atmosfer samasekali dan langsung meninggalkan bumi
menuju angkasa luar.
Radiasi atmosfer adalah radiasi yang dipantulkan oleh atmosfer ke sekeliling
(bumi dan angkasa) dalam bentuk gelombang elektromagnetik baik melalui perantara
maupun tidak melalui perantara.
2.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Radiasi Matahari
Jumlah radiasi matahari yang sampai atau diterima oleh permukaan bumi
berbeda-beda menurut tempat dan waktu. Perbedaan tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu :
1. Transfer Energi dalam Sistem Atmosfer-Bumi
Lebih jauh dijelaskan bahwa distribusi radiasi matahari seolah-olah semuanya
merupakan energi yang tersedia untuk permukaan bumi. Ini tentu saja disebabkan
oleh hubungan yang tidak realitas mengenai pengaruh atmosfer dalam proses pindah
energi. Energi panas dapat dapat berpindah dalam tiga cara, yakni :
Radiasi, transfer energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik (panas dan
cahaya) antara dua buah benda tanpa membutuhkan suatu media dengan
kecepatan (c) 3 x 108 ms (kecepatan cahaya). Transfer tersebut meliputi
energi matahari yang melalui angkasa pada panjang gelombang yang relatif
lebih pendek, sedangkan atmosfer bumi memancarkan radiasi pada panjang
gelombang tertentu dalam bentuk gelombang panjang.
Konduksi, melalui cara ini panas berpindah dari suatu benda yang lebih panas
ke benda yang lebih dingin melalui perpindahan molekul benda tanpa diikuti
oleh pergerakan bendanya. Udara merupakan konduktor yang jelek, sehingga
cara ini tidak umum terjadi dalam atmosfer, tetapi cara ini sangat penting bagi
perpindahan panas yang terjadi di permukaan tanah. Konduktivitas (hantaran)
panas dapat mempengaruhi suhu dan kandungan air tanah, namun bervariasi
menurut jenis.
Konveksi, cara pindah panas seperti ini hanya terjadi dalam fluida cairan
(termasuk gas) yang dapat berpindah secara internal melalui pergerakan

9
molekul benda (fluida) namun tidak diikuti oleh pergerakan bendanya. Cara
pindah panas seperti ini sangat penting bagi atmosfer karena dapat
meingkatkan kandungan air di atmosfer. Cara pindah panas secara konveksi
dapat terjadi melalui dua benuk, yakni yang disebut sebagai konveksi bebas
yaitu konveksi yang disebabkan oleh pemanasan matahari secara intensif dan
sebagai konveksi paksa terjadi akibat adanya halangan bukit atau gunung.
Cara pindah panas energy secara konveksi terjadi dalam dua bentuk, yakni (1)
dalam bentuk panas terasa (sensible heat) dari kandungan atmosfer (entalpi)
yang ditransfer secara langsung melalui peningkatan dan campuran udara
hangat yang disebut CT (perubahan entalpi pada suhu tetap) dimana T
merupakan suhu mutlak dan Cp (= 1004 J kg K)adalah panas spesifik pada
tekanan tetap dan merupakan absorbsi panas oleh unit massa untuk
meningkatkan unit suhu. (2) transfer energi secara tidak langsung melalui
konveksi termasuk panas laten. Pada fase ini terjadi perubahan energi tetapi
tidak terjadi perubahan suhu. Untuk proses perubahan air menjadi uap air
(mendidih kemudian menguap)melalui proses evaporasi dibutuhkan panas
2. Pengaruh Atmosfer
Radiasi surya hampir seluruhnya dipancarkan dalam bentuk gelombang
pendek, yakni kurang dari 4 m. sekitar 18% energi yang dating diserap secara
langsung oleh gas ozon terpusat pada tiga panjang gelombang berkas cahaya, yaitu
pada (0.20 0.31, 0.35 dan 0.45 0.85 m), sedangkan uap air menyerap radiasi
pada panjang gelombang 0.9 0.21 m. panjang gelombang yang lebih pendek dari
0.285 m jarang tembus pada ketinggian dibawa 20 km.
3. Pengaruh Penutupan Awan
Awan yang tebal dan terus menerus menutupi atmosfer secara nyata dapat
menghalangi penetrasi masuknya radiasi ke permukaan bumi.Penurunan suhu
permukaan yang terjadi pada hari cerah akibat terputusnya radiasi matahari
langsung.Banyaknya radiasi actual yang dipantulkan oleh awan beergantung pada
jumlah penutupan awan dan ketebalannya.

10
Penutupan awan secara sempurna dan tebal merupakan penghalang efektif
bagi pancaran radiasi surya ke permukaan bumi maupun radiasi bumi ke
atmosfer.Intensitas radiasi yang dipancarkan ke suatu permukaan bergantung pada
jumlah, tebal dan tipe dari awan yang menutupi atmosfer. Sebagai contoh dari
penutupan awan secara menyeluruh oleh jenis awan tinggi (Cirrostratus, Sr) dan jenis
awan yang rendah (Stratocumulus) dapat memantulkan radiasi matahari masing-
masing sebesar 44-50% dan 55-80% (Barry and Chorley, 2010) demikian juga
sebaliknya berlaku untuk radiasi yang dipantulkan oleh bumi sebagai radiasi keluar
bumi baik pada waktu siang maupun malam hari.
Di atmosfer, radiasi matahri kebanyakan diserap oleh uap air (vapor) dan
karbon dioksida.Karena itu radiasi bumi dapat berbeda tidak tidak saja berdasarkan
pada ketebalan dan tipe awan, namun bergantung pada kandungan uap air karena uap
air merupakan penyerap radiasi bumi yang paling efektif.Dalam keadaan langit yang
berawan dapat memicu terjadinya fluktuasi atau perubahan fluks energi sehingga
berakibat pada perubahan suhu harian yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan
tanpa ada awan.Hal ini dapat menyebabkan terjadinya penurunan suhu maksimum
yang terjadi pada siang hari dan suhu minimum yang rendah pada malam hari.
4. Pengaruh Garis Lintang
Garis lintang merupakan salah satu faktor kendali penting radiasi matahari
karena menentukan periode waktu atau panjang hari dan jarak perjalanan radiasi
matahari melalui atmosfer.Namun demikian, kalkulasi nyata belakangan ini
menunjukkan bahwa daerah dekat kutub, kelihatannya mempengaruhi kandunagan
uap air di udara dan terbatasnya penyerapan uap airoleh lapisan atmosfer. Pada
lapisan atmosfer yang lebih tinggi di lintang utara (Kutub Utara) menerima intensitas
radiasi maksimum, yakni puncak musim panas pada bulan juni dan hanya sekitar
30% yang diserap permukaan bumi. Namun dibandingkan dengan rata-rata global,
nilai ini lebih rendah, yaitu radiasi matahari yang diserap bumi sebesar 48%.

11
2.7 Neraca Bahang di Permukaan Bumi
Neraca energi atau neraca bahang pada suatu permukaan mengambarkan
tentang perimbangan antara jumlah radiasi matahari yang terpancar ke permukaan
sebagai masukan dengan radiasi dari permukaan bumi sebagai keluaran. Neraca
bahang pada dasarnya merupakan keseimbangan yang terjadi akibat berbagai proses
yang terjadi di dekat permukaan bumi. Proses-proses tersebut adalah pertukaran
energi antara pancaran surya dengan permukaan (tanaman atau bumi), antara
permukaan tersebut dengan lapisan dibawahnya atau dengan sekitarnya. Neraca
energi yang terjadi antara permukaan tersebut sangat penting terutama peranannya
sebagai pengendali proses.
Radiasi netto merupakan radiasi riil yang tersedia di permukaan bumi
menyerap radiasi matahari yang kemudian dapat digunakan dalam berbagai
kebutuhan atau proses. Pemindahan energi atau bahangdari dan ke suatu permukaan
terjadi dalam berbagai bentuk antara lain untuk memanasi tanah (konduksi),
memanasi atmosfer (konveksi), di simpan di perut bumi sewaktu-waktu digunakan
untuk menguapkan air maupun untuk kebutuhan proses metabolisme. Nilai radiasi
netto tidak selamanya konstan melainkan berubah menurut tempat dan
waktu.Menurut Kraus dan Alkhalaf (1995) kesetimbangan energi di permukaan bumi
selain ditentukan oleh radiasi matahari juga oleh bentuk dan sifat dari permukaan
tersebut. Perbedaan nilai radiasi netto pada masing-masing wilayah dengan faktor
penyebabnya adalah sebagai berikut :
Di daerah padang pasir, nisbah radiasi netto dengan insolasi atau Rn efektif
(Rn/Ri) adalah sangat rendah karena nilai albedo dan suhu permukaan sangat
tinggi.
Di daerah tropis basah, nilai Rn agak tinggi karena nilai albedonya relatif
rendah (vegetasi cukup banyak) dan suhu permukaan tidak terlalu tinggi.
Radiasi netto efektif di permukaan laut atau danau adalah lebih tinggi
dibandingkan dengan yang terjadi di daratan karena albedo dan suhu di
permukaan laut atau danau lebih rendah dibandingkan di dararatn.

12
Radiasi netto pada tanah kering jauh lebih kecil dibandingkan dengan radiasi
netto pada tanah tropis basah.
Neraca energi akan terpengaruh dengan terus berubahnya bidang dasar ayng
mengakibatkan perubahan albedo. Perubahan albedo atau pemantulan sangat terkait
dengan perubahan sifat geometrik dan optic atmosfer akibat tercemar oleh asap dan
aerosol karena proses pembakaran. Menurut Murdiyarso (1991), perubahan albedo
selain ditentukan oleh bentuk atmosfer juga sangat ditentukan oleh sifatoptik
permukaan yang dapat meneruskan radiasi sampai kepermukaan tanah. Lebih jauh
Tanner (1968), menyatakan bahwa perubahan albedo 0.15 menjadi 0.25 dapat
menimbulkan variasi-variasi netto sebesar %. Radiasi netto (Rn) merupakan energi
yang tersedia untuk berbagai proses dapat dinyatakan dengan persamaan (3.19),
sedangkan rata-rata nilai komponen kesetimbangan energi menurut lintang pada
permukaan bumi.
Rn = G + H + LE + x ..(3.19)
Dimana : G :aliran (fluks) bahan yang digunakan utuk memanaskan tanah, H: aliran
panas yang digunakan untuk memanaskan udara atau atmosfer, LE: aliran panas laten
yang mengandung uap air dan x : aliran panas yang digunakan untuk proses
metabolism seperti fotosintesis.
2.8 Pengaruh Radiasi Terhadap Pertumbuhan Tanaman C3 dan C4

Tumbuhan adalah salah satu benda hidup yang terdapat di alam semesta.
Tumbuhan adalah organisme benda hidup yang terkandung dalam alam Plantae.
Biasanya, organisme yang menjalankan proses fotosintesis adalah diklasifikasikan
sebagai tumbuhan. Tumbuhan memerlukan cahaya matahari untuk menjalani proses
fotosintesis. Tumbuhan merangkumi semua benda hidup yang mampu menghasilkan
makanan dengan menggunakan klorofil untuk menjalani
proses fotosintesis(http://duniatumbuhan.blogspot.com).

Jika dihubungkan dengan fotosintesis, tanaman dibedakan menjadi 3, yaiu


tanaman C3, C4 dan tanaman CAM. Perbedaan yang mendasar antara tanaman tipe
C3, C4, dan CAM adalah pada reaksi yang terjadi di dalamnya. Pada tanaman yang

13
bertipe C3 produk awal reduksi CO2 (fiksasi CO2) adalah asam 3-fosfogliserat atau
PGA. Terdiri atas sekumpulan reaksi kimia yang berlangsung di dalam stroma
kloroplas yang tidak membutuhkan energi dari cahaya mataharai secara langsung.
Sumber energi yang diperlukan berasal dari fase terang fotosintesis. Sekumpulan
reaksi tersebut terjadi secara simultan dan berkelanjutan. Memerlukan energi
sebanyak 3 ATP. PGAL yang dihasilkan dapat digunakan dalam peristiwa yaitu
sebagai bahan membangun sel, untuk pemeliharaan sel dan disimpan dalam bentuk
pati(http://ipul-biologi.blogspot.com). Berdasarkan proses reaksi yang terjadi pada
tanaman C3, telah diketahui bahwa tanaman C3 dapat tumbuh baik dibawah naungan
tau ditempat yang intensitas mataharinya rendah.
Tanaman C4 adalah tanaman yang mampu hidup di lahan yang terpapar
intensitas matahari penuh. Pada tanaman tipe C4 yang menjadi cirinya adalah produk
awal reduksi CO2 (fiksasi CO2) adalah asam oksaloasetat, malat, dan aspartat (
hasilnya berupa asam-asam yang berkarbon C4). Reaksinya berlangsung di mesofil
daun, yang terlebih dahulu bereaksi dengan H2O membentuk HCO3 dengan bantuan
enzim karbonik anhidrase. Memiliki sel seludang di samping mesofil. Tiap molekul
CO2 yang difiksasi memerlukan 2 ATP. Tanaman c4 juga mengalami siklus calvin
seperti peda tanaman C3 dengan bantuan enzim Rubisko).
Sedangkan pada tanaman tipe CAM yang menjadi ciri mendasarnya adalah
memiliki daun yang cukup tebal sehingga laju transpirasinya rendah. Stomatanya
membuka pada malam hari. Pati diuraikan melalui proses glikolisis dan membentuk
PEP. CO2 yang masuk setelah bereaksi dengan air seperti pada tanaman C4 difiksasi
oleh PEP dan diubah menjadi malat. Pada siang hari malat berdifusi secara pasif
keluar dari vakuola dan mengalami dekarboksilasi. Melakukan proses yang sama
dengan tanaman C3 pada siang hari yaitu daur Calvin. Melakukan proses yang sama
dengan tanaman C4 pada malam hari yaitu daur Hatch dan Slack .

2.9.1 Pengaruh Kuantitas Cahaya Matahari terhadap Tanaman

Sebagian besar tanaman dari daerah sedang adalah fotoperiodik. Namun


demikian, di daerah ekuator, panjang siang hari pada setiap bulan menunjukkan

14
perbedaan yang kecil sehingga pengaruh kuantitas atau lamanya penyinaran matahari
dalam satu hari tidak mempengaruhi pertumbuhandan perkembangan tanaman secara
signifikan (Fitter dan Hay, 1991:52).

Respon fotoperiodik memungkinkan tanaman untuk mengatur waktu bagi


pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan untuk membentuk bunga agar tetap tegar
menghadapi perubahan musim di dalam lingkungannya. Bila satu tanaman
dipindahkan ke daerah dengan garis lintang berbeda, maka akan menghentikan
fasenya dan tanaman tersebut dapat mati, misalnya karena berusaha tumbuh secara
vegetatif pada musim dingin atau musim semi (Fitter dan Hay, 1991:53).

2.9.2 Pengaruh Intensitas Cahaya Matahari terhadap Tanaman

Intensitas cahaya matahari menunjukkan pengaruh primer pada fotosintesis,


dan pengaruh sekundernya pada morfogenetik. Pengaruh terhadap morofogenetik
hanya terjadi pada intensitas rendah (Fitter dan Hay, 1991:54). Pengaruh tanaman
dalam kaitannya dengan intensitas cahaya salah satunya adalah penempatan daun
dalam posisi di mana akan diterima intersepsi cahaya maksimum. Daun yang
menerima intensitas maksimal adalah daun yang berada pada tajuk utama yang
terkena sinar matahari (Fitter dan Hay, 1991:54).

Masing-masing tanaman memiliki reaksi yang berbeda terhadap intensitas


cahaya. Berdasarkan perbedaan reaksi tersebut, tanaman dibedakan menjadi tanaman
C3, C4, CAM. Tanaman C3 adalah tanaman yang hidup baik pada intensitas cahaya
rendah, dan tanaman C4 adalah tanaman yang hidup baik pada intensitas cahaya
tinggi, sedangkan tanaman CAM adalah tanaman yang hidup didaerah kering.

Penelitian yang dilakukan oleh Grime dalam Fitter dan Hay (1991:55)
membuktikan bahwa tanaman yang terbiasa hidup tanpa naungan seperti Arenaria
servillifolia memperlihatkan kondisi yang tidak dapat berkembang dan tumbuh jika
diberi naungan. Hal tersebut terbukti oleh habisnya persediaan karbohidat.

15
Lebih lanjut, jika tanaman yang tanpa naungan ternaungi, terdapat beberapa
kemungkinan yang akan terjadi. Masalah yang dihadapi oleh sebuah daun yang
ternaungi adalah untuk mempertahankan suatu keseimbangan karbon yang positif,
dan kerapatan pengaliran di mana keadan ini tercapai, merupakan titik kompensasi.
Dibawah intensitas cahaya yang rendah terdapat tiga pilihan, yaitu : Pengurangan
kecepatan respirasi, peningkatan luas daun untuk memperoleh permukaan absorbsi
cahaya yang lebih besar; dan peningkatan kecepatan fotosintesis setiap unit energi
cahaya dan luas daun.

2.9.3 Pengaruh Kualitas Cahaya Matahari terhadap Tanaman

Radiasi energi yang diterima oleh bumi dari matahari berbentuk gelombang
elektromagnetik yang bervariasi panjangnya yaitu dari 5000-290 milimikron.
Rangkaian spektrum matahari ini dapat dikelompokan berdasarkan panjang
gelombangnya. Cahaya mempunyai sifat gelombang dan sifat partikel
(http://satopepelakan.blogspot.com/).

Cahaya hanya merupakan bagian dari energi cahaya yang memiliki panjang
gelombang tampak bagi mata manusia sekitar 390-760 nanometer. Sipat partikel
cahaya biasanya diungkapkan dalam pernyataan bahwa cahaya itu datang dalam
bentuk kuanta dan foton, yaitu paket energi yang terpotong-potong dan masing-
masing mempunyai panjang gelombang tertentu (http://satopepelakan.blogspot.com/).

Cahaya memberikan energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan


tanaman/pohon secara langsung melalui tumbuhan hijau atau melalui organisme lain,
hal ini tergantung kepada zat-zat organik yang disintesa oleh tumbuhan hijau.
Kualitas cahaya berkaitan erat dengan panjang gelombang, dimana panjang
gelombang ungu dan biru mempunyai foton yang lebih berenergi bila dibanding
dengan panjang gelombang jingga dan merah. Kualitas cahaya dibedakan
berdasarkan panjang gelombang menjadi.

16
Panjang gelombang 750-626 mu adalah warna merah.

Panjang gelombang 626-595 mu adalah warna orange/jingga.

Panjang gelombang 595-574 mu adalah warna kuninga.

Panjang gelombang 574-490 mu adalah warana hijau.

Panjang gelombang 490-435 mu adalah warna biru.

Panjang gelombang 435-400 mu adalah warna ungu.

Semua warna-warni dari panjang gelombang ini mempengaruhi terhadap


fotosintesis dan juga mempengaruhi terhadap pertumbuhan dan perkembangan pohon
baik secara generatif maupun vegetatif, tetapi kuning dan hijau dimanfaatkan oleh
tanaman sangat sedikit, panjang gelombang yang paling banyak diabsorbsi beada di
wilayah violet sampai biru dan orange sampai merah.

Variasi harian dan variasi musiman tidak hanya mempengaruhi masukan


energi, tetapi juga suatu masukan faktor periode yang penting. Panjang siang hari
pada waktu yang berbeda dalam satu tahun, untuk organisme yang non tropis dan
merupakan indikator yang paling dapat dipercaya dan sebagian besar tanaman
bersifat fotoperiodik. Irradiasi langsung pada dini hari dan senja hari mengandung
banyak radiasi panjang gelombang yang disebabkan oleh celah atmosfer yang lebih
panjang dan berakibat penghamburan gelombang pendek.

2.9.5 Cahaya UV

Cahaya dengan kualitas yang berbeda-beda ditemukan dalam dua keadaan


terestial bumi ini : di bawah kanopi daun dan di daerah dengan altitut tinggi. Pada
daerah yang memiliki altitut tinggi, terjadi radiasi dengan penambahan jumlah sinar
utra-violet (UV). Di daerah yang altitutnya lebih rendah, UV disaring oleh atmosfir
terutama oleh oksigen dan ozon.

17
Tetapi perbedaan UV di tempat tinggi dan rendah secara relatif hanya
memiliki pengaruh yang kecil pada vegetasi tempat yang tinggi. Caldwell
(1968)dalam (Fitter dan Hay, 1991) menemukan peningkatan sebesar 26% radiasi
matahari langsung pada pita 280-315 nm pada ketinggian 4450 m bila dibandingkan
dengan tempat pada ketinggian 1670 m, tetapi hal ini sebagai besar diimbangi oleh
suatu penurunan dalam radiasi UV difusi, sehingga sinar UV tidak terlalu nampak
berbahaya bagi tanaman (Fitter dan Hay, 1991).

2.9.6 Cahaya Infra Merah

Rangsangan cahaya pada perkecambahan merupakan satu peristiwa yang


dapat melibatkan fitokrom, yaitu komponen daun yang peka terhadap cahaya merah
dan infra merah. Biji dengan ciri peka terhadap rangsangan dapat berkecambah jika
terkena cahaya merah. Akan tetapi biji menjadi tidak akan berkecambah jika diberi
cahaya inframerah.

Hal tersebut diperkuat dengan beberapa peneliti yang memperlihatkan bahwa


biji yang peka terhadap cahaya tidak akan berkecambah dibawah kanopi daun (black,
1969 ; stoutjesdijk, 1972 ; King, 1975 dalam Fitter dan Hay, 1991:50). Menurut
Gorski dalam Fitter dan Hay (1991:50) peningkatan derajat Infra merah dapat
menghambatan perkecambahan tujuh spesies biji-biji yang tumbuh baik jika diberi
rangsangan cahaya.

Kasperbauer dan Peaslee dalam Fitter dan Hay (1991:50) berturut-turut


menunjukkan bahwa tanaman yang diberi perlakuan FR (dianalogikan untuk
tanaman-tanaman di bagian tengan barisan) daun-daunnya lebih panjang, lebih sempit
dan lebih ringan dengan stomata yang lebih sedikit dan klorophyl per unit luasan
yang lebih sedikit. Asimilasi karbondioksida sama atas dasar satuan luasan, tetapi
lebih besar berdasarkan berat sehelai daun, yag memperlihatkan bahwa tanaman-
tanaman yang diberi perlakuakn FR telah mempertahankan asimilasi fotosintetik pada

18
kerapatan pengaliran yang lebih rendah dengan meningkatkan luas daun (Fitter dan
Hay, 1991:50).

Pengaruh variasi kualitas cahaya pada tanaman baru saja diamati akhir-akhir
ini. Erez dan Kadman-Zahavi dalam Fitter dan Hay (1991:50) menanam pohon peach
(Prunus persica) pada keadaan ternaungi akan menghalangi secara berturut-turut
cahaya biru (tidak ada transmisi di atas 550 nm), biru dengan FR (tembus cahaya di
atas 660 nm), dan merah dengan FR (tembus cahaya di atas 500 nm). Mereka
nememukan bahwa luas daun terbesar terdapat pada keadaan R + FR dan terkecil di
bawah biru + FR dan penaungan terbuka (Stoutjesdijk dalam Fitter dan Hay,
1991:51).

2.9.7 Pengaruh Intensitas Cahaya terhadap Laju Fotosintesis

Pola dari pucuk tanaman diarahkan untuk menuju efisiensi dalam fotosintesis
struktur dari mesosfil kurang dan organ stomata memungkinkan perubahan gas secara
cepat, bahkan adanya fakta bahwa fotosintesis memanfaatkan sebagian besar radiasi
panjang gelombang yang terlihat sangat nyata, karena panjang gelombang ini adalah
wilayah spektrum dengan nilai energi yang paling besar disamping adaptasi diatas,
sebenarnya hanya sedikit energi matahari yang dapat dimanfaatkan dalam proses
fotosintesis (0,025%.

Kebanyakan daun telah menjadi jenuh cahaya dan hanya 20% dari cahaya
matahari penuh yang dapat diserap. Dari jumlah ini hanya 20% yang disimpan dalam
molekul gula yang dihasilkan. Sejumlah cahaya yang dibutuhkan untuk fotosintesis,
agar dapat seimbang dengan menggunakan ikatan karbon yang digunakan untuk
respirasi. Dalam hal ini prosentase dari cahaya penuh, titik kopensasiuntuk
permudaan tanaman biasanya berada antara 2 dan 30% .

Cahaya dapat menembus daun dengan 4 cara :

19
1. Irradiasi langsung yang tidak terhalang yang diberikan oleh noda-noda
matahari. Noda matahari ini mempunyai sifat berirradiasi langsung kecuali
bila terjadi pengaruh bayangan. (Anderson dan miller 1974). Cahaya matahari
langsung nampak menjadi berkurang nilainya pada sebagian besar di bawah
kanopi.
2. Radiasi difusi yang tak terhalang merupakan cahaya langit difusi yang
mengiringi noda matahari.
3. Refleksi daun-daun tidak hanya meneruskan cahaya, tetapi sama dengan
permukaan biologis lainnya, memantulkan sebagian tertentu. Jumlah yang
dipantulkan akan tergantung pada beberapa parameter cahaya yang
dipantulkan. Juga diubah spektrumnya dengan cara yang sama seperti cahaya
yang diteruskan.
4. Transmisi derajat penaungan lebih tergantung jumlah cahaya yang diabsorbsi
dan yang dipantulkan oleh daun.

Dari keempat cara tersebut diatas sudah jelas akan mempengaruhi terhadap
proses fotosintesis karena kualitas, intensitas dan fotoperiode cahaya untuk proses
fotosintesa terjadinya pada daun (http://satopepelakan.blogspot.com/).

2.10 Peranan Cahaya Terhadap Tumbuhan

a) Fotoperiodisme
Lama penyinaran relative antara siang dan malam dalam 24 jam akan
mempengaruhi fisiologis dari tumbuhan. Fotoperiodisme adalah respon dari suatu
organisme terhadap lamanya penyinaran sinar matahari. Contoh dari fotoperiodisme
adalah perbungaan, jatuhnya daun, dan dormansi.
Di daerah sepanjang khatulistiwa lamanya siang hari atau fotoperiodisme akan
konstan sepanjang tahun, sekitar 12 jam. Di daerah temperate atau bermusim panjang
hari lebih dari 12 jam pada musim panas, tetapi akan kurang dari 12 jam pada musim
dingin.

20
Berdasarkan respon tanaman terhadap fotoperiodemembagi tanaman atas tiga
golongan yaitu:
Tanaman berhari pendek
Tanaman berhari panjang
Tanaman berhari netral

Tanaman Berhari Pendek


Tanaman berhari pendek ialah tanaman yang hanya dapat berbunga bila
panjang hari kurang dari nilai kritis (panjang hari maksimum). Panjang hari
maksimum berkisar antara 12 jam sampai 14 jam.
Tanaman yang berhari pendek akan mengalami pertumbuhan vegetative terus
menerus apabila panjang hari melewati nilai kritis, dah akan berbunga di hari pendek
di akhir musim panas dan musim gugur. Tetapi tanaman berhari pendek tidak
berbunga di hari pendek di awal musim semi, dan akan berbunga di hari pendek pada
akhir musim panas. Hal ini disebabkan karena suhu tidak cukup hangat untuk
melanjutkan pertumbuhan ke fase reproduktif. Disamping itu pertumbuhannya
vegetative yang tersedia pada saat itu belum mencukupi untuk mengantarkan tanaman
kepembungaan, disamping benyak system (hormone, enzim dan lain-lain) juga belum
siap.
Tanaman yang tidak peka terhadap fotoperiode yang tergolong berhari
pendek, biasanya mempunyai sifat fisiologis yang menonjol daripada sifat yang
ditimbulkan oleh pengaruh ligkungan. Misalnya pembungaan dan pembuahan akan
lebih dipengaruhi oleh ketersediaan asimilat dan sistem hormone dalam tubuhnya.
Tanaman yang peka terhadap fotoperiode, pembungaan dan pembentukan buahnya
sangat ditentukan oleh panjangnya hari sebesar 15 menit saja sudah berarti bagi
terbentuknya bunga.

Tanaman Berhari Panjang


Tanaman berhari panjang adalah tanaman yang menunjukkan respon
berbunga lebih cepat bila panjang hari lebih panjang dari panjang hari minimum

21
(kritis) tertentu, atau disebut pula tanaman bermalam pendek yakni Tumbuhan yang
memerlukan lamanya siang hari lebih dari 12 jam untuk terjadinya proses
perbungaan, seperti gandum, bayam, dll.
Tanaman berhari panjang yang berasal dari zone sedang (temperate) akan
berbunga dalam bulan mei dan juli apabila panjang siang selama 15 jam. Sebagai
contoh tanaman berhari panjang adalah spinasi (spinacia oler acea L) Barley
(Hordeum spp), Rey (Secale cereale), Bit gula (Beta vulgaris), Alfalfa dan lain-lain.
Tarwe winter (Triticum aestivum) yang tergolong tanaman berhari panjang
menghendaki lama penyinaran lebih dari 14 jam sehari dan untuk berkecambah
memerlukan suhu rendah. Sedangkan pertumbuhan selanjutnya sampai berbunga dan
berbuah menghendaki suhu yang lebih tinggi dan hari-hari panjang. Bila syarat-syarat
yang dikehendakinya tidak terpenuhi, maka tarwe winter tidak dapat menghasilkan
bunga dan buah.
Kombinasi suhu dan panjang hari yang mengontrol pertumbuhan vegetatif
dan generatif pada beberapa jenis tanaman hari panjang sebenarnya dapat diciptakan
dengan perlakuan-perlakuan terhadap tanaman. Misalnya penyinaran singkat di
malam hari untuk memperpendek periode gelap. Percobaan-percobaan seperti ini
dapat mempengaruhi perbungaan, khususnya pada tanaman yang menghendaki
panjang siang lebih dari 15 jam.
Perlakuan vernalisasi pada biji tarwe winter akan berkecambah akan
menyebabkan proses yang menginduksi kecambah ke arah pertumbuhan menuju
pembentukan primordia bunga. Karena biji tarwe winter pada saat berkecambah juga
memerlukan fase gelap yang lebih panjang (hari pendek), maka selain vernalisasi,
untuk mengantarkan tanaman ini ketahap pembungaan juga diperlukan perlakuan
gelap buatan. Sedangkan hari panjang dan suhu tinggi yang diharapkan untuk
pertumbuhan vegetatif dapat dibuat dengan penyinaran singkat pada malam hari
dengan lampu listrik yang berkapasitas 50 watt setiap meter bujur sangkar selama
lebihkurang 5 jam.

Tanaman Berhari Netral

22
Tanaman berhari netral (intermediate) adalah tanaman yang berbunga tidak
dipengaruhi oleh panjang hari. Tanaman intermediate dalam zona sedang bisa
berbunga dalam beberapa bulan. Tetapi tanaman yang tumbuh di daerah tropik yang
mengalami 12 jam siang dan 12 jam malam dapat berbunga terus menerus sepanjang
tahun. Oleh karena itu tanaman yang tumbuh di daerah tropik pada umumnya adalah
tanaman intermediate.

Yang tergolong tanaman intermediate adalah kapas (Gossypium hirsutum),


tembakau (Nicotiana tobaccum), bunga matahari (Helianthus annus), tomat dan lain
sebagainya.
Tanaman intermediate memerlukan pertumbuhan vegetatif tertentu sebagai
tahap untuk menuju tahap pembungaan tanpa dipengaruhi oleh fotoperiode. Apabila
beberapa tumbuhan terpaksa harus hidup di kondisi fotoperiodisme yang tidak
optimal, maka pertumbuhannya akan bergeser ke pertumbuhan vegetatif. Di daerah
khatulistiwa, tingkah laku tumbuhan sehubungan dengan fotoperiodisme ini tidaklah
menunjukkan adanya pengaruh yang mencolok. Tumbuhan akan tetap aktif dan
berbunga sepanjang tahun asalkan faktor- faktor lainnya dalam hal ini suhu, air, dan
nutrisi tidak merupakan faktor pembatas (Syamsuri, 2007).

b) Fotoenergetic
Cahaya matahari merupakan factor krusial dalam kehidupan tumbuhan
sebagai sumber energy. Untuk dapat memperoleh energy bagi pertumbuhan dan
perkembangannya, tumbuhan memerlukan sejumlah cahaya minimal.
Fotoenergetic adalah pertumbuhan yang dipengaruhi oleh banyaknya energy
yang diserap dari sinar matahari oleh bagian tanaman. Intensitas cahaya yang tinggi
di daerah tropis tidak seluruhnya dapat digunakan oleh tanaman. Energi cahaya
matahari yang digunakan oleh tanaman dalam proses fotosintesis berkisar antar 0,5
2,0 % dari jumlah total energi yang tersedia. Sehingga hasil fotosintesis berkurang
apabila intensitas cahaya kurang dari batas optimum yang dibutuhkan oleh

23
tanaman, Setiap daun pada tumbuhan harus memproduksi energy yang cukup besar
sehingga dapat dimanfaatkan setelah dikurangi energy untuk respirasi. Jika tumbuhan
kekurangan cahaya dalam waktu panjang, maka lambat laun akan mati. Proporsi
cahaya yang dibutuhkan untuk menyeimbangkan hasil fotosintesis dan kebutuhan
respirasi disebut titik kompensasi cahaya
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau
energi yaitu glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa
jenis bakteri dengan menggunakan zat hara, karbondioksida, dan air serta dibutuhkan
bantuan energi cahaya matahari. Hampir semua makhluk hidup bergantung dari
energi yang dihasilkan dalam fotosintesis. Akibatnya fotosintesis menjadi sangat
penting bagi kehidupan di bumi. Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian
besar oksigen yang terdapat di atmosferbumi. Organisme yang menghasilkan energi
melalui fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut sebagai fototrof. Fotosintesis
merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas
dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi.

c) Fotodestruktif
Fotodestruktif adalah tingginya intensitas cahaya yang mengakibatkan
fotosintesis semakin tidak bertambah lagi dikarenakan tanaman mengalami batas titik
jenuh cahaya sehingga bukan menjadi sumber energy tetapi sebagai perusak.
Proses fotosintesis, cahaya berpengaruh melalui intensitas, kualitas dan
lamanya penyinaran, tetapi yang terpenting adalah intensitasnya.Sehubungan dengan
laju fotosisntesi, intensitas cahaya yang semakintinggi (naik) mengakibatkan lalu
fotosisntesis semakin tidak bertambahlagi walaupun intensitas cahaya terus
bertambah. Batas ini disebut titik saturasi cahaya atau titik jenuh cahaya (ligh
saturation point). Pada keadaan ini cahaya bukan sebagai sumber energi maupun
sebagai bentuk perusak.
Intensitas cahaya yang tinggi mengakibatkan temperatur daun
meningkat,sebagai akibat menutupnya stomata, sehingga sebagaian klorofil
menjadi pecah dan rusak(fotodestruktif). Sedangkan pada intensitas cahaya

24
yangsemakin menurun sampai batas tertentu jumlah O2 yang dikeluarkan oleh proses
fotosintesis sama dengan jumlah O2 yang diperlukan oleh prosesrespirasi. Batas ini
disebut titik kompensasi cahaya (light compensation point) (Annonymous, 2008).

d) Fotomorfogenesis
Efek lain dari cahaya diluar fotosintetis adalah mengendalikan wujud
tanaman, yaitu perkembangan struktur atau morfogenesisnya. Pengendalian
morfogenesis oleh cahaya disebut fotomorfogenesis. Agar cahaya mampu
mengendalikan perkembangan pertumbuhan maka tumbuhan harus menyerap cahaya.
Empat penerima cahaya dalam tumbuhan adalah fitokrom, kriptokrom, penerima
cahaya UV-B, protoklorofilida.
Pengaruh cahaya pada perkecambahan :
Produksi klorofil terpacu oleh cahaya
Pembukaan daun terpacu oleh cahaya
Pemanjangan batang terhambat oleh cahaya
Perkembangan akar terpacu oleh cahaya.
Tumbuhan hari pendek (membutuhkan waktu malam yang lebih panjang
untuk berbunga), akan terhambat bila dalam waktu malammnya diseling ada cahaya
dalam waktu singkat. Yang paling efektf adalah cahaya merah jauh yang
menghambat pembungaan tumbuhan hari pendek.
Cahaya merah memacu perkecambahan biji-bijian, tetapi cahaya merah jauh
dan biru menghambat. Cahaya merah jauh panjang gelombangnya lebih panjang dari
cahaya merah 700-800nm (diatas 760 tdk terlihat oleh mataatau infra merah dekat).
Pigmen cahaya merah disebut Pr (666nm), pigmen cahaya biru dapat diubah oleh
cahaya merah menjadi Pfr (730 nm) yang dapat menyerap cahaya merah jauh (warna
hijau zaitun), dan pigmen biru bias dihasilkan oleh Pfr.
Fitokrom merupakan homodiner dari dua polipeptid identik, dengan Bm 120
kDa Polipeptid tadi masing-masing mempunyai gugus prostetik disebut kromofor
yang menempel pada atom belerang pada residu sisteinnya. Kromoforad tetrapirol

25
rantai terbuka,tersebut serupa dengan [pigmen pikobulin utk fotosintesis ganging
merah dan sianobakteri perubahan cis-trans g mengubah Pr menjadi Pfr
Kriptokrom penerima cahaya biru atau UV A panjang gel antara 320-400 nm.
Kriptokrom antara 320-500 nm, diduga berupa flavoprotein (melekat antara protein
dan riboflavin), diduga bersatu dengan prot sitokrom pada membram plsma. Puncak
kerjanya di daerah biru-ungu 450 nm (Annonymous, 2010).

e) Fototropisme
Fototropisme adalah pergerakan pertumbuhan tanaman yang dipengaruhi oleh
rangsangan cahaya. Contoh dari fototropisme adalah
pertumbuhan koleoptil rumputmenuju arah datangnya cahaya. Koleoptil merupakan
daun pertama yang tumbuh dari tanaman monokotil yang berfungsi sebagai pelindung
lembaga yang baru tumbuh. Cholodny dan Went menjelaskan bahwa cahaya
menyebabkan terjadinya pemindahan auksin secara lateral dari bagian yang terkena
cahaya menuju bagian yang tidak terkena cahaya. Dengan demikian, jumlah auksin di
bagian yang gelap akan lebih banyak daripada di bagian yang terang.
Beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hal ini dapat disebabkan kecepatan
pemanjangan sel-sel pada sisi batang yang lebih gelap lebih cepat dibandingkan
dengan sel-sel pada sisi lebih terang karena adanya penyebaran auksin yang tidak
merata dari ujung tunas. Hipotesis lainnya menyatakan bahwa ujung tunas
merupakan fotoreseptoryang memicu respons pertumbuhan Fotoreseptor adalah
molekul pigmen yang disebutkriptokrom dan sangat sensitif terhadap cahaya biru.
Namun, para ahli menyakini bahwa fototropisme tidak hanya dipengaruhi
oleh fotoreseptor, tetapi juga dipengaruhi oleh berbagai macam hormon dan
jalur signaling.

Tabel Pengaruh intensitas radiasi matahari ekstrim terhadap sifat morfologi dan
fisiologi tanaman

26
Intensitas cahaya matahari
No Sifat yang diukur
Tinggi Rendah
1. Tinggi tanaman Pendek Panjang
2. Diameter batang Besar Kecil
3. Bunga dan buah Baik Buruk
4. Lapisan lilin di daun Tebal Tipis
5. Ukuran stomata Banyak Sedikit
6. Jumlah stomata Banyak Sedikit
7. Nisbah: daun/batang Rendah Tinggi
8. Nisbah: akar/tunas Tinggi Rendah
9. Helai daun Sempit Lebar
10. Ketebalan daun Tebal Tipis
11. Kandungan klorofil Rendah Rendah
12. Kandungan karotin, santofil Tinggi Rendah
13. Kadar gula Tinggi Rendah

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


3.1. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan maka kita dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Radiasi matahari pada siang hari lebih besar bila dibandingkan pada sore atau pagi
hari.
2. Alat pengukur radiasi yang digunakan yaitu lux meter atau light meter

27
3. Prinsip Kerja alat ini yaitu terdapat sensor yang digunakan untuk menagkap radiasi
matahari.
4. Radiasi cahaya matahari terbesar atau maksimum yaitu pada pukul 11. 30 dengan
nilai 1079 x 100 lux.
5. Radiasi cahaya matahari minimum pada pukul 18. 00 yaitu 230 lux

3.2 . Saran
Dalam pengamatan radiasi matahari menggunakan lux meter atau light meter
perlu diperhatikan posisi sensor penangkap radiasi matahari. Apabila sensor tersebut
tidak menghadap matahari maka kita tidak dapat menentukan nilai radiasi matahari
pada waktu yang ditentukan.

DAFTAR PUSTAKA
Sabaruddin laode.2014.Agroklimatologi.Alfabeta. Bandung

28

Anda mungkin juga menyukai